You are on page 1of 33

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny.”R” DENGAN COLIC ABDOMEN SUSP.BATU SALURAN KEMIH


DI BANGSAL MELATI 3 RSST KLATEN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah IV

DisusunOleh :

ENDANG SUNARNI NIM P07120112057


MEILINA MURDIYANI NIM P07120112065
RATNA DEWI PUSPITASARI NIM P07120112072

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
A.Landasan teori
1. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu nyeri abdomen visera, nyeri
abdomen parietal (somatik), dan nyeri alih
a. Nyeri abdomen visceral
Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau
penegangan kapsul dari organ padat. Penyebab yang jarang berupa
iskemi atau inflamasi ketika jaringan mengalami kongesti sehingga
mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan menurunkan ambang batas
nyerinya. Nyeri ini sering merupakan manifestasi awal dari beberapa
penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang samar-samar hingga
kolik. Jika organ yang terlibat dipengaruhi oleh gerakan peristaltik, maka
nyeri sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau kolik.
Pada nyeri ini, karena serabut saraf nyeri bilateral, tidak bermielin
dan memasuki korda spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri
abdomen visera ini biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan
dirasakan dibagian tengah tubuh. Nyeri visera berasal dari regio
abdomen yang merujuk pada asal organ secara embrionik. Struktur
foregut seperto lambung, duodenum, liver, traktus biliaris dan pankreas
menghasilkan nyeri abdomen atas, sering dirasakan sebagai nyeri regio
epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum, ileum, apendiks, dan kolon
asenden menyebabkan nyeri periumbilikus. Sedangkan struktur hindgut
seperti kolon transversal, kolon desendens dan sistem genitourinary
menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah.
b. Nyeri abdomen parietal (somatik)
Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia,
inflamasi atau penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf
aferen yang bermielinisasi mentransmisikan stimulus nyeri ke akar
ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal yang sama dari asal nyeri.
Karena alasan inilah nyeri parietal berlawanan dengan nyeri visera,
sering dapat dilokalisasi terhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini
dipersepsikan berupa tajam, seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk
dan pergerakan dapat memicu nyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan
dalam pemeriksaan fisik dapat dicari tanda berupa rasa lembut,
guarding, nyeri pantul dan kaku pada abdomen yang dipalpasi.
Tampilan klinis dari appendicitis dapat berupa nyeri visera dan somatik.
Nyeri pada apendisitis awal sering berupa nyeri periumbilikus (visera)
tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan bawah ketika inflamasi
menyebar ke peritoneum (parietal).
c. Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang sakit.
Nyeri ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang terbagi
yang berasal dari lokasi yang berbeda. Contohnya adalah pasien
dengan pneumonia mungkin merasakan nyeri abdomen karena
distribusi neuron T9 terbagi oleh paru-paru dan abdomen. Contoh
lainnya yaitu nyeri epigastrium yang berhubungan dengan Infark
miokard, nyeri di bahu yang berhubungan dengan iritasi diafragma
(contoh, rupture limpa), nyeri infrascapular yang berhubungan dengan
penyakit biliar dan nyeri testicular yang berhubungan dengan obstruksi
uretra.

2. Kolik abdomen
a. Definisi
Kolik abomen adalah nyeri viseral akibat spasme otot polos organ
berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ
tersebut.
b. Etiologi
1) Mekanis
• Adhesi/perlengketan pasca bedah (90% dari obstruksi mekanik)
• Karsinoma
• Volvulus
• Intususepsi
• Obstipasi
• Polip
• Striktur
2) Fungsional (non mekanik)
• Ileus paralitik
• Lesi medula spinalis
• Enteritis regional
• Ketidakseimbangan elektrolit
• Uremia
Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik
renal dan kolik karena sumbatan usus halus.
a. Kolik Bilier
Kolik bilier merupakan gejala tidak nyaman yang dirasakan pasien
dan sering tidak disertai tanda-tanda klinis lain. Nyeri ini merupakan
gejala klinis dari penyakit batu empedu (kolelitiasis/koledokolitiasis).
Oleh karena nyeri ini merupakan gejala, maka beberapa penyakit lain
juga dapat memberikan gejala yang sama.

Gambar 1.1 menunjukkan sumbatanempedu


Nyeri kolik bilier tidak dirasakan secara akurat sebagai kolik.
Istilah ini mengimplikasikan nyeri paroksismal yang naik turun, dan
umumnya konstan dan meningkat progresif secara perlahan. Nyeri ini
dirasakan sesaat setelah makan.
Nyeri visera berasal dari tabrakan batu empedu dalam duktus
sistikus dan atau ampula vater. Hasil dari tabrakan tadi menyebabkan
distensi kandung empedu dan atau traktus biliaris dan distensi ini
mengaktivasi neuron sensori aferen. Nyeri yang ditimbulkan tidak
dapat terlokalisasi dengan baik dan umumnya terasa di bagian
tengah hingga dermatom T8/9 (epigastrium tengah, kuadaran kanan
atas). Nyeri yang terlokalisasi umumnya menunjukkan komplikasi
kolelitiasis atau koledokolitiasis yaitu misalnya kolesistitis, kolangitis,
pancreatitis. Beberapa lokasi yang mungkin terjadi penyumbatan batu
dapat dilihat pada gambar

• Anamnesis
Kolik bilier biasanya datang tiba-tiba dan mencapai intensitas
maksimum dalam waktu 60 menit di dua pertiga dari pasien. Rasa
sakit biasanya berlanjut tanpa fluktuasi dan menghilang secara
bertahap selama 2-6 jam. Nyeri berlangsung lebih lama dari 6 jam
harus dicurigai sebagai kolesistitis akut.
• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan awal seringkali mengungkapkan individu yang
berkeringat, pucat, dan rasa tidak nyaman. Muntah bisa menyertai
rasa sakit. Pemeriksaan dapat mengungkapkan beberapa fitur fisik
yang terkait dengan pembentukan batu empedu (misalnya, kelebihan
berat badan, setengah baya, perempuan). Pasien dengan kolik
empedu tanpa komplikasi tidak mengalami demam, menggigil,
hipotensi, atau tanda-tanda lain dari suatu proses sistemik yang
signifikan. Sinus takikardi adalah umum selama sakit. Nyeri pantul,
tahanan, suara usus tidak ada, atau teraba massa mendukung
diagnosis alternatif lain. Gambar menunjukkan lokasi nyeri bilier pada
regio abdomen.
• Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan tergantung dari gejala yang dirasakan
oleh pasien. Jika nyeri sangat hebat dapat diberikan pereda nyeri
golongan narkotik yaitu Meperidine (pethidine) dengan dosis 1-1,5
mg/kg IM setiap 3 jam. Jika muntah dapat diberikan metoklopramid.
Tidak ada satu pun intervensi operasi yang dapat menjamin karena
kolik bilier yang tidak komplikasi dapat mereda dengan pengobatan
konservatif.
b. Kolik Renal
Rasa sakit jenis kolik ini yang dikenal sebagai kolik ginjal biasanya
dimulai pada pertengahan belakang atas lateral dari sudut
costovertebral dan kadang-kadang subkosta. Kemudian menyebar ke
inferior dan anterior menuju pangkal paha. Rasa sakit yang dihasilkan
oleh kolik ginjal terutama disebabkan oleh pelebaran, peregangan, dan
kejang yang disebabkan oleh obstruksi saluran kemih akut. Ketika
obstruksi berat namun kronis berkembang, seperti di beberapa jenis
kanker, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.
Kolik adalah sebuah ironi karena sakit kolik ginjal cenderung
tetapkonstan, sedangkan kolik usus atau empedu biasanya agak
berselang dansering hilang datang. Pola rasa sakit tergantung ambang
rasa sakit individu dan persepsi dan pada kecepatan dan derajat
perubahan dalam tekanan hidrostatis di dalam ureter proksimal dan
pelvis ginjal. Gerak peristaltik saluran kemih, migrasi batu, dan posisi
miring atau memutar batu dapat menyebabkan eksaserbasi atau
perpanjangan dari nyeri kolik ginjal. Tingkat keparahan rasa sakit
tergantung pada derajat dan lokasi obstruksi, bukan pada ukuran batu.
Seorang pasien sering dapat mengarah pada letak maksimum tersakit,
yang kemungkinan menjadi lokasi obstruksi saluram kemih.
• Fase serangan akut kolik ginjal
Serangan rasa sakit yang sebenarnya cenderung terjadi secara
bertahap dapat diprediksi, dengan rasa sakit mencapai puncaknya
pada kebanyakan pasien dalam waktu 2 jam. Rasa sakit secara
kasar mengikuti dermatomT-10 sampai S-4. Seluruh proses biasanya
berlangsung 3-18 jam. Kolik ginjal dapat digambarkan dalam 3 fase
klinis.
a. Fase akut
Serangan yang khas mulai di pagi hari atau di malam hari,
membangunkan pasien dari tidur. Ketika mulai siang hari, pasien
yang sering menggambarkan serangan itu sebagai perlahan dan
diam-diam. Tingkat rasa sakit bisa meningkat sampai intensitas
maksimum hanya dalam 30 menit setelah onset awal atau lebih
lambat. Pasien merasakan nyeri maksimum mencapai 1-2 jam
setelah dimulainya serangan kolik ginjal.
b. Fase konstan
Setelah nyeri mencapai intensitas maksimum, cenderung tetap
konstan sampai diobati atau berkurang secara spontan. Fase ini
biasanya berlangsung 1-4 jam, tapi bisa bertahan lebih lama dari 12
jam dalam beberapa kasus. Sebagian besar pasien tiba di UGD
selama fase serangan.
c. Fase mereda
Selama tahap akhir, nyeri berkurang cukup cepat, dan
pasienakhirnya merasa lega. Fase ini dapat terjadi secara spontan
padasetiap saat setelah onset awal kolik. Pasien bisa jatuh tertidur,
terutama jika mereka telah diberikan obat analgesik yang kuat.
Serabut saraf nyeri ginjal terutama berupa saraf simpatik
preganglionik yang mencapai tingkat saraf tulang belakang T-11
untuk L-2 melalui akar saraf dorsal. Aortorenal, celiac, dan ganglia
mesenterika inferior juga terlibat. Di ureter bawah, sinyal rasa sakit
juga disalurkan melalui saraf genitofemoral dan ilioinguinal.
Nervuserigentes, yang menginervasi ureter intramural dan kandung
kemih, bertanggung jawab untuk beberapa gejala kandung kemih.
Gambar Menunjukkan gambar persarafan pada nyeri kolik renal

Gambar: menunjukkan distribusi persarafan pada nyeri ginjal serta


uretra

• Ureter 1/3 proksimal dan pelvis ginjal: batu saluran kemih Nyeri dari
atas cenderung untuk memancarkan ke daerah panggul dan lumbar.
Disebelah kanan, hal ini bisa membingungkan dengan kolesistitis
ataucholelithiasis, di sebelah kiri, diagnosa diferensial meliputi
pancreatitis akut, penyakit ulkus lambung dan gastritis.
• Ureter 1/3 medial: Midureteral menyebabkan rasa sakit
yangmemancarkan anterior dan kaudal. Nyeri ini midureteral
khususnya dapat dengan mudah meniru usus buntu di kanan atau
diverticulitis akut disebelah kiri.
• Distal ureter: batu ureter distal menyebabkan rasa sakit yang
cenderung memancarkan ke paha atau testis pada laki-laki atau labia
majora pada wanita karena rasa sakit yang dirujuk dari saraf
ilioinguinal atau genitofemoral. Jika batu yang bersarang di ureter
intramural, gejala dapat muncul mirip dengan sistitis atau uretritis.
Initermasuk gejala nyeri suprapubik, frekuensi kencing, urgensi,
disuria, stranguria, nyeri di ujung penis, dan kadang-kadang usus
berbagai gejala,seperti diare dan tenesmus. Gejala ini bisa
membingungkan dengan penyakit radang panggul, kista ovarium
pecah, atau torsi dan nyeri haid pada wanita.
• Mual dan muntah sering dikaitkan dengan kolik ginjal akut dan terjadi
disetidaknya 50% dari pasien. Mual disebabkan oleh jalur persarafan
umum dari pelvis ginjal, perut, dan usus melalui sumbu celiac dan
saraf aferenvagal. Hal ini sering diperparah oleh efek analgesik
narkotika, yang sering menimbulkan mual dan muntah melalui efek
langsung pada mortalitas GI dan melalui efek tidak langsung pada
zona memicu kemoreseptor dimedula oblongata. Nonsteroidal obat
anti-inflamasi (NSAID) sering dapat menyebabkan iritasi lambung dan
GI. Blok saraf telah berhasil digunakan baik dalam diagnosis dan
pengobatan kolik ginjal, walaupun mereka lebih membantu dalam
kasus kronisdaripada kasus akut. Blok saraf interkostal dapat
digunakan untuk membedakan nyeri dari chondritis, neuromas, dan
radiculitis dari sakitginjal yang sebenarnya. Hal ini dicapai dengan
menyuntikkan agenanestesi, seperti lidokain, sekitar proksimal saraf
11 atau 12 interkostaliske lokasi rasa sakit pada saat pasien
mengalami sakit. Jika injeksimenyebabkan hilangnya rasa sakit,
maka etiologi saraf perifer muskuluskeletal dapat ditegakkan.
• Pemeriksaan mikroskopis urin adalah bagian penting dari evaluasi
pasienyang diduga kolik ginjal. Pemeriksaan makroskopik atau
mikroskopishematuria ada di sekitar 85% kasus. Kurangnya
hematuria mikroskopistidak menghilangkan kolik ginjal sebagai
diagnosis potensial. Perhatian perlu diberikan pada ada atau tidak
adanya leukosit, kristal, dan bakteri dan pH urin. Secara umum, jika
jumlah leukosit dalam urin lebih besar dari 10 sel per lapangan daya
tinggi atau lebih besar dari jumlah sel darah merah, tersangka infeksi
saluran kemih (ISK) dapat ditegakkan. Menentukan pH urin juga
membantu karena, (1) dengan pH lebih rendah dari 6,0, batu asam
urat harus dipertimbangkan, dan (2) dengan pH lebih dari 8,0, infeksi
dengan organism splitting urea seperti Proteus, Pseudomonas, atau
Klebsiella mungkin ada. Kristal urin dari kalsiumoksalat, asam urat,
atau sistin kadang-kadang dapat ditemukan pada urinalisis. Jika ada,
kristal ini adalah petunjuk sangat baik untuk jenis dan sifat yang
mendasari setiap batu .
• Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat dimulai dengan
memperoleh akses vena untuk mempermudah pemberian cairan,
analgesik dan pengobatan antiemetik. Banyak dari pasien yang
mengalami dehidrasi karena mual dan muntah
Melakukan hidrasi dan memberikan diuretik sebagai terapi pembantu
masih merupakan controversial. Ada yang berpendapat dapat
membantu pengeluaran batu, namun juga ada yang berpikir akan
menambah tekanan hidrostatik sehingga menambah nyeri. Namun,
ekstra cairan harus diberikan jika pasien dengan bukti klinis atau
laboratorium mengalami dehidrasi, diabetes atau gagal ginjal.
Protokol yang dibuat berdasarkan kemungkinan kegagalan lewatnya
batusecara spontan baik oleh karena striktur uretra, spasme otot,
edema lokal, inflamasi dan infeksi. Regimen yang diberikan berupa:
Ketorolak 10 mg oralsetiap 6 jam untuk 5 hari.
Nifedipine 30 mg per hari PO untuk 7 hari.
Prednisone 20 mg PO 2 kali sehari untuk 5 hari.
Trimethoprim/sulfamethoxazole sekali sehari untuk 7 hari.
Acetaminophen 2 tablet 4 kali sehari untuk 7 hari.
Prochlorperazine supositoria sebagai pengontrol mual.
Batu yang terjebak di kaliks dapat memblok aliran traktus dari kaliks
yangmenyebabkan obstruksi dan nyeri. Pengobatan dengan ESWL
dapat beralasan untuk situasi yang batu kaliks dicurigai
menyebabkan gejala dan nyeri.
c. Kolik Karena Sumbatan Usus Halus
Sebuah obstruksi usus kecil (SBO) disebabkan oleh berbagai
proses patologis. Penyebab utama SBO di negara maju adalah
perlekatan pascaoperasi (60%) diikuti oleh keganasan, penyakit
Crohn's, dan hernia, walaupun beberapa studi telah melaporkan
penyakit Crohn sebagai faktor etiologi lebih besar dari neoplasia.
Satu studi dari Kanada melaporkan frekuensi yang lebih tinggi dari
SBO setelah operasi kolorektal, diikuti oleh pembedahan ginekologi,
perbaikan hernia, dan usus buntu.
SBO dapat sebagian atau lengkap, sederhana (yaitu,
nonstrangulasi) atau strangulasi. Obstruksi strangulasi adalah darurat
bedah. Jika tidak didiagnosis dan diobati tepat, menyebabkan
iskemia usus dan morbiditas lebih lanjut dan kematian.
Obstruksi dari usus kecil menyebabkan dilatasi proksimal dari
usus akibat akumulasi sekresi GI dan udara yang tertelan. Dilatasi
usus ini merangsang aktivitas sel sekresi menghasilkan akumulasi
cairan lebih. Hal ini menyebabkan gerak peristaltik meningkat baik di
atas dan di bawah obstruksi dengan tinja encer yang sering dan
flatus awal dalam perjalanannya.
Muntah terjadi jika tingkat obstruksi adalah proksimal.
Peningkatkan distensi usus kecil menyebabkan tekanan intraluminal
meningkat. Hal inidapat menyebabkan kompresi limfatik mukosa usus
yang mengarah kelymphedema dinding. Dengan lebih tinggi tekanan
hidrostatik intraluminal, meningkatkan tekanan hidrostatik dalam
kapiler sehingga ketiga besar cairan, elektrolit, dan protein keluar ke
dalam lumen usus.Hilangnya cairan dan dehidrasi yang terjadi bisa
berat dan berkontribusi untuk peningkatan morbiditas dan kematian.
Oklusi arteri menyebabkan iskemia usus dan nekrosis. Jika tidak
diobati, hal ini berkembang menjadi perforasi, peritonitis, dan
kematian.

Gambar : Menunjukkan lokasi nyeri obstruksi usus halus pada region


abdomen
• Manifestasi klinis
Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit dengan
sederhana atau strangulasi. Manifestasinya dapat berupa:
Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien)
Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang
lebihmenonjol pada obstruksi sederhana.
Seringkali, tampilan klinis dapat memberikan petunjuk kepada
perkiraan lokasi dan sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama
beberapa hari, yang menjadi progresif dan dengan distensi perut,
mungkin khas untuk obstruksi yang lebih distal.
Perubahan karakter nyeri dapat menunjukkan perkembangan
komplikassi yang lebih serius (misalnya, nyeri konstan usus
strangulasi atau iskemik).
Mual
Muntah, yang lebih berhubungan dengan obstruksi proksimal
Diare (temuan awal)
Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak
adanya gerakan usus atau buang angin.
Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait
dengan strangulasi.
Riwayat operasi abdomen atau pelvis dahulu
Riwayat keganasan (terutama ovarium dan usus)
• Pemeriksaan Fisik
Beberapa hal yang ditemukan dari pemeriksaan fisik meliputi:
Distensi abdomen
Suara usus Hiperaktif terjadi di awal sebagai upaya GI untuk
mengatasiobstruksi.
Suara usus yang menurun terjadi belakangan.
Mengeksklusikan hernia inkarserata dari selangkangan, segitiga
femoralis, dan foramen obturatorius.
Temuan pada pemeriksaan rectal touge:
Darah yang tampak ataupun samar, yang menunjukkan strangulasi
lanjutan atau keganasan
Massa, yang menunjukkan hernia obturatorius
Periksa gejala umum diyakini akan lebih diagnostik untuk iskemia
usus,yaitu:
Demam (suhu> 100 °F)
Takikardia (> 100 detak / menit)
Tanda-tanda peritoneal
• Penyebab
Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain:
Penyebab paling umum dari SBO adalah adhesi pascaoperasi.
Perlekatan pascaoperasi bisa menjadi penyebab obstruksi akut
dalam waktu 4 minggu operasi atau obstruksi kronis dekade
kemudian.
Kejadian SBO sejajar dengan peningkatan jumlah laparotomi
dilakukan dinegara-negara berkembang.
Penyebab diidentifikasi kedua yang paling umum dari SBO adalah
hernia inkarserata.
Etiologi lain dari SBO termasuk tumor ganas (20%), hernia (10%),
penyakit radang usus (5%), volvulus (3%), dan beragam (2%).
Penyebab SBO pada pasien anak-anak termasuk atresia kongenital,
stenosis pilorus, dan intususepsi.

• Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan
secara agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan
antiemetic dengan indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi operasi
yang dini. Dekompresi dilakukan dengan cara memasang selang
NGT untuk dilakukan suction terhadap isi GI dan untuk mencegah
aspirasi. Tidak lupa juga untuk selalu memonitor jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi.
c. Manifestasi klinis kolik abdomen
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing
bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau
tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”
meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
d. Komplikasi
1. Gangren
Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian
sel/jaringan. Gangren kandung empedu, saluran empedu dan
pankreas diawali oleh infeksi pada organ-organ tersebut.
2. Sepsis
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat
menimbulkan syok, dimana tekanan darah turun.
3. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ.
Batu empedu mengerosi dinding kandung empedu atau salurang
empedu, menimbulkan saluran baru ke lambung,usus dan rongga
perut.
4. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga
perut yang steril terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu
fistula ke rongga perut.
5. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila
batu berukuran cukup besar

e. Pemeriksaan
• Tensi, nadi, pernafasan, suhu
• Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri, adakah nyeri tekan / nyeri lepas ?
Adakah pembesaran hati, apakah teraba massa?
• Pemeriksaan rektal : lokasi nyeri pada jam berapa, adakah faeces,
adakah darah?
• Laboratorium : Leukosit dan Hb

f. Pemeriksaan penunjang
• Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
• Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
• Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis
dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh
lipatan usus.
• Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik.

g. Penatalaksanaan
• Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
• Terapi Na+, K+, komponen darah
• Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
• Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
• Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke
area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif
dengan pasien berbaring miring ke kanan.
• Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
• Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
• Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
• Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko.
• Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai
prosedur kedua.

h. Tindakan
• Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
• Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
• Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin
(inj) ; jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri
Antibiotik kalau penyebab tidak jelas
• Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang
tiap 30 menit
• Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
• Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj),
Cortison inj 3 cc atau Deksametason 2 amp
• Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Kekurangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan mual muntah
b. Gangguan kebutuhan istiharahat tidur berhubungan dengan sakit
kepala
c. Gangguan pmenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
anorexia
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Personal Hygiene kurang berhubungan dengan ketidakmampuan
merawat diri

2. INTERVENSI ( RENCANA TINDAKAN )


1. Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual muntah
- Memberikan masukan cairan intravena
- Anjurkan untuk banyak minum
- Menganjurkan pada pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan
yang merangsang mual muntah
- Memberikan Health education kepada pasien dan keluarga pasien
- Mengobservasi vital sign pasien

2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan aneroxia


- Kaji asupan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food diary.
Pengukuran BB setiap hari, pemeriksaan lab. dan antropometri
- Berikan diet tinggi karbohidrat dengan asupan protein yang
konsisten dengan fungsi hati.
- Bantu pasien dalam mengenali jenis-jeni makanan rendah natrium
- Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan
- Pelihara hygiene oral sebelum makan dan berikan suasana yang
aman dan nyaman pada waktu makan

3. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan sakit kepala


 Kaji kebiasaan tidur pasien.
 Berikan Health education tentang pentingnya istirahat tidur bagi
kesehatan
 Mengatur suhu kamar pasien
 Kolaborasi dengan dokter

4. Intoleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


- Kaji tingkat toleransi aktivtas dan derajat kelelahan fisik
- Bantu pasien dalam merawat diri dan pelaksanaan aktivitas bila
pasien merasa lelah
- Anjurkan untuk sitirahat bila pasien merasa lelah / bila adanya
nyeri
- Bantu memilih latihan dan aktivitas yang diinginkan

5. Personal hygiene kurang berhubungan dengan ketidakmampuan merawat


diri
- Beri dorongan pada pasien untuk merawat dirinya
- Bantu pasien untuk merawat dirinya
- Bantu kemampuan pasien untuk merawat dirinya
- Kaji kemampuuan pasien untuk memenuhi personal hygiene
- Beri HE kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya
kebersihan diri
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN KOLIK
ABDOMEN DI RUANG AMARILYS 1 RSUD TUGUREJO
SEMARANG

I. Pengkajian
Waktu Pengkajian : 15.00 WIB

A. Identitas
a) Identitas klien
Nama : Ny. A
Usia : 48 tahun
Pendidikan Terakhir: SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medis : Kolik Abdomen
Alamat : Kendal
b) Identitas penanggungjawab
Nama : Tn. N
Umur : 52 tahun
Pendidikan Terakhir: SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hub. dgn klien : Suami
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Kendal
c) Tanggal masuk :18 November 2017

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan perutnya sakit.
2. Riwayat Kesehatan saat ini
Keluarga pasien mengatakan bahwa sejak tanggal 15 November 2017
sekitar pukul 18.30 pasien merasa nyeri secara tiba-tiba pada perut dan
terasa tegang, mual tetapi tidak muntah dan nafsu makan menurun.
Kemudian pasien hanya meminum obat untuk mengurangi nyerinya. Pada
tanggal 18 November 2017 pukul 17.00, nyeri muncul lagi dan terasa lebih
sakit dari hari sebelumnya, kemudian pasien langsung dibawa ke IGD
RSUD Tugurejo oleh keluarga.
3. Riwayat Kesehatan Lalu
Dua tahun yang lalu, pasien pernah mengalami nyeri serupa, namun sembuh
dengan meminum obat dari Puskesmas. Merasa sembuh klien tidak
melanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lanjut.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita
kolik abdomen.

Genogram

A. Pengkajian Sistem Tubuh


Keadaan Umum :lemah
Tingkat kesadaran : composmentis
Glascow Coma Scale : E 4 M 6V 5 = 15
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 42 kg
TTV
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 112 x/menit
Suhu : 37,5 C
Pernafasan : 21 x/menit
1. Sistem Pernafasan
Data Subjektif :
Pasien mengatakan tidak mengalami sesak nafas.
Data Objektif :
Inspeksi : bentuk dada normal, tidak ada lesi, tidak ada tarikan
otot intercosta, irama nafas teratur.
Palpasi : tidak teraba masa, tidak ada nyeri tekan, fremitus kanan=kiri,
pengembangan paru simetris.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara vesikuler seluruh lapang paru.
2. Sistem Kardiovaskuler
Data Subjektif :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan seperti nyeri dada.
Data Objektif :
a. Tekanan darah berbaring : 130/80 mmHg
b. Denyut nadi/pulsasi
Radialis : 112 x/menit
c. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : ictuscordis teraba pada ic V midclavicula sinistra.
Perkusi : redup.
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 normal lup-dup
d. Ekstremitas
Suhu : 37,5 C, akral hangat
Pengisian kapiler/capillary refille time: kembali dalam 3 detik
Varises : tidak ada
Plebitis : tidak ada
e. Membran mukosa bibir : lembab
Kongjutiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterik
3. Sistem Persarafan dan Musculoskeletal
a. Fungsi saraf cranial
 Olfaktorius : fungsi penciuman baik
 Optikus : fungsi visual dan lapang pandang baik
 Okulomotor : respon pupil normal, isokor
 Trochlear, trigeminus, abdusen berfungsi dengan baik
 Fasialis : bibir simetris
 Akustikus : pendengaran baik
 Glosofaringeal dan vagus : tidak ada gangguan menelan, fungsi kecap lidah
baik
 Asesorius : mampu menoleh ke arah samping kiri dan kanan,
 Hipoglosus : fungsi mengunyah baik
b. Fungsi saraf sensorik : mampu merespon terhadap nyeri, kecuali pada bagian
pedis sinistra yang luka.
c. Fungsi motorik
mampu berjalan Kekuatan otot : baik ekstremitas kiri
dan kanan = 5
Kemampuan koordinasi: baik , mobilisasi secara mandiri
Tremor : tidak ada Deformitas : tidak ada
Kemampuan pergerakan sendi: sendi di Sendi tidak ada pembengkakan
esktremitas kanan dan kiri tidak
mengalami kelemahan

5 5 kekuatan otot
5 5
Ekstremitas kanan atas : kekuatan otot baik, kukupendek bersih, tidak
terdapat udema, akral hangat, tidak terdapat sianosis.
Ekstremitas kiri atas : kekuatan otot baik, tidak ada pembengkakan sendi,
tidak ada sianosis, terpasang infus RL 20 TPM.
Ekstremitas kanan bawah : kekuatan otot baik, kuku pendek
bersih, tidak terdapat udema, akraldingin, tidak terdapat sianosis.
Ekstremitas kiri bawah : kekuatan otot baik, terdapat luka di pedis dengan
diamter 2 cm dengan nanah tidak terasa nyeri, tidak ada pembengkakan
sendi, akral hangat, tidak ada sianosis.
4. Sistem Integumen
Data Objektif:
Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, membran mukosa bibir lembab. Ada
luka pada pedis sinistra diameter 2 cm bernanah bagian pinggir kehitaman dan
tidak terasa nyeri.
5. Sistem Eliminasi
pasien belum BAB sejak dirawat. Tidak ada rasa nyeri saat kencing.
pasien belum BAB sejak dirawat. Tidak ada rasa nyeri saat kencing.

Kegiatan Sehari-
No Sebelum sakit Saat sakit
hari
1. Eliminasi
BAK :
Frekuensi 5 – 7 x/sehari 4 – 5 x/sehari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Jumlah ± 800-1000 ± 800-1000
cc/hari cc/hari
2. BAB :
Frekuensi 1 x/hari -
Warna Kuning -
Konsistensi Lunak -
Jumlah ± 200-400 -
cc/hari
1. Sistem Gastrointestinal
Data Subjektif:

Kegiatan Sehari-
No Sebelum sakit Saat dirumah sakit
hari
1 Nutrisi :
Jenis makanan nasi + lauk pauk + Diit TKTP
sayur
Pola makan teratur teratur
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Porsi 1 piring dihabiskan Menghabiskan
sepermpat porsi
Nafsu makan Baik Menurun
Mual tidak ya
Muntah tidak tidak
Nyeri telan tidak tidak
Nyeri ulu hati tidak ya
Diit khusus pasien tidak memiliki
diit khusus seperti diit
rendah gula atau
kalori.
2 Minum :
Frekuensi Sering Jarang
Jenis minum Air putih Air putih
Jumlah 800 cc – 1000 cc 600 cc – 800 cc
minuman

Data Objektif :
Inspeksi
Tidak terdapat lesi, tampak pembengkakan pada perut.
Auskultasi
Peristaltik usus 5 x/menit
Perkusi
Timpani
Palpasi
Tidak teraba massa, terdapat nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan bawah
(Mc. Burney), psoas sign (+), obturator sign (+), rovsing sign (+), defans musculer
(+)
2. Sistem Penginderaan
Data Objektif
Pemeriksaan mata :
a. Lapang pandang : normal
b. Gerakan mata : normal
c. Pemeriksaan fisik mata : normal
d. Konjungtiva : anemis
e. Sklera : tidak ikterik
f. Pupil : normal
g. Kesimetrisan : simetris
Pemeriksaan hidung :
a. Inspeksi hidung : simetris, bersih
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan telinga :
a. Inspeksi telinga luar : bersih
b. Inspeksi telinga dalam : bersih, tidak ada serumen
c. Palpasi daun telinga : tidak ada nyeri, tidak ada massa

3. Sistem Cairan dan Elektrolit


Input cairan
Makanan dan Minuman : 1000 cc
Infus : 600 cc
Injeksi obat : 30 cc
Total Intake cairan : 1000 + 600= 1600 cc
Output Cairan
Urin : 1000 cc
IWL (24 jam) : 15 x BB = 15 x 42 = 630 cc
Total Output Cairan : 1000 + 630= 1630
Balance cairan : Input – Output : 1630 – 1630 =0 cc

4. Sistem Imunitas
Data Subjektif :
Pasien mengatakan tidakmempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan obat-
obatan.

5. Sistem Hematologi
a. Riwayat transfusi darah : pasien belum pernah mendapat tranfusi darah
sebelumnya.
b. Konjungtiva : anemis.
c. Kulit dan kuku tampak pucat.

A. Data Tambahan
1. Pola aktifitas, istirahat dan tidur
Data Subjektif:
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit ia sering tidur pukul 21.00 WIB dan
terbangun pada pagi harinya pukul 05.30 WIB. Pasien dapat tidur dengan nyenyak
dan bangun dengan badan yang segar. Pasien mengatakan tidak mempunyai
kebiasaan tidur siang.
Pasien mengatakan bahwa selama di rumah sakit tidurnya
tidak begitu nyenyak,tidur pada pukul 21.00 WIB dan tidak bisa tidur nyenyak
karena ruangan terasa panas. Pasien mengatakan tidak bisa tidur pada siang hari
karena banyak anggota keluarga dan tetangga yang menjenguknya.
2. Activity Daily Living
Data Subjektif
Pasien mengatakan sebelum sakit, semua aktifitas sehari-hari biasa dilakukan
dengan mandiri, selama sakit aktifitas pasien seperti makan, berpakaian,
kebersihan diri dibantu oleh suaminya.Pasien merasa lemah untuk beraktivitas.
Tidak ada perubahan tanda-tanda vital yang signifikan sebelum dan setelah
beraktivitas.
Data Objektif
a. Penampilan umum : cukup rapi
b. Bau badan : tidak ada
c. Kebersihan badan : bersih

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Ambulasi 
Makan 
Skor
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung / tidak mampu
3. Ketidaknyamanan
Data Subjektif :
Pasien mengeluh nyeri di daerah ulu hatinya dan merasa mual sehingga tidak
nafsu makan.
B. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 18 November 2017

No Nama Hasil Nilai rujukan


1 Hemoglobin 11,5 g/dl 12,0-16,0
2 Hematokrit 31,8 % 36,0 – 46,0
3 Eritrosit 4,9 juta / mmk 4,0 – 5,2
4 MCH 26,8 pg 26,0 – 34,0
5 MCV 83,0 fL 70,0 – 107,0
6 MCHC 32,3 g/dl 31,0 – 36,0
7 Leukosit 13,6 ribu/ mmk 4,1 – 10,9
8 Trombosit 179 ribu/ mmk 150,0 – 450,0
9. Gula Darah 120 mg/dl 72 – 126 mg/dl
sewaktu
10. Ureum 50 mg/dl 18 – 55
11. Kreatinin 1,1 mg/dl 0,9 – 1,30

2. Pemeriksaan USG Abdomen 18 November 2017


Adanya struktur yang aperistaltik blind-ended, keluar dari dasar caecum. Dinding
appendix nampak jelas, dapat dibedakan, diameter luar > 6 mm. Adanya
gambaran “target”. Adanya appendicolith. Adanya timbunan cairan
periapendicular, nampak lemak pericecal echogenicprominent.
3. Terapi
Infus RL 20 tpm pada tangan kiri
Ranitidin 3 x 8mg

Terapi Dosis Kandungan Fungsi


Infus RL 20 Kandungan : Rehidrasi
tetes/menit Calcium cairan
chloride,
potassium
chloride, sodium
chloride, sodium
lactate
Inj. 3x8 mg (IV) ranitidin Mensekresi
Ranitidin asam lambung
C. Analisa Data
No. Hari/Tgl/Jam Data Fokus Masalah Etiologi Ttd
1. Senin DS: Nyeri Obstruksi lumen Angga
20-11-2017 Pasien mengeluh nyeri akut
15.20 dengan karakteristik:
P : nyeri berkurang bila
tidur dengan posisi kaki Suplai aliran darah
ditekuk. menurun
Q : seperti ditusuk-tusuk.
R : pada daerah perut
bagian kanan bawah
S : skala nyeri 5 Mukosa terkikis
T : nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri dirasakan
terus-menerus.
DO: Peradangan pada
Ekspresi wajah pasien appendix
tampak meringis
kesakitan menahan
nyeri.
Tekanan
Darah:130/80 mmHg.
Nadi : 112 x/menit.

2. Senin DS: Intake Ketidakseimbangan Angga


20-11-2017 Pasien mengeluh tidak nutrisi kurang dari
15.20 perutnya terasa adekuat kebutuhan tubuh
mual,hanya
menghaniskan 2-5
sendok (1/4 porsi), nafsu
makan menurun dan
mual.
ya
DO:
 Antropometri:
BB sekarang: 42
kg TB : 156 cm
BB sebelum sakit : 44
kg
IMT sekarang: 18,08
Interpretasi IMT: Kurus.
 Biochemical:
Hasil lab Tanggal 18
November 2017 (14:06
WIB)
Hemoglobin:
11,5 gram/dl
Hematokrit:
31,8 %
 Clinis:
Konjungtiva anemis,
turgor kulit kering,
membran mukosa bibir
kering.
 Diet:
TKTP
3 x sehari
Tidak dihabiskan 2-5
sendok (1/4 porsi).

I. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Ttd
Keperawatan Hasil Keperawatan
1. Senin Nyeri akut Setelah dilakukan Pain management Angga
20-11-2017 berhubungan tindakan (1400)
15.20 dengan agen keperawatan selama 1. Ajarkan prinsip
cedera fisik. 3 x 24 jam, masalah manajemen nyeri.
Nyeri akut teratasi 2. Ajarkan teknik
dengan farmakologi
Pain Level (2102) (distraksi dan
Kriteria Hasil: relaksasi).
1. Keluhan nyeri tidak 3. Kolaborasi
ada (3 – 4) pemberian
2. Ekspresi wajah analgetik.
menahan nyeri tidak
(ada 3 – 4)
3. Skala nyeri
berkurang (3 – 4)
4. Mampu mengontrol
nyeri dengan
manajemen nyeri (4
– 5)
2. Senin Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC : Angga
20-11-2017 nutrisi kurang dari tindakan Nutritional
15.20 kebutuhan tubuh keperawatan selama monitoring (1160)
berhubungan 3 x 24 jam, masalah - Monitor adanya
dengan intake tidak ketidakseimbangan penurunan berat
adekuat. nutrisi teratasi badan
dengan kriteria hasil - Monitor makanan
: kesukaan
Nutrisional status (1004)- Monitor mual
- Klien mendapat muntah
asupan nutrisi
- Monitor kalori dan
sesuai kebutuhan intake nutrisi
tubuhnya (100401)
- Mual muntah hilang Nutrition
(100402) management
- Berat badan dalam (1100)
rentang normal- Motivasi pasien
(100405) untuk
menghabiskan
porsi makannya
- Edukasi pasien
dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
- Kolaborasi
pemberian anti
emetik

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Hari/Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Hasil Ttd
1. Senin 1. Mengajarkan teknikS : Pasien mengatakan setelah Angga
20-11-2017 farmakologi (distraksi dan berlatih relaksasi nafas
15.20 relaksasi). dalam, nyeri sedikit
berkurang menjadi skala 4.
19.00 O : Pasien dapat
mempraktekkan teknik
19.30 relaksasi nafas dalam seperti
2. Memonitor intake makan yang diajarkan. Ekspresi
pasien wajah tampak rileks.

S : Pasien mengatakan tidak


nafsu makan
3. Kolaborasi : MemberikanO : pasien hanya menghabiskan
injeksi ranitidin seperempat porsi

S : Pasien mengatakan setelah


diberi obat, mual yang
dirasakan semakin
berkurang.
O : obat diberikan via IV
2. Selasa 1. Memonitor nyeriperutS : pasien mengatakan nyeri Angga
21-11-2017 pasien. skala 4, nyeri hilang timbul,
16.00 bertambah saat bergerak.
Perut kuadran kanan bawah.
17.00 Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
2. Memberi pendidikanO : pasien masih Nampak
kesehatan tentang meringis kesakitan
pentingnya nutrisi untuk
19.00 kesembuhan pasien. S : Klien mengatakan paham
dengan penjelasan yang
diberikan
3. Memonitor Intake nutrisiO : Klien Nampak kooperatif
19.30 pasien
S : Klien mengatakan masih
mual
O : klien hanya menghabiskan
4. Memberikan injeksi seperempat porsi
ranitidin makannya

S : Pasien mengatakan setelah


diberi obat, mual yang
dirasakan semakin
berkurang.
O : obat diberikan via IV
3. Rabu 1. Memonitor nyeri perutS : pasien mengatakan nyeri Angga
22-11-2017 pasien skala 4, nyeri hilang timbul,
15.00 bertambah saat bergerak.
Perut kuadran kanan bawah.
16.00 Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
2. Memotivasi pasienO : pasien masih Nampak
menambah intake nutrisi meringis kesakitan
dengan makanan
17.00 kesuakaan S : klien mengatakan akan
menambah intake nutrisinya
19.00 3. Memonitor Intake nutrisiO : Klien Nampak mencoba
pasien menambah intake

S : Pasien mengatakan tidak


4. Memberikan injeksi nafsu makan
ranitidin O : pasien hanya menghabiskan
setengaht porsi

S : Pasien mengatakan setelah


diberi obat, mual yang
dirasakan semakin
berkurang.
O : obat diberikan via IV
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Ttd
Perkembangan
Rabu Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan Angga
22-11-2017 dengan agen cedera fisik. nyeri sudah berkurang
20.40 dengan skala nyeri
turun menjadi 3. Pasien
mengatakan sudah bisa
mempraktekkan teknik
relaksasi nafas dalam
saat nyeri mulai terasa.
O: Ekspresi wajah tampak
rileks. Pasien tampak
mempraktekkan teknik
relaksasi nafas. TD :
130/80 mmHg. Nadi : 89
x/menit. RR : 22
x/menit.
A : Masalah belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor nyeri.
2. Kolaborasi : tindakan
penanganan
appendicitis
(appendiktomy)
Rabu Ketidakseimbangan S : pasien mengatakan Angga
16/03/2016 nutrisi kurang dari masih merasa mual.
10.25 WIB kebutuhan tubuh Pasien mengatakan
berhubungan dengan sudah mampu
intake tidak adekuat. menghabiskan
setengah dari porsi
makan yang diberikan.
O: Antropometri:
BB sekarang: 42
kg
TB : 156 cm
BB sebelum sakit : 44
kg
IMT sekarang: 18,08
Interpretasi IMT: Kurus.
 Biochemical:
Hasil lab Tanggal 22
November 2017(08.05
WIB)
Hemoglobin:
12.7 gram/dl
Hematokrit:
38,2 %
 Clinis:
Konjungtiva tidak
anemis, turgor kulit baik,
mukosa bibir lembab.
 Diet:
TKTP
3 x sehari
A: Masalah
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi:
1. Motivasi pasien untuk
menghabiskan porsi
makannya.
2. Edukasi pasien dan
keluarga tentang
manfaat nutrisi.
3. Kolaborasi pemberian
anti emetik.
4. Monitor mual muntah
DAFTAR PUSTAKA

H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,

FKUI Jakarta, 2001.

Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk.

Ed. 1. Jakarta : EGC; 2001

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.

8. Jakarta : EGC; 2001.

Marllyn E. Doenges dkk, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, Jakarta

Reeves, Charlene J et al. 2008. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko

Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika

You might also like