You are on page 1of 10

Komunikasi

Keperawatan

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Bentuk Komunikasi
Menurut Potter & Perry (2005)
bentuk komunikasi dibagi menjadi dua, yakni komunikasi verbal dan non verbal.

Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal meliputi kata-kata yang diucapkan maupun yang dituliskan. Kata-kata
adalah media atau simbol yang digunakan dalam mengekspresikan idea atau perasaan,
sehingga menimbulkan respon emosional, atau menggambarkan objek, observasi, kenangan
atau kesimpulan. Kata-kata juga dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud yang
tersembunyi, menguji minat seseorang dalam hal tingkat kepedulian, atau untuk
mengekspresikan kecemasan. Sebuah kata dapat mengubah makna sebuah kalimat. Bahasa
akan menjadi lebih efektif jika setiap orang yang berkomunikasi memahami pesan yang
disampaikan dengan jelas.

Kode verbal mencakup aspek-aspek berupa :

1) Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan yang
disampaikan dengan kata-kata yang tidak dapat dimengerti, karena itu olah kata menjadi
penting dalam berkomunikasi. Dalam praktik keperawatan, akan berbeda cara penyampaian
komunikasi ketika kita berbicara pada klien dengan kita berbicara dengan sesama profesi.
Penggunaan kosakata yang sesuai dengan lawan bicara kita perlu diperhatikan. Karena kita
tidak akan mungkin mengatakan, “Baik Pak, hari ini saya akan memasang kateter pada
Bapak.” Pesan yang diucapkan dalam ungkapan yang apat dipahami klien akan membuat
komunikasi menjadi efektif.

2) Racing (kecepatan). Berbicara dengan kecepatan yang cukup, penggunaan jeda yang
tepat atau berbicara dengan tempo yang tidak terlalu lambat dan berhati-hati, dapat
membawa pesan tersampaikan dengan baik. Kecepatan dalam kata ketika diverbalisasikan
selain memunculkan, menghilangkan dan memperpanjang jeda, dapat menentukan tingkat
komunikasi apakah memuaskan pendengar atau tidak. Jeda harus digunakan ketika ingin
menunjukan hal tertentu, memberikan waktu bagi penerima ketika mendengarkan sampai
memahami kata-kata yang disampaikan. Perlu diperhatikan reaksi non verbal yang
ditunjukkan klien ketika pesan disampaikan. Perhatikan apakah reaksi penerima seperti
memahami maksud pesan atau sebaliknya.

3) Intonasi suara : pesan akan terdengar lebih dramatik sehingga pesan akan menjadi lain
artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak
proporsional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

4) Humor : Dugan (1989) memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu
menghilangkan stres dan nyeri. Wootsen (1993 dalam Potter & Perry 2005) menyatakan
bahwa tawa membantu melepaskan tegangan yang berhubungan dengan stres atau sakit,
meningkatkan keefektifan perawat dalam menyediakan dukungan emosi pada klien dan
memanusiakan pengalaman rasa sakit. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan
harus diingat bahwa humor hanya merupakan selingan dalam berkomunikasi.

5) Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat langsung pada
pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti. Keringkasan dapat dicapai
dengan sempurna dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan kesederhanaan
makna. Contoh kalimat, “Bapak bisa memberitahu saya bagian mana yang terasa sakit,”
tentu lebih efektif dan ringkas dibandingkan, “saya ingin Bapak memberitahu saya, pada
bagian mana Bapak merasa sakit.”
6) Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi
akan berarti seseorang bersedia berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk
mendengar atau memerhatikan apa yang disampaikan.

7) Arti denotatif dan konotatif, dimana arti kata denotatif akan memberikan makna yang
sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan konotatif merupakan pikiran, perasaan
serta ide dalam suatu kata. Misalnya dapat diambil contoh, klien mempersepsikan kata
serius sebagai suatu kondisi mendekati kematian, sedangkan perawat akan menggunakan
kata kritis untuk menjelaskan keadaan menuju kematian. Jadi disimpulkan bahwa ketika
berkomunikasi dengan klien perawat harus memilih kata-kata yang tepat sehingga tidak
mudah disalahtafsirkan, terutama penting pada saat menjelaskan tujuan terapi serta kondisi
klien.

b. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal merupakan transmisi pesan tanpa menggunakan kata kata, serta
merupakan salah satu cara terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada orang
lain. Komunikasi non verbal akan selalu kita tampilkan ketika berhadapan dengan orang lain.
Gerakan tubuh memberi makna yang lebih jelas dengan kata-kata. Maka dari itu dikatakan
bahwa komunikasi non verbal lebih kuat dalam menyampaikan pesan dibandingakan
dengan komunikasi verbal. Perawat harus mewaspadai adanya komunikasi non verbal yang
tidak sesuai ketika berkomunikasi verbal. Seperti ucapan sederhana selamat pagi kepada
klien, jika perawat mengatakannya dengan raut wajah yang keras, tentu klien akan merasa
bahwa perawat tidak bermaksud baik dalam menyampaikan salamnya. Contoh lain ketika
perawat mengatakan bahwa prosedur menyuntik tidak menimbulkan rasa sakit yang
berlebihan namun dengan ekspresi yang datar bahkan marah, tentu klien akan kehilangan
kepercayaan kepada perawat dan akhirnya merasa cemas terhadap prosedur yang akan
dilakukan padanya. Disini terjadi kesalahan antara komunikasi non verbal yang menyertai
komunikasi verbal. Studi Albert Mahrabian (1971 dalam Cangara 2012) pun menyimpulkan

bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang 7% berasal dari bahasa verbal,
38% dari vokal suara dan 55% berasal dari ekspresi muka. Dengan demikian sangat perlu
berhati-hati bagi perawat saat berkomunikasi dengan klien. Harus ada kesesuaian antara
komunikasi non verbal dan verbal. Mark knapp menyebutkan fungsi kode non verbal pada
komunikasi adalah untuk :

1) Meyakinkan apa yang diucapkan


2) Menunjukkan perasaan
3) Menunjukkan jati diri
4) Melengkapi ucapan yang dirasakan belum sempurna

Yang termasuk kode non verbal antara lain :

a) Ekspresi wajah, merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi karena ekspresi wajah
cerminan suasana emosi seseorang.
b) Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan
kontak mata selama berinteraksi atau tanya jawab menandakan seseorang terlibat dan
menghargai lawan bicaranya dengan adanya kemauan untuk memerhatikan tidak hanya
sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata pun juga memberi kesempatan pada
seseorang untuk mengobservasi lawan bicaranya.
c) Sentuhan : sebuah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat
spontan dari komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguhsungguh,
dukungan emosional, kasih sayang, atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d) Postur tubuh dan gaya berjalan : Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri, dan bergerak
dapat memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan mampu
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatan seseorang.
e) Sound (suara) : rintihan, menarik napas panjang, tangisan menjadi salah satu ungkapan
perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan
dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya, pesan akan lebih tersampai dengan
jelas.
f) Gerak isyarat : merupakan kode non verbal yang dapat mempertegas komunikasi.
Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetukmengetukan
kaki atau menggerakan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan
stres bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.
(Cangara, 2009)

Teori Komunikasi Simbolik


Komunikasi memilki pengertian yakni proses penyampaian maksud atau pesan dari sang
komunikator kepada komunikan baik dalam bentuk satu arah atau dua arah,dengan
menggunakan media (alat bantu) maupun tidak, dengan tujuan terwujudnya

Mutual understanding, perubahan pemikiran dan perilaku. Komunikasi memiliki dua jenis
dalam bentuk penyampaiannya, yakni verbal dan non verbal. Verbal itu mencakup lisan
dan tulisan, sedangkannon verbal mencakup mimik wajah, bahas tubuh ataupun simbol.
Dalam terminology George Herbert Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang
dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu
interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku
orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan
perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan
oleh orang lain. Sesuai dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide
dasar dari interaksi simbolik adalah :
1. Mind (pikiran) – kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial
yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi
dengan individu lain.
2. Self (diri pribadi) – kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaiansudut
pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salahsatu
cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia
luarnya.
3. Society (masyarakat) – hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh
tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang
mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam
proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya

Charron (1979) menyebutkan pentingnya pemahaman terhadap simbol-simbol ketika


seseorang menggunakan teori interaksionisme simbolis. Simbol adalah objek sosial dalam
suatu interaksi. Ia digunakan sebagai perwakilan dan komunikasi yang ditentukan oleh
orang – orang yang menggunakannya. Orang-orang tersebut memberi arti, menciptakan dan
mengubah objek tersebut di dalam interaksi. Simbol sosial tersebut dapat mewujud dalam
bentuk objek fisik (benda-benda kasat mata); kata-kata (untuk mewakili objek fisik,
perasaan, ide-ide, dan nilai-nilai), serta tindakan (yang dilakukan orang untuk memberi arti
dalam berkomunikasi dengan orang lain
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara
lain:
1.Pentingnya makna bagi perilaku manusia.
Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana
dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya
makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secarainterpretif oleh
individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara
bersama dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut :
Manusia, bertindak, terhadap, manusia, lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lai
nkepada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna
dimodifikasimelalui proses interpretif .
2.Pentingnya konsep mengenai diri (self concept).
Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif,
didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya dengan cara antara lain : Individu-
individu mengembangkan konsep diri melalui nteraksi dengan orang lain, Konsep diri
membentuk motif yang penting untuk perilaku Mead sering kali menyatakan hal ini
sebagai : ”The particular kind of role thinking – imagining how we look to
another person ”or”ability to see ourselves in the reflection of another glass”.
3.Hubungan antara individu dengan masyarakat.Tema ini berfokus pada dengan hubungan
antara kebebasan individu dan masyarakat,dimana norma-norma sosial membatasi perilaku
tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada
dalam sosial kemasyarakatannya. Fokusdari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai
keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-
asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah: Orang dan kelompok masyarakat
dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

Interaksi Simbolik dalam organisasi Masyarakat


1.Posisi pemakaian anting di telinga kanan pada pria, menandakan bahwa dia adalah gay
2.Dua gambar gender wanita yang berdampingan seperti di atas dipahami sebagai simbol
lesbian oleh kaum lesbian.
3.Contoh penulisan huruf dengan gaya besar-kecil dan ditambahkan symbol-
simbol,didefinisikan oleh masyarakat Jakarta sebagai tulisan orang “Alay”. Terminologi alay
tersebut yakni kategori manusia yang termasuk dalam strata bawah dan bisa disebut
juga “kampungan” atau “norak”.
4.Mengacungkan dua jari yakni telunjuk dan jari tengah. Diyakini masyarakat
secarauniversal sebagai simbol perdamaian.
5.Gambar di samping menjelaskan bahwa lelaki berpeci dikenal oleh masyarakat
Indonesiasebagai lelaki muslim.
6. Salib dijadikan sebagai simbol agama Nasrani dan pemahaman simbol ini diyakini oleh
mayarakat secara universal.
7.Warna pink atau merah muda menjadi simbol wanita dalam menginterpretasikan
kelembutan dan kefemininan mereka. Hal ini diyakini oleh wanita dan pria di seluruh dunia.
8.Biru menjadi simbol dari warna lelaki atau maskulinitas dari seorang pria.

Diawali dengan kata “Meta” yang berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luar atau samping, maka
jika digabungkan dengan kata “Komunikasi” akan berarti “ada sesuatu selain atau disamping
komunikasi” atau jika lebih disederhanakan penerapannya akan
menjadi komunikasi tentang komunikasi; meta-bahasa adalah bahasatentang bahasa; meta-
pesan adalah pesan tentang pesan.

Memahami Definisi Dan Konsep Metakomunikasi


Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal,
interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam
kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan
penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga
jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
A. KOMUNIKASI VERBAL
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah
pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal
biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk
mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek,
observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu
untuk berespon secara langsung. © 2003 Digitized by USU digital library 2

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

1. Jelas dan ringkas


Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang
digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara
secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan
lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan
menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya
ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”

2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan
oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan
“Duduk , sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika
dikatakan “ Maaf silakan Dudukl sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti
konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius
dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata
kritis untuk menjelaskan keadaan yang klien yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi
dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah
tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

4. Selaan dan kesempatan berbicara


Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan
yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan
kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak
berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat
juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

5. Waktu dan relevansi


Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan,
tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan
singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena
itu, perawat haruspeka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi
verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat.

6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang
produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi
terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya
untuk berkomunikasi dengan klien.

B. KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara
yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari
pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat
yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati pada:

1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan
lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat
hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan
perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat
persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter
dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat
menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan
yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang
perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi
mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak
memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena
emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari
emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik
yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi
wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar
penting dalam menentukan pendapat © 2003 Digitized by USU digital library 4
interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang
mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat
dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak
memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara
sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan
dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat
mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.
Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan
merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan
norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika
memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari
bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak
interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan
Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat
ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti
dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT

Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh
kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati
(1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama,
perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang
memntingkan dirinya sendiri.
Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa “human care” terdiri
dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan
membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang
lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap orang
diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama
ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.

3. TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda
pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart &
Sundeen (1950) dan Wilson &Kneisl (1920), yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap
kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk
mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal © 2003 Digitized by USU digital library 5
yang sedang dikomunikasikan.
Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian
adalah dengan:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan.
c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki
atau tangan.
d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
e. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan
umpan balik.
f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

You might also like