Professional Documents
Culture Documents
IKTERUS NEONATORUM
Oleh:
Rizka Kartikasari
1 2 2 0 1110 10 63
Pembimbi ng:
D r. H . A h m a d N u r i , S p . A
D r. G e b y a r Tr i B a s k o r o , S p . A
D r. S a r a s w a t i D e w i , S p . A
D r. L u k m a n O k t a d i a n t o , S p . A
D r. A l i S o d i k i n , S p . A
S M F I L M U K E S E H ATA N A N A K
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
1
2017
PENDAHULUAN
• Hiperbilirubinemia fisiologis
• Hiperbilirubinemia patologis
IKTERUS FISIOLOGIS
• Timbul pada hari kedua – ketiga.
• Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak
melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10
mg % per hari pada neonatus kurang bulan
• Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi
5 mg % perhari
• Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %
• Kadar bilirubin indirek pada bayi cukup bulan
menurun sampai pada kadar orang dewasa (1 mg/dl)
pada umur 10-14 hari.
HIPERBILIRUBINEMIA
FISIOLOGIK
1. Produksi bilirubin berlebihan
• Masa hidup eritrosit yang lebih singkat
• Peningkatan eritropoiesis inefektif
• volume darah bayi relatif besar (80 cc/kgBB), dewasa (60 cc/kgBB)
2. Defek uptake bilirubin
Albumin kurang (prematur)
3. Konjugasi hati belum sempurna
rendahnya aktivitas enzim glukoronil tranferase
4. Peningkatan sirkulasi enterohepatik.
• Peningkatan aktifitas beta glukoronidase
• Tidak adanya flora bakteri
• Pengeluaran mekonium yang terlambat
IKTERUS PATOLOGIS
Hepatik
Gangguan pengambilan Hipoalbumin
bilirubin Obat-obatan (salisilat, sulfonamid)
Perubahan produksi atau Imaturitas
aktivitas uridin Gangguan metabolik endokrin (Criglar Najjar disease. Hipotiroidisme,
diphosphoglucoronyl gangguan metabolisme asam amino)
transferase
Perubahan fungsi dan perfusi Asfiksia, hipoksia, hipotermi, hipoglikemi
hati (kemampuan konjugasi) Sepsis (juga proses inflamasi)
Obat-obatan dan hormon (novabiasin, pregnadiol)
Obstruksi hepatik Stasis biliaris (hepatitis, sepsis)
Post Hepatik
Gangguan ekskresi bilirubin Anomali kongenital (atresia biliaris), Obstruksi extra hepatik
Peningkatan sirkulasi enterohepatik Keterlambatan pasase mekonium, ileus mekonium, Meconium plug
syndrome
Atresia/stenosis kongenital
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
• Riwayat keluarga dengan penyakit hati Crigler-Najjar tipe I dan II,
Penyakit gilbert.
• Riwayat saudara dengan ikterus atau anemia.
• Riwayat sakit selama kehamilan.
• Riwayat persalinan traumatik.
• Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi ibu misalnya sulfonamid.
• Pemberian air susu ibu (ASI)
Breastfeeding jaundice
Kekurangan asupan ASI.
Timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu produksi ASI belum
banyak.
Breast-Milk jaundice
Ikterus yang disebabkan oleh air susu ibu (ASI).
Bilirubin terus naik, dapat mencapai 20-30 mg/dl pada usia 14
hari.
DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan fisik:
– Prematuritas
– Tanda infeksi intrauterin, misalnya mikrosefali, kecil masa kehamilan.
– Perdarahan ekstravaskular, misalnya memar, sefalhematom.
– Pucat, berhubungan dengan anemia hemolitik atau kehilangan darah
ekstravaskuler.
– Hepatosplenomegali, berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi
kongenital atau penyakit hati.
– Koreoretinitis, berhubungan dengan infeksi kongenital.
PEMERIKSAAN
KRAMER
Menekan jari telunjuk di tempat tulang menojol
3. Pemeriksaan Penunjang
Bilirubin serum total.
Golongan darah, rhesus, dan direct coombs’ test dari ibu dan bayi
untuk mencari penyakit hemolitik.
Gambaran apusan darah tepi untuk melihat morfologi eritrosit dan ada
tidaknya hemolisis.
Uji Coomb direk pada bayi
Kadar enzim G6PD pada eritrosit
Ikterus yang berkepanjangan, lakukan uji fungsi hati, pemeriksaan urin
untuk mencari infeksi saluran kemih, serta pemeriksaan untuk mencari
infeksi kongenital, sepsis, defek metabolik, atau hipotiroid
Diagnosis etiologis hiperbilirubinemia
PENYULIT KERN IKTERUS
KONTRAINDIKASI
- hiperbilirubin direk Bronze baby
syndrome, Interaksi fototerapi
menghasilkan pigmen coklat (bilifusin)
yang mewarnai kulit
Fototerapi intensif
Fototerapi konvensional
TRANFUSI GANTI/TUKAR
• Menurunkan dengan cepat Bilirubin Indirek
• Mengganti eritrosit yang hemolisis
• Membuang antibodi yang menimbulkan hemolisis
• Garis putus putus pada 24 jam pertama menunjukkan keadaan tanpa patokan yang pasti karena terdapat
pertimbangan klinis yang luas dan tergantung respon terhadap fototerapi
• Transfusi tukar segera direkomendasikan untuk bayi yang menunjukkan tanda ensefalopati bilirubin
akut (hipertoni, arching, retrocollis, opistotonus, demam, high pitched cry) atau bila bilirubin serum total
≥5 mg/dL di atas garis yang ditentukan.
• Faktor risiko: penyakit hemolitik isoimun, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas suhu, sepsis,
asidosis
TEHNIK TRANSFUSI
TUKAR
• Bayi ditempatkan di meja yang dihangatkan, posisi terlentang
• Darah dipasang dengan transfusi set yang dihubungkan dengan
threeway pada ujungnya
• Kateter/abocath dipasang pada vena besar. Dilakukan di V. Umbilikalis
atau V. Sapena magna secara aseptik
• Threeway dihubungkan dengan kateter, ujung sanya dengan spuit 10/20
cc
• Pengeluaran + penyuntikan darah dilakukan secara bergantian sebanyak
10 – 20 ml setiap kali, sampai darah habis.
• Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 ml/kgBB/menit
• Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik, agar beredar
dalam sirkulasi. Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara
yang sama sampai target transfusi tukar selesai
• Setiap pemasukan 100 ml darah beri 1 ml Ca Glukonas 10%
Komplikasi transfusi ganti
• Gangguan elektrolit: Hiperkalemia, hipokalsemia dan
hipomagnesia
• Hipoglikemia
• Gangguan kardiovaskular: Emboli, Infark, Aritmia, Volume
overload, Arrest
• Perdarahan: trombositopeni, defisiensi faktor pembekuan
• Infeksi