You are on page 1of 19

KONSEP DASAR PENYAKIT BAYI BARU LAHIR (BBL)

A. Adaptasi Bayi Baru Lahir (BBL)


Neonatus (bayi baru lahir) normal adalah bayi yang baru lahir sampai
usia 4 minggulahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.Bayi lahir
melalui jalan lahir denganpresentasi kepala ssecara spontan tanpa
gangguan,menangis kuat,nafas secara spontandan teratur, berat badan antara
2500-4000gram dan panjangnya 14-20 inci (35.6-50.8sentimeter, walaupun
bayi baru lahir pramasa adalah lebih kecil). Kepala bayi baru lahir ituamat
besar di banding bagian-bagian badan yang lain, Sedangkan tengkorak
manusiadewasa adalah kurang lebih 1/8 dari panjang badan. Ketika dilahirkan,
tengkorak bayi barulahir masih belum sempurna menjadi tulang. Setengah bayi
baru lahir mempunyai bulu halusyang dinamakan lanugo, khususnya di
belakang, bahu, dan dahi bayi pramasa. Lanugo akan hilang dengan sendirinya
dalam masa beberapa minggu. Tujuan adaptasi bayi segera setelah lahir.

1. Adaptasi fisiologi
Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiolog pada BBL adalah untuk
mempertahankanhidupnya secara mandiri dengan cara :
1. bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya
sendiri
2. Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup
3. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi

2. Perubahan pada system tubuh bayi baru lahir (BBL)


1. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot bayi berkembang dengan sempurna karena hipertropi, bukan
hiperplasi. Tulang panjang tidak mengeras dengan sempurna untuk
memudahkan pertumbuhan pada epifise. Tulang tengkorak kekurangan
esensi osifikasi untuk pertumbuhan otak dan memudahkan proses
pembentukan selama persalinan. Proses ini selesai dalam waktu beberapa
hari setelah bayi lahir. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8 minggu.
Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan dan digunakan untuk
memperkirakan tekanan hidrasi dan intrakranium yang dilakukan dengan
memalpasi tegangan fontanel.
Pada waktu lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu
dengan lainnya oleh perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura
yang juga berasal dari Krista neuralis. Di tempat-tempat pertemuan lebih
dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal sebagai ubun-ubun(fontanella).
Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun besar(fontanella
anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang parietal dan dua
tulang frontalis. Sutura dan ubun-ubun memungkinkan tulang-tulang
tengkorak saling bertumpah tindih(suatu proses yang disebut molase)
selama proses persalinan.
Segera setelah lahir, tulang-tulang membranosa bergerak kembali ke
posisi asalnya dan sehingga tengkorak tampak besar dan bulat. Sebenarnya
ukuran kubah sangat besar bila di bandingkan daerah muka yang kecil.
Beberapa sutura dan ubun-ubun tetap seperti membrane dalam waktu yang
cukup lama setelah lahir. Pertumbuhan tulang-tulang kubah terus
berlangsung setelah lahir dan terutama disebabkan oleh pertumbuhan otak.
Walaupun seorang anak berusia 5-7tahun hampir sudah memiliki semua
kapasitas tengkoraknya, beberapa sutura masih tetap terbuka hingga usia
dewasa. Pada beberapa tahun pertama setelah lahir, palpasi ubun-ubun besar
dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai apakah
penulangan tengkorak berlangsung normal dan apakah tekanan di dalam
normal. Femoral anteversi pada saat lahir akan memiliki sudut sekitar 30⁰
sampai 40⁰. Dikarenakan intrauterin biasanya hip eksternal rotasi positif,
maka pada saat pemeriksaan infan akan terlihat hip lebih eksternal rotasi.
Jaringan lunak hip eksternal rotasi yang kontraktur akan berkurang lebih
dari 1 tahun pertama kehidupan seorang anak selanjutnya meningkat
menjadi internal rotasi diharapkan femoral anteversi akan menjadi semakin
terlihat. Ada penurunan secara bertahap femoral anteversi dari 30⁰ sampai
40⁰ pada saat lahir kemudian menjadi 10⁰ sampai 15⁰ pada adolesen awal
dan puncak perbaikan terjadi sebelum usia 8 tahun.
Perawatan anak-anak dengan masalah muskuloskeletal masih
menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi modern. Banyak fraktur
dan cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat aktivitasnya yang tinggi
dan rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan fraktur pada anak
berbeda daripada orang dewasa karenagrowth plate yang aktif di tulang
mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan masalah
signifikan dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko
harus dimonitor dengan perawatan. Perawatan skoliosis adalah aliran utama
dalam ortopedi anak. Atas alasan yang kurang dimengerti, pertumbuhan
lengkung tulang punggung pada beberapa anak, yang jika dibiarkan tak
terawat dapat menimbulkan cacat yang tak diharapkan dan dapat terus
menyebabkan nyeri kronis yang akut dan masalah pernafasan. Perawatan
skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan gabungan penjepitan dan
pembedahan. Anak-anak memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang
menjadi fokus ortopedi sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti
kaki pekuk dan dislokasi pinggulkongenital (juga dikenal sebagai displasia
pertumbuhan pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi
(osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit
khusus seperti Shriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian
substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.

2. Perubahan Sistem Saraf (Neurologi)


Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf bayi baru lahir
masih sangat muda, baik secara anatomi maupu fisiologi. Ini menyebabkan
kegiatan refleks spina dan batang otak dengan kontrol minimal oleh lapisan
luar serebrum pada beberapa bulan pertama kehidupan, walaupun interaksi
social terjadi lebih awal. Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan
persediaan oksigen dan glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang masih
muda rentan terhadap hipoksia, ketidakseimbangan biokimia, infeksi dan
perdarahan. Ketidakstabilan suhu dan gerak otot yang tidak
terkoordinasimenggambarkan keadaan perkembangan otak dan mielinasi
saraf yang tidak sempurna. Bayi baru lahir memperlihatkan sejumlah
aktivitas refles pada usia yang berbeda-beda, yang menunjukan normalitas
dan perpaduan antara sistem neurologi dan muskuloskeletal. Beberapa
refleks tersebut:
1) Refleks Moro.
Refleks ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan
mendadak. Refleks ini dapat dimunculkan dengan cara menggendong
bayi dengan sudut 45°, lalu kepalanya turun sekitar 1-2 cm. Bayi akan
bereaksi dengan menarik dan menjulurkan lengannya yang kadang-
kadang gemetaran. Lalu kedua lengannya akan memeluk dada. Reaksi
yang sama juga terjadi pada tungkai, yang lentur ditekuk ke perut.
Refleks ini simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir.
Ketiadaan refleks Moro menandakan imanuritas otak. Jika pada usia
6 bulan refleks tersebut masih ada, ini menunjukan retardasi mental.
2) Refleks Rooting
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut,
bayi menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya,
siap untuk menghisap.
3) Refleks Mengedip/Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma
4) Refleks Menggenggam
Refleks ini dimunculkan dengan menempatkan jari/pensil di dalam
telapak tangan bayi, dan bayi akan menggenggamnya dengan erat.
5) Refleks Berjalan dan Melangkah
Jika bayi disangga pada posisi tegak dan kakinya menyentuh
permukaan yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan. Jika bayi
dipegang dan tulang keringnya menyentuh tepi meja, bayi akan
memanjat ke meja (refleks penempatan tungkai).
6) Refleks Leher Tonik Asimetris
Pada posisi telentang, jika kepala bayi menoleh ke satu arah, lengan
di sisi tersebut akan ekstensi sedangkan lengan sebelahnya fleksi. Jika
didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke
belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya menunduk
ke depan.
3. Perubahan Sistem Integumen
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih
belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat
tipis. Verniks Caseosa juga berfusi dengan epidermis dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah.
Kulit sering terlihat berbercak, terutama di daerah sekitar ekstremitas.
Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik. Kaput suksedanum ialah edema
pada kulit kepala, yang ditemukan dini. Tekanan verteks yang lama pada
serviks menyebabkan pembuluh darah setempat mendapat penekanan,
sehingga memperlambat aliran balik vena. Aliran balik vena yang melambat
membuat cairan jaringan di kulit daerah kepala meningkat, shingga terjadi
pembengkakan. Tonjolan edema, yang terlihat saat bayi lahit, memanjang
sesuai garis sutura tulang tengkorank dan lenyap secara spontan dalam tiga
sampai 4 hari. Kelenjar keringat sudah ada sejak bayi lahir, tetapi kelenjar
ini tidak berespons terhadap peningkatan suhu tubuh. Terjadi sedikit
hiperplasia kelenjar sebasea dan sekresi sebum akibat pengaruh hormon saat
hamil. Walaupun kelenjar sebasea seuda terbentuk dengan baik saat bayi
lahir, tetapi kelenjar ini tidak terlalu aktif pada masa kanak-kanak. Kelenjar-
kelenjar ini mulai aktif saat produksi androgen meningkat, yakni sesaat
sebelum pubertas.

4. Perlindungan Termal (Termoregulasi)


Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka sehingga
mereka dapat mengalami stress akibat perubahan lingkungan. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian
masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Bayi
baru lahir/neonates dapat menghasilkan panas dengan tiga cara, yaitu
menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis yang bukan melalui
mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil saja tidak efisien dan bayi
cukup-bulan tidak mampu menghasilkan panas dengan cara ini. Aktivitas
otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya terbatas, bahkan untuk
bayi-cukup bulan dengan kekuatan otot cukup kuat untuk tetap berada
dalam posisi fleksi. Termogenesis non-menggigil mengacu pada
penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas.
Timbunan lemak cokelat terletak pada dan di sekitar tulang belakang,
klavikula dan sternum, ginjal, serta pembuluh darah utama. Jumlah lemak
cokelat bergantung pada usia kehamilan dan menurun pada bayi baru lahir
yang mengalami hambatan pertumbuhan. Produksi panas melalui
penggunaan cadangan lemak cokelat di mulai saat rangsangan dingin
memicu aktivitas hipotalamus. Pesan kimiawi akan dikirimkan ke sel-sel
lemak cokelat. Sel-sel ini menghasilkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi energy panas. Luas permukaan kulit bayi sebanding dengan massa
tubuhnya sehingga bayi berpotensi mengalami kehilangan panas. Lapisan
lemak bawah kulit yang tipis, yang memiliki daya isolasi yang buruk,
memungkinkan pemindahan inti panas ke lingkungan. Pusat pengaturan
panas di otak bayi mampu mendorong produksi panas sebagai bentuk reaksi
terhadap rangsangan yang diterima dari termoreseptor. Akan tetapi, hal ini
sangat bergantung pada kegiatan metabolisme yang meningkat yang akan
mengurangi kemampuan bayi tersebut untuk mengendalikan suhu tubuh,
terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

5. Perlindungan Sistem Gastrointestinal


Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi balum matur
dibandingkan orang dewasa. Membran mukosa pada mulut berwarna merah
jambu dan basah. Gigi tertanam didalam gusi dan sekresi ptyalin sedikit.
Sebelum lahir, janin cukup-bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Refleks muntah dan batuk yang matur sudah terbentuk dengan baik pada
saat lahir. Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna makanan (selain
susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung
masih belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada bayi baru
lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml
(15-30 ml) untuk bayi baru lahir cukup-bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan
makan yang sering oleh bayi sendiri sangat penting, contohnya memberikan
ASI sesuai keinginan bayi (ASI on demand). Jumlah asam lambung pada
bayi sama dengan pada orang dewasa dalam beberapa hari pertama. Pada
hari ke-10, bayi sama sekali tidak memiliki asam hidroklorida yang akan
meningkatkan risiko infeksi.
Lama pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam. Usus bayi terdiri dari
sejumlah besar kelenjar sekresi dan daerah permukaan yang besar untuk
menyerap gizi makanan. Sejumlah enzim sudah dihasilkan, walaupum
masih terdapat kekurangan amilase dan lipase yang menyebabkan bayi
kurang mampu mencerna karbohidrat dan lemak.Pada waktu lahir, usus bayi
dalam keadaan steril hanya dalam beberapa jam. Bising usus terdengar
dalam 1 jam kelahiran. Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16
minggu kehamilandikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan dan benar-
benar dibuang dalam waktu 48-72 jam. Kotoran pertama berwarna hijau
kehitam-hitaman, keras, dan mengandung empedu. Pada hari ke-3-5,
kotoran berubah warna menjadi kuning kecokelatan. Begitu bayi diberi
makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang meminum susu
botol lebih pucat warnanya, lunak, dan berbau agak tajam. Bayi defekasi 4-
6 kali sehari, namun ada kecenderuangan untuk sulit defekasi.

6. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)


Sistem imun bayi baru lahir masih belum matur sehingga neonatus rentan
mengalami infeksi dan alergi. Sistem imun yang matur akan membeir
kekebalan alami maupun kekebalan dapatan. Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Beberapa contoh kekebalan alami, meliputi:
1) Perlindungan oleh membran mukosa
2) Fungsi saringan saluran napas.
3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
B. Pemeriksaan bayi baru lahir (BBL)
1. Pengkajian (Pengkajian fisik )
a. Pengukuran umum :
1) Lingkar kepala 33-35 cm,
2) Lingkar dada 30,5-33 cm,
3) Lingkat kepala 2-3 cm > dari linkar dada,
4) Panjang kepala ke tumit 48-53 cm,
5) BBL 2700-4000 gram
b. Tanda vital :
1) Suhu 36,50C-370C (aksila),
2) Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),
3) Pernafasan 30-60x/m
4) Tekanan darah
c. Kulit :
1) Saat lahir: merah terang, menggembung, halus
2) Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering
3) Vernik kaseosa
4) Lanugo
5) Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan
skrotum atau labia.
d. Kepala
1) Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm
2) Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm
3) Fontanel harus datar, lunak danpadat
4) Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan
dari sututa ke sutura.
e. Mata :
1) Kelopak biasanya edema, mata tertutup
2) Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat
3) Tida ada air mata
4) Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip
(respon cahaya atau sentuhan)
5) Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis
tengah.
f. Telinga :
1) Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian
luar kantus mata
2) Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan
tiab-tiba
3) Pina lentur adanya kartilago.
g. Hidung :
1) Patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
h. Mulut dan tenggorok :
7S1) Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah,
frenulumbibir atas
2) Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting
3) Refleks gag, refleks ekstrusi
4) Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras.
i. Leher :
1) Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher
tonik, refleks neck-righting, refleks otolith righting
j. Dada :
1) Diameter anterior posteriordan lateral sama
2) Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi
3) Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.
k. Paru-paru :
1) Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal
2) Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.
3) Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
l. Jantung :
1) Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum
2) Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1
m. Abdomen :
1) Bentuk silindris
2) Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan
3) Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama
4) Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus
5) Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1
vena
6) Nadi femoral bilateral sama
n. Genetalia wanita :
1) Labia dan klitoris biasanya edema
2) Labia minora lebih besar dari labia mayora
3) Meatus uretral di belakang klitoris
4) Verniks kaseosa di antara labia
5) Berkemih dalam 24 jam
o. Genetalia pria :
p. Punggung dan rektum :
1) Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjol
2) Refleks melengkung, batang tubuh
3) Wink anal
4) Lubang anal paten
5) Lintasa mekonium dalam 36 jam
q. Ekstrimitas :
1) 10 jari kaki dan tangan
2) rentang gerak penuh
3) punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah
lahir
4) fleksi ekstremitas atas dan bawah
5) telapak biasanya datar
6) ekstrimitas simetris
7) tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi
berlawanan
8) nadi brakialis bilateral sama.
r. Sistem neuromuskuler:
1) Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksi
2) Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.
3) Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar
tetap tegak walaupun sementara
4) Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkuran
5) Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung
bila tengkurap.
s. Observasi status tidur dan aktivitas
1) Tidur regular: 4-5 jam/hari, 10-20 menit/siklus mata tertutup,
pernafasan regular, Tak ada gerakan kecuali sentakan tubuh yang
tiba-tiba.
2) Tidur ireguler: 12-15 jam/hari, 20-45 menit/siklus tidur, mata
tertutup, pernafasan tidak teratur, sedikit kedutan pada otot.
3) Mengantuk: bervariasi, mata mungkin terbuka, pernafasan ireguler,
gerakan tubuh aktif.
4) Inaktivitas sadar: 2-3 jam/hari. Berespon terhadap lingkungan
dengan gerakan aktif dan mencari obyek pada rentang dekat.
5) Terbangun dan menangis: 1-4 jam/hari. Mungkin dengan merengek
dan sedikit gerakan tubuh, berlanjut pada menangis keras dan marah
serta gerakan ekstrimitas yang tidak terkoordinasi.

t. Observasi perilaku kedekatan orang tua


1) Bila bayi dibawa ke orang tua, apakah mereka meraih anak dan
memanggil Namanya
2) Apakah orang tua membicarakan tentang anaknya dalam hal
identifikasi
3) Kapan orang tua menggendong bayi, kontak tubuh seperti apa yang
terjadi
4) Ketika bayi bangun, stimulasi apa yang dilakukan
5) Seberapa nyaman keleihatan orang tua dalam merawat bayi
6) Tipe afeksi apa yang ditunjuukan pada bayi baru lahir, seperti
tersenyum, membelai, mencium atau menimang
7) Bila bayi rewel, tehnik kenyamanan apa yang dilakukan orang tua
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR
PENGKAJIAN D DEWIK
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan nafas dan banyaknya
mucus.
2) Resiko hipotermia b.d bayi baru lahir
3) Ketidakefektifan pemberian asi b.d reflek mengisap tidak efektif
4) Risiko infeksi b.d luka terbuka umbilikus
Intervensi keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Dx Hasil
1. Setelah dilakukan NIC: Management jalan 1. Memaksimalkan
tindakan asuhan nafas pernafasan
keperawatan …x… 2. Agar pernafasan
jam diharapkan jalan 1. Buka jalan nafas gunakan pasien lebih
nafas bayi kembali teknik chin lift atau jaw adekuat
optimal dengan thrust bila perlu 3. Untuk
kriteria hasil : 2. Posisikan pasien untuk melancarkan
NOC : status memaksimalkan ventilasi jalan nafas
pernafasan:kepatenan 3. Keluarkan secret dengan 4. Untuk
jalan nafas suction memastikan tidak
4. Auskultasi suara nafas, ada suara
1. Menunjukkan catat adanya suara tambahan seperti
jalan nafas yang tambahan mengi atau
paten (klien tidak 5. Kolaborasi pemberian wheezing
merasa tercekik, bronkodilator jika perlu 5. Untuk memantau
irama nafas, pernafasan pasien
frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
2. Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
faktor yang dapat
menghambat jalan
nafas
2. Setelah dilakukan NIC: pengaturan suhu 1. Untuk
tindakan asuhan 1. Monitor suhu tubuh bayi mengetahui jika
keperawatan …x… setiap 2 jam ada perubahan
jam diharapkan suhu 2. Monitor suhu dan warna suhu tubuh pada
tubuh bayi tidak kulit bayi
mengalami 3. Berikan selimut bayi 2. Untuk
perubahan drastis segera setelah lahir utuk memepertahanka
dengan kriteria hasil : mencegah kehilangan n suhu tubuh bayi
NOC : termoregulasi panas dan mengetahui
:baru lahir 4. Informasikan pada perubahan pada
1. Bayi tidak orangtua bayi mengenai kulit bayi yang
mengalami pentingnya mungkin terjadi
hipotermi dalam termoregulasi dan 3. Untuk
24 jam pertama kemungkinan negative memepertahan
dengan suhu dari demam yang suhu tubuh bayi
tubuh 36,5 – berlebihan dari suhu
37,5oc 5. Berikan pengobatan lingkungan yang
antipiretik sesui lebih rendah
kebutuhan 4. Agar orang tua
bayi mempu
menegtahui jika
ada perubahan
suhu tubuh bayi
secara mendadak
5. Untuk
memebantu
mencegah
penurunan suhu
tubuh bayi
3. Setelah dilakukan NIC : konseling laktasi 1. Untuk mengetahui
tindakan asuhan 1. Observasi kemampuan kemampuan isap
keperawatan …x… reflek mengisap bayi bayi
jam diharapkan 2. Berikan kesempatan 2. Untuk meningkatkan
asupan nutrisi bayi pada ibu untuk IMD pada bayi
terpenuhi dengan menyusui setelah 3. Merangsang reflek
kriteria hasil : melahirkan rooting pada anak
NOC : keberhasilan 3. Tunjukan latihan 4. Agar ibu berusaha
menyusui bayi menghisap jika untuk menyusui
1. Refkes isap bayi diperlukan ( bayinya
kuat menggunakan jari yang 5. Untuk mnjaga
2. Adanya bersih) kebersihan putting
penambahan 4. Berikan informasi susu agar mampu
berat badan sesui mengenai manfaat mproduksi ASI
usia menyusui baik fisiologis dengan maksimal
3. Bayi puas setelah maupun psikologis
menyusui ( tidak 5. Instruksikan ibu untuk
rewel atau melakukan perawatan
menangis) putting susu

4. Setelah dilakukan NIC: control infeksi 1. Suhu yang normal


tindakan asuhan 1. Observasi keadaan tali dan tali pusat yang
keperawatan …x… pusat bersih dan kering
jam diharapkan 2. Lakukan perawatan tali merupkan indikasi
kondisi bayi tidak pusat bebas infeksi
mengalami tanda – 3. Jaga kebersihan kulit 2. Tali pusat harus
tanda infeksi dengan dan linen dirawat setiap hari
kriteria hasil : 4. Informasikan kepada sampai lepas karena
NOC : kontrol resiko : keluarga pasien tentang merupakan tempat
proses infeksi menjaga kebersihan masuknya kuman
1. Bayi tidak sebelum memegang yng baik
mengalami infeksi bayi 3. Kulit dan linen yang
selama tali pusat 5. Berikan terapi antibiotic kotor meningkatkan
belum lepas yang sesui potensi pertumbuhan
kuman
2. Suhu tubuh bayi 4. Agar keluarga pasien
36,5 – 37,50c mampu mengetahui
3. Tali pusat bersih, hal – hal yang bias
kering, dan tidak menyebabkan resiko
berbau infeksi
5. Untuk mencegah
terjadinya resiko
infeksi

4. Implementasi myeseuakikan dengan intervensi


5. evaluasi

1 S : Evaluasi Perasaan atau keluhan yang dikeluhkan oleh keluarga


terhadap pasien secara objektif setelah diberikan implementasi
 leuarga bayi mengatakan bayinya bisa bernafas dengan optimal
O : Evaluasi keadaan pasien dengan pengamatan dari perawat secara
objektif
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)

 Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat


menghambat jalan nafas

A : Analisa masalah klien oleh perawat setelah mengetahui respon secara


subjektif dan objektif apakah masalah teratasi atau belum teratasi
 Masalah teratasi
 Masalah belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien apakah
perencanaan keperawatan diperhatikan dimodifikasikan atau dilantikan.
2 S : Evaluasi Perasaan atau keluhan yang dikeluhkan oleh keluarga
terhadap pasien secara objektif setelah diberikan implementasi
O : Evaluasi keadaan pasien dengan pengamatan dari perawat secara
objektif
 Bayi tidak mengalami hipotermi dalam 24 jam pertama dengan
suhu tubuh 36,5 – 37,5oc

A : Analisa masalah klien oleh perawat setelah mengetahui respon secara


subjektif dan objektif apakah masalah teratasi atau belum teratasi
 Masalah teratasi
 Masalah belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien apakah
perencanaan keperawataerhatikan dimodifikasikan atau dilantikan.

3 S : Evaluasi Perasaan atau keluhan yang dikeluhkan oleh keluarga


terhadap pasien secara objektif setelah diberikan implementasi
 Ibu bayi memgatakan bayinya mampu menyusui dengan optimal
O : Evaluasi keadaan pasien dengan pengamatan dari perawat secara
objektif
 Refkes isap bayi kuat
 Adanya penambahan berat badan sesui usia
 Bayi puas setelah menyusui ( tidak rewel atau menangis
A : Analisa masalah klien oleh perawat setelah mengetahui respon secara
subjektif dan objektif apakah masalah teratasi atau belum teratasi
 Masalah teratasi
 Masalah belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien apakah
perencanaan keperawatan diperhatikan dimodifikasikan atau dilantikan.
4 S : Evaluasi Perasaan atau keluhan yang dikeluhkan oleh keluarga
terhadap pasien secara objektif setelah diberikan implementasi
O : Evaluasi keadaan pasien dengan pengamatan dari perawat secara
objektif
 Bayi tidak mengalami infeksi selama tali pusat belum lepas
 Suhu tubuh bayi 36,5 – 37,50c
 Tali pusat bersih, kering, dan tidak berbau

A : Analisa masalah klien oleh perawat setelah mengetahui respon secara


subjektif dan objektif apakah masalah teratasi atau belum teratasi
 Masalah teratasi
 Masalah belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien apakah
perencanaan keperawatan diperhatikan dimodifikasikan atau dilantikan.

You might also like