You are on page 1of 36

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

OLEH
KELOMPOK 7 :

Agustinha De Almeida 17.321.2711


Alldo Wijaya Kusuma 17.321.2712
Gusti Ayu Agung Yasinta F.R 17.321.2717
Komang Mega Adi Pratiwi 17.321.2724
Ni Kadek Ari Santi 17.321.2726
Ni Wayan Desri Arsarini 17.321.2754
Ni Wayan Juniasih 17.321.2755

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmatnya dan izinnyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diare” dimana dapat diselesaikan tepat pada
waktunya .
Tugas ini merupakan tugas mata kuliah “Keperawatan Anak I” penyusunan
makalah ini penulis mengalami kendala atau hambatan namun semua dapat di atasi
dengan baik karena bantuan dari semua pihak yang membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis.
Penulis yakin makalah yang penulis susun ini, masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi penyempurnaan makalah penulis berikutnya.

Denpasar, 11 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit ...........................................................................
2.1.1 Pengertian ....................................................................................
2.1.2 Etiologi .........................................................................................
2.1.3 Manifestasi Klinis ........................................................................
2.1.4 Patofisiologi .................................................................................
2.1.5 Pathway ........................................................................................
2.1.6 Komplikasi ..................................................................................
2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium ............................................................
2.1.8 Penatalaksanaan .............................................................................
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .......................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................
2.2.3 Rencana Tindakan ....................................................................... 8
2.3 Asuhan Keperawatan ............................................................................... 10

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan .................................................................................................. 24
3.2 Saran ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah
5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita
meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele,
padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut
catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di
Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab
kematian ke 2 terbesar pada balita.

Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang tua
mengenai kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun dalam
menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian
terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada
bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa
saja yang akan diberikan kepada bayi dan anak yang menderita penyakit
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Diare ?
2. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Penyakit Diare ?
2. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ?
3. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan
tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang
meningkat. Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair
bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari). Berdasarkan dari pendapat
para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah buang air besar (BAB)
yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau
lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut pedoman MTBS diare dapat dikelompokkan menjadi :

a. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
b. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas
diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
c. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

2.1.2 Etiologi
a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera),
Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi
pada anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Obat-obatan : antibiotic.
g. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis,
obstruksi usus.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
b. Suhu tubuh meninggi/demam
c. Feces encer, berlendir atau berdarah
d. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
e. Anus lecet
f. Muntah sebelum dan sesudah diare
g. Anoreksia
h. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
i. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran
mukosa kering.
j. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
k. Keram abdominal
l. Mual dan muntah
m. Lemah
n. Pucat
o. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
p. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

2.1.4 Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor,
diantaranya :
a. Faktor Infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan
daerah permukaan usus, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus dalam
absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin
bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat.
b. Faktor Malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam emlakukan absorpsi yang
menyebabkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat isi
meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare.
c. Faktor Makanan
Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan
yang kemudian menyebabkan diare.
d. Faktor Psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik
usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yang menyebabkan diare.
2.1.5 Pathway

Infeksi
(virus,bakteri,parasit)

Berkembang di
usus

Terjadi respon
peradangan pada GI

Nyeri
abdomen

Sel mukosa usus


mengalami iritasi

Peristaltik meningkat

Penyerapan cairan
Sekresi cairan dan elektrolit
dan elektrolit
di dalam usus meningkat
menurun

Frekuensi BAB
meningkat Tanda dan gejala : mukosa
bibir kering, mata cowong,
Diare ubun-ubun cekung

Pengeluaran asam
laktat berlebihan Kekurangan
Volume Cairan

Iritasi kulit daerah


anal

Kerusakan
Integritas Kulit
2.1.6 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi
 Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh
pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
 Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan
dalam.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg
bb selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
 Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein

2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare
adalah sebagai berikut:
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal
terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya
inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit
diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam
keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma
yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium
Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin
C difficle harus diperiksa.
2. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit,
infeksi enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai
penyebab diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur
output harian. Sekali diare harus dicatat (>250ml/day), kemudian
perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa
malabsorbsi lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika
berat feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat
lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat
lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk
menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong
yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang pandang dari sample
noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien
diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses
selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang
banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal
sekunder atau insufisiensi pancreas.
5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan
diare osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan
Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –290
mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali
konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya <50
mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit
karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang bernilai
untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat
di kolon kedalam asam lemak rantai pendek.Selanjutnya bakteri
fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika feses
bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap
seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah
biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap
tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan
adanya Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin.
Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi
noda asam.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis,
LED yang meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin
rendah akan mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat
inflamasi intestinal. Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium
dan karotin akan menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12,
asam folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK).
Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak
pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari
obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time,karotin dan
kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin mengkin
sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika
malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka
dapat diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-
Ellison Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma),
cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid
syndrome).
9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan
alkalinisasi fese dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi
merah. Skrining laksatif feses terhadap penyebab lain dapat
dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya.
Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic
seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.

2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada
balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi
WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi
akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program
LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:

1. Berikan Oralit

2. Berikan obat Zinc

3. Pemberian ASI / Makanan

4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

5. Pemberian nasihat pada ibu atau pengasuh.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesia pada pasien. Data-data
yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung
jawab.
b. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Pasien dengan
gangguan eliminasi fekal biasanya mengeluh diare.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Perlu dikaji warna BAB (kuning, kuning kehijauan, hijau),
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Tentukan
konsistensinya (encer,padat), tentukan frekuensinya (> 3 kali
sehari). Perlu dikaji waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), > 7
hari ( diare berkepanjangan), > 14 hari (diare kronis). Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhan tersebut.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien sudah pernah di rawat di Rumah Sakit dengan
keluhan diare.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga,
misalnya hipertensi dan diabetes.

c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien, pengetahuan
status kesehatan pasien saat ini.
2) Pola Metabolik-Nutrisi
Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan kehidupan,
jenis dan jumlah (makanan dan minum), pola makan 3 hari terakhir
atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan.
3) Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau,
nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan
lain.
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna , bau,
nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan
lain.
4) Gerak dan Aktivitas
Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari-hari, kemampuan
untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar
mandi), Mandiri bergantung atau perlu bantuan, penggunaan alat
bantu (kruk,kaki tiga).
5) Pola Istirahat-Tidur
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidar sehari-hari (jumlah waktu
tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur,
tingkat kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata,
keadaan umum, mengantuk.
6) Pola Persepsi-Kognitif
Kaji pasien mengenai :
 Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasaan, peraba).
 Penggunaan alat bantu indra
 Persepsi ketidak nyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprahensif)
 Keyakinan budaya terhadap nyeri
 Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan
untuk mengontrol dan mengatasi nyeri
 Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
7) Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai :
 Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok
social
 Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan
dari kelemahan yang dimiliki
 Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh
( yang disukai dan tidak)
 Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
 Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
 Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi
 Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurangi diri,
murung, tidak mau berinteraksi)
8) Pola hubungan-Peran
Kaji pasien menganai:
 Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman
kerja
 Kepuasan atau ketidak puasan menjalankan peran
 Efek terhadap status kesehatan
 Pentingnya keluarga
 Struktur dan dukungan keluarga
 Pola membesarkan anak
 Hubungan dengan orang lain
 Orang terdekat dengan klien
 Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
9) Pola Reproduksi-seksualitas
Kaji pasien mengenai :
 Masalah atau perhatian seksual
 Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami atau istri
 Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman,
pelukan, sentukan dll)
 Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan
reproduksi
 Efek terhadap kesehatan
 Riwayat yang berhungan dengan masalah fisik dan atau
psikologi
 Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia,
payudarah, rectum)
10) Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
Kaji pasien mengenai :
 Sifat pencetus stress yang di rasakan baru-baru ini
 Tingkat stress yang dirasakan
 Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress
 Strategi mengatasi mengatasi stress yang biasanya
digunakan dan keefektifannya
 Strategi koping yang biasa digunakan
 Pengetahuan dan penggunaan tehnik manajemen stress
 Hubungan antara manajemen strees dengan keluarga
11) Pola Keyakinan-Nilai
Kajia pasien mengenai :
 Latar belakang budaya atau etnik
 Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya atau etnik
d. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik pasien digunakan untuk mengkaji pasien secara
menyeluruh dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tehnik yg digunakan
dalam pemeriksaan fisik, yaitu :
a. Inspeksi, saat melakukan teknik inpeksi, perawat melakukan
observas dari kepala sanpai ke ujung kaki klien untuk mengkaji
keadaan umum klien. Pada pasien dengan gangguan eliminasi fekal,
pengkajian lebih difokuskan pada kepala, abdomen dan rektum.
Bagian kepala kaji ubun-ubun, rambut, mata, dan mukosa mulut .
ubun-ubun cekung, rambur rontok, mata cowong, dan mukosa mulut
kering merupakan tanda-tanda dehidrasi yang disebabkan oleh
peningkatan pengeluaran cairan dan elektrolit akibat diare. Pada
bagian abdomen, inspeksi terhadap kontur, bentuk, kesimetrisan,
dan warna kulit pada semua kuadran abdomen. Inspeksi juga
meliputi pemeriksaan massa, gerakan peristaltik, luka, dan lesi.
Secara normal, gerakan peristaltic tidak dapat dilihat. Namun,
gerakan peristaltik dapat dilihat juka ada obstruksi intestinal.
Distensi abdomen tampak seperti tonjolan keluar pada seluruh
permukaan perut. Gas dalam usus, tumor, atau tumor dalam ruang
peritoneum dapat menyebabkan distensi. Abdomen yang distensi
akan tampak kulit yang menegang dan melebar. Pada bagian rektum,
inspeksi adanya lesi, perubahan warna, inflamasi, dan hemoroidpada
area disekitar anus.
b. Auskultasi
Auskultasi abdomen dilakukan menggunakan stetoskop, untuk
mengkaji bunyi usus pada masing-masing kuadran. Bunyi usus
normal terjadi setiap 5-15 detik dan berakhir selama 1 hingga
beberapa detik. Selama auskultasi, catat karakteristik dan frekuensi
bunyi usus. Dengar peningkatan suara tinggi atau bunyi gemericing
disertai distensi abdomen. Tidak adanya bunyi usus (tidak terdengar
bunyi usus saat diauskultasi) atau bunyi usus yang hipoaktif (kurang
dari lima bunyi per menit) terjadi dalam ulkus paralisis, seperti
setelah pembedahan abdomen. Bunyi usus yang tinggidan hiperaktif
(35 atau lebih bunyi per menit) terjadi pada obstruksi usus dan
gangguan eliminasi.
c. Palpasi
Palpasi adanya massa dan area yang mengalami nyeri pada
abdomen. Klien harus dalam keadaan rileks. Ketegangan otot
abdomen berbeda sesuai dengan organ atau massa yang ada di
bawahnya.
d. Perkusi
Perkusi dapat mendeteksi adanya lesi, cairan, atau gas dalam
abdomen. Terbiasa melakukan lima perkusi juga membantu
mengidentifikasi struktur abdomen yang melatarbelakanginya. Gas
atau flatulens memberikan bunyi tumpul saat diperkusi.
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yng berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya
sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data
focus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencangkup
tindakan yang di laksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien
yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Dari informasi yang
terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang di hadapi
klien.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama untuk klien dengan masalah eliminasi adalah:
a. Diare
b. Kekurangan volume cairan
c. Kerusakan integritas kulit
Yang biasanya ditentukan melalui PES (Problem, Etiologi, Symtom)dengan
cara penyususnan diagnose keperawatan yaitu : Problem berhubungan
dengan Etiologi yang di tandai dengan Symtom yang diperoleh dari DS dan
DO .

4. Intervensi Keperawatan
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. NOC: NIC:
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital
keperawatan selama …x24 2. Manajemen diare :
jam diharapkan eliminasi usus a. Monitor tanda dan
terkontrol dengan kriteria hasil gejala diare
:
1. Pola eliminasi kembali b. Amati turgor kulit
normal (BAB 2-3 kali secara berkala
sehari) Tidak ada lendir c. Monitor kulit
dan darah dalam feses perineum terhadap
2. Feses lembut dan adanya irirtasi
berbentuk d. Ukur diare/output
3. Bisisng usus normal pencernaan
(anak-anak : 5- e. Berikan makanan
15x/menit dan dewasa dalam porsi kecil tapi
5-35x/menit) sering serta tingkatkan
4. Diare berkurang/hilang porsi secara bertahap
f. Timbang pasien
secara berkala
g. Instruksikan pasien
atau keluarga pasien
untuk mencatat warna,
volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
h. Anjurkan pasien
menghindari makanan
pedas
i. Instruksikan diet
rendah serat, tinggi
protein, tinggi kalori,
sesuai kebutuhan
j. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat dan
terapi.
3. Manajemen
elektrolit/cairan :
a. Pantau adanya tanda
dan gejala overhidrasi
yang memburuk atau
dehidrasi
b. Timbang berat badan
harian dan pantau
gejala
c. Tingkatkan
intake/asupan cairan
per oral
d. Berikan cairan yang
sesuai
e. Batasi cairan yang
sesuai
f. Lakukan tindakan-
tindakan untuk
mengontrol
kehilangan elektrolit
yang berlebihan
g. Lakukan tindakan-
tindakan untuk
mengistirahatkan
saluran cerna
h. Instruksikan pasien
dan keluarga
mengenai alasan
pembatasan cairan,
tindakan hidrasi, atau
administrasi elektrolit
tambahan
i. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat dan
terapi
4. Manajemen nutrisi :
a. Monitor kalori dan
asupan makanan
b. Monitor
kecenderungan
terjadinya penurunan
dan kenaikan berat
badan
c. Tentukan status gizi
pasien dan
kemampuan pasien
memenuhi status gizi
d. Bantu pasien dalam
menentukan pedoman
atau piramida
makanan yang paling
cocok dalam
memenuhi kebutuhan
nutrisi preferensi
e. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengonsumsi
makanan
f. Lakukan atau bantu
pasien pada saat
perawatan mulut
sebelum makan
g. Anjurkan pasien
untuk duduk pada
posisi tegak di kursi
jika memungkinkan
h. Anjurkan keluarga
untuk membawa
makanan favorit
pasien sementara
(pasien) berada di
rumah sakit atau
fasilitas perawatan
yang sesuai
i. Kolaborasi dengan
tim kesehatan lainnya
5. Pengecekan kulit :
a. Monitor kulit
untuk adanya
kekeringan yang
berlebihan dan
kelembaban
b. Monitor kulit
untuk adanya
ruam dan lecet
c. Lakukan langkah-
langkah untuk
mencegah
kerusakan lebih
lanjut (misalnya
melapisi kasur)
d. Ajarkan anggota
keluarga/pemberi
asuhan mengenai
tanda-tanda
kerusakan kulit
dengan tepat

2. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda


keperawatan selama …x24 vital
jam diharapkan keseimbangan 2. Monitor cairan :
cairan terkontrol dengan a. Monitor asupan dan
kriteria hasil : pengeluaran cairan
1. Membrane mukosa b. Monitor warna dan
bibir lembab frekuensi urine
2. Turgor kulit normal c. Tentukan jumlah dan
(kembali < 1 detik) jenis intake/asupan
3. Bola mata tidak cekung cairan serta kebiasaan
dan lembek eliminasi
4. Ubun-ubun tidak d. Tentukan faktor-
cekung faktor resiko yang
mungkin
menyebabkan
ketidakseimbangan
cairan
e. Periksa turgor kulit
f. Berikan cairan dengan
tepat
g. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat dan
terapi
3. Manajemen muntah :
a. Kaji emesis terkait
dengan warna,
konsistensi, akan
adanya darah, dan
sejauh mana kekuatan
emesis
b. Posisikan untuk
mencegah aspirasi
c. Tingkatkan pemberian
cairan secara bertahap
jika tidak ada muntah
yang terjadi selama 30
menit
d. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologi untuk
mengelola muntah
e. Informasikan
penggunaan teknik
nonfarmakologi
bersama dengan
ukuran-ukuran kontrol
muntah
f. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi obat

3. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda


keperawatan selama …x24 vital
jam diharapkan gangguan 2. Pemberian obat kulit :
integritas kulit teratasi dengan a. Monitor adanya efek
kriteria hasil : samping lokal dan
1. Tekstur kulit lembut sistemik dari
2. Elastisitas kulit tidak pengobatan
terganggu
3. Integritas kulit tidak b. Tentukan kondisi kulit
terganggu pasien diatas area
4. Ttidak ada lesi pada dimana obat akan
kulit diberikan
5. Tidak ada eritema c. Buang sisa obat
sebelumnya dan
bersihkan kulit
d. Sebarkan obat di atas
kulit, sesuai
kebutuhan
3. Perawatan luka tekan :
a. Monitor warna, suhu,
udem, kelembapan,
dan kondisiarea
sekitar luka
b. Monitor tanda dan
gejala infeksi di area
luka
c. Bersihkan kulit sekitar
luka
d. Berikan salep jika
dibutuhkan
e. Ajarkan pasien dan
keluarga pasien
mengenai perawatan
luka
f. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi dan
obat

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di buat .

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencanakan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan di lakukan dengan cara
melibatkan pasien.

2.3 Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN

No. Register : 2017


Ruang : anggrek 1
Tgl/ jam MRS : 25 April 2017, jam 11.30 WIB
Tgl pengkajian : 25 April 2017
Dignosa medis : Gastroenteritis/Diare

I. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : Ny.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : PegadunganRT 01/05

b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
hubungan dengan klien : Anak klien
alamat : PegadunganRT 01/05
II. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Klien menyatakan diare 2 hari.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien menyatakan sudah diare ± 2 hari yang lalu sejak tanggal 25 April 2017.
Klien BAB encer,dengan frekuensi 6-7x setiap harinya ( ± 300cc),warna dan bau
khas feses. Klien menyatakan sebelumnya mengkonsumsi makanan pedas. Klien
juga mengatakan badannya panas.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya Klien tidak pernah sakit seperti ini. Klien juga
tidak pernah MRS sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM, Hipertensi,
dan penyakit menurun lainnya.

III. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI

No Pola Aktivitas Di Rumah Di RS


1. Nutrisi
- Makan
-
- Minum

2. Pola Eliminasi
- BAB

- BAK

3. Aktivitas Fisik

4. Istirahat Tidur

5. Personal Hygiene
- Mandi
- Keramas
- Gosok Gigi
- Ganti Pakaian

IV. DATA PSIKOSOSIAL


a. Status Emosi
Klien tampak tenang saat dilakukan pengkajian

b. Konsep Diri
Klien menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggapnya sebagai
cobaan dari Tuhan
c. Interaksi Sosial
Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian.
d. Spiritual
Klien beragama Islam.

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : - TD : 110/70 mmHg - N : 84x/ menit
- RR : 20x/ menit - Suhu : 38 º C
d. Kepala
- Ekspresi Wajah : Tenang
- Rambut : Rambut beruban, persebaran merata, berminyak.
- Wajah : Simetris, tidak ada luka
- Mata : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat membuka
mata secara spontan
- Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada Secret.
- Mulut : Tidak ada sariawan, simetris, mukosa kering
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis
e. Thorax
- Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan luka
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada
- Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung dullnes
- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur

f. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk perut datar
- Auskultasi : Bising usus 14x / menit
- Perkusi : Suara hipertimpani
- Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
g. Ekstermitas
- Atas : Jari lengkap, terpasang infus RA : D5 pada tangan kanan, tonus
otot 5 I 5
- Bawah : Jari lengkap, tonus otot 5I5
h. Genetalia : Tidak dikaji

VI.DATA PENUNJANG
- HB : 11,56
- Leukosit : 10.000
- Trombosit : 154.000
- HT : 36

VII. TERAPI
- Infus RA : RL 30 TMP
- Injeksi Cefotaxime 3 x 1
- Sanmol 3 x 1
- Antasid syrup 3 x 1

DS : - klien mengatakan diare 2 hari


- klien mengatakan BAB klien encer dengan frekuensi 6 – 7 x / hari
- klien mengatakan feses berbau dan berwarna khas feses, cair tidak ada
ampas
- klien mengatakan sebelumnya mengkonsumsi makanan pedas
- klien mengatakan badannya panas

DO : - Keluhan utama Lemah


- Suhu : 38 º C - TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x / menit - RR : 20 x /menit
- Konsistensi feses cair
- Mukosa bibir kering
- Suara perut hipertimpani
ANALISA DATA
Nama : Ny.S
Dx. Medis : Gastroenteritis

NO DATA PENYEBAB MASALAH


Ds:
1. DS : Kehilangan cairan sekunder Kurang volume cairan
- Klien mengatakan diare 2 hari akibat diare. dan elektrolit.
- Klien mengatakan saat BAB
feses klien encer dan berlendir.
- Klien mengatakan BAB 6-7X
dalam sehari.
- Klien mengatakan
mengonsumsi makanan pedas
sebelumnya.
DO :
Do:- Keadaan Umum Lemah
- Konsistensi fases cair dan
berlendir
- Mukosabibirkering
- Suara perut hipertimpani
- Tugor kulit menurun
2. Ds: Peningkatan suhu
- Klien mengatakan badan panas Proses infeksi penyakit tubuh
Do: - Keluhan utama lemah
- S : 38OC
- N : 84 X/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 20 X/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny.S
Dx. Medis : Gastrointeritis
No DIAGNOSA MEDIS

1. Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan Kehilangan


cairan sekunder akibat diare.
2. Hipertermi brerhubungan dengan proses infeksi Penyakit.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.S
Dx.Medis : Gastroenteritis

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Ketidakseimbanga Setelah 1. Pantau tanda dan 1.Penurunan volume
n cairan dan dilakukan gejala dehidrasi. cairan dan elektrolit
elektrolit tindakan menyebabkan
berhubungan keperawatan dehidrasi jaringan.
dengan kehilangan dalam waktu 2. Pantau input dan 2.Dehidrasi dapat
cairan sekunder. 1X24 jam output. meningkatkan laju
diharapkan : filtasi glomerulus.
- TTV dalam 3. Bina hubungan 3.Mempermudah
batas normal saling percaya. melakukan intervensi
- Tidak ada selanjutnya.
tanda-tanda 4. Pemberian cairan 4.Pemberian cairan
dehidrasi parenteral sesuai secara cepat dapat
- Frekuensi BAB dengan umur. sebagai penganti
1X / hari cairan yang hilang.
5. Kolaborasi 5.Menentukan
dengan dokter pemberian obat secara
dalam pemberian tepat.
obat.

2.
Hipertermi Setelah 1. Bina hubungan 1.Mempermudah
berhubungan diberikan saling percaya. melakukan
dengan proses tindakan intervensi
infeksi penyakit. keperawatan selanjutnya.
dalam waktu 2. Berikan kompres 2.Membantu
1X24 jam pada klien. menurunkan suhu
diharapkan : tubuh klien.
- Suhu tubuh 3. Anjurkan klien 3.Membantu
normal untuk memakai mengurangi
- Keluhan utama baju tipis dan penguapan pada
kembali normal dapat menyerap tubuh.
- Demam klien keringat.
turun
4. Anjurkan klien 4. Menganti cairan
minum sedikit tapi yang hilang.
sering.

5. Kolaborasi 5. Menentukan
dengan dokter pemberian obat
dalam pemberian secara tepat.
obat.

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

No dx Tgl/jam Implementasi Tgl/jam Evaluasi ttd

1. 25/04/17 1. Memantau 26/04/17 S : Klien mengatakan diare berkurang dan


12.00 TTV 07.00 panas sudah mulai turun
2. Memantau
intake dan
output O : Keadaan umum sedang, diare
denganmempe berkurang 3-4x/hari, ampas ada, panas
rhatikan mulai turun
tetesan infuse S : 37,6 C
dan BAB, Td : 110/70mmHg
BAK klien N :80x/mnt
3. Membina RR :20x/mnt
hubungan A :
saling percaya Masalah I
dengan klien Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
4. Memberikan berhubungan dengan kehilangan cairan
cairan sekunder teratasi sebagian
parenteral Masalah II
dengan Hipertermi berhubungan dengan proses
memasang infeksi penyakit teratasi sebagian
infus pada P : lanjutkan intervensi 1-5
klien.
5.Mengkolaboras
ikan dengan
dokter.

2. 26/04/17 27/06/10
1. Membina
08.00 07.00
hubungan
S : Klien mengatakan diare sudah jarang
saling percaya
dan klien sudah tidak panas
antara perawat
O : Keluhan utama hilang, diare cair tapi
dengan klien.
berampas, frekuensi 1-2 x/hari, panas

2. Memberikan hilang,

kompres pada T : 120/80 mmHg,

klien. S : 36,5 C
RR : 20x/mnt
3. Membantu N : 80x/mnt
menggati A : MasalahI
pakaian klien Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan
4. Memberi klien
kehilangan cairan sekunder teratasi
minum
Masalah II
5. Mengkolabora Hipertermi berhubungan dengan
sikan dengan proses infeksi penyakit teratasi
dokter P : Intervensi dihentikan
Klien sudah boleh pulang
DAFTAR PUSTAKA

- Lynda Juall Carpenito R.N., M.S.N., Rencana Asuhan & Dokumentasi


Keperawatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999
- Marilynn E/ Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1999

You might also like