You are on page 1of 7

1

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP DISTRESS DIABETES

Diana Tri Lestari1, Fitri Wahyuni2


12
Akper Kesdam IV/Diponegoro Semarang

Email: diana.trilestari@yahoo.com

ABSTRACT

Diabetes mellitus is being a serious global health problem and contributing distress. Distress
diabetes is defined as patient concern about disease management, emotional burden and access to
care. Aim of this study is to analyze the influence of ergonomic gymnastics toward distress diabetes.
Using A quasi eksperimental study with pretest posttest with control group design, a total of 30
respondent participated in this study. Statistical analysis used t test independent. The study conclude
that ergonomic gymnastics effect in reducting diabetes distress with ρ = 0.002. therefore nurses are
advised to aplly ergonomic gymnastics to reduce distress diabetes.
Keywords: diabetes mellitus, distress diabetes, ergonomic gimnastics

ABSTRAK
Diabetes mellitus menjadi masalah global yang serius dan menimbulkan distress. Distres diabetes
adalah kondisi dimana pasien sangat memperhatikan manajemen penyakit, merasa memiliki beban
emosional dan berupaya untuk mendapatkan perawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh senam ergonomis terhadap distress diabetes. Penelitian ini merupakan
penelitian quasi eksperimen dengan desain pre post test dengan kelompok kontrol. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa senam ergonomis memiliki pengaruh terhadap penurunan distress
diabetes ρ = 0.002. Perawat merekomendasikan untuk mengunakan senam ergonomis untuk
mengurangi distress diabetes
Kata kunci : diabetes mellitus, distress diabetes, senam ergonomis

PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis sebesar 8,5 juta dan diperkirakan akan
yang kompleks sehingga memerlukan perawa- mengalami peningkatan menjadi 14,1 juta
tan secara berkelanjutan dengan mengguna- ditahun 2035. Perkembangan DM di Asia
kan strategi untuk mengurangi resiko multi- Tenggara cukup cepat, 1 diantara 12 orang
faktor diluar upaya mengontrol glukosa darah. dewasa mengalami DM dan di Dunia setiap 7
Strategi yang perlu dilakukan secara terus detik orang meninggal akibat DM (IDF,
menerus adalah edukasi perawatan mandiri 2014). Sementara itu Perkeni (2011)
dan dukungan karena sangat berpotensi untuk memperkirakan di Indonesia pada tahun 2030
mencegah terjadinya komplikasi akut maupun akan ada 12 juta penyandang DM di daerah
kronis(ADA,2014). urban dan 8,1 juta didaerah rural. DM
merupakan masalah yang kompleks karena
International Diabetes Federation (2014) berdampak pada aspek fisik, psikologi, dan
menyatakan bahwa penduduk dunia yang sosial diabetesi,bahkan keluarga dan
mengalami DM sebanyak 387 juta orang dan masyarakat (Ardakani& Rashidi., 2005).
diperkirakan akan terjadi peningkatan sebesar
55% pada tahun 2035 menjadi sebesar 592 Hasil konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
juta orang. Prevalensi DM di Indonesia DM Tipe 2 di Indonesia oleh PERKENI,
2

mengemukakan bahwa terdapat empat pilar darah diabetesi termasuk dalam kategori
dalam penatalaksanaanDM tipe 2 yaitu buruk. Buruknya kontrol glukosa ini dapat
edukasi, pengaturan diet, latihan jasmani, dan menimbulkan dampak berupa komplikasi akut
intervensi farmakologi. Penatalaksanaan dan kronis sehingga menurunkan kualitas
diutamakan dengan pengaturan makan dan hidup diabetesi.
latihan jasmani selama dua sampai empat
minggu, apabila kadar glukosa darah belum Dampak yang sering terjadi adalah komplikasi
mencapai sasaran maka dilanjutkan dengan DM berupa gangguan kardiovaskuler
intervensi farmakologis. Namun, perencanaan mencapai 30.1% selanjutnya secara berurutan
diet dan olahraga merupakan hal yang sangat berupa gangguan serebrovaskuler 6.8%,
sulit dilakukan oleh diabetesi tipe 2 (Peyrot,et neuropathy 17.8%, nefropathy 10.7%, lesi
al, 2005). okuler 14.8% dan masalah kaki 0.8%
(Zhaolan et al. 2010). Melihat dampak yang
Keterbatasan dalam pelaksanaan DM inilah ditimbulkan, diperlukan langkah-langkah
yang menyebabkan timbulnya perasaan sebagai upaya untuk mengurangi diabetes
terganggu, marah, atau tertekan pada pasien distress, salah satunya dengan senam
DM yang akhirnya dikategorikan sebagai ergonomis.
distress. Distress diabetes merupakan bagian
dari diabetes itu sendiri dan tidak dapat Senam ergonomis adalah senam yang dilhami
dikategorikan ke dalam distress psikiatri dari gerakan sholat dimana sholat memiliki
(Fisher, Mullan, Skaff, Glascow, Arean, pula fungsi efektif autoregulasi karena sholat
Hessler, 2009). Fisher., Glasgow., & Stryker, mengandung serangkaian gerakan hati, lisan
(2010) menjelaskan bahwa manajemen dan anggota badan ( Sagiran,2012). Senam
diabetes dalam kehidupan sehari-hari dapat ergonomis tercipta dari adanya keyakinan
menjadi beban bagi pasien DM, sehingga bahwa tubuh manusia memiliki sifat dan
dapat menimbulkan perasaan frustrasi, marah, ketentuan yang berlaku untuk proses – proses
kewalahan, dan putus asa. Distres diabetes kedalam (autoregulasi) maupun keluar
akan mempengaruhi upaya kontrol glukosa (adaptasi) yang dibawa sejak manusia
pada pasien diabetes. Hasil penelitian yang diciptakan. Senam ergonomis merupakan
dilakukan oleh Fisher., Glasgow.,& Stryker senam yang diilhami dari gerakan sholat.
(2012) menunjukkan bahwa distress diabetes Sholat merupakan tindakan pengagungan
secara signifikan berhubungan dengan asma Illahi bagi seorang muslim yang
peningkatan HbA1c. Hal tersebut juga mengandung serangkaian gerakan hati, lisan
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan dan anggota badan. Sholat mengandung pula
Strandberg, grau, larsen, peyrot & rokne, fungsi efektif autoregulasi dan adaptasi tubuh
2014. HbA1c merupakan salah satu indikator manusia dengan otak sebagai pengendalinya.
yang paling akurat saat ini untuk menilai
Tujuan dari penelitian adalah untuk
kemampuan diabetesi untuk mengontrol
mengetahui pengaruh senam ergonomis
glukosa darah. Semakin tinggi kadar HbA1c
terhadap distress diabetes pasien diabetes tipe
mengindikasikan bahwa kontrol glukosa
2
3

METODOLOGI PENELITIAN Senam ergonomis diilhami dari gerakan

Metode penelitian yang digunakan adalah sholat. Sholat mengandung pula fungsi efektif

quasi eksperimen dengan pre test post test autoregulasi dan adaptasi tubuh manusia
dengan otak sebagai pengendalinya. Setiap
with control group. Sampel penelitian
gerakan dalam senam ergonomis dapat
adalah pasien DM tipe 2 sebanyak 30
memberikan efek autoregulasi seluruh sistem
responden. Alat pengumpul data berupa
dalam tubuh.
kuesioner diabetes distress status 17.
Analisis data menggunakan uji t
Gerakan pertama berfungsi untuk
independent pada alpha 0,05.
mengantarkan ke kondisi rileks. Pada waktu
berdiri sempurna seluruh syaraf menjadi satu
titik pada pengendalinya di otak. Pusat
HASIL DAN PEMBAHASAN kendali diseluruh bagian dipadukan menjadi
Hasil penelitian menunjukkan adanya satu tujuan. Pada saat itu pikiran dikendalikan
perbedaan terhadap nilai rata rata distress oleh kesadaran akal untuk sehat dan bugar,
diabetes (ρ = 0.002,α < 0.05) pada kelompok tubuh dibebaskan dari beban pekerjaan, berat
intervensi. Perbedaan penurunan nilai rata rata tubuh ditumpukan dengan pembagian berat
distress diabetes pada kelompok intervensi yang sama pada kedua kaki. Saat kedua kaki
sebelum perlakuan adalah 4,56 dengan tegak, telapak kaki menekan seluruh titik saraf
standar deviasi 7.81 dan standar error 0,0225. ditelapak kaki termasuk titik syaraf yang
Setelah dilakukan intervensi didapatkan rata mempengaruhi kerja pankreas sehingga
rata penurunan distress diabetes adalah 2,87 sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
dengan standar deviasi 5.88 dan standar error Posisi demikian juga akan membuat
0.17. Rata rata skor distress diabetes pada punggung lurus sehingga akan memperbaiki
kelompok kontrol pre test adalah 4,47 dengan bentuk tubuh, jantung bekerja normal begitu
standar deviasi 1,05 dan standar error 0.31, juga dengan paru – paru, postur yang salah
sedangkan skor rata rata post test adalah 4,43 akibat aktivitas sehari – hari dapat diperbaiki
dengan standar deviasi 0.71 dan standar error saat ini (Sagiran, 2012)
0.23 pada (ρ = 0.08,α > 0.05)
Gerakan kedua berfungsi untuk meningkatkan
masukan oksigen ke dalam tubuh,
Hasil analisis menyatakan ada perbedaan
metabolisme dan efek refleksi fungsi organ
terhadap penurunan skor distress diabetes (ρ =
0.002,α < 0.05) pada kelompok intervensi. dalam. Pada saat lengan terangkat ke atas,

Hal ini menunjukkan bahwa senam ergonomis tulang – tulang rusuk saling meregang ikut
terangkat bagian depannya sehingga rongga
memberikan perubahan kepada responden.
dada akan berada dalam ukuran yang paling
Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan skor
rata rata distress diabetes pada kelompok lebar, tekanan udara didalam menjadi negatif

intervensi dari 4,56 menjadi 2,87 setelah sehingga udara segar bisa masuk rongga dada.
Sedangkan pada saat tangan bergerak
dilakukan senam ergonomis.
kebelakang dan turun, terjadi proses
4

sebaliknya sehingga udara bisa keluar. Dalam posisi Tunduk Syukur (membungkuk)
Putaran lengan pada bahu menyebabkan ini, segmen ekor-pungung membentuk sudut
stimulus untuk mengoptimalkan fungsi sedemikian rupa, menyebabkan tarikan pada
cabang besar saraf dibahu (pleksus brakhialis) otot sehingga otot berkontraksi dan juga pada
dalam merangsang saraf pada organ paru, serabut saraf yang menuju ke tungkai
jantung , liver, ginjal, lambung dan usus sehingga menyebabkan stimulus yang bisa
sehingga metabolisme optimal. Putaran bahu meningkatkan sensitifitas insulin serta
ini juga mengakibatkan terjadinya kontraksi meningkatkan (eksitasi) fungsi dan membantu
otot – otot besar di lengan sehingga dapat menghindari risiko jepitan saraf. Sementara
meningkatkan sensitifitas insulin pada pasien menengadahkan wajah menyebabkan tulang
DM. Sedangkan saat kedua kaki jinjit belakang (termasuk saraf tulang belakang di
meningkatkan stimulus sensor – sensor saraf dalamnya) membentuk sudut yang lebih tajam
yang merupakan refleksi fungsi organ dalam dari posisi normal, menyebabkan peningkatan
dan meningkatkan sirkulasi darah pada kaki kerja (eksitasi) serabut saraf segmen ini, serta
sehingga sangat mengurangi penumpukan berperan dalam meningkatkan, mempertahan
glukosa darah pada kaki untuk pasien DM kan suplai darah, dan oksigenasi otak secara
(Sagiran, 2012). optimal (Sagiran, 2012)

Gerakan tunduk syukur berfungsi untuk


Gerakan duduk perkasa memiliki manfaat
menghimpun oksigen dan oksigenasi otak
sebagai stimulator bagi fungsi vital sistem
secara maksimal, relaksasi dan
organ tubuh, meningkatkan sirkulasi dan
mengoptimalkan fungsi saraf serabut pada
oksigenasi otak dan mengoptimalkan fungsi
tulang belakang serta menguatkan struktur
ginjal. Duduk perkasa dengan lima jari kaki
anatomis fungsional otot, ligamen dan tulang
ditekuk menekan alas atau lantai merupakan
belakang. Menarik nafas dalam dengan
stimulator bagi fungsi vital sistem organ
menahan di dada merupakan tehnik
tubuh: ibu jari terkait dengan fungsi energi
menghimpun oksigen dalam jumlah maksimal
tubuh. Adapun jari telunjuk terkait dengan
sebagai bahan bakar metabolisme tubuh.
fungsi pikiran, jari tengah terkait dengan
Sementara membungkukkan badan ke depan
fungsi pernapasan, jari manis terkait dengan
dengan dua tangan berpegangan pada
fungsi metabolisme dan detoksifikasi material
pergelangan kaki akan menyebabkan posisi
dalam tubuh, serta jari kelingking terkait
tulang belakang (tempat juluran saraf tulang
dengan fungsi liver (hati) dan sistem
belakang berada) relatif dalam posisi
kekebalan tubuh. Menarik napas dalam lalu
segmental anatomis-fungsional (segmen dada-
ditahan sambil membungkukkan badan ke
punggung) yang lurus. Gerakan ini juga
depan dengan dua tangan bertumpu pada
mengakibatkan sejumlah kontraksi otot dan
paha. Hal ini memberikan efek peningkatan
memunculkan relaksasi. Di samping itu,
tekanan dalam rongga dada yang diteruskan
langkah ini dapat menguatkan struktur
ke saluran saraf tulang belakang, dilanjutkan
anatomis-fungsional otot, ligamen, dan tulang
ke atas (otak), meningkatkan sirkulasi dan
belakang.
oksigenasi otak yang pada akhirnya
5

mengoptimalkan fungsi otak sebagai pusat pengaturan kembali kerja sistem dalam tubuh,
komando kerja sistem anatomis fungsional dan terjadilah proses self healing
tubuh. Sementara punggung tangan yang (penyembuhan diri sendiri). Efek optimalisasi
bertumpu pada paha akan menekan dinding fungsi sistem tubuh juga berlangsung akibat
perut sejajar dengan organ ginjal yang ada di stimulasi tombol-tombol kesehatan saat
dalamnya. Hal ini membantu mengoptimalkan tungkai dalam posisi duduk pembakaran,
fungsi ginjal. Sirkulasi yang baik akan lengan lapang dada, dan napas rileks
mencegah komplikasi yang diakibatkan oleh (lingkaran). Pada saat menyentuh lantai, titik
obstruksi pembuluh darah pada pasien DM. syaraf yang mempengaruhi kerja pankreas
akan aktif sehingga efek penurunan glukosa
Gerakan duduk pembakaran memiliki efek darah akan tercapai
pada pembakaran lemak dan pembuangan
racun dalam tubuh. Saat duduk pembakaran, Manfaat senam ergonomis pada pasien DM
tombol pembakaran dipunggung kaki aktif menjangkau seluruh aspek meliputi aspek
sehingga sangat bermanfaat bagi penderita kontrol glukosa darah, meningkatkan dan
DM dalam mengatur kerja pankreas sehingga memperlancar sirkulasi darah dan mencegah
gula darah bisa menurun. Gerakan ini juga terjadinya komplikasi. Selain efek tersebut,
dapat memperkuat pinggang bagian bawah senam ergonomis dapat membuat tubuh
dan memperlancar aliran darah ketungkai merasa rileks sehingga terjadi penurunan skor
sehingga bermanfaat untuk mencegah distress diabetes. Penurunan skor distress
komplikasi kaki diabetik (Sagiran, 2012). diabetes dapat diasumsikan terjadi penurunan
sekresi kortisol. Penurunan sekresi kortisol
Gerakan terakhir dalam senam ergonomis ini dapat menurunkan kadar glukosa darah
memiliki efek rileks pada tulang belakang dan melalui mekanisme penggunaan glukosa oleh
fungsi optimal organ dalam dan self healing. sel dan menghambat proses glukoneogenesis
Saat punggung menyentuh lantai terjadi (Guyton & Hall, 2007)
relaksasi saraf tulang belakang karena struktur
KESIMPULAN DAN SARAN
tulang belakang relatif mendekati posisi lurus
Senam ergonomis dapat menurunkan skor
dengan kondisi lekukan-lekukan anatomis
distress diabetes. Penurunan skor distress
segmental tulang belakang (diikuti saraf
diabetes dapat membantu pasien untuk
tulang belakang) menyebabkan regangan
mengontrol glukosa darah. Dengan penurunan
/tarikan pada serabut saraf tulang belakang
skor distress diabetes, pasien DM akan
berkurang. Dengan demikian, hal ini
kembali memiliki motivasi untuk melakukan
memberikan kesempatan rileks dan bisa
upaya pengendalian glukosa darah.
mengatur kembali fungsi optimal organ dalam
Rekomendasi, untuk penelitian ini dapat
yang sarat saraf. Sedangkan efek relaksasi
dilanjutan dengan melihat nilai kadar kortisol
saraf tulang belakang ini juga diteruskan ke
pada pasien DM tipe 2 sebelum dan sesudah
pusat (otak) sebagai sinyal tentang kondisi
dilakukan senam ergonomis.
anatomis fungsional saat itu, kemudian pusat
memberikan respons dalam bentuk
6

DAFTAR PUSTAKA 8. Lewis, S.L., Heitkemper, M.M, Dirksen,

1. Ardakani,M.A & Rashidi,M. (2005). S.R, O’brien, P.G, Bucher, L. (2014).

Type 2 Diabetes and Its Risk Factors. Medical Surgical Nursing: Assesment

Journal of Rafsanjan University of and Management of Clinical


nd
Medical Sciences. 4(4):348-365 Problems.2 . ed. USA: Mosby

2. Black, J; Hawks J; Keene A. M. (2009). 9. Peyrot, M. Rubin, R.R, Lauritzen, T.,

Medical Surgical Nursing: Clinical Snoeks, F.J, Matthews, D.R, Skovlund,

Management for Positive Outcomes. S.E. (2004). Psychosocial Problems and

USA: Elsevier Saunders Company Barriers to Improved Diabetes

3. Fisher L, Glasgow RE, Mullan JT, Skaff Management : Result of The Cross-

MM, Polonsky WH. Development of a National Diabetes Attitudes, Wishes and

brief diabetes distress screening Needs (DAWN) Study. Diabetes

instrument. Ann Fam Med. 2008 May- Medicine Insulin Therapy, 22(10), 1379-

Jun; 6(3):246-52. Fisher L, Mullan JT, 1452

Arean P, Glasgow RE, Hessler D, 10. Sagiran. (2012). Mukjizat Gerakan

Masharani U. Diabetes distress but not Sholat. Jakarta : Qultum Media

clinical depression or depressive 11. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian

symptoms is associated with glycemic Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung

control in both cross-sectional and : CV Alfabeta

longitudinal analyses. Diabetes Care. 12. Starnberg RB, Graue M,Wentzel-Larsen

2010 Jan; 33(1):23-8. T, Peyrot M, Rokne B. (2014).

4. Fisher L, Mullan JT, Skaff MM, Glasgow Relationship of Diabetes Specific

RE, Arean P, Hessler D. Predicting Emotional Distress, Depression, Anxiety

diabetes distress in patients with Type 2 and Overall Well being with HbA1C in

diabetes: a longitudinal study. Diabet adult Person with Type I Diabetes. J

Med. 2009 Jun; 26(6):622-7 Psychosom Res. 77(3), 174-9

5. Fisher L, Skaff MM, Mullan JT, Arean P, 13. Zhaolan, L., Ewen, L.N., Kim, C., Ettner,

Glasgow R, Masharani U. A longitudinal S.L., Herman, W.H., Karter,

study of affective and anxiety disorders, A.J.,…Brown, A.F . (2010). Prevalence

depressive affect and diabetes distress in of Cronic Complications of Type 2

adults with Type 2 diabetes. Diabet Med. Diabetes Mellitus Outpatients- A Cross

2008 Sep; 25(9):1096-101. Sectional Hospital Based Survey in

6. Guyton & Hall. (2007). Texbook of Urban China. Health and Quality of Life

Medical Physiology. 9 th Ed. Outcomes, 8(1),62-67.

Philadelphia: W.B Saunders Company


7. Kowalak, J.P., Welsh, W., Mayer, B.
(2011). Profesional Guide of
Pathophysiology Dalam Hartono A,
Editor. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta :
EGC
7

You might also like