You are on page 1of 5

Tension pneumotoraks adalah bertambahnya udara dalam ruang pleura secara

progresif, biasanya karena laserasi paru-paru yang memungkinkan udara untuk


masuk ke dalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar atau tertahan di dalam
rongga pleura.
Hal ini dapat terjadi secara spontan pada orang dengan kondisi paru-
paru kronis ("primer") dan juga pada mereka dengan penyakit paru-paru
("sekunder"), dan banyak pula yang terjadi setelah trauma fisik ke dada, cedera
ledakan , atau sebagai komplikasi dari perawatan medis. Ventilasi tekanan positif
dapat memperburuk efek “one-way-valve”.
Peningkatan progresif tekanan dalam rongga pleura mendorong mediastinum ke
hemithorax berlawanan, menghalangi aliran balik vena ke jantung, dan menekan paru-paru
pada hemithorax kontralateral..
Hal ini menyebabkan ketidakstabilan peredaran darah dan dapat
menyebabkan traumatic arrest.
Epidemiologi:
Insidensi dari tension pneumotoraks di luar rumah sakit tidak mungkin dapat
ditentukan. Revisi oleh Department of Transportation (DOT) Emergency Medical
Treatment (EMT) Paramedic Curriculum menyarankan tindakan dekompresi jarum
segera pada dada pasien yang menunjukan tanda serta gejala yang non-spesifik.
Sekitar 10-30% pasien yang dirujuk ke pusat trauma tingkat 1 di Amerika Serikat
menerima tindakan pra rumah sakit berupa dekompresi jarum torakostomi, meskipun
pada jumlah tersebut tidak semua pasien menderita kondisi tension pneumotoraks.
Insidensi umum dari tension pneumotoraks pada Unit Gawat Darurat (UGD)
tidak diketahui.
Literatir-literatur medis hanya menyediakan gambaran singkat
mengenai frekuensi pnemotoraks desak. Sejak tahun 2000, insidensi yang dilaporkan
kepada Australian Incident Monitoring Study (AIMS), 17 pasien yang diduga
menderita pneumotoraks, dan 4 diantaranya didiagnosis sebagai tension
pneumotoraks. Pada tinjauan yang lebih lanjut, angka kematian prajurit militer dari trauma
dada menunjukan hingga 5% dari korban pertempuran dengan adanya trauma dada
mempunyai tension pneumotoraks pada saat waktu kematiannya.

Etiologi
Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena
iatrogenik atau berhubungan
 Trauma benda dengan
tumpul atau tajam trauma. Yaitu,
– meliputi sebagai
gangguan berikut:
salah satu pleura visceral
1. Trauma benda tumpul atau tajam – meliputi gangguan salah satu pleura
viscerala tau parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang
rusuk tidak menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks)
2. Pemasangan
 Pemasangan kateter
kateter vena vena sentral
sentral (ke dalam
(ke dalam pembuluh
pembuluh darahdarah pusat),
pusat), biasanya
biasanya
vena subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).
3. Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks
sederhana
 Komplikasi ke
ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke
Tension Pneumotoraks
4. Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke
pneumothoraksmengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks
 Ketidakberhasilan
sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai katup satu arah.
5. Akupunktur,
 Akupunktur, baru-baru
baru-baru ini telahini telah dilaporkan
dilaporkan mengakibatkan
mengakibatkan pneumothoraks
pneumothoraks
Diagnosa tension pneumothorax
merupakan diagnosa dari klinis, bukan dari radiologi.
Tanda-tanda klasik dari tension pneumotoraks adalah adanya distress
nafas, takikardi, hiporensi, adanya deviasi trakea, hilangnya suara nafas unilateral,
distensi vena leher, dan bisa menjadi sianosis pada manifestasi lanjutnya.
Gelaja klinis dari tension pneumothorax ini mungkin mirip dengan gejala klinis
dari cardiac tamponade, tetapi angka kejadian tension pneumotorax ini lebih besar dari
cardiac tamponade. Selain itu untuk membedakannya juga bisa dilakukan dengan
mengetahui bahwa dari perkusi didapatkan adanya hiperresonansi pada bagian dada
ipsilateral,
1. Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan :
1. Inspeksi : a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi
dinding dada)b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggalc.
Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebarb.
Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehatc. Fremitus suara melemah atau
menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani b. Batas
jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi
4. Auskultasi :a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai
menghilang
5.Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan pada:
1. Foto Rntgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus
pneumotoraks antara lain: a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan
paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang
paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai
dengan lobus paru.b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa
radio opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru
yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan
sesak napas yang dikeluhkan.c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi
yang sehat, spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke
bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,
kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra
pleura yang tinggi.

Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun


pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal
napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
CT-scan thoraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa
dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer
dan sekunder.
4. USG
Pneumotoraks dapat juga didiagnosis oleh USG. Udara di rongga pleura
ditampilkan pantulan gelombang yang sangat tajam. Tidak seperti udara
intrapulmoner, pantulan gelombang tidak bergerak saat respirasi.
Bagaimanapun juga, luas pneumotoraks ditentukan dengan radiologis dada
Menggunakan Linear array transducer (Small parts/high frequency probe)
dengan pasien dalam posisi supinasi, scan dipermukaan anterior dinding
dada menarik garis sagital (longitudinal). Scan mulai dari anterior axillary
line ke para sternal line .
Tension pneumotoraks dapat berkembang (memburuk) dengan sendirinya,
terutama pada pasien dengan ventilasi tekanan positif. Hal ini bisa segera terjadi
atau dalam beberapa jam ke depan. Sebuah takikardi hipotensi, dijelaskan dan
peningkatan tekanan udara sangat progresif dari tekanan yang semakin meningkat.
Tension pnumothorax membutuhkan dekompresi yang segera. Dekompresi ini
dapa dilakukan dengan memasukkan jarum ke ruang intercostal ke dua pada garin
midclavicular pada sisi dada yang terkena.
Terapi definitifnya biasanya membutuhkan insersi chest tube ke dalam ruang
pleural melalui ruang intercostal ke lima (setinggi puting susu) dibagian depan di garis
midclavicular.
prinsip terapi dari tension pneumothrax ini adalah menjaga jalan nafas agar tetap
terbuka, menjaga kualitas ventilasi, oksigenasi, menghilangkan penyebab traumanya
dan menghilangkan udara di ruang pleura, dan mengontrol ventilasi.
Keberhasilan dari terapi yang kita lakukan bisa dinilai dari hilangnya udara
bebas pada ruang interpleural dan pencegahan pada kekambuhan atau recurensi.
Pada kasus tension pneumotoraks, tidak ada pengobatan non-invasif yang dapat
dilakukan untuk menangani kondisi yang mengancam nyawa ini. Pneumotoraks
adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan penanganan segera. Jika
diagnosis tension pneumotoraks sudah dicurigai, jangan menunda penanganan
meskipun diagnosis belum ditegakkan.
Pada kasus tension pneumotoraks, langsung hubungkan pernafasan pasien
dengan 100% oksigen. Lakukan dekompresi jarum tanpa ragu. Hal-hal tersebut
seharusnya sudah dilakukan sebelum pasien mencapai rumah sakit untuk
pengobatan lebih lanjut.
Setelah melakukan dekompresi jarum, mulailah persiapan
untuk melakukan torakostomi tube. Kemudian lakukan penilaian ulang pada pasien,
perhatikan ABCs (Airway, breathing, cirvulation) pasien. Lakukan penilaian ulang
foto toraks untuk menilai ekspansi paru, posisi dari torakostomi dan untuk
memperbaiki adanya deviasi mediastinum. Selanjutnya, pemeriksaan analisis gas
darah dapat dilakukan.
Dekompresi sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumothoraks
yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan
intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar
dengan cara
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.
Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura,
kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan
dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka,
akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang
berada di dalam botol.
Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan
kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding
toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula
tetap ditinggal.
Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik
infus set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air.
Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang
keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol.
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari
cavum pleura (rongga pleura)
Tujuan :
• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan
hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
lubang yang menyebabkan pneumothoraks kemudian dijahit
menyebabkan paru tidak bisa mengembang, maka dapat dilakukan
dekortikasi.
atau terdapat fistel dari paru yang rusak
kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain.
KOMPLIKASI:
Pneumotoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumotoraks) dapat
mengakibatkan kegagalan respirasi akut. Pio-pneumotoraks, hidro-
pneumotoraks/hemo-pneumotoraks, henti jantung paru dan kematian (sangat
jarang terjadi); pneumomediastinum dan emfisema subkutan sebagai akibat
komplikasi pneumotoraks spontan, biasanya karena pecahnya bronkus, sehingga
kelainan tersebut harus ditegakkan (insidensinya sekitar 1%), pneumotoraks
simultan bilateral (insidensinya sekitar 2%), pneumotoraks kronik (insidensinya
sekitar 5 %), bila tetap ada selama waktu lebih dari 3 bulan.
Mendiagnosis adalah komplikasi yang paling umum terjadi dari dekompresi
jarum. Dekompresi jarum akan mengubah pneumotoraks menjadi tension pneumotoraks.
Jika tidak terdapat pneumotoraks, pasien akan mengalami kondisi pneumotoraks setelah
dekompresi jarum dilakukan.
Sebagai tambahan jarum akan melukai jaringan paru, yang mungkin pada kasus
langka dapat menyebabkan cedera paru atau hemotoraks.
Jika jarum yang ditempatkan terlalu dekat ke arah tulang sternum,
dekompresi jarum dapat menyebabkan hemotoraks karena laserasi dari pembuluh
darah intercosta.
Penempatan torakostomi tube dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
saraf intercostae dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan parenkim paru,
terutama jika menggunakan trokar untuk penempatannya.
Prognosis
Baik, apabila segera dilakukan pertolongan dan pengobatan intensif,
terutama yang mengenai penderita muda yang sehat.
Pasien dengan pneumotoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan,
setelah sembuh dari observasi maupun setelah pemasangan tube toracostomy.
Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks yang dilakukan
torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik,
umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien pneumotoraks spontan sekunder
prognosisnya tergantung penyakit paru yang mendasari
Lebih dari 50% pasien dengan pneumothorax akan mengalami hal yang
sama di kemudian hari. Tidak ada komplikasi jangka panjang setelah terapi yang
berhasil. Follow up dilakukan setidak-tidaknya dalam satu tahun setelah
pneumothorax teratasi yang dilakukan melalui pengambilan x-ray setiap tiga
bulan.

You might also like