You are on page 1of 17

ANALISA DATA KOMUNITAS DAN POPULASI PASIEN

DI RSU BIDADARI BINJAI PERIODE TAHUN 2017-2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Permasalahan di Indonesia hingga saat ini semakin kompleks. Hal ini terlihat ketika
beberapa waktu yang lalu marak dibahas mengenai kasus TKI, busung lapar, kemiskinan,
pengangguran bahkan permasalahan yang berkonotasi politik seperti halnya hasil pemilu yang
dianggap tidak valid dan penuh kecurangan. Berbagai kalangan masyarakat maupun elit
pemerintah memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam menyikapi persoalan ini. Solusi
yang dianggap sebagai jalan keluar untuk mengatasi persoalan ini pun bermacam-macam.
Kekuatan kekuasaan serta kekuatan politik menjadi dominator dalam setiap keputusan yang
tertuang dalam kebijakan-kebijakan yang diwujudkan sebagai langkah dalam menyelesaikan
persoalan berskala nasional ini.

Namun bila kita melihat fenomena tersebut dari sudut pandang demografi, terdapat
titik-titik yang dapat menjadi acuan untuk menemukan sumber permasalahan. Perbedaan
keadaan tanah dan lingkungan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat
bermigrasi ke tempat yang memiliki potensi ekonomi untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik. Keadaan tanah yang kurang baik menjadi salah satu penyebab minimnya peluang
peningkatan ekonomi yang memicu menyebarnya penduduk dari daerah satu ke daerah lain.
Dari persoalan lingkungan dapat berimplikasi pada persoalan demografi yang mengakibatkan
ketidakmerataan penduduk antar daerah yang berdampak pula pada perbedaan kepadatan
penduduk yang pada akhirnya juga akan berakibat pada masalah pangan. Dari satu masalah
menimbulkan permasalahan yang lain.

Oleh karena itu, berbagai pihak yang berkepentingan dengan proses pembangunan
perlu melihat persoalan-persoalan di atas dari sudut pandang demografis. Karena obyek dari
pembangunan sendiri adalah penduduk yang berdiam dalam suatu negara. Terkait dengan
kependudukan, perhitungan kependudukan melalui sensus merupakan hal yang cukup penting,
baik sebagai data akurat kependudukan maupun sebagai data pendukung untuk menentukan
kebijakan pembangunan dari segi politik, sosial maupun ekonomi. Terkait dengan politik, data
kependudukan merupakan modal yang cukup penting untuk melaksanakan pemilihan umum.
Dengan adanya data penduduk yang memenuhi standar untuk mengikuti pemilihan umum
dapat dijadikan acuan perhitungan hasil pemilu yang valid atau sah. Dari sisi permasalahan
pangan, realitas masyarakat yang kekurangan pangan tergambar dari adanya masalah busung
lapar beberapa waktu lalu, hal ini menunjukkan bahwa persoalan pangan disebabkan oleh
kondisi sumber daya lahan yang kurang produktif untuk memenuhi kegiatan pertanian.
Banyaknya daerah yang memiliki lahan kurang potensial menyebabkan penduduk yang tinggal
di daerah tersebut berpindah ke daerah lain yang memiliki lahan subur. Dengan semakin
banyaknya penduduk yang melakukan migrasi ke daerah yang produktif akan menimbulkan
permasalahan baru yakni ketidakmerataan penduduk antara daerah satu dengan daerah lainnya.
Daerah yang produktif dan memiliki nilai ekonomis secara bertahap mengalami peningkatan
jumlah penduduk, sementara penduduk di daerah yang kurang potensial akan kekurangan
penduduk.

Negara Indonesia sebagai negara berkembang, tergolong sebagai negara yang memiliki jumlah
penduduk yang cukup besar. Sumber daya manusia yang melimpah dapat menjadi aset negara
yang cukup penting bila dimanfaatkan dengan baik dan terarah untuk kemajuan pembangunan
nasional. Oleh karena itu, analisis mengenai kependudukan ini dapat digunakan untuk melihat
realitas dalam masyarakat, baik kepadatan penduduk, persebaran penduduk, registrasi
penduduk serta struktur penduduk.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarakan pemikiran diatas, kajian ini berupaya untuk mempelajari permasalahan yang
muncul dari analisis kependudukan di Dramaga, Kabupaten Bogor. Secara khusus hal-hal
yang akan dikaji yaitu:

1) Bagaimana perkembangan penduduk di Kota Binjai?

2) Bagaimana persebaran komunitas di Kota Binjai?

3) Bagaimana gambaran komunitas dan populasi pasien di RSU Bidadari Binjai?

4) Bagaimana data Komunitas dan populasi mempengaruni kualitas pelayanan?

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, adapun tujuan analisis kependudukan ini adalah:

1) Mengetahui perkembangan penduduk yang terjadi di Kota Binjai.

2) Mengetahui persebaran dan kepadatan penduduk di Kota Binjai

3) Mengetahui gambaran demografi penduduk di Kota Binjai.

4) Mengetahui hubungan antara komunitas dan populasi pasien dengan Pelayanan di


RSU Bidadari.

1.4 Manfaat

Melalui kajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang nantinya
memiliki kepentingan terhadap kajian demografi, baik bagi civitas akademika maupun
masyarakat. Adapun manfaat yang diharapkan adalah:

1) Dapat menjadi referensi bagi kajian yang akan melakukan pengamatan sejenis.

2) Memberikan informasi dan pemahaman kepada pihak-pihak yang berkepentingan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Pengertian penduduk menurut Irma (2009)[1] adalah orang-orang yang berada di dalam suatu
wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain
secara terus menerus atau kontinu. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang
menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Penduduk suatu negara atau daerah bisa
didefinisikan menjadi dua:

 Orang yang tinggal di daerah tersebut.


 Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang
yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ.

Studi yang membahas mengenai penduduk yaitu ilmu kependudukan dan demografi. Ilmu
kependudukan mempersoalkan hubungan-hubungan antara variabel demografi dan variabel
dari sistem lain atau non-demografi (Hauser, 1959 dalan Rusli, 1995).[2] Menurut Malthus
(1830) dalam Rusli (1995)[3] merumuskan dua postulat tentang kependudukan, yaitu:

1. Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia.


2. Bahwa kebutuhan nafsu seksual antar jenis kelamin akan tetap sifatnya sepanjang masa.

Sedangkan demografi adalah suatu studi mengenai jumlah, distribusi teritorial, dan komposisi
penduduk, peubahan-perubahan yang bertalian dengannya serta komponen yang menyebabkan
perubahan yang bersangkutan yang dapat diidentifikasi sebagai natalitas, mortalitas, gerak
penduduk teritorial, dan mobilitas sosial atau perubahan status (Rusli, 1995).[4] Selain
pengertian demografi, disuatu wilayah pun dapat dianalisa mengenai bonus demografi yang
berarti keuntungan ekonomis yang disebabkan penurunan proporsi penduduk muda yang
mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumberdaya
dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan (Adioetomo).[5]

Lahan merupakan sumberdaya yang dibutuhkan penduduk disuatu daerah. Menurut Bintarto
(1977), lahan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul
dan hidup bersama, dimana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk
mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Sedangkan menurut FAO
yang dikutip dari Yunianto (1991) mengemukakan tentang pengertian lahan adalah suatu
wilayah dipermukaan bumi yang mempunyai sifat-sifat agak tetap atau pengulangan sifat-sifat
dari biosfer secara vertikal diatas maupun dibawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah
geologi, geomorfologi, hidrologi, vegetasi, dan binatang yang merupakan hasil aktivitas
manusia dimasa lampau maupun dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Menurut
Manutu (1991) Fungsi lahan secara umum dapat dibagi dua, yaitu lahan yang berfungsi untuk
kegiatan budidaya dan lindung. Sedangkan menurut Arsyad (1989) mengemukakan bahwa
penggunaan lahan adalah suatu bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan baik kebutuhan material maupun kebutuhan spiritual. Selain
itu Arsyad (1989) juga mengemukakan pengelompokan tipe-tipe penggunaan lahan adalah
sebagai berikut : (1) Perladangan, (2) Tanaman semusim campuran,tanah darat, tidak intensif,
(3) Tanaman semusim campuran,tanah darat, intensif, (4) Sawah, (5) Perkebunan rakyat, (6)
Perkebunan besar, (7) Hutan produksi, (8) Hutan alami, (9) Padang pengembalaan, (10) Hutan
lindung, (11) Cagar alam (Anonim, 2010).[6]

Selain itu menurut Anwar (1980) berpendapat bahwa peenggunaan lahan dapat dikelompokkan
ke dalam dua golongan besar yaitu: (1) Penggunaan lahan pertanian (2) Penggunaan lahan
bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan kedalam jenis penggunaan
berdasarkan atas penyediaan air dan bentuk pemanfatan diatas lahan tersebut, diantaranya: (1)
Tegalan, (2) Sawah, (3) Perkebunan, (4) Padang Rumput, (5) Hutan produksi, (6) Hutan
lindung, (7) Padang alang-alang. Sedangkan penggunaan bukan lahan pertanian dibedakan
kedalam beberapa bagian: (1) Pemukiman (2) Industri, (3) Tempat rekreasi, (4) Pertambangan
(Anonim, 2010).[7]

Sensus dalam faham modern mengandung makna perhitungan penduduk yang mencakup
wilayah suatu Negara. (Barclay,1958 dalam Rusli,1995).[8] Sensus dilakukan dengan
pencacahan langsung tiap orang atau rumah tangga. Dengan demikian suatu sensus penduduk
merupakan suatu usaha besar yang memerlukan banyak biaya dan tenaga. Perhitungan
penduduk dalam suatu sensus dapat dilakukan dengan system de jure atau de facto. Sistem de
jure berarti mencacah penduduk menurut tempat tinggal tetap. Sedangkan dengan system de
facto dilakukan dimana seseorang ditemukan pada saat sensus (Rusli, 1995)[9]. Sensus
dilaksanakan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun sekali yang meliputi:

1. Sensus Penduduk, yang dilaksanakan pada tahun berakhiran angka 0 (nol);


2. Sensus Pertanian, yang dilaksanakan pada tahun berakhiran angka 3 (tiga);
3. Sensus Ekonomi, yang dilaksanakan pada tahun berakhiran angka 6 (enam).

Sensus penduduk pertama diadakan pada tahun 1961, kedua tahun 1971, ketiga tahun 1980,
keempat 1990, kelima 2000 dan yang terakhir diadakan pada tahun 2010. Indonesia kini sedang
mempersiapkan sensus penduduk modern yang keenam yang akan diselenggarakan pada tahun
2010. Sensus-sensus penduduk sebelumnya diselenggarakan pada tahun-tahun 1961, 1971,
1980, 1990 dan 2000 (Data Sensus Penduduk, 2009)[10]

Menurut Sumanto dan Saladi (1984)[11] ada tiga sumber pokok data demografi

1. Sensus penduduk
2. Survai sampel demografi
3. Sistem registrasi: registrasi vital (catatan peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran,
kematian, dan perkawinan), registrasi penduduk, dan statistic migrasi internasional.

Survey sampel lebih murah karena hanya meliputi penduduk yang dipilih sebagai wakil
penduduk. Namun demikian proses pemilihan ini dapat menimbulkan kesalahan sampel
(sampling error) yang tidak akan terjadi jika seluruh penduduk dicacah. Dari suatu sampel
dapat diperoleh keterangan-keterangan yang lebih terperinci dan berkualitas lebih baik
daripada suatu sensus, karena lebih banyak waktu dan tenaga dapat dicurahkan untuk setiap
wawancara.

Registrasi vital

Sensus dan survey menggambarkan keadaan penduduk pada suatu waktu tertentu. Statistik
vital merupakan sumber utama untuk mengetahui perubahan penduduk karena statistik ini
dikumpulkan secara kontinu dalam berbagai buku registrasi yang biasanya meliputi kematian,
kelahiran dan perkawinan.

Buku Registrasi Penduduk

Dengan suatu sistem registrasi vital yang mencatat secara terpisah setiap peristiwa yang
dialami seseorang, sulit diperoleh suatu gambaran lengkap tentang setiap individu. Jika buku
registrasi penduduk mencatat setiap individu menurut semua peristiwa (kelahiran, kematian,
perkawinan dan migrasi) yang dialami, gambaran tersebut menjadi lebih mudah. Menurut PBB,
catatan penduduk yang baik pada saat ini seharusnya secara kontinu mencatat cirri-ciri setiap
individu maupun keterangan tentang semua peristiwa penting yang dialaminya.

Menurut Rusli (1995)[12], secara umum ada 3 variabel demografi yang sering dikaji dalam
studi ilmu kependudukan yaitu kelahiran, kematian dan migrasi atau gerak penduduk.
Mengenai kelahiran, dikenal istilah ferilitas yaitu performan reproduksi aktual dari seorang
wanita atau sekelompok individu, yang pada umumnya dikenakan pada seorang wanita atau
sekelompok wanita. Menurut WHO dalam buku Pengantar Kependudukan yang diterjemahkan
oleh Sumanto dan Saladi (1984)[13], lahir hidup didefinisikan sebagai berikut:

“Kelahiran hidup adalah peristiwa keluarnya atau terpisahnya suatu hasil konsepsi dari rahim
ibunya, tanpa mempedulikan lama kehamilan, dan setelah itu bayi bernapas atau menunjukkan
tanda-tanda kehidupan yang lain seperti detak jantung, denyut nadi tali pusat, atau gerakan
yang nyata disengaja, baik bila tali pusat dipotong atau masih melekat dengan plasenta; oleh
karena itu suatu kematian harus didahului suatu kelahiran hidup.”

Ada beberapa ukuran-ukuran fertilitas dan reproduksi seperti yang dijelaskan oleh Said Rusli
(1995)[14]dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Kependudukan”, antara lain:

1. Reit Kelahiran Kasar (CBR) yang digunakan untuk menghitung jumlah kelahiran per
1.000 penduduk per tahun. CBR dihitung dengan menggunakan rumus:

CBR = ∑ kelahiran tahun X x 1000

∑ penduduk tengah tahun X

1. Rasio Anak Wanita (RAW) yang digunakan untuk menghitung berapa jumlah anak usia
0-4 tahun per 1.000 wanita usia reproduksi. RAW dihitung dengan menggunakan
rumus:

RAW = ∑ penduduk umur 0-4 tahun x 100

∑ penduduk perempuan umur reproduktif

Setelah peristiwa kelahiran hidup, setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa demografi
lainnya yaitu kematian. Dalam bukunya berjudul “Kepadatan Penduduk dan Peledakannya”,
Said Rusli menyatakan bahwa, Kematian dapat terjadi pada masa bayi, anak balita, remaja,
pemuda, dewasa, atau pada umur tua.[15] Lebih lanjut Rusli mengungkapkan tentang konsep
Reit Kematian Kasar (CDR) dalam studi kematian.[16] CDR biasanya dinyatakan dalam
jumlah kematian per 1.000 penduduk per tahun, yang dirumuskan:
CDR = ∑ kematian penduduk tahun X x 1000

∑ penduduk tengah tahun X

Diantara kelahiran dan kematian tersebut, manusia tak jarang melakukan gerak penduduk atau
yang lebih dikenal dengan migrasi penduduk. Dalam “Analisa Kependudukan Berdasarkan
Data Sensus Pendduduk 1980”, dinyatakan bahwa ada tiga dimensi pokok yang terkandung
dalam pengertian migrasi yaitu dimensi manusia, dimensi letak demografis yang dilibatkan dan
referensi waktu. Sementara itu migrasi sendiri merupakan perpindahan penduduk dari suatu
propinsi ke propinsi lainnya untuk maksud menetap paling tidak selama enam bulan.[17]

Dalam studi ilmu kependudukan, terdapat pula beberapa ukuran dasar teknik analisa
kependudukan yang penting untuk diketahui selain dari yang sudah disebutkan di atas, antara
lain (seperti yang disadur dalam “Pengantar Ilmu Kependudukan” karya Said Rusli)[18]:

1. Rasio Beban Tanggungan (RBT) yaitu ukuran yang digunakan untuk mengetahui
jumlah tanggungan beban penduduk usia produktif, yang dinyatakan dengan rumus:

RBT = ∑ penduduk umur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas x 100

∑ penduduk umur 15-64 tahun

1. Rasio Jenis Kelamin (RJK) yaitu ukuran yang digunakan untuk mengetahui rasio dari
jumlah laki-laki dan jumlah perempuan, yang dinyatakan dengan rumus:

RJKa-b = ∑ Laki-laki a-b tahun x 100

∑ perempuan a-b tahun

1.

Keterangan:

Um : Umur median

BUm : Batas bawah umur dari kelompok umur yang terdapat umur median

P : Jumlah penduduk

f xm : Jumlah kumulatif penduduk hingga kelomopok umur yang diperkirakan terdapat umur
median

f Um : jumlah penduduk kelompok umur yang diperkirakan terdapat umur median

k: interval kelompok umur

2. Umur Median (UM) yang biasa dipakai sebagai salah satu petunjuk untuk melihat
struktur umur penduduk suatu negara atau wilayah tertentu dalam suatu negara, yang
dinyatakan dengan rumus:
UM = BUm + P/2 – fxm x k

fm

1.

Keterangan:

Po: Jumlah penduduk pada awal periode waktu t

Pt : Jumlah penduduk pada akhir periode waktu t,

R : Reit perkembanngan penduduk per tahun

2. Reit perkembangan penduduk dengan persamaan eksponensial yang digunakan untuk


memperkirakan perkembangan penduduk, yang dihitung dengan rumus:

Pt = Po (1+r)t

2.2 Ketersediaan Data dan Sistem Registrasi

2.2.1 Ketersediaan Data

Kota Binjai memiliki luas lahan sebesar 120,5 Ha, yang terdiri tanah sawah dan tanah kering.
Luas tanah sawah sebesar 2 Ha dan luas tanah kering sebesar 118,5 Ha. Desa Dramaga dibatasi
oleh beberapa desa, diantaranya:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Babakan


2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sinarsari
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sinarsari
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Margajaya

Kondisi geografi lain yang didapat oleh pengamat di Desa Dramaga yaitu:

1. Ketinggian tanah dari permukaan laut : 500 m


2. Banyaknya curah hujan : 700 mm/hm
3. Topografi (daratan rendah, tinggi pantai) : 38 m
4. Suhu udara rata-rata : 240C
5. Jarak dari Ibukota Negara : 68 Km
6. Jarak dari Ibukota Propinsi : 128 Km
7. Jarak dari Ibukota Kabupaten : 34 Km
8. Jarak dari Pusat pemerintahan ke kecamatan : 0.21 Km
9. Jarak dari Kantor Kecamatan : 200 Km

Sesuai dengan uraian jumlah penduduk, terdapat pula jumlah kepala keluarga di Desa Dramaga
sebanyak 2862 jiwa, yang terdiri dari 2.157 laki-laki dan 705 perempuan. Adapun klasifikasi
penduduk Desa Dramaga berdasarkan jenis kelamin per golongan umur mereka pada bulan
April 2010, yaitu:
Tabel 1. Penduduk Desa Dramaga Berdasarkan Jenis Kelamin per Golongan Umur Pada Bulan
April 2010

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah


0-5 799 561 1.360
6-10 511 612 1.123
11-15 817 671 1.488
16-20 871 682 1.553
21-25 652 589 1.241
26-30 690 635 1.325
31-35 452 593 1.045
36-40 336 326 662
41-45 207 199 406
46-50 132 175 307
51-55 129 86 215
56-60 58 57 115
61-65 65 64 129
66-70 113 59 172
Jumlah 5.832 5.309 11.141

Sumber : Diolah dari lampiran data laporan Kantor Kepala Desa Dramaga Bulan April
2010

Data tersebut, dapat diolah menjadi gambaran struktur piramida di Desa Dramaga Bulan
April Tahun 2010, yaitu:

Gambar 1. Struktur Piramida Penduduk Desa Dramaga Tahun 2010

Tabel 2. Penduduk Desa Dramaga Menurut Aspek Demografi Pada Bulan April 2010, yaitu:

No Aspek Demografi Laki-Laki Perempuan Jumlah


1. Kelahiran 10 14 24
2. Kematian 23 12 35
3. Migrasi 46 35 81
Jumlah 79 61 140

Sumber : Diolah dari lampiran data laporan Kantor Kepala Desa Dramaga Bulan April
2010

Data mengenai aspek demografi tersebut, dapat digambarkan melalui diagram batang,
sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Data Persebaran Penduduk Desa Dramaga Berdasarkan Aspek


Demografi Tahun 2010
Tabel 3. Penduduk Desa Dramaga Menurut Agama Pada Bulan April 2010, yaitu:

No. Agama Laki-laki Perempuan Jumlah


1. Islam 5.813 5.285 11.098
32. Protestan 2 3 5
3. Katholik 16 20 36
4. Hindu 0 0 0
5. Budha 1 1 2
Jumlah 5.832 5.309 11.141

Sumber : Diolah dari lampiran data laporan Kantor Kepala Desa Dramaga Bulan April
2010

Sesuai dengan data tersebut, dapat digambarkan persebaran penduduk Desa Dramaga
berdasarkan agama pada tahun 2010 melalui diagram batang, sebagai berikut:

Gambar 3. Diagram Persebaran Penduduk Desa Dramaga Berdasarkan

Agama Tahun 2010

Sedangkan data penduduk Desa Dramaga menurut mata pencahariannya, yaitu:

Tabel 4. Penduduk Desa Dramaga Menurut Mata Pencahariannya Bulan April 2010

No. Mata Pencaharian Jiwa


1. Pegawai Desa 10
2. PNS 126
3. Bidan 2
4. PegawaiSwasta/Pedagang 826
5. Pegawai BUMN 16
6. Pensiunan 42

Sumber : Laporan Kantor Kepala Desa Bulan April 2010

Berdasarkan data tersebut, persebaran mata pencaharian penduduk Desa Dramaga dapat
digambarkan melalui grafik dibawah ini:

Gambar 4. Grafik Persebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Dramaga Tahun 2010

Tabel 5. Luas Desa Dramaga Menurut Penggunaan Lahannya

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)


1. Bangunan perkantoran 0.4
2. Sekolah 0.2
3. Pasar 0.11
5. Jalan 3.2
6. Tempat Ibadah 0.2
7. Permukiman umum 116.39
Total 120.5

Sumber : Diolah dari lampiran data laporan Kantor Kepala Desa Dramaga Bulan April
2010

Selain data penduduk berdasarkan karakteristik yang telah diuraikan, Desa Dramaga juga
memiliki masalah kesehatan yang disertai penyebabnya, diantaranya:

Tabel 6. Pelayanan Berdasarkan jumlah kasus terbanyak di RSU Bidadari Binjai

Sumber : Laporan Kantor Kepala Desa Dramaga Bulan April 2010

Nb: Data tahun 1988, 2000, dan 2008 terdapat dilampiran.

2.2.2 Sistem Registrasi

Pada hari Senin, 24 Mei 2010, kelompok kami mewawancarai Kepala Desa di Desa
Dramaga. Dari hasil wawancara tersebut, kami mengetahui data kependudukan
berdasarkan golongan umur dengan jenis kelamin, jumlah kelahiran, jumlah kematian,
jumlah migrasi, agama, mata pencaharian, penggunaan lahan, dan masalah kesehatan. Dari
hasil wawancara, kami mengetahui bahwa tiap anggota keluarga yang mengalami kejadian-
kejadian demografi ada yang melapor dan ada juga yang tidak.

Di Desa Dramaga tidak terdapat petugas khusus yang mendatangi rumah-rumah penduduk
untuk mencatat kejadian-kejadian demografi. Kejadian demografi dicatat apabila penduduk
setempat melaporkan kejadian demografi itu kepada aparat pemerintah desa. Pencatatan
kejadian demografi Desa Dramaga dilakukan oleh sekretaris desa di kantor Kepala Desa.

Peran penduduk dan aparat kelurahan seperti RT dan RW cukup membantu dalam
penyelenggaraan registrasi penduduk, contohnya ketika kesadaran dari penduduk yang
kurang untuk melakukan registrasi vital (kelahiran), peran ketua RT adalah menyadarkan
warganya untuk melaporkan bayi yang telah mereka lahirkan dan membuat akte kelahiran,
agar mereka mendapatkan asuransi kesehatan bagi bayi yang baru dilahirkan. Desa Dramaga
memberi kebijakan bahwa setiap penduduk yang ingin membuat asuransi kesehatan harus
memiliki surat pengantar dari RT/RW tempat mereka tinggal. Hal ini dilakukan agar warga
menyadari pentingnya peranan RT/RW setempat, misalnya jika terjadi kecelakaan, petugas
dapat dengan mudah menemukan tempat tinggal warga tersebut.

Sistem registrasi di Desa Dramaga tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar, tetapi memiliki
sedikit hambatan. Walaupun RT dan RW mencatat seluruh kejadian demografi tiap bulannya
dan selalu diserahkan ke kantor Desa Dramaga, dalam penerapannya kesadaran beberapa
penduduk untuk melaporkan setiap kejadian demografi (kelahiran, kematian, dan migrasi)
yang menimpa dirinya maupun keluarganya masih rendah, sehingga masih ada penduduk
yang tidak terdata.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Penduduk Desa Dramaga

Data yang diperoleh dari Kelurahan Dramaga adalah data kependudukan berdasarkan jumlah
kelahiran, jumlah kemtian, jumlah migrasi, golongan umur dengan jenis kelamin agama,
mata pencaharian, dan masalah kesehatan di Kelurahan Dramaga pada tahun 1998, 2008, dan
2010. Kelengkapan data-data tersebut telah kami lampirkan pada akhir bab makalah ini.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada tahun 1998, 2008, dan 2010 pertumbuhan
penduduk relatif tetap atau kurang signifikan karena jumlah kelahiran hampir sama dengan
jumlah kematian dimana dalam perkembangan penduduk tersebut juga terjadi penurunan
angka jumlah penduduk usia non produktif. Berikut tabel perhitungan data kependudukan di
Desa Dramaga, Kabupaten Bogor :

Tabel 7. Perhitungan Data Kependudukan di Desa Dramaga, Kabupaten Bogor

Perhitungan Data
No. Kependudukan per 1998 2000 2008 2010
Tahun
Reit Kematian Kasar
1. 6 4 1 4
(CDR)
Reit Kelahiran Kasar
2. 7 6 1 3
(CBR)
3. Proporsi Wanita 49 50 48 48
4. Persentase Wanita 49% 50% 48% 48%
Rasio Anak Wanita
5. - - - 40
(RAW)
Rasio Beban Tanggungan
6. 72 72 64 60
(RBT)
7. Umur Median (Um) 23,16 23,35 28,44 26,18
Keterangan : Tanda (-) menjelaskan ketidaktersediaan data berdasarkan jenis kelamin
pergolongan umur pada tahun 1998, 2000, dan 2008 (untuk perhitungan data
terdapat dilampiran)

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa perhitungan data kependudukan Desa Dramaga,
terjadi penurunan Reit Kematian Kasar (CDR) dari 6 orang yang meninggal dalam 1000
penduduk pada tahun 1998 menjadi 1 orang yang meninggal dalam 1000 penduduk pada
tahun 2008. Akan tetapi, pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang tidak begitu berarti,
yaitu 4 orang yang meninggal dalam 1000 penduduk. Sedangkan, pada Reit Kelahiran Kasar
(CBR) terjadi hal yang serupa dengan Reit Kematian Kasar (CDR), yang mengalami
penurunan dari 7 orang yang lahir dalam 1000 penduduk pada tahun 1998 menjadi 1 orang
yang lahir dalam 1000 penduduk pada tahun 2008. Akan tetapi, pada tahun 2010 mengalami
peningkatan yang tidak begitu berarti pula, yaitu 3 orang yang lahir dalam 100 penduduk.

Pada perhitungan proporsi wanita terjadi fluktuasi dari 49 wanita dalam 100 penduduk pada
tahun 1998, kemudian mengalami peningkatan menjadi 50 orang wanita dalam 100 penduduk
pada tahun 2000. Namun, pada tahun 2008 mengalami penurunan kembali menjadi 48 wanita
dalam 100 penduduk, dan pada tahun 2010, angka proporsi wanita tetap pada angka 48
wanita dalam 100 penduduk. Sementara apabila dihitung berdasarkan persentase wanita,
terjadi hal yang serupa pula dengan proporsi wanita di Desa Dramaga, yaitu mengalami
fluktuasi dari 49 % dalam 100% penduduk pada tahun 1998, kemudian mengalami
peningkatan menjadi 50% wanita dalam 100% penduduk pada tahun 200. Namun, pada tahun
2008 mengalami penurunan kembali menjadi 48% wanita dalam 100% penduduk, dan pada
tahun 2010, angka persentase wanita tetap pada angka 48% wanita dalam 100% penduduk.

Selanjutnya untuk perhitungan Rasio Anak Wanita (RAW), kami tidak dapat menghitung
perkembanganya dari tahun 1998-2008 dikarenakan tidak tersedianya data dari desa yang
bersangkutan. Akan tetapi, pada data tahun 2010 data yang tersedia sudah lengkap sehingga
berdasarkan perhitungan diperoleh RAW sebesar 40, yang berarti dalam setiap 100 orang
wanita usia reproduksi (subur) terdapat 40 orang anak. Kemudian, untuk perhitungan Rasio
Beban Tanggungan (RBT), pada tahun 1998 dan tahun 2000 perkembanganya stabil. Hal ini
ditunjukkan dalam 100 orang penduduk usia produktif menanggung 72 orang penduduk non-
produktif, lalu berdasarkan perhitungan dapat dilihat terjadinya penurunan dari tahun 2000-
2010, yaitu 72 orang penduduk non-produktif yang ditanggung oleh 100 orang usia produktif
menjadi 60 orang penduduk non-produktif yang ditanggung oleh 100 orang usia produktif.

Apabila ingin melihat struktur umur di Desa Dramaga, maka diperlukan perhitungan umur
median. Dari data yang diperoleh, dapat diketahui umur median pada tahun 1998 sebesar
23,16 tahun sedangkan pada tahun 2000 sebesar 23,35 tahun. Kemudian, pada tahun 2008
didapatkan umur median sebesar 28,44 tahun sementara pada tahun 2010 sebesar 26,18.
Semua umur median yang didapatkan dari tahun tahun 1998 sampai tahun 2010 termasuk ke
dalam struktur umur median sedang atau intermediate karena berkisar antara 23-28 tahun.

Sedangkan untuk perhitungan Reit Perkembangan Penduduk Desa Dramaga, kami


mengambil sample pada tahun 2008-2010. Hasil yang kami peroleh dari perhitungan tersebut
yaitu sebesar -1,08% per tahun (perhitungannya tertera dilampiran). Biasanya reit jarang
bernilai negatif akan tetapi dari hasil perhitungan tersebut kami dapat kami menyimpulkan
bahwa perkembangan penduduk Desa Dramaga mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat
dari tingginya tingkat kematian dari pada tingkat kelahiran pada tahun 2010 dan perpindahan
penduduk terutama pada migrasi (penduduk yang pergi) dari tahun 1998 sampai 2010 yang
terdapat dilampiran yang mengakibatkan menurunnya jumlah penduduk.

Reit Perkembangan Penduduk tidak lepas dari gerak penduduk, seperti sirkulasi. Sirkulasi
merupakan gerak berselang antara tempat tinggal dan tempat tujuan baik untuk bekerja,
maupun untuk lain-lain tujuan seperti sekolah (Rusli,1995).[19] Hal ini terlihat dengan
adanya penduduk Desa Dramaga yang hanya sementara tinggal di desa tersebut, dikarenakan
tujuan menetapnya adalah bersekolah, khususnya kuliah di IPB sehingga mendukung Reit
Perkembangan Penduduknya negatif.

3.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk Desa Dramaga

Berdasarkan data yang telah kami peroleh maka persebaran penduduk Kelurahan
Dramaga pada tahun, 2008, 2009, dan 2010 berdasarkan jenis kelamin adalah: mengingat
data yang tersedia untuk memenuhi perhitungan hanya data tahun 2010 maka RJK yang kami
hitung hanya pada tahun tersebut.

Tabel 8. Rasio Jenis Kelamin Menurut Golongan Umur Penduduk Desa Dramaga, Tahun
2010

Gol Umur Rasio Jenis Kelamin (RJK)


0-5 142,42
6-10 83,49
11-15 121,75
16-20 127,71
21-25 110,69
26-30 108,66
31-35 76,22
36-40 103,06
41-45 104,02
46-50 75,42
51-55 150
56-60 101,75
61-65 101,56
66+ 191,52
Total 142,42

Sumber: Diolah dari lampiran data laporan penduduk Desa

Dramaga Bulan April 2010

Berdasarkan hasil perhitungan data di atas maka rasio jenis kelamin keseluruhan
menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah
perempuan di Desa Dramaga. Hal ini ditunjukan dari setiap 100 orang perempuan terdapat
142,42 orang laki-laki, dengan RJK terbesar terdapat pada golongan umur 66+, yaitu sebesar
191,52. Sedangkan RJK yang terkecil terdapat pada golongan umur 46-50, yaitu sebesar
75,42. Selain RJK, persebaran dan kepadatan penduduk di Desa Dramaga dapat dilihat dari
perpindahan penduduk (migrasi), berikut ini tabel yang menunjukkan migrasi yang terjadi di
desa tersebut.

Tabel 9. Migrasi Penduduk di Desa Dramaga dari 1998-2010

Datang Pergi (Mutasi)


No. Tahun Jumlah
Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
1. 1998 19 14 10 5 48
2. 2000 6 5 55 56 122
3. 2008 0 0 5 3 8
4. 2010 - - 46 35 81
Jumlah 25 19 116 99 259

Keterangan : Tanda (-) menjelaskan ketidaktersediaan data.

Analisis migrasi penduduk Desa Dramaga pada tahun 1998 dapat dilihat pada data yang
tersedia (terlampir) bahwa jumlah migran yang datang berjumlah 33 orang sementara migran
keluar berjumlah 15 orang. Jumlah migran yang pindah ke desa Dramaga mengalami
penurunan pada tahun 2000 menjadi hanya 11 orang sementara migran yang keluar dari desa
Dramaga meningkat tajam menjadi 111 orang. Sementara itu pada tahun 2008 tidak ada
migran yang datang ke desa Dramaga dan jumlah migran keluar sebanyak 8 orang. Lalu pada
tahun 2010 jumlah migran yang datang ke desa tersebut tidak tersedia datanya sedangkan
jumlah migran yang ke luar berjumlah 81 orang, sehingga kami dapat menyimpulkan bahwa
migrasi di Desa Dramaga lebih didomonasi dengan penduduk yang mengalami mutasi
(pergi).

3.3 Struktur Penduduk Desa Dramaga

Berdasarkan data yang kami peroleh, kami dapat menyajikan piramida penduduk Kelurahan
Dramaga pada tahun 2010 sebagai berikut:

Tabel 10. Penduduk Desa Dramaga Menurut Jenis Kelamin per Golongan Umur

F
Gol. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah %♂ %♀
Kumulatif
0-5 799 561 1360 1360 7,17 5,04
6-10 511 642 1123 2483 4,59 5,76
11-15 817 671 1488 3971 7,33 6,02
16-20 871 682 1553 5524 7,82 6,12
21-25 652 589 1241 6765 5,85 5,29
26-30 690 635 1325 8090 6,20 5,70
31-35 452 593 1045 9135 4,06 5,32
36-40 336 326 662 9797 3,02 2,93
41-45 207 199 406 10203 1,86 1,79
46-50 132 175 307 10510 1,18 1,57
51-55 129 86 215 10725 1,16 0,77
56-60 58 57 115 10840 0,52 0,51
61-65 65 64 129 10969 0,58 0,57
66-70 113 59 172 11141 1,01 0,53
Jumlah 5832 5309 11141 11141 52,35 47,92

Sumber : Diolah dari lampiran data laporan Kantor Kepala Desa Dramaga Bulan April
2010

Dari data tersebut, dapat digambarkan struktur piramida penduduk, sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Piramida Penduduk Desa Dramaga Tahun 2010

Data yang kami peroleh tentang persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin hanya pada
tahun 2010 sehingga kami menganalisis persebaran penduduk tanpa membandingkan dengan
tahun- tahun yang sebelumnya. Jika dilihat dari struktur piramida diatas maka dapat kita lihat
bahwa penduduk Desa Dramaga pada tahun 2010 termasuk tipe 5, yaitu piramida penduduk
yang menunjukkan perkembangan baru penduduk dengan jatuhnya reit kelahiran dengan
cepat di samping itu mengalami reit kematian yang rendah Akan tetapi reit kematiannya lebih
tinggi dari pada reit kelahiran. Selain faktor kelahiran dan kematian, stuktur penduduk
dipengaruhi pula oleh gerak penduduk, seperti migrasi (imigrasi dan emigrasi). Menurut data
yang kami dapatkan, penduduk Desa Dramaga lebih bnyak yang keluar (emigrasi) dibanding
yang masuk (imigrasi) sehingga reit perkembangan penduduknya negatif.
3.4 Analisis Bonus Demografi di Desa Dramaga

Seperti kita ketahui bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan
penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk
pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumberdaya dapat dialihkan kegunaannya untuk
memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari desa Dramaga, Kec Dramaga, Kab. Bogor pada tahun 1998, 2000, 2008, dan
2010. Rasio ketergantungan desa Dramaga pada tahun 1998 dan 2000 relatif sama yaitu 72
per 100 penduduk usia kerja, selanjutnya rasio ketergantungan desa Dramaga mengalami
penurunan dari 64 per 100 penduduk usia kerja pada tahun 2008 menjadi 60 per 100 ditahun
2010.

Penurunan rasio ketergantungan terkait erat dengan bonus demografi. Seperti pendapat Sri
Moertiningsih Adioetomo dalam tulisannya ‘Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan
Antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan
Ekonomi’ bahwa bonus demografi di Indonesia akan terjadi pada tahun 2020-2030. Pada saat
itu rasio ketergantungan berada pada titik terendah yaitu 44 per 100 penduduk. Ini sangat
ideal untuk melakukan pembangunan manusia dimana pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan penduduk muda sangat minimal. Tetapi harus didukung dengan kesempatan kerja
yang banyak bagi para usia produktif dan mempunyai modal untuk diinvestasikan serta
modal manusia untuk memanfaatkan ‘windows of opportunity’.

Terkait dengan pendapat diatas desa Dramaga apabila dilihat dari rasio ketergantungan desa
tersebut yang relatif masih tinggi pada tahun 2010 ini nampaknya belum ada istilah yang
dinamakan “bonus demografi”, namun secara keseluruhan apabila dilihat dari penurunan
rasio ketergantungan dari tahun ke tahun, sepertinya bonus demografi akan tercapai pada
tahun-tahun selanjutnya dengan syarat rasio ketergantungan desa ini relatif terus menurun.

BAB IV
PENUTUP

1. a. Kesimpulan

Pertumbuhan penduduk Desa Dramaga dari tahun 1998 hingga 2010 relatif tetap atau kurang
signifikan karena jumlah kelahiran hampir sama dengan jumlah kematian dimana dalam
perkembangan penduduk tersebut juga terjadi penurunan angka jumlah penduduk usia non
produktif. Pada tahun 2010 jumlah laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah perempuan di
Desa Dramaga. Sementara, jumlah migran yang keluar lebih banyak dibandingkan migran
yang datang ke desa Dramaga selama kurun waktu 1998-2010. Pada struktur piramida yang
didapat, Desa Dramaga tergolong tipe jenis 5 yang berarti reit kelahiran menurun dengan
cepat dan reit kematian pun rendah. Walaupun memang kematin lebih tinggi sedikit dengan
reit kelahiran. Bonus demografi untuk desa Dramaga akan tercapai pada tahun-tahun
selanjutnya dengan syarat rasio ketergantungan desa ini relatif terus menurun.

1. b. Saran

Dalam analisis ilmu kependudukan diperlukan data yang lengkap dan akurat sehingga dapat
dilakukan perhitungan secara terperinci. Oleh karena itu peran aparat desa setempat dalam
melakukan pendataan terhadap penduduknya sangat penting. Data yang sudah ada juga
sebaiknya dijaga untuk keperluan penelitian yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Moertiningsih Sri. 2005. Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan Antara


Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Dalam: Warta Demografi Tahun 25
No.2.

Anonim. 2010. Artikel2 (terhubung berkala) http://file.upi.edu/Direktori/B%20 % 20 FPIPS /


JUR. % 20 PEND. % 20 GEOGRAFI /196006151988031%20-%20JUPRI/artikel2.pdf
(diakses Sabtu 29 Mei 2010).

David Lucas, Peter McDonald, Elspeth Young, Christabel Young. 1984. Pengantar
kependudukan. Nin Bakdi Sumanto dan Riningsih Saladi, penerjemah. Yogykarta: Gajah
Mada University Pres Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan.

Irma. 2010. Pengertian Penduduk ( terhubung berkala) http://irma5.blogdetik.com


/files/2009/10/pkn11.pdf (diakses Sabtu 29 Mei 2010).

Pasay, Ahmad Haidy N. 1980. Migrasi Masuk Ke Jakarta dalam Analisa Kependudukan
Berdasarkan Data Sensus Penduduk 1090. Jakarta: Biro Pusat Statistik.

Rusli, Said. 1983. Kepadatan Penduduk dan Peledakannya. Jakarta: Balai Pustaka.

Rusli, Said. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.

Sensus Penduduk. 2010. Data Sensus Penduduk (terhubung berkala)


http://sensuspenduduk.blogspot.com/ (diakses Sabtu 29 Mei 2010).

[1] Irma, Pengertian Penduduk, http://irma5.blogdetik.com/files/2009/10/pkn11.pdf, (diakses


Sabtu 29 Mei 2010).

[2] Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan (Jakarta:LP3ES,1995), hal.2.

[3] Ibid., hal.4.

[4] Ibid., hal.2.

[5] Sri Moertiningsih Adioetomo, Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan Antara


Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi (Jakarta:Warta Demografi, 2005).

[6] Anonim, Artikel2, http://file.upi.edu/Direktori/B%20 % 20 FPIPS / JUR. % 20 PEND. %


20 GEOGRAFI /196006151988031%20-%20JUPRI/artikel2.pdf, (diakses Sabtu 29 Mei
2010).

[7] Ibid., hal.3.

[8] Said Rusli, op.cit., hal.35.


[9] Ibid.

[10] Sensus Penduduk. Data Sensus Penduduk, http://sensuspenduduk.blogspot.com/ (diakses


Sabtu 29 Mei 2010).

[11] David Lucas, Peter McDonald, Elspeth Young, Christabel Young, Pengantar
kependudukan (Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan: Gajah Mada University Pres,.
1984), Diterjemahkan oleh Nin Bakdi Sumanto dan Riningsih Saladi.

[12] Said Rusli, op.cit., hal.88.

[13] David Lucas, Peter McDonald, Elspeth Young, Christabel Young, yang diterjemahkan
oleh Nin Bakdi Sumanto dan Riningsih Saladi, loc.cit.

[14] Said Rusli, loc.cit.

[15] Said Rusli, Kepadatan Penduduk dan Peledakannya. (Jakarta: Balai Pustaka, 1983),
hal.36-37.

[16] Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, op.cit., hal. 56.

[17] N Haidy Ahmad Pasay, Migrasi Masuk Ke Jakarta dalam Analisa Kependudukan
Berdasarkan Data Sensus Penduduk 1090, (Jakarta: Biro Pusat Statistik,1980), hal.100-101.

[18] Said Rusli, op.cit., hal.88.

[19] Ibid., hal.137

You might also like