You are on page 1of 6

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI

Di Susun oleh:

RIKY PRATAMA
NIM : PO0220216044
KELOMPOK III

POLITEKNIK KESEHATAN PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

TA.2017/2018
A. Pengertian
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang di
gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktifitas berbagai organ atau sel.
Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigen terdiri atas
saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru.
Saluran Pernapasan Bagiab Atas
Saluran pernapsan bagian atas berfungsi menyaring, mengahangatkan,
dan melembabakan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri dari :
1. Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam bagian hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan di tutupi bulu yang kasar dan
bermuara ke rongga hidung dan rongga hidung yang di lapisi selaput
lendir yang mengandung pembuluh darah.
2. Faring
Faringmerupakan pipa yang memiliki otot, memenjang dari dasar
tenggorokan sampai esofagus yang terletak di belakan nasofaring (di
belakang hidung), di belakan mulut (orofaring) dan di belakang laring
(laringo faring)
3. Laring (Tenggorokan)
Laringmerupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang di ikat bersama ligamen dan membaran,
terdiri atas lamina yang bersambung di garis tengah.
4. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat menelan.
Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi menaglirkan udara dan
memproduksi surfaktan. Saluran in terdiri atas :
1. Trakea
Trakea atau di sebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang
lebih 9 meter yang di mulai dari laring sampai kira-kira katinggian vetebra
torakalis ke lima.tarakea tersusu atsa 16-20 lingkaran tidak lengkap
berupa cincin, di lapisi selaut lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang
dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek
dan lebih lebar dari pada bagian kiai yang memiliki tiga lobus atas, tengah,
dan bawah, sedangakan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan
yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
3. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak di
dalam rongga torak setinggi tulng selangka sampai dengan diafragma. Paru
terdiri atas bebrapa lobus yang di selaputi oleh pleura parietalis dan pleura
viseralis, serta di lindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru
kanan da paru kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung
beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak di
sebut apeks. Paru memiliki bagian yang bersifat elastis, berpori, serta
berfungsi sebagai tempat pertukan gas oksigen dan karbon dioksiada.
Proses Oksigenasi
Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pegaruhi
oleh bebrapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udar asemakin remndah, demikian
sebaliknya semakin rendah tempat semakin tekanan udara semakin tinggi:
adantya kemampuan torak dan paru pada dalam aklfeoli dalam
melaksanakan ekpoensi atau kembang kempis: adanya jalan napas yang di
mulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang
kerjanya sangat di pengaruhi olehg sistem syaraf otnom (terjadinya
rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga vasolidasi dapat
terjadi, kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga
fasokontriksi atau proses penyempitan dapat terjadi); refleks batukj dan
munta; dan adanya peran mukus siliaris sebagai barier ataytu penangkal
benda asing yang mengandung interverron dan dapat mengikat virus.
Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dapat memengaruhi
proses ventilasi, karena CO2 memiliki kekuatan merangsang pusat
pernapasan peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat merangsang
pusat pernapasan dan bila pCo2 kurang dari sama dengan 80 mmHg dapa
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukan antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini di penagruhi
oleh bebrapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran,
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (ke
duanya dapat memengaruhi proses di fusi apabila terjadi proses penebalan),
perbedaan tekanan dan konsentrasi 0 ( hal ini sebagai mana O2 dari alveoli
masuk kedalam darah oleh karean tekan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi
dari tekaanan O2 dalam darah vena pulmonaris masuk dalam darah secara
difusi), pCO2 dalam arteri pelmonaris akan berdifusi kedalam alveoli, dan
afinitas gas (kemampuan menembus adn saling mengikat hemoglobin-Hb).
Transportasi Gas
Transportasi merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tuguh dan CO2 jaringantuguh ke kapiler. Pada prosesw transportasi, O2 akan
berkaitan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam
plasma (3%), sedangkan CO2 akan berkaitang dengan Hb membentuk
Karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian
menjadi HCO3 yang berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat di pengaruhi oleh bebrapa faktor, yaitu curah
jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exerices),
perbandinha sel darah dengan secar keseluruhan (hematokrit), serata eritrosit
dan kadar Hb.

B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding
dada, nyeri,cemas, penurunan energy/kelelahan, kerusakan neuromuscular,
kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif/persepsi, obesitas, posisi
tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya
perubahan membrane kapiler-alveoli.

C. Manifestasi Klinis
Obstruksi jalan napas
Obstuksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi
pernapasan yang tidak normal akibat ketidak mampuan batuk secara efektif,
dapat di sebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat infeksi,
imobilisai, stasis sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan
seperti cerebro vascular accident (CVA), efek pengobatan sedatif da lain-lain.
Tanda klinis:
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu mengluarkan sekresi di jalan napas
3. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
4. Jumlah, irama, dn kedalaman napas tidak normal
D. Potofisiologi/Pathway
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas.
Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Pemeriksaan gas darah arteri
3. Oksimetri
4. Pemeriksaan sinar X dada
5. Bronskoskopi
6. Endoskopi
7. CT-SCAN

F. Penatalaksanaan
1. Latih Napas
Latih napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiaki ventilasi
alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasisi,
meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stres.
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
3. Atur posisi (duduk atau tidur terlentang)
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas melalui
hidung dengan mulut tertutup
5. Anjurkan untuk menahan napas selam 1-5 detik, kemudian di susul
dengan menghenbuskan naps melalui bibir dengan bentu mulut
mencucu atau seperti orang mencium.
6. Catat respon yang terjadi
7. Cuci tangan
G. Diagnosa Keperawatan
Bersiahan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan :
 Produksi sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi
 Imobilisasi, statis sekresi, batuk tiodak efektif akibat penyakit sitem
saraf depresi susunan saraf pusat, dan CVA
 Efek sedatif dari obat, pembedahan (bedah torak), truma, nyeri,
kelelahan, ganguan kognitif, dan persepsi
 Depresi refleks batuk
 Penurunan oksigen dalam udara inspirasi
 Berkurangnya mekanisme pembersihan silia dan respons peradangan.
H. Perencanaan
1. Mempertahankan jalan napas agar efektif
 Awasi perubahan status jalan napas dengan memonitor jumlah,
bunyi atau status kebersihan.
 Berikan humidifier (pelembab)
 Lakukan tindakan pembersihan jalan napsa dengan fibrasi clapping
atau postural drainase (jika perlu lakukan suction)
 Ajarkan teknik batukl efektif
 Pertahankan agar jalan napas tetap terbuka dengan memasang
jalan napas buatan, seperti oropharyngeal/nasopharyngeal airway,
intubasi, endiktrekea, atau trakheastomi sesuai dengan indikasi.
 Kerja sama dengan tim medis dalm memberiak obt bronkolidatol
2. Mempertahankan pola pernapasan kembali efektif
 Awasi perubahan status pola pernapasan
 Atur posis sesuai denga kebutuhan (semifowler)
 Beriakn oksigenasi
 Ajarkan teknik dan relaksasi yang benar.

You might also like