Professional Documents
Culture Documents
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan ibu-ibu primigavidum agar mengetahui dan
memahami mengenai tentang pentingnya Perawatan Bayi Baru Lahir
1) Lembar balik
V. Metode penyuluhan
1) Ceramah
2) Tanya jawab
VI.Setting Tempat
Media
Keterangan :
: Presenter
: Fasilitator
: Observer
: Moderator
LAMPIRAN MATERI
Perawatan bayi adalah tindakan yang dilakukan untuk merawat dan menjaga kesehatan
bayi, serta memenuhi kebutuhan dasar bayi (Gupte, 2004). Perawatan bayi baru lahir terdiri
dari ASI eksklusif, perawatan mata, perawatan kulit, memandikan bayi, pijat bayi, perawatan
tali pusat, menjaga kehangatan bayi, pakaian bayi, imunisasi, perawatan bayi secara umum,
observasi bayi (Datta, 2007).
B. Tujuan perawatan bayi baru lahir
Perawatan tali pusat merupakan salah satu praktik perawatan bayi baru lahir yang
penting dan direkomendasikan oleh WHO untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
di antara bayi di Dunia (Opara dkk, 2012). Perawatan tali pusat bertujuan untuk
memberikan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah
terjadinya infeksi (Hidayat, 2009). Tali pusat bayi dibersihan minimal dua kali sehari
dengan menggunakan sedikit sabun dan air hangat (Murray dkk, 2006). Prinsip perawatan
tali pusat yang harus diperhatikan adalah tidak meletakkan apapun pada daerah sekitar
tali pusat; menjaga agar daerah sekitar tali pusat bayi tetap kering dan bersih; jika tali
pusat bayi kotor, cuci dengan air matang dan sabun secara hati-hati dan keringkan dengan
kain bersih; dan jika terdapat tanda infeksi tali pusat, segera bawa ke pelayanan kesehatan
(Sodikin, 2009). Tanda tali pusat terinfeksi adalah jika tali pusat mengeluarkan nanah
atau darah, dan jika tali pusat mengalami inflamasi seperti kemerahan, bengkak, dan
panas jika disentuh (Murray dkk, 2006). Menurut Bobak dkk (2005), Hidayat (2009),
Leveno dkk (2012), dan Sodikin (2009) langkah-langkah ibu dalam melakukan perawatan
pada tali pusat adalah sebagai berikut:
a. Persiapan alat
1. Kain kassa
2. Cotton bud/kapas lidi
3. Air bersih dan sabun
b. Tindakan
1. Cuci tangan ibu dengan sabun sebelum melakukan perawatan tali pusat.
2. Bersihkan daerah sekeliling pangkal tali pusat atau tempat tali pusat menyatu
dengan kulit sampai ke ujung tali pusat dengan menggunakan kassa atau cotton
bud yang telah dicelupkan dengan air hangat atau air sabun atau sesuai instruksi
dokter.
3. Bilas dan keringkan dengan kasa.
4. Pertahankan tali pusat tetap terbuka, agar tali pusat lebih cepat kering dan lebih
mudah lepas jika terpajan dengan udara.
5. Jika tali pusat ditutup akan menyebabkan tali pusat lembab, dan menyebabkan
resiko tinggi infeksi.
6. Jika terpaksa harus ditutup, tutup dan ikat tali pusat secara longgar dengan kasa
steril.
7. Jika tali pusat terkena feses atau urin, cuci bersih dengan sabun dan air,
kemudian keringkan.
8. Cuci tangan ibu setelah melakukan perawatan tali pusat.
Tali pusat terlepas lebih kurang setelah satu minggu sampai 10 hari setelah bayi
lahir, yang akan membentuk jaringan granulasi dan setelah sembuh membentuk
umbilikus (Bobak dkk, 2005; Leveno dkk, 2012). Tali pusat yang terlepas akan terlihat
beberapa tetes darah saat bayi menangis, tetapi hal ini tidak perlu ditakuti karena akan
pulih dengan sendirinya (Bobak dkk, 2005).
2. Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh
bayi bersih, terasa segar, dan mencegah kemungkinan infeksi (Hidayat, 2009). Prinsip
dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah mempertahankan kehangatan
bayi setelah dimandikan dan menjaga agar air tidak masuk ke hidung, mulut atau telinga
yang dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2009). Ada dua cara yang dapat digunakan
untuk memandikan bayi, yaitu memandikan bayi dengan cara waslap dan dengan cara
rendam (Putra, 2012). Memandikan bayi dengan cara waslap dilakukan jika tali pusat
belum terlepas atau puput dan jika kondisi bayi dalam keadaan sakit, yang dilakukan
dengan menggunakan air hangat dan sabun sesuai prinsip memandikan bayi (Sodikin,
2009). Menurut Bobak dkk (2005), Gupte (2004), Hidayat (2009), dan Putra (2012)
langkah-langkah memandikan bayi adalah sebagai berikut:
a. Persiapan alat
1. Bak mandi berisi air hangat
2. Satu set pakaian (baju bayi, popok, dan lain-lain)
3. Satu set alat perawatan, seperti bedak, sabun, kapas minyak, kapas air matang,
cotton bud, minyak telon bila perlu
4. Handuk dan waslap
b. Tindakan
1) Cuci tangan ibu dengan sabun sebelum memandikan bayi
2) Siapkan dan dekatkan semua peralatan
3) Pastikan suhu ruangan cukup hangat (±240C) dan tidak berangin
4) Pastikan suhu air untuk memandikan bayi tetap hangat dan ukur suhu airnya
dengan siku ibu/pergelangan tangan ibu bagian dalam
5) Jika terdapat kotoran bayi, bersihkan terlebih dahulu dengan kapas yang
sudah dibasahi air atau tisu basah
6) Lepaskan pakaian bayi, dan setelah dilepas selimuti tubuh bayi dengan
handuk agar tetap hangat
7) Bersihkan mata dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air hangat dari
kantus dalam ke arah luar. setiap kali usap, kapas harus diganti untk
mencegah kontaminasi pada mata
8) Bersihkan hidung, dan telinga bayi dengan kapas atau cotton but
9) Bersihkan dan keringkan wajah dan kepala bayi dengan waslap tanpa
membuka handuk di badan bayi
10) Bersihkan dengan sabun bagian depan (dada, abdomen) dan punggung,
kemudian seluruh tubuh
11) Bersihkan lipatan kulit (dagu, lengan, paha)
12) Bilas dengan air dengan cara memasukkan bayi ke dalam bak mandi, topang
punggung dan kepala dengan lengan ibu dan lengan yang lain menahan
bokong bayi
13) Setelah selesai, angkat bayi dengan hati-hati dan keringkan seluruh tubuh
dengan handuk, terutama semua lipatan kulit karena sisa air bisa
menyebabkan iritasi dan luka
14) Beri bedak pada bayi, tidak secara langsung namun usapkan dengan tangan
anda, jika bedak dihirup oleh bayi bisa berbahaya dan dapat menyebabkan
masalah pernapasan
15) Pakaikan kembali pakaian bayi dengan pakaian yang baru
16) Bereskan alat dan cuci tangan ibu dengan sabun.
WHO dan UNICEF menjelaskan bahwa bayi harus diberikan ASI eksklusif sampai
bayi berumur 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI
(Soedjatmiko, 2009). ASI adalah makanan lengkap yang diperlukan selama 6 bulan
pertama kelahiran untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang
yang optimal (Wong dkk, 2009). Komposisi ASI yang diprosuksi oleh ibu yang
melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh
ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur) (PERINASIA, 2012). Komposisi ini
sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing (PERINASIA, 2012).
Pembagian komposisi ASI menurut PERINASIA (2012) yaitu:
a. Kolostrum, adalah ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-3 atau ke-
5 yang berwarna bening dan kuning serta hanya sedikit ASI yang keluar.
b. ASI transisi, adalah ASI yang keluar dari hari ke-3 atau ke-5 sampai hari ke-8 atau
ke-11 setelah kelahiran bayi.
c. ASI matang, adalah ASI yang keluar setelah hari ke-8 atau ke-11 setelah kelahiran
bayi.
ASI sangat bermanfaat untuk bayi, ibu, keluarga, dan negara (PERINASIA, 2012).
Manfaat pemberian ASI terdiri dari manfaat untuk bayi (sebagai nutrisi/zat gizi yang
sesuai untuk bayi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung zat protektif,
memiliki efek psikologis yang baik utnuk bayi, memberikan pertumbuhan yang baik
untuk bayi, meningkatkan kecerdasan, mengurangi kejadian karies dentis, dan
mengurangi kejadian maloklusi), manfaat untuk ibu (pada aspek kesehatan ibu untuk
mengurangi perdarahan setelah melahirkan dan mengurangi kemungkinan menderita
karsinoma mammae, aspek keluarga berencara untuk menjarangkan kehamilan/sebagai
kontrasepsi yang aman, dan aspek psikologis), manfaat untuk keluarga (aspek ekonomi,
aspek psikologis dan aspek kemudahan), dan manfaat untuk negara (menurunkan angka
kesakitan dan kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, mengurangi devisa
untuk membeli susu formula, dan meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa)
(PERINASIA, 2012; Roesli, 2005). Bayi baru lahir harus diberi makan setiap dua sampai
tiga jam dengan jumlah total 8 sampai 12 kali dalam 24 jam selama sekurang- kurangnya
satu bulan (Wong dkk, 2009). Kriteria utama yang menentukan peningkatan asupan ASI
pada bayi yaitu teknik menghisap yang benar, jadwal pemberian ASI yang tidak kaku,
dan pemberian posisi yang benar agar bayi dapat menempel ke payudara (Wong dkk,
2009). Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet (PERINASIA, 2012). Menurut PERINASIA (2012) dan Wong dkk (2009)
langkah-langkah yang harus diketahui ibu dalam memberikan ASI kepada bayi dengan
benar adalah sebagai berikut:
a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan sekitar areola ibu sampai sedikit basah.
b.Posisikan ibu dan bayi dalam posisi nyaman, pegang bayi dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lekung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di
depan. Perut bayi menempel dengan badan ibu, kepala bayi menghadap ke
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). Telinga dan lengan bayi
terletak pada satu garis lurus.
c. Payudara ibu dipegang oleh ibu dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah, jangan menekan puting susu atau areola saja.
d.Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) yaitu dengan cara
sentukan bibir bawah bayi atau pipi bayi dengan puting ibu, bayi akan memberi
respon dengan berputar ke arah payudara dan membuka mulutnya.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dengan puting dan areola dimasukkan ke mulut bayi. Kemudian bayi mulai
mengancing mulutnya dengan benar, sebagian besar areola harus berada di dalam
mulut bayi, dagu bayi menempel pada payudara ibu, dan bibir bawah bayi
membuka keluar.
f. Apabila hidung bayi kelihatan tertutup oleh payudara, ibu dapat mengangkat
panggul bayi, sehingga memberikan lebih banyak ruang untuk bernapas.
g.Setelah bayi mulai menghisap, payudara ibu tidak perlu dipegang atau disanggah
lagi.
h.Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti
menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi adalah dengan
menekan payudara yang akan membuat puting terlepas dari mulut bayi, atau dapat
juga dengan lembut memasukkan jari tangan ibu ke sudut mulut bayi, diantara
kedua gusi untuk menghentikan isapan dan dagu bayi ditekan ke bawah. Jika
langsung menarik bayi begitu saja tanpa menghentikan isapan dapat menimbulkan
nyeri pada putting.
i. Ketika bayi sudah sudah kenyang, bayi akan melepas sendiri puting ibu.
j. Setelah selesai menyusui bayi, sebaiknya ibu mengoleskan sedikit ASI ke puting
ibu.
k.Setelah selesai memberikan ASI, bayi disendawakan yang bertujuan untuk
mengeluarkan udara dari lambung agar bayi tidak muntah setelah menyusui.
Caranya adalah posisikan bayi yang nyaman (digendong tegak dengan bersandar
pada bahu ibu atau tidur telengkup di pangkuan ibu) kemudian punggung bayi
ditepuk secara perlahan-lahan.
4. Menjaga Bayi Tetap Hangat
Pada umumnya suhu tubuh bayi baru lahir berada pada kisaran 36,5o c – 37,5o
Saat bayi menghadapi hambatan dingin, mereka menggunakan energy dan oksigen untuk
menghasilkan panas. Jika suhu kulit turun walau hanya 1 derajat (dari idealnya 36,5
derajat) penggunaan oksigen bayi akan meningkat sampai 10 %. Dengan menjaga bayi
pada suhu yang optimal, yakni tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin maka bayi dapat
menghemat energy dan bisa menyimpannya sebagai cadangan. Yang mana akan sangat
penting saat bayi sakit atau premature. Bayi perlu dijaga kehangatannya karena :
1. Bayi lebih mudah mengalami perubahan suhu tubuh
2. Pusat pengaturan panas tubuh bayi belum berfungsi sempurna
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk menghasilkan dan menyimpan panas
1. Memancar /Radiasi
Panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar tubuh bayi yang lebih dingin, misalnya
bayi diletakkan di ruangan yang dingin
2. Menguap /Evaporasi
Cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misalnya bayi baru lahir tidak
langsung dikeringkan dari cairan ketuban
3. Merambat /Konduksi
Dari kulit bayi langsung merambat ke permukaan yang lebih dingin, misalnya
popok/celana bayi basah tidak langsung diganti
4. Mengalir /Konveksi
Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misalnya bayi diletakkan
dekat pintu/jendela terbuka
a. Duduk dengan posisi enak dan santai kalau perlu pakailah kursi yang ada
sandaran punggung dan lengan.
b. Gunakan bantal untuk mengganjal bayi, agar jarak bayi tidak terlalu jauh
dari payudara
Setelah selesai menyusukan bayi selama 10 menit, lepaskanlah isapan bayi dengan
cara:
a. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi
b. Dengan menekan dagu bayi kebawah
c. Dengan menutup lubang hidung bayi
d. Jangan menarik puting susu untuk melepaskannya
4. Menyendawakan bayi
a. Sandarkan bayi dipundak ibu tepuklah punggungnya dengan pelan sampai keluar
sendawa
b. Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu, sambil digosok punggungnya.
DAFTAR PUSTAKA