You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

Seringkali kita temui orang-orang yang membandingkan model terbaru


yang ditawarkan oleh Hyundai dan Toyota. Atau ketika berlibur juga, orang-orang
mungkin akan mempertimbangkan apakah ia akan berlibur di rumah atau ke luar.
Saat menabung untuk masa pensiun, orang-orang mungkin akan memilih antara
dana mutual untuk membeli saham di perusahaan domestik atau saham di
perusahaan asing. Dari contoh-contoh yang disebutkan diatas, kita tidak hanya
berpatisipasi dalam perekonomian, tetapi juga dalam perekonomian di seluruh
dunia.
Dewasa ini perekonomian terbuka semakin berkembang dengan semakin
terbukanya perekonomian internasional. Ini memungkinkan orang-orang untuk
menghasilkan produk – produk terbaik mereka dan mengonsumsi beragam barang
dan jasa yang dihasilkan di seluruh dunia. Dalam hal ini Indonesia pun telah
memiliki andil dalam kegiatan perdagangan internasional. Seperti halnya kegiatan
ekspor karet ke Jepang dan kegiatan impor mobil dari Jepang. Perdagangan
internasional ini dapat meningkatkan standar hidup masyarakat di semua negara
dengan dilakukannya spesialisasi dalam produksi barang dan jasa tertentu yang
memiliki keunggulan komparatif untuk memproduksinya.
Sejauh ini, pengembangan pemahaman kita mengenai ilmu ekonomi
makro masih mengabaikan interaksi antara perekonomian yang satu dengan
perekonomian yang lain di seluruh dunia. Namun, beberapa permasalahan
ekonomi baru muncul dalam perekonomian terbuka. Perekonomian terbuka
adalah perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan perekonomian negara
lain. Oleh karena itu, dalam paper ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai
konsep dasar perekonomian terbuka.

1
BAB II
RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan arus barang dan modal internasional?


2. Bagaimana nilai tukar dan nilai nominal dalam transaksi internasional?
3. Apa yang dimaksud dengan paritas daya beli?

2
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Arus Barang dan Modal Internasional

3.1.1. Arus Barang


Perekonomian terbuka merupakan perekonomian yang berinteraksi secara
bebas dengan perekonomian negara lain. Dalam perekonomian terbuka, interaksi
ekonomi dilakukan dengan dua cara yaitu membeli dan menjual barang dan jasa
di pasar produk dunia serta membeli dan menjual aset modal seperti saham dan
surat obligasi di pasar uang dunia. Berbicara tentang interaksi perekonomian
dengan negara lain, aktivitas ini pasti akan melibatkan kegiatan ekspor (exports)
dan kegiatan impor (imports). Kegiatan ekspor adalah barang dan jasa yang
diproduksi di dalam negeri yang dijual ke luar negeri sedangkan kegiatan impor
adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri yang kemudian dijual ke
luar negeri. Ketika Indonesia membeli beras dari Thailand, kegiatan ini disebut
impor bagi negara Indonesia dan ekspor bagi negara Thailand.
Ekspor neto (net export) setiap negara merupakan nilai ekspor negara
tersebut yang dikurangi oleh nilai impornya. Penjualan Sony akan meningkatkan
ekspor neto Jepang sedangkan pembelian LG akan mengurangi ekspor neto
Jepang. Ekspor neto menunjukkan apakah suatu negara merupakan penjual atau
pembeli di pasar barang. Ekspor neto juga disebut sebagai neraca perdagangan.
Jika ekspor suatu negara lebih besar dari impornya dan ekspor neto menunjukkan
nilai yang positif negara tersebut dikatakan memiliki surplus perdagangan. Namun
jika impor suatu negara lebih besar dari impornya dan ekspor neto menunjukkan
nilai yang negatif, kasus ini dinamakan defisit perdagangan. Dan jika suatu negara
melakukan ekspor dan impor dalam jumlah yang sama dan ekspor neto
menunjukkan nilai nol, dapat dikatakan negara tersebut memiliki perdagangan
seimbang.
Ekspor, impor dan ekspor neto tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor - faktor yang akan mempengaruhi ekspor, impor dan ekspor neto suatu
negara adalah sebagai berikut.

3
 Selera konsumen untuk barang - barang produksi dalam dan luar
negeri
 Harga barang di dalam dan luar negeri
 Nilai tukar dimana orang – orang dapat menggunakan mata uang
domestik untuk membeli mata uang asing
 Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri
 Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional

3.1.2. Aliran Sumber Daya Keuangan


Istilah arus keluar modal neto merujuk pada pembelian aset luar negeri
oleh warga domestik dikurangi dengan pembelian aset domestik oleh warga asing.
Saat warga Singapura membeli saham dari perusahaan LG dari Korea Selatan,
pembelian tersebut meningkatkan arus keluar modal neto Singapura. Saat warga
Korea Selatan membeli obligasi yang dikeluarkan pemerintah Singapura,
pembelian tersebut mengurangi arus keluar modal neto.
Ada dua bentuk arus modal ke luar negeri yaitu investasi luar negeri
langsung dan investasi portofolio luar negeri. Contoh investasi luar negeri
langsung adalah saat perusahaan Sony dari Jepang membangun pabrik di
Indonesia. Pada contoh ini warga Jepang aktif dalam mengelola investasinya.
Sedangkan contoh dari investasi portofolio luar negeri adalah seorang warga
Jepang yang membeli saham perusahaan Indonesia. Pada contoh ini warga
Indonesia memiliki peran pasif dalam mengelola investasinya dan kedua
pembelian tersebut meningkatkan arus keluar modal neto Jepang.
Variabel – variabel yang penting yang mempengaruhi arus keluar modal
neto adalah :
 Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset luar negeri
 Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset domestik
 Resiko ekonomi dan politik dalam memegang aset luar negeri
 Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi kepemilikan aset
domestik dan investor asing

3.1.3 Persamaan Ekspor Neto dan Arus Keluar Modal Neto


Ekspor neto dan arus keluar modal neto masing – masing mengukur jenis
ketidakseimbangan dalam pasar barang dan jasa dunia dan di pasar uang dunia.
Ekspor neto mengukur ketidakseimbangan antara ekspor dan impor suatu negara

4
dan arus keluar modal neto mengukur ketidakseimbangan antara jumlah aset asing
yang dibeli oleh warga domestik dan jumlah aset domestik yang dibeli oleh warga
negara asing. Sebagai suatu keseluruhan, ketidakseimbangan ini harus
mengimbangi satu sama lain, yakni arus keluar modal neto (NCO) selalu sama
dengan ekspor neto (NX) atau NCO = NX.
Berikut contohnya, sebuah perusahaan minyak Indonesia menjual bahan
bakar jet kepada perusahaan penerbangan Jepang. Dalam penjualan ini,
perusahaan Indonesia memberikan bahan bakar kepada perusahaan Jepang dan
perusahaan Jepang memberikan yen kepada perusahaan Indonesia. Dengan begitu
ada dua hal yang muncul bersamaan, Indonesia menjual outputnya ke perusahaan
asing (bahan bakar) dan ini meningkatkan ekspor neto Indonesia. Selain itu,
Indonesia telah memperoleh beberapa aset asing (yen) dan ini meningkatkan arus
keluar modal neto Indonesia.
Persamaan ekspor neto dan arus keluar modal neto terjadi karena setiap
transaksi internasional merupakan pertukaran. Ketika negara penjual mentransfer
barang atau jasa kepada negara pembeli, negara pembeli akan memberikan aset
untuk membayar barang dan jasa yang diperolehnya. Nilai aset tersebut akan sama
dengan nilai barang atau jasa yang dijual, maka saat dijumlahkan nilai neto barang
dan jasa yang dijual oleh suatu negara harus sama dengan nilai neto aset yang
diperoleh.

3.1.4 Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional


Tabungan dan investasi suatu negara sangatlah penting bagi pertumbuhan
ekonomi jangka panjangnya. Istilah ekspor sangat berkaitan dengan Produk
Domestik Bruto. Produk Domestik Bruto suatu negara (Y) terbagi kedalam empat
komponen, yaitu konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah (G), dan ekspor
neto (NX) dengan rumus sebagai berikut : Y = C + I + G +NX
Tabungan nasional adalah pendapatan negara yang tersisa setelah
membayar konsumsi dan pembelian pemerintah. Jadi tabungan (S) adalah produk
domestik bruto (Y) dikurangi konsumsi (C) dikurangi belanja pemerintah (G) .
Dapat dijabarkan menjadi :
Y – C – G = I + NX

5
S = I + NX
Karena ekspor neto (NX) sama dengan arus keluar modal neto (NCO), kita
dapat menuliskan persamaannya sebagai berikut:
S = I + NCO
Persamaan ini menunjukkan bahwa tabungan suatu negara harus sama
dengan investasi domestiknya ditambah dengan arus keluar modal netonya.
Dengan kata lain, ketika warga negara domestik menyimpan pendapatannya untuk
masa depan, pendapatan tersebut dapat digunakan untuk membiayai akumulasi
modal domestik atau dapat digunakan untuk membiayai pembelian modal asing.
Sebagai contohnya Keluarga Phopo memutuskan untuk membagi sebagian
pendapatannya untuk pensiun. Keputusan ini memberi kontribusi bagi tabungan
nasional di sisi kiri. Jika Keluarga Phopo menyimpan tabungannya dalam dana
mutual, dana mutual mungkin akan menggunakan sebagian tabungan tersebut
untuk membeli saham yang ditebitkan oleh Wing On, dan dana hasil penjualan
tersebut digunakan untuk membuka toko di distrik pusat Hong Kong. Selain itu,
dana mutual tersebut menggunakan sebagian dari tabungan Wong untuk membeli
saham yang diterbitkan oleh Toyota yang menggunakan uang tersebut untuk
membangun pabrik di Osaka. Transaksi ini muncul di sisi kanan persamaan. Dari
sudut pandang akuntansi Hong Kong, pengeluaran Wing On untuk membuka toko
adalah investasi domestik, sedangkan pembelian saham Toyota oleh warga Hong
Kong adalah arus keluar dana neto. Dengan demikian, semua tabungan di Hong
Kong muncul sebagai investasi di Hong Kong atau arus keluar modal neto Hong
Kong.

3.2 Harga Untuk Transaksi Internasional

3.2.1 Nilai Tukar Nominal


Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan
seseorang saat menukar mata uang suatu Negara dengan mata uang Negara lain.
Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 yen per

6
dolar, maka kita Anda dapat menukar satu dolar untuk 120 yen dalam pasar dunia
untuk mata uang asing. Seorang Jepang yang ingin memperoleh dolar akan
membayar 120 yen untuk tiap dolar yang ia beli. Seorang Amerika yang ingin
memperoleh yen akan mendapat 120 yen untuk tiap dolar yang ia bayar.
Jika nilai tukar berubah sehingga dolar AS dapat membeli mata uang asing
lebih banyak, perubahan ini disebut dengan Apresiasi (appreciation) dolar AS.
Jika nilai tukar berubah sehingga satu dolar AS membeli mata uang asing lebih
sedikit, perubahan itu disebut dengan Depresiasi (depreciation) dolar AS.
Di media masa sering terdengar bahwa mata uang lokal “menguat” atau
“melemah”. Deskripsi ini biasanya merujuk pada perubahan nilai tukar nominal
terbaru. Ketika mata uang terapresiasi, mata uang tersebut dikatakan menguat
karena dapat membeli mata uang asing lebih banyak. Begitu pula ketika suatu
mata uang terdepresiasi, itu dikatakan melemah.
Untuk setiap Negara, ada banyak nilai tukar nominal. Dolar Singapura
dapat digunakan untuk membeli dolar AS, pound Inggris, ringgit Malaysia, dan
sebagainya. Ketika para ekonom mempelajari perubahan nilai tukar, mereka
sering kali menggunakan indeks yang merata-ratakan beragam nilai tukar ini.
Seperti halnya indeks harga konsumen yang mengubah banyak harga dalam
perekonomian menjadi satu ukuran tingkat harga, indeks rata-ratanya mengubah
nilai tukar menjadi satu ukuran nilai mata uang internasional. Jadi, ketika para
ekonom berbicara tentang apresiasi atau depresiasi mata uang lokal, mereka
merujuk pada indeks nilai tukar yang mempertimbangkan banyak nilai tukar.

3.2.2 Nilai Tukar Rill


Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang
saat menukarkan barang dan jasa dari suatu Negara dengan barang dan jasa dari
Negara lain. Sebagai contoh anda belanja dan mengetahui bahwa satu kilogram
keju Australia dua kali lebih mahal dibandingkan dengan satu kilogram keju
Prancis. Oleh karena itu, kita akan mengatakan bahwa nilai tukar riilnya adalah
setengah kilogram keju Australia untuk satu kilogram keju Prancis. Perhatikan
bahwa seperti halnya nilai tukar nominal, kita menyatakan nilai tukar riil sebagai
unit barang luar negeri per unit barang domestik. Namun, dalam contoh lain,
barang tersebut adalah barang, alih-alih mata uang.

7
Nilai tukar riil dan nilai tukar nominal berkaitan erat. Untuk mengetahui
hal tersebut perhatikan contoh berikut. Misalkan satu kilogram beras Thailand
dijual seharga 100 baht, sedangkan satu kilogram beras Jepang dijual seharga
1.500 yen.
Berapa nilai tukar riil antara beras Thailand dan beras Jepang? Untuk
menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita harus menggunakan nilai tukar
nominal untuk mengubah harga ke dalam mata uang biasa. Jika nilai tukar
nominalnya adalah 3 bath per yen maka harga beras Thailand seharga 100 bath
per kilogram sama dengan 300 yen per kilogram. Beras Thailand seperlima lebih
mahal dibandingkan dengan beras Jepang. Nilai tukar riilnya adalah 1/5 kilogram
beras Jepang per kilogram beras Thailand.
Kita dapat merumuskan perhitungan nilai tukar riil tersebut sebagai
berikut :
Nilai tukar riil =

Dengan menggunakan angka dalam contoh, rumus tersebut berlaku


sebagai berikut

Nilai tukar riil =

= 1/5 kilogram beras Jepang per kilogram beras Thailand


Dengan demikian, nilai tukar riil bergantung pada nilai tukar nominal dan
pada harga barang di dua Negara yang diukur dalam mata uang lokal.

Nilai tukar riil adalah determinan kunci dari seberapa banyak ekspor dan
impor suatu Negara. Ketika supermarket lokal memutuskan untuk membeli beras
Thailand atau beras Jepang misalnya ia akan menanyakan beras mana yang lebih
murah. Nilai tukar riil memberikan jawabannya.
Ketika mempelajari perekonomian secara keseluruhan, ekonomi makro
berfokus pada harga keseluruhan daripada harga, masing-masing barang. Artinya,
untuk mengukur nilai tukar riil, mereka menggunakan indeks harga, seperti indeks
harga konsumen, yang mengukur harga barang dan jasa. Dengan menggunakan
indeks harga untuk barang domestik (P), indeks harga untuk barang luar negeri
(P*), dan nilai tukar nominal antara mata uang domestik dan mata uang luar

8
negeri (e), kita dapat menghitung nilai tukar riil keseluruhan antara dalam negeri
dan Negara lain sebagai berikut.
Nilai tukar riil = (e x P)/P*
Nilai tukar riil ini mengukur harga barang dan jasa yang tersedia di dalam
negeri terkait dengan barang dan jasa yang tersedia di Negara lain.
Depresiasi (penurunan) nilai tukar riil domestik berarti bahwa barang-
barang domestik menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang
Negara asing. Perubahan ini mendorong konsumen dalam negeri dan luar negeri
untuk membeli lebih banyak barang domestik dan membeli lebih sedikit barang
dari Negara lain. Hasilnya, ekspor meningkat dan impor menurun dan perubahan
ini meningkatkan ekspor neto Negara. Sebaliknya, apresiasi (peningkatan) nilai
tukar riil domestik berarti bahwa barang domestik menjadi lebih mahal
dibandingkan dengan barang luar negeri sehingga ekspor neto menurun.

3.3 Teori Pertama Penentuan Nilai Tukar

3.3.1 Logika Dasar dari Teori Paritas Daya Beli


Teori paritas daya beli didasarkan pada prinsip yang disebut hukum satu
harga. Hukum ini menyatakan bahwa sebuah barang harus dijual dengan harga
yang sama di semua lokasi. Kita dapat ambil contoh hukum satu harga berlaku
untuk pasar internasional. Jika setiap mata uang dapat membeli lebih banyak beras
dibandingkan dengan di Jepang, pedagang internasional akan memperoleh
keuntungan dengan membeli beras di negara tersebut dan menjualnya di Jepang.
Ekspor beras ke Jepang ini akan meningkatkan harga beras dalam negeri dan
menurunkan harga beras Jepang.
Sebaliknya, jika suatu nilai mata uang domestik dapat membeli banyak
beras di Jepang dibandingkan dengan di negara asal, pedagang akan membeli
beras dari Jepang dan menjualnya di negara asal. Impor beras ke negara asal dari
Jepang ini akan menurunkan harga beras negara asal dan meningkatkan harga
beras Jepang. Dengan demikian, satu unit mata uang harus membeli beras dalam
jumlah yang sama di seluruh negara. Jadi paritas berarti kesamaan dan daya beli
merujuk pada nilai uang. Paritas daya beli menyatakan bahwa satu unit semua
mata uang harus memiliki nilai riil yang sama di setiap negara.

3.3.2 Implikasi Teori Paritas Daya Beli

9
Teori paritas daya beli menjelaskan nilai tukar nominal antarmata uang
dua negara bergantung pada tingkat di negara-negara tersebut. Sebagai contoh,
satu kilogram beras dijual seharga 600 yen di Jepang dan 200 baht di Thailand
maka nilai tukar nominalnya adalah 3 yen per baht (600 yen/200 baht=3). Jika
tidak, daya beli baht tidak akan sama di kedua negara tersebut.
Secara matematika, misalkan p adalah harga barang di Thailand (baht), P*
adalah harga barang di Jepang (yen), dan e adalah nilai tukar nominal (jumlah yen
yang dapat dibeli baht). Di Thailand, tingkat harga adalah P sehingga daya beli 1
baht adalah 1/P. Di negara lain, satu baht dapat ditukar dengan unit e mata uang
asing yang memiliki daya beli a/P*. Agar daya beli satu baht sama di kedua
negara, maka perumusannya :
1/P = E/P*
Dengan sedikit penyesuaian, persamaannya menjadi
1 = eP/P*
Sisi kiri persamaan ini adalah konstanta dan sisi kanan persamaan adalah
nilai tukar riil. Dengan demikian, jika daya beli baht selalu sama di negara asal
dan negara lain maka nilai tukar riil tidak dapat berubah.
Untuk memahami implikasi analisis nilai tukar nominal ini, dapat
menyesuaikan persamaan terakhir :
e = P*/P
Artinya, nilai tukar nominal sama dengan rasio tingkat harga asing
terhadap tingkat harga domestik. Berdasarkan teori paritas daya beli, nilai tukar
nominal antara mata uang kedua negara tersbut harus mencerminkan tingkat harga
yang berbeda di kedua negara tersebut.
Jadi, implikasi utamanya adalah nilai tukar nominal berubah ketika tingkat
harga berubah. Karena nilai tukar nominal bergantung pada tingkat harga, nilai
tukar tersebut juga bergantung pada persediaan dan permintaan uang di setiap
negara. Dengan kata lain, ketika bank sentral mencetak uang dalam jumlah
banyak, uang kehilangan nilainya untuk membeli barang dan jasa, serta membeli
mata uang negara lain.

3.3.3 Keterbatasan Teori Paritas Daya Beli


Teori paritas daya beli memberikan model sederhana mengenai penentuan
nilai tukar. Meskipun demikian, teori ini tidak sepenuhnya akurat. Artinya, nilai
tukar tidak selalu bergerak untuk memastikan bahwa suatu unit mata uang negara
asal memiliki nilai riil yang sama di semua negara. Ada dua alasan yaitu alasan

10
pertama adalah banyak barang yang tidak mudah untuk diperdagangkan.
Misalnya, harga potong potong rambut di Singapura lebih mahal daripada di
Manila. Pelancong internasional akan enggan memotong rambutnya di Singapura
dan beberapa penata rambut mungkin akan pindah dari Manila ke Singapura.
Alasan kedua adalah barang-barang yang diperdagangkan sekalipun tidak
selalu merupakan barang substitusi yang sempurna ketika diproduksi di negara-
negara yang berbeda. Misalkan, beberapa konsumen lebih suka mobil Jerman dan
konsumen lain lebih menyukai mobil Jepang. Terlebih lagi, selera konsumen
berubah dari waktu ke waktu. Jika mobil Jerman tiba-tiba menjadi lebih populer,
peningkatan permintaan mobil Jerman akan menyebabkan kenaikan harga mobil
Jerman daripada mobil Jepang.

BAB IV
SIMPULAN

1. Dalam arus barang, ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri yang dijual ke luar negeri dan impor adalah barang dan jasa yang
diproduksi di luar negeri yang kemudian dijual ke luar negeri. Sedangkan
ekspor neto (net export) adalah nilai ekspor negara tersebut yang dikurangi
oleh nilai impornya. Dalam arus keluar modal neto merujuk pada pembelian
aset luar negeri oleh warga domestik dikurangi dengan pembelian aset
domestik oleh warga asing. Adapun persamaan keduanya yaitu arus keluar
modal neto (NCO) selalu sama dengan ekspor neto (NX) atau NCO = NX.
Terdapat hubungan tabungan dan investasi dengan arus internasional, dengan
persamaan S = I + NCO, yang menunjukkan bahwa tabungan suatu negara
harus sama dengan investasi domestiknya ditambah dengan arus keluar modal
netonya.
2. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan
seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Sedangkan, nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang
digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa dari suatu negara

11
dengan barang dan jasa dari Negara lain. Nilai tukar riil dan nilai tukar
nominal berkaitan erat.
3. Teori paritas daya beli didasarkan pada prinsip yang disebut hukum satu
harga. Hukum ini menyatakan bahwa sebuah barang harus dijual dengan harga
yang sama di semua lokasi. Adapun implikasi teori ini adalah nilai tukar
nominal berubah ketika tingkat harga berubah. Karena nilai tukar nominal
bergantung pada tingkat harga, nilai tukar tersebut juga bergantung pada
persediaan dan permintaan uang di setiap negara. Namun teori ini memiliki
keterbatasan yang terdiri dari dua alasan yaitu banyak barang yang tidak
mudah untuk diperdagangkan dan barang-barang yang diperdagangkan
sekalipun tidak selalu merupakan barang substitusi yang sempurna ketika
diproduksi di negara-negara yang berbeda.

STUDI KASUS

MENINGKATNYA KETERBUKAAN NEGARA-NEGARA ASIA

Mungkin perubahan yang paling dramatis di Asia selama empat setengah


dekade adalah meningkatnya perdagangan dan keuangan internasional. Perubahan
ini ditunjukkan dalam tabel 1, yang memperlihatkan nilai total barang yang
diekspor ke Negara lain dan diimpor dari Negara lain dalam persen Produk
Domestik Bruto. Pada tahun 1960-an, nilai ekspor dan impor rata-rata 68 persen
dari PDB. Saat ini, nilainya dua kali lebih besar.

12
Negara 1960-1969 1970-1979 1980-1989 1990-1999 2000-2004
Singapura 280,5% 297,5% 257,3% 335,4% 386,8%
Hongkong 165,3 168,9 208,5 266,7 313,4
Malaysia 78,6 87,0 112,0 177,5 215,0
Thailand 33,2 40,5 54,5 87,0 125,6
Filipina 31,8 45,8 52,4 81,2 102,6
Korea 26,0 55,5 68,2 60,9 75,9
Indonesia 23,3 41,6 47,1 57,7 67,7
Cina 7,6 9,0 21,3 36,4 47,2
India 9,2 10,2 13,3 21,2 28,7
Jepang 19,4 22,8 23,6 18,2 21,6

Rata-rata 67,5 77,9 95,8 114,2 138,5


Peningkatan perdagangan internasional ini sebagian diakibatkan oleh
kemajuan dalam bidang transportasi. Pada 1950, kapal barang biasa dapat
membawa kurang dari 10.000 ton kargo; saat ini, banyak kapal yang mampu
membawa lebih dari 100.000 ton. Jet jarak jauh diperkenalkan pada tahun 1958,
dan jet berbadan lebar diperkenalkan pada tahun 1967, yang membuat transportasi
udara jauh lebih murah. Karena perkembangan ini, barang-barang yang
sebelumnya harus diproduksi secara lokal, sekarang dapat diperdagangkan di
seluruh dunia. Buah-buahan dan sayuran, misalnya yang ditanam di Australia
dapat dijual ke negara-negara Asia, seperti Singapura dan Hongkong. Buah-
buahan dan sayuran segar yang hanya dapat tumbuh pada iklim lain sekarang
dapat dikonsumsi sepanjang tahun karena dapat dikapalkan ke negara-negara Asia
dari negara lain.
Peningkatan perdagangan internasional juga telah dipengaruhi oleh
kemajuan telekomunikasi yang memungkinkan bisnis mencapai pelanggan luar
negeri dengan lebih mudah. Sebagai contoh, kabel telepon transatlantik pertama
diperkenankan pada tahun 1956. Pada 1966, teknologi tersebut hanya
memungkinkan 138 pembicaraan secara bersamaan antara Amerika Utara dan
Eropa. Saat ini, satelit komunikasi memungkinkan 1 juta pembicaraan yang dapat
terjadi secara bersamaan.

13
Kemajuan teknologi juga mendorong peningkatan perdagangan
internasional dengan mengubah jenis barang yang diproduksi oleh suatu negara.
Ketika bahan baku dalam jumlah besar (seperti baja) dan barang yang mudah
rusak (seperti makanan) merupakan output terbesar dunia, transportasi barang
sering kali memakan biaya dan terkadang tidak mungkin dilakukan. Sebaliknya,
barang-barang yang diproduksi dengan teknologi modern bobotnya ringan dan
mudah dikirim. Barang-barang elektronik, misalnya, memiliki berat yang ringan
dibandingkan dengan nilai moneternya sehingga mudah diproduksi di satu negara
dan dijual di negara lain. Contoh yang lebih ekstrem adalah industri film. Setelah
sebuah studio di Hollywood membuat film, ia dapat mengirimkan salinan film
tersebut keseluruh dunia hampir tanpa biaya. Selain itu, film adalah ekspor utama
Amerika Serikat.
Kebijakan perdagangan pemerintah juga menjadi faktor peningkatan
perdagangan internasional. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, para
ekonom telah yakin bahwa dunia mulai menerima hal ini. Kesepakatan
internasional, seperti Southeast Asian Nations (ASEAN), Free Trade Area
(AFTA), dan the Asia-Pacific Ekonomic Coorperation (APEC), telah menurunkan
tarif,kuota impor dan batasan perdagangan lainnya. Pola peningkatan perdagangan
yang ditunjukkan dalam Tabel 1 adalah sebuah fenomena yang didukung oleh
kebanyakan ekonom dan pembuat kebijakan.

APAKAH SURPLUS PERDAGANGAN SINGAPURA MENJADI MASALAH?

Menjadi rahasia umum bahwa dua dekade lalu di wilayah Asia, Singapura
telah menjadi investor utama dalam pasar uang regional dan global. Singapura
dapat melakukan ini karena ketersediaan dana yang diperoleh melalui surplus
perdagangan yang kuat dan besar. Mengapa Singapura melakukan hal ini dan
haruskah Singapura khawatir?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat apa yang ditunjukkan oleh
identitas akuntansi ekonomi makro mengenai ekonomi Singapura.

14
Panel (a) Figur 1 menunjukkan tabungan nasional dan investasi domestik sebagai
presentase PDB sejak tahun 1960. Panel (b) menunjukkan bahwa, seperti yang
diharuskan oleh identitas, arus keluar modal neto selalu sama dengan tabungan
nasional dikurangi
investasi domestik.
Angka tersebut menunjukkan perubahan dramatis dimulai pada
pertengahan 1980-an. Sebelum 1986, tabungan nasional lebih kecil dari investasi
domestik, begitu pula dengan arus keluar modal neto bernilai negatif. Artinya,
orang asing membeli lebih banyak aset modal di Singapura dibandingkan dengan

orang Singapura yang membeli aset modal asing, dan ekspor neto bernilai
negative. Namun, dari 1986 hingga seterusnya, tabungan melampaui investasi
untuk pertama kalinya dan ekspor neto bernilai positif. Pada dasarnya, Singapura
memberikan pinjaman kepada negara lain ketika arus keluar modal neto menjadi
besar dan bernilai positif.
Apakah defisit perdagangan menjadi masalah bagi Singapura sebelum
tahun 1986? Apakah surplus perdagangan mejadi masalah bagi negara tersebut
sejak tahun 2989? Untuk mejawab pertanyaan ini, mari kita perhatikan tabungan
dan investasi negara tersebut.

15
Pertama-tama, perhatikan defisit perdagangan yang terjadi sebelum
pertengahan tahun 1980-an. Walaupun investasi melampaui tabungan selama
periode ini, seperti yang ditunjukkan pada figure 1, tabungan dan investasi sama-
sama tinggi dan meningkat. Investasi meningkat karena Singapura mengalami
pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi yang pesat ketika negara tersebut
beralih dari pelabuhan dagang di selat Malaka menjadi Negara produsen jasa
berpendapatan tinggi saat ini. Angka tabungan sangat tinggi karena Central
Provident Fund (CPF), dana pensiun wajib yang diwariskan dari masa penjajahan
inggris, yang harus dikontribusikan oleh karyawan dan pemilik perusahaan, dan
karena pascakemerdekaan tahun 1965 pemerintah Singapura memutuskan untuk
menghindari defisit anggaran. Oleh karena itu, tidak seperti Negara berkembang
lainnya, Singapura tidak menimbun persediaan utang luar negeri jangka
pendeknya untuk membiayai pembangunan dan defisit perdagangan, yang
mungkin akan menimbulkan masalah pembayaran, dan ia tidak mengalami defisit
anggaran yang besar atau menghamburkan dana yang dipinjam untuk konsumsi
atau untuk proyek investasi Negara yang tidak efisien. Sepertinya, Singapura
bergantung pada investasi asing yang produktif yang berorientasi pada ekspor
untuk menyediakan sumber daya tambahan yang deperlukan guna mengisi
kekosongan antara tabungan dan investasi domestik. Oleh karena itu, arus keluar
modal neto dan defisit perdagangan bukanlah masalah bagi Singapura.
Sekarang perhatikan surplus perdagangan yang dicapai oleh Singapura
sejak tahun 1986. Karena tabungan domestik lebih besar dari investasinya,
Singapura memiliki surplus perdagangan dan arus keluar modal neto yang bernilai
positif. Dengan kata lain, tabungan domestik lebih dari cukup untuk membiayai
investasi domestik, dan hal ini membuat Negara tersebut mampu memberikan
pinjaman ke luar negeri untuk memperoleh pendapatan yang dapat dipulangkan
kembali ke Singapura pada masa mendatang ketika investasi tersebut jatuh tempo.
Hasil ini berasal dari fakta bahwa investasi domestik menurun sebagai rasio PDB
sejak pertengahan tahun 1980-an, sedangkan rasio tabungan terus meningkat.
Penurunan investasi mungkin menjadi gejala permasalahan dalam situasi lain,
namun bagi Singapura, penurunan rasio investasi tidak dapat dihindari ketika
perekonomian berkembang dan kebutuhan terhadap investasi dalam infrastruktur

16
dan produksi lebih sedikit, serta kebutuhan terhadap investasi dalam infrastruktur
dan produksi lebih sedikit, serta kebutuhan terhadap investasi dalam jasa
berkualitas tinggi dan pertumbuhan produktifitas lebih besar. Kestabilan rasio
tabungan tinggi, yang sebagian besar didorong oleh tabungan wajib melalui CPF
dan tekadang surplus anggaran yang mecakup besar, lebih kontroversial.
Permasalahan tersebut bukanlah masalah menejemen ekonomi makro,
karena perekonomian Singapura memiliki catatan yang sangat baik dalam hal
inflasi yang rendah, tingkat penganggurang yang rendah, serta tidak adanya
masalah pembayaran; namun apakah rasio tabungan terlalu tinggi dan pemerintah
terlalu ikut campur dalam investasi tabungan-tabungan ini di dalam di di luar
negeri. Ada biaya kesempatan dalam tabungan yang tinggi dan surplus anggaran
dan, maka, dalam surplus perdagangan karena dapat digunakan untuk konsumsi
pribadi dan belanja pemerintah. Terlebih lagi, jika warga Singapura mampu
menginvestasikan tabungan mereka di dalam dan di luar negeri, bukannya
bergantung pada CPF dan badan investasi pemerintah. Hal tersebut mungkin akan
lebih efisien dan menghasilkan lebih banyak pendapatan dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, tidak ada jawaban yang benar dan sederhana untuk
pertanyaan yang diajukan pada judul studi kasus ini. Sperti halnya individu yang
dapat berutang dengan cara bijaksana atau boros, begitu juga Negara. Defisit
perdagangan Singapura sebelum 1986 bukanlah sebuah masalah, namun
terkadang hal tersebut dapat menjadi gejala permasalahan jika proyek investasi
gagal menghasilkan pendapatan yang diharapkan dan utang ke Negara asing
menumpuk dari waktu ke waktu. Pun demikian, surplus perdagangan yang besar
dan berkelanjutan dari waktu ke waktu tidak selalu menjadi keuntungan jika
dibelanjakan untuk konsumsi dan belanja pemerintah yang diperlukan, dan
tabungan tidak selalu diinvestasikan dengan efisien.

STANDAR HAMBURGER
Ketika para ekonom menerapkan teori paritas daya beli untuk menjelaskan
nilai tukar, mereka memerlukan data mengenai harga barang yang ada di berbagai
Negara. Satu analisis semacam ini dilakukan oleh The Economist, sebuah majalah
berita internasional. Majalah tersebut secara berkala menampilkan data mengenai

17
harga barang yang terdiri atas “dua iris daging sapi,saus special,daun selada,
keju,acar,bawang dalam setangkup roti bulat”. Ini disebut dengan “Big Mac” dan
dijual oleh McDonnald’s di seluruh dunia.
Setelah kita memperoleh harga Big Mac di dua Negara yang dinyatakan
dalam mata uang lokal, kita dapat menghitung nilai tukar yang diprediksi oleh
teori paritas daya beli. Nilai tukar yang diprediksi adalah nilai tukar yang
membuat biaya pembuatan Big Mac sama di kedua Negara tersebut. Misalkan, jika
harga Big Mac adalah 3,10 dolar AS di Amerika Serikat dan 250 yen di Jepang, paritas
daya beli akan memprediksikan nilai tukar sebesar 80,6 yen per dolar AS.
Negara Harga Big Mac Nilai Tukar Yang Nilai Tukar
Diprediksi Aktual

Cina 10,5 yuan 3,39 yuan/US$ 8,03 yuan/US$


Hong Kong 12 HKS 3,87HKS/US$ 7,75 HKS/US$
Indonesia 14.600 rupiah 4.710 rupiah/US$ 9,325 rupiah/US$
Jepang 250 yen 80,6 yen/US$ 112 yen/US$
Malaysia 5,50 ringgit 1,77 ringgit/US$ 3,63 ringgit/US$
Filipina 85,00 peso 27,4 peso/US$ 52,6 peso/US$
Singapura 3,60 S$ 1,16 S$/US$ 1,59 S$/US$

Dari sini kita dapat melihat bahwa nilai tukar yang diprediksi dan nilai
tukar aktual tidak sama. Lagipula, arbitrase internasional Big Mac tidaklah mudah
Namun, dua nilai tukarnya sangat dekat. Paritas daya beli bukanlah teori nilai
tukar yang akurat, namun memberikan perkiraan yang masuk akal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, N. G., Euston Quah, Peter Wilson. 2014. Edisi Asia. Pengantar Ekonomi
Makro. Terjemahan oleh Biro Bahasa Alkemis. Salemba Empat. Jakarta

19
20

You might also like