You are on page 1of 31

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


(ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA)

DISUSUN OLEH :
Kelompok 9
Asti Winda Wati 16.3.0.1.0056
Rasidah 16.3.0.1.0062
Heni Guswinda 16.3.0.1.0055
Putri Delviani 16.3.0.1.0069

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah Swt, hanya karena izin-


Nya makalah ini dapat diselesai tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
penulis ucapkan kepada jujungan Nabi Muhammad saw beserta keluarganya,
para sahabatnya dan seluruh insan yang dikehendakinya. Penulisan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III. Materi
di dalam makalah ini menguraikan tentang Asuhan Keperawatan
Osteosarcoma.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan membuka
wawasan pembaca, sehingga dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan
Osteosarcoma dan pembaca dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari
makalah ini.

Pekanbaru, 09 Desember 2018

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan ......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................. 4
A. Anatomi dan Fisiologi Osteosarcoma ........................................... 4
B. Konsep Penyakit Osteosarcoma ..................................................... 6
C. MCP Osteosarcoma ....................................................................... 15
D. Woc Osteosarcoma......................................................................... 16
E. Asuhan Keperawatan Osteosarcoma .............................................. 17
BAB III JURNAL TERKAIT ................................................................. 22
A. Analisa Jurnal ................................................................................. 22
B. Terapi Modalitas ............................................................................ 22
C. Trend dan Issue advance basic practice ......................................... 23
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 24
A. Kesimpulan ................................................................................... 24
B. Saran .............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut badan kesehatan dunia ( World Heard Oganization ) setiap
tahun jumlah penderita kanker +6,25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan
terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Menurut
Errol untung hutagaluhseorang guru besar dalam Ilmu Bedah Ortopedy
Universitas, kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 dan kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128
kasus tumor tulang jinak (28%). Jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan
tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang
dan 31% dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor
tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup
penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke
paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Jika segera tidak ditangani maka tumor akan
menyebar ke organ lain sementara penyembuhannya sangat menyakitkan
karena memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy (Nadianus,
2012).
Dalam seluruh dunia, setiap tahun sekitar 2890 orang di diagnosa
mengidap Osteosarkoma, sekitar 1410 orang meninggal karena
Osteosarkoma. Dalam osteosarkoma yang paling sering dijumpai adalah
Osteosarkoma, menempati sekitar 30. Tingkat insiden Osteosarkoma pada
usia muda agak tinggi kebanyakan pada usia 10-20 tahun, dengan
perbandingan angka osteo sarkoma antara laki-laki dengan perempuan 2 : 1.
(Viraguna, 2013) Perawat memiliki peran yang sangat penting agar proses
penyembuhan pasien bisaberlangsung lancar. Perawat berperan memberikan
dukungan pada pasien dengan melakukan diagnosa. Perawat juga mencari
tahu kebutuhan psikososial dan spiritual pasien. Perawat juga hasus
memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi pasien di samping membantu klien

1
untuk berhasil melewati berhasil melewati fase penyembuhan. Peran-peran
tersebut dijelaskan intervensi keperawatan juga dijelaskan dalam askep
kanker, intervensi keperawatan merupakan cara penangananterhadap pasien
berdasarkan kondisi yang terjadi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui Osteosarcoma dan asuhan keperawatan
Osteosarcoma
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang anatomi
fisiologi sistem muskuloskeletal
b. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang konsep
penyakit.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang mcp
kasus.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang asuhan
keperawatan.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang analisa
jurnal.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang terapi
modalitas
g. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang trend dan
issue advance basic practice

C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang anatomi fisiologi
sistem sensori persepsi.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang konsep penyakit.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang mcp kasus.
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan.

2
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang analisa jurnal.
6. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang terapi modalitas
7. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang trend dan issue
advance basic practice.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Fisiologi Sistem Skeletal
1. Anatomi Tulang

Tulang panjang memiliki struktur


tubular (mis. Tibia). Bagian tengah
dari sebuah tulang panjang disebut
sebagai diafisis dan memiliki inti
yang berongga yang disebut sebagai
ruang medula. Mengelilingi ruang
medula sebuah lapisan tipis tulang
‘cancellous’ yang juga mengandung
sum-sum. Ekstremitas tulang disebut
sebagai epifisis dan sebagian besar
merupakan tulang ‘cancellous’
dilapisi oleh lapisan tulang kompak yang relatif tipis. Pada anak-anak,
tulang panjang diisi oleh sum-sum merah yang akan berubah menjadi sum-
sum kuning seiring dengan pertambahan usia anak. Pada anak-anak bagian
tulang terdiri dari epifisis, metafisis dan diafisis kemudian pada saat
dewasa bagian metafisis menutup.
2. Fisiologi Tulang
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka kolagen
yang mengandung garam Ca2+ dan PO43-, terutama hidroksiapatit. Sistem
skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan
protein yang diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat.
Bahan-bahan tersebut berasal dari embrio hyalin tulang rawan melalui
osteogenesis kemudian menjadi tulang, proses ini dilakukan oleh sel-sel
yang disebut osteoblast. Terdapat 206 tulang di tubuh yang
diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar, dan tak beraturan, sesuai

4
dengan bentuknya. Secara umum tulang mempunyai fungsi sebagai
berikut:

a. Tulang berperan dalam homoestasis Ca2+ dan PO43- secara keseluruhan.


b. Tulang berfungsi untuk melindungi organ vital.
c. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
d. Melindungi organ –organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak).
e. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan
bergerak).
f. Merupakan tempat penyimpanan mineral, seperti kalsium.
g. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum
tulang).

B. Konsep Penyakit
1. Definisi
Menurut Hartono (2013) Osteosarkoma adalah neoplasma
mesenkin ganas yang sel neoplastiknya osteoid. Di luar mieloma multipel,
yaitu suatu tumor sel β. Osteosarkoma adalah tumor ganas primer tulang
yang tersering. Meskipun tumor ini dahulu biasanya fatal, kemajuan dalam
pengobatan telah secara dramatis memperbaiki prognosis untuk neoplasma
ini. Terdapat beberapa varian osteosarkoma, tumor ini dapat dibedakan
satu sama lain berdasarkan gambaran klinis, temuan
radiografik,histologi,dan yang terpenting, prognosis. Dalam skema
klasifikasi paling sederhana, osteosarkoma dapat dibagi menjadi bentuk
primer, yang muncul de novo, dan bentuk sekunder, yang timbul sebagai
komplikasi suatu proses yang lebih mendasar, seperti penyakit paget pada
tulang atau riwayat terpajan radiasi.

2. Etiologi
Menurut Hartono (2013) Diketahui terhadap beberapa bentuk
osteosarkoma primer. Bentuk ini mencakup bentuk konvensional, yang
membentuk sekitar tiga perempat kasus, dan beberapa varian yang lebih

5
jarang. Osteosarkoma konvensional paling sering terjadi pada dekade
kedua kehidupan. Meskipun dapat muncul dimana saja di tubuh, tumor
umumnya berasal dari daerah di sekitar lutut, terutama femur, distal, dan
tibia proksimal. Laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan.
Meskipun penyebab osteosarkoma primer masih belum diketahui, seperti
pada neoplasma ganas lainnya, mutasi tampaknya penting dalam
patogenesis tumor ini. Mutasi pada gen penekan tumor TP53, secara
khusus, terdapat pada banyak osteosarkoma sporadik. Ekspresi berlebihan
onkogen MDM2 berikatan dengan dan menginaktifkan produk gen TP53.
Mutasi sel germinativum pada gen retinoblastoma mempermudah pasien
menderita osteosarkoma serta retinoblastoma herediter. Selain itu,
hilangnya heterozigositas pasa 3p,13q,17p,dan18q juga terjadi. Tingginya
insiden hilangnya heterozigositas pada 3p mengisyaratkan adanya suatu
gen penekan tumor di lokus ini.
Meskipun tidak ada penyebab keganasan tulang yang pasti, ada
beberapa faktor yang berhubungan yang kemungkinan menjadi faktor
penyebab terjadinya keganasan tulang. Faktor tersebut menurut Muttaqin
(2008) adalah :
a. Genetik. Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya
keganasan tulang, misalnya sarkoma jaringan lunak atau soft tissue
sarcoma (STT).
b. Radiasi. Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang
terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma
maligna yang mendapat radioterapi.
c. Bahan kimia. Bahan kimia seperti Dioxsin dan Phenoxyherbicide
diduga dapat menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan
d. Trauma. Sekitar 30% kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai
riwayat trauma. Walaupun sarkoma timbul pada jaringan sikatrik lama,
luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat
dibuktikan.

6
e. Limfedema kronis. Limfedema kronis akibat oprasi atau radiasi dapat
menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada
ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mamma yang
dapat radioterapi pasca-mastektomi.
f. Infeksi. Keganasan pada jaringan lunak dan tulang juga dapat di
sebabkan oleh tulang infeksi parasit, yaitu filariasis.

3. Patofisiologi
Menurut Nadianus, (2012) Sarkoma osteogenik (osteosarkoma)
merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh
dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini
adalah bagian ujung tulang panjang terutama lutut. Penyebab
osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan
menjadi satu predisposisi. Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat
menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan
menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan
ada 2 tumor supresor gene yang berperan secara signifikan terhadap tumor
ginesis pada osteosarkoma. Lokasi tumor dan usia penderita pada
pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan ada pengaruh
dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa di dalam tulang atau
pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar
tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier
pertumbuhan tumor kedalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan metastase secara hematogen paling
sering ke paru atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20%
telah mengalami metatase pada saat diagnosis ditegakkan. Adanya tumor
ditulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respon osteolitik
(destruksi tulang) atau respon osteblastik (permukaan tulang). Beberapa
tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah. Sementara lainnyaada yang sangat bermasalah dan
sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.

7
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus, dan ujung atas fibia. Timbul
dari reaksi tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi
atau penghancuran tulang danrespon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksitulang lokal. Pada proses osteoblastik karena
adanya sel tumor makaterjadi penimbunan periosterum tulang yang baru
dekat tempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

4. Manifestasi klinis
Osteosarkoma bermanifestasi sebagai massa yang terus membesar,
sering nyeri, dan mungkin menimbulkan perhatian karena fraktur pada
tulang yang terkena. Meskipun kombinasi gambaran klinis dan radiografik
mungkin memberi dukungan kuat mengenai diagnosis, di perlukan
konfirmasi histologis untuk semua kasus. Osteosarkoma konvensional
adalah lesi agresif yang bermetastsis. Sekitar 20% pasien telah mengalami
penyebaran ke paru saat didiagnosis, lebih banyak lagi yang telah
mengalami metastasis tersamar yang baru terlihat belakangan. Namun,
kemajuan dalam teknik pembedahan, dikombinasikan dengan terapi
radiasi dan kemoterapi untuk metastasis, telah sangat memperbaiki
prognosis pasien dengan tumor ini (Hartono, 2013).
Osteosarkoma sekunder timbul pada kelompok usia yang lebih tua
daripada osteosarkoma primer konvensional. Tumor ini paling sering
terbentuk dalam kaitannya dengan penyakit paget tau riwayat tepajan
radiasi dan, walaupun jarang, displasia fibrosa, infrak tulang.atau
osteomielitis kronis. Osteosarkoma sekunder adalah neoplasma yang
sangat agresif, kurang berespon terhadap terapi yang ada saat ini
dibandingkan dengan osteosarkoma konvensional. Bentuk lain
ostesarkoma adalah varian parosteal (jukstakorteks), periosteal,
telangiektatik, intraoseus derajat-ringan, dan sel kecil. Manifestasi Klinis:
a. Rasa sakit dan bengkak dikaki atau lengan
b. Nyeri bengkak terbatasnya pergerakan, menurunnya berat badan.

8
c. Gejala nyeri punggung merupakan gejala yang khas. Hal ini
disebabkan karena adanya penekanan pada vetebra oleh fraktur tulang
patologik.
d. Anemia dapat terjadi akibat adanya penempatan sel;sel neoplasma pda
sum-sum tulang hal ini mengakibatkanterjadinya hiperkalsemia,
hiperlsuria dan hiperurisemia selama adanya kerusakan tulang
e. Sel-sel plasma ganas akan membentuk sejumlah
immunoglobin/bencejone protein abnormal. Hal ini dapat dideteksi
melaluai serum urin dengan teknik immmunoelektrophoresis.
f. Gejala ginjal dapat terjadi selama prestipasi immmunoglobin dalam
tubulus, hiperkalsemia, peningkatan asam urat, infiltrasi ginjal oleh
plasma sel dan trombosis pada vena ginjal. (padila 2013)

5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan yang biasa dilakukan Menurut Nadianus, (2012) pada
klien Osteosarkoma adalah :
g. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga kodman dan
dekstrusi tulang.
h. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru
i. Biopsi terbuka menentukan jenis malignasi tumor tulang,
meliputitindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang
dicuirigai
j. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
k. Pemeriksaan darah biasanya menunjukan adanya peningkatan alkalin
fostafase.
l. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
pernyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.

9
6. Penatalaksanaan
Penanganan osteosarkoma yang optimum adalah kombinasi
kemoterapi dan pembedahan radikal, baik mempertahan kan ekstremitas
maupun amputasi. Pendekatan ini telah meningat penatalaksanaan
osteosarkoma selama 30 terakhir ini, dengan angka individu dengan sintas
sekitar 55% untuk tumor tanpa metatasis pada saat muncul. Respon yang
baik pada kemoterapi merupakan faktor prognosis yang penting; jika 90%
nekrosis tumor tercapai pada saat reseksi,sintas pasien meningkat secara
signifiakan ( O’sullivan & Saxon, 1997 ). Protokol kemotrapi percobaan
dengan menggunakan kombinasi obat terus ditinjau, baik secara nasional
maupun internasional, untuk mencari penanganan yang optimum (Dalam
kneale, 2011 hal : 318 ).

10
C. MCP kasus

Dx: Nyeri kronis b/d gangguan Dx: hambatan mobilitas fisik b/d gangguan
muskuloskeletal kronis muskuloskeletal
DS: DS:
1. Ps mengatakan nyeri pada bagian tulang 1. Ps mengatakan sulit melakukan aktivitas
dan sendi karna nyeri
2. Ps mengatakan bagian yang nyeri 2. Ps mengatakan hanya bisa duduk dan
semakin memebesar berbaring
3. Ps mengatakan sulit melakukan 3. Ps mengatakan sulit untuk kekamar mandi
aktivitas karna nyeri DO:
DO: 1. Ps tampak tak berdaya
1. Ekspresi wajah tampak meringis 2. Ps tampak sulit menggerakan tubuhnya
2. TTV meningkat
3. Edema
4. Tampak tumor semakin membesar

MD : OSTEOSARKOMA
KA :
1. Tumor tumbuh pada tulang, dan massa yang terus
membesar, sering nyeri memberat.
2. Sendi dan tulang mengalami edema dan tenderness.
3. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga
kodman dan dekstrusi tulang.
4. Pemeriksaan darah menunjukan adanya peningkatan
alkalin fostafase

Dx: resiko tinggi infeksi b/d gangguan Dx: ansiaetas b/d ancaman terkini
integritas kulit atau prosedur invasif (osteosarkoma)
DS: DS:
1. Ps mengatakan tumor semakin 1. Ps mengatakan sudah putus asa
membesar dan nyeri dengan penyakitnya
2. Ps mengatakan nafsu makan 2. Ps mengatakan takut dengan
menurun dan lemas kondisinya saat ini
3. Ps mengatakan sulit tidur
DO:
DO:
1. Teraba keras pada area tumor
2. Kulit diatas tumor hiperemi 1. Ps tampak gelisah
3. Adanya edema, panas setempat area 2. RR, HR, TD meningkat
tumor 3. Ps tampak sering melamun

11
D. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Identitas merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga
mendorong pasien untuk mencari pertolongan medis. Keluhan utama
pada pasien Osteosarkoma adalah nyeri. Menurut Baredero, M (2008)
rasa nyeri merupakan salah satu akibat dari penyakit kanker yang paling
ditakuti pasien. Sebenarnya, nyeri adalah gejala kanker yang paling
akhir. Nyeridirasakan pada tahap awal karena kanker masih
terlokalisasi. Sekitar 5-10% pasien tumor padat merasa nyeri yang
mengganggu kegiatan sehari-hari. Lebih dari 90% pasien mengalami
nyeri jika pasien mengalami nyeri jika kanker sudahberkembang dan
bermetatasis.
2) Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang terpenting
bagi petugas kesehatan dalam menegakan diagnosis atau menentukan
kebutuhan pasien dengan menggunakan konsep PQRST (Smeltzer &
Bere, 2012)
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Keadaan Umum
1) Penampilan
2) Kesadaran
3) Berat badan dan tinggi badan
4) Tanda-tanda vital

12
5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada
lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas,
auskultasi bunyi napas apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi
napas.
b) Sistem kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tetapi
keadaan tersebut tergantung dari nyeri yang dirasakan individu.
c) Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk mengetahui
peristaltik usus.
d) Sistem persyarafan
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi
kranial, dan fungsi sensori mengkaji : Nyeri superfisial, sensasi
suhu, sensasi posisi (Fransisca, 2008)
e) Sistem penginderaan
Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak ada gangguan pada
klien Osteosarkoma.
f) Sistem muskuloskeletal
Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerak persendian
tertentu, mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah,
ketidaknyamanan atau nyeri yang dikatakan klien waktu bergerak,
observasi adanya luka, adanya kelemahan dan penurunan toleransi
terhadap aktifitas. Pengkajian sistem motorik keseimbangan
koordinasi gerakan adalah, cepat, berselang-selang, dan ataksia
(Fransisca, 2008)
g) Sistem integumen
Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, dan fungsi
perabaan. Kaji keadaan luka. Pada klien Osteosarkoma terdapat

13
luka dengan panjang tergantung dari luas luka, terdapat kemerahan
dan terjadi pembesaran pada daerah luka.
h) Sistem endokrin
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau tidak
pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak. Biasanya
tidak ada masalah pada sistem endokrin.
i) Sistem perkemihan
Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan dan
benjolan.
6) Pola Aktivitas

Diagnosa Keperawatan
Pada klien Osteosarkoma terdapat masalah diagnosa keperawatannya
sebagai berikut :
a. Nyeri kronis b/d gangguan muskuloskeletal kronis
b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang
gerak,kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang
cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis
d. Ansietas b/d ancaman terkini (osteosarkoma)
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau
gangguan gerak
f. Resiko tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan
imunologi, perubahan status nutrisi
g. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar tentang penyakit ) berhubungan
dengan kurang informasi.

14
Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan 1: Nyeri kronis b.d gangguan muskuloskeletal
kronis
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam diharapkan
pasien mampu kontrol nyeri
KH : ( kontrol nyeri)
1. Pasien mampu mengenali kapan terjadinya nyeri
2. Ttv kembali normal
3. Ekspresi wajah tidak tampak meringis
4. Nyeri berkurang
Intervensi Keperawatan :(manajemen nyeri)
O: observasi
1. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
nyeri
2. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
3. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
N: nursing
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi
karakteristik,onset/durasi,frekuensi, kualitas,intensitas atau beratnya
nyeri atau faktor pencentus.
2. tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien
3. Pilih farmakologi,nonfarmakologi,interpersonal untuk memfasilitasi
penurunan nyeri, sesuai dengan kebutuhan
E: edukasi
1. Berikan informasi mengenai nyeri,
2. ajarkan prinsip-prinsip nyeri non farmakologi
C: colaborasi
1. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan
analgesik

15
2. Diagnosa keperawatan: Hambatan imobilitas fisik b.d gangguan
muskuloskeletal
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam diharapkan
pasien mampu melakukan ambulasi
KH : ( ambulasi )
1. Pasien mampu menopang berat badan
2. Pasien mulai bisa menggerakkan tubuhnya
3. Pasien sudah bisa melakukan beberapa aktivitas
Intervensi Keperawatan : (manajmen ambulasi)
O: observasi
1. Dorong untuk duduk di tempat tidur,disamping tempat tidur
(menjuntai), atau dikursi,sebagaimana yang daot ditolerasi
2. Monitor penggunan kruk pasien atau alat bantu berjalan lainnya
N: nursing
1. Beri pasien pakaian yang tidak mengekang
2. bantu pasien untuk menggunakan alas kaki yang memfasilitasi
pasien untuk berjalan dan mencegah cedera
3. bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan dengan jarak
tertentu

E: edukasi

1. Intruksikan pasien u tuk memposisikan diri sepanjang proses


pemindahan

C: colaborasi

1. Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana


ambulasi,sesuai kebutuhan.

16
3. Diagnosa keperawatan: Risiko infeksi b.d gangguan integritas kulit atau
presedur infansif
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam diharapkan
keparahan infeksi tidak terjadi
KH : (keparahan infeksi)
1. Tidak ada kemerahan
2. Nyeri hilang atau berkurang
3. Napsu makan kembali normal
Intervensi Keperawatan :

O: observasi

1. Monitor adanya tanda dan gejala sistemik dan lokal


2. Moniror terhadap kerentanan infeksi
N: nursing
1. periksa kulit dan selaput lendir umtuk adanya kemerahan,
kehangatan ekstrim, atau drainase.
2. periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
3. Anjurk asupan cairana dengan tepat

E: edukasi

1. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagimna cara menghindari


infeksi

C: colaborasi

1. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik diresepkan

Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang spesifik yang dapat membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah di tetepkan yang mencakup peningkatan

17
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping individu (Nursalam, 2008).
E. Pendidikan Kesehatan
1. Definisi
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna
yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis
hematogen awal keparu. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi
karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama
kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 )
2. Tanda dan Gejala Osteosarkoma
a. Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya
b. menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai
dengan
c. progresivitas penyakit)
d. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan
e. yang terbatas adanya pelebaran vena
f. gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,
berat badan menurun dan malaise.
3. Pencegahan Osteosarkoma
a. Filter air yang di minum.
Penelitian telah menunjukkan bahwa air yang Anda minum langsung
dari wastafel dapat menyebabkan kanker tulang.
b. Merendam daging yang akan dipanggang.
Merendam daging sekitar satu jam ditujukan untuk mencegah daging
yang dipanggang menyebabkan kanker tulang.
c. Mengkonsumsi kopi.
Kopi telah dikenal untuk mencegah berbagai jenis kanker termasuk
kanker tulang. Mengkonsumsi 4-5 cangkir kopi sehari dapat
membantu mencegah kanker tulang.
d. Mengkonsumsi banyak air minum.

18
Air dapat mengurangi risiko kanker dengan minum 8 gelas air setiap
hari.
e. Mengkonsumsi suplemen kalsium.
Kalsium membantu memperkuat tulang serta sistem kekebalan tubuh
Anda.
f. Hindari Merokok
Rokok mengandung 4000 jenis zat-zat yang berbahaya bagi tubuh
dan beberapanya merupakan pemicu dari timbulnya kanker.
g. Hindari untuk mengkonsumsi Alohol
4. Membangun Menu Makanan Sehat
a. Makan banyak makanan tinggi serat yaitu buah-buahan,
sayuran, kacang-kacangan, dan gandum. Ini adalah karbohidrat
“baik”, bergizi,mengisi, dan relatif rendah kalori. Mereka
harus menyediakan 20sampai 30 gram serat makanan yang Anda
butuhkan setiap hari.
b. Pastikan untuk menyertakan buah-buahan dan sayuran hijau,
oranye,kuning, seperti brokoli, wortel, melon, dan buah jeruk.
Antioksidan dan nutrisi lainnya dalam makanan dapat
membantu melindungi terhadap pengembangan beberapa jenis
kanker .Batasi konsumsi makanan manis.
c. Kurangi lemak hewan, kurangi konsumsi lemak trans, yang
disediakan oleh minyak sayurterhidrogenasi digunakan dalam
makanan olahan yang paling di supermarket dan di banyak
makanan cepat saji.
d. Makan lebih banyak ikan dan kacang-kacangan, yang mengandung
lemak tak jenuh sehat. Jauhkan porsi banyak, terutama makanan
berkalori tinggi.
e. Jaga asupan kolesterol Anda di bawah 300 miligram per
hari.

19
f. Makan berbagai makanan. Jangan mencoba untuk mengisi
kebutuhan gizi anda dengan menu makanan yang sama pada setiap
hari.
g. Mempertahankan asupan kalsium yang cukup. Kalsium sangat
penting untuk tulang dan gigi yang kuat. Dapatkan kalsium Anda
dari sumber- sumber rendah lemak, seperti susu skim dan yogurt
rendah lemak. Cobalah untuk mendapatkan vitamin dan mineral dari
makanan, bukan dari suplemen.
h. Menjaga berat badan yang diinginkan. Neraca energi (kalori) asupan
dengan keluaran energi. olahraga dan aktivitas fisik lainnya sangat
penting untuk melengkapi menu makanan sehat setiap hari glaukoma
atau kebutaan, serta menjaga kestabilan tekanan darah.

20
BAB III
JURNAL TERKAIT

A. Analisa Jurnal
1. Judul jurna: Hubungan Rasio Limposit Monosit Pre Operasi Dengan
Prognosis Paisen Osteosarkoma
2. Latar Belakang
Osteosarkoma merupakan tumor ganas primer pada tulang yang sering
dijumpai. Data epidemiologi menunjukan insidens yang tinggi dari
osteosarcoma pada usia 10-20 tahun dan >40 tahun(Ottaviani and Jaffe,
2009) (Bielack et al, 2009) Osteosarcoma merupakan keganasan
kedelapan terbanyak dengan insidensi 4.4 perjuta. Disamping
peningkatan tekinik diagnosis dan terapi osteosarcoma, tingkat ketahanan
hidup 5 tahun yang masih sangat rendah dengan banyaknya relapse local
maupun metastase merupakan masalah yang masih dihadapi dalam
penyakit ini (Geller and Gorlick, 2010)
Rasio limposit-monosit yang rendah preoperasi berhubungan
dengan prognosis yang buruk pada pasien dengan kanker serviks dan
beberapa jenis kanker yang lain, penelitian lain juga juga menggunakan
rasio limfosit-monosit sebagai predictor indenpenden terhadap pasien
dengan nasofaring karsinoma. Rasio limfosit-monosit merupakan faktor
prognostic yang baik pada pasien dengan karsinoma kandung kemih
yang menjalani radical cystectomy. Pada penelitian ini akan dilihat
hubungan antara rasio limposit monosit pre operasi dengan prognosis
pasien asteosarcoma.
3. Metode penelitian
Penelitian ini bersifat analitik retrospektif dengan sumber data
adalah rekam medis pasien yang telah didiagnosis dengan osteosarcoma
dirsup haji adam malik medan, dimulai pada bulan oktober hingga
November 2016. Subjek penelitian adalah penderita osteosarcoma yang
dirawat di SMF Bedah Orthopaedi RSUD H,Adam Malik Medan dari

21
2011 agustus 2016 yang memenuhi kriteria inklusi. kriteria inklusi yaitu
tidak adapemberian kemoterapi, radiologi dan tranfusi darah sebelum
pengambilan sampel darah telah menjalin operasi tidak ada penyakit atau
gangguan hematologi, tidak dijumpai infeksi dan hiperpireksia. Pasien
dengan data rekam medis tidak lengkap dieksklusi. Diagnosis
osteosarcoma ditegakan berdasarkan pemeriksaan histopatologi dan
klasifikasi berdasarkan enneking kriteri. Rasio limfosit monosit adalah
nilai limfosit dibagi monosit yang didapatkan pada pemeriksaan
hemotologi pre operasi
4. Hasil penelitian
Pada awal terdapat 56 pasien didiagnosis dengan osteosarcoma
terdapat 15 subjek yang tidak memenuhi criteria inklusi sehingga jumlah
sampel pada penelitian ini adalah 41 pasien. Adalah 22.41 – 13.79
dengan usia termuda adalah 6 tahun dan usia tertua adalah 75 tahun.
Subjek dengan usia <20 tahun lebih banyak dibandingkan dengan usia
>20 tahun. Lokasi tumor difemur dengan 22 subjek (52%) sementara
operasi AKA (AboveKnece Amputation) terbanyak dilakukan yakini
terhadap 30 pasien (73,35) 25 subjek (61,0%) pasien dengan matastasis
yang merupakan sdaium III dari keseluruhan subjek 30 subjek penelitian
(74,6%) menalani kemoterapi.
5. Pembahasan
Rerata usia subjek penelitian adalah 22,4+13,79 dengan usia <20
tahun lebih banyak dibandingkan dengan usia >20 tahun sesuai dengan
penelitian lain yang menyebutkan bahwa insidens yang tinggi dari
osteosarcoma pada usia 10-20 tahun dan >40 tahun. Pada penelitian lain
disebutkan bahwa osteosarcoma dapat terjadi pada rentang usia 2 sampai
92 tahun. Pasien terbanyak dengan stadium III dan metastase yaitu
sebnayak 25 subjek penelitian (61.0%), berbeda dengan penelitian liu,
yang menyebutkan bahwa stdium klinis I-II lebih banyak yaitu 51, 4%.
Sementara kondisi pasien dengan kemoterapi yaitu sebnayak 30 subjek
penelitian (74,6%) sesuai dengan penelitian dari liu dengan pasien

22
kemoterapi sebesar 50,5% menandakan kemoterapi merupakan
modalitas terapi yang digunakan dalam mengatasi osteosarcoma (Liu et
al, 2015) (Ubukata et al 2010).
6. Kesimpulan
Walaupun analisis bivariat menyatakan tidak ada hubungan antara
RLM dengan prognosis pasien osteosarcoma di RSUP. Haji Adam Malik
Medan dengan nilai p = 0.083 namun kurva survival dengan jelas
menunjukan one year survival dan two year survival pada HRML lebih
baik daripada LRLM perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
mengontrol 122 faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi hasil dan
melakukan analisa multivariate dalam menilai prognosis pada pasien
ostesarcoma.

B. Terapi modalitas keperawatan


1. Terapi relaksasi napas dalam skeletal
Relaksasi adalah teknik untuk mengurangi ketengangan otot dan
menurunkan kecemasan . terapi relaksasi ini merupakan metode yang
efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis (Ramali,
2000). Nyeri kronis pada kanker tulang terjadi dikarenakan pertumbuhan
sel yang abnormal didalam sekitar tulang dimana terdapat serabut-serabut
saraf yang terkena sehingga menyebabkan timbulnya sinyal rasa sakit
keotak(Tahitian,2011). Nteri pada kanker yang tidak ditangani dapat
menyebabkan reaksi stress yang dapat mempengaruhi sistem jantung dan
imun. Jika seseorang mengalami stress maka tekanan darahnya akan
meningkat dan denyutan jantung bekerja semakin cepat, sehingga dapat
menurunkan sistem imun yang berdampak negative bagi tubuh
(Dinisari,2006).
Penilitian yang dilakukan Rabi’al pada tahun 2010 dirumah sakit
adam malik medan menunjukkan bahwa teknik relaksasin nafas dalam
mampu menurunkan tingkat nyeri.penilitian yang dilakukan pada 16
responden dengan kanker osteosarcoma ini mengidentifikasikan terdapat

23
penurunan tingkat nyeri stelah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam(Rabi’al,2010).
2. Teknik relaksasi
Teknik relaksasi merupakan salah satu tindakan nonformakologis
yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri. Tindakan ini bertujuan
untuk membebaskan mental dan fisik dari ketengangan stress, sehingga
dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri yang diantaranya terbagi
menjadi relaksasi nafas dalam (Prasetyo,2010). Tindakan relaksasi nafas
dalam juga bertujuan untuk menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah (Smelzer dan Bare,2000).
Natonal safety council(2004) menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas
dalam saat ini masih menjadi metode relaksasi termudah yang dapat di
aplikasikan.(Kimberly, 2012). berikut adapun teknik relaksasi :
1) Diharapkan pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru
denagn udara
2) Kemudian perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan
tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman hal tersebut
3) Selanjutnya pasien bernafas beberapa kali dengan irama normal
4) Pasien menarik nafas dalam lagi dan mengembuskan pelan-pelan dan
membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat
mintak apsien untuk mengonsentreasikan pikiran pasien pada kakinya
yang terasa rinagn dan hangat
5) Setelah itu pasien mengulang langkah ke 4 dan mengonsentrasikan
pikiran pada lengan perut , punggung dan kelompok otot-otot
lain.(Winddyasih,2008)
3. Efek positif relaksasi
Efek positif relaksasi pada penderita nyeri kronis adalah
memperbaiki kualitas tidur, memperbaiki kemampuan pemecahan
masalah, menurunkan patigue, meningkatkan kepercayaan diri dan self
control, meningkatkan efektifitas terhadap tindakan lain untuk
mengurangi nyeri , memperbaiki kemampuan melakukan aktifitas secara

24
mandiri dan menyeimbangkan aktifitas istirahat dalam toleransi. Ada 3
hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu posisi yang tepat,
pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur
senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh disokong ( missal:bantal
penyokong leher ), persendian fleksi , dan otot-otot tidak tertarik ( missal:
tangan dan kaki tidak disilangakan .) dalam menenangakan pikiran
pasien dianjurkan pelan-pelan memandang sekeliling ruanagn, misalnya
melintasi atap turun kedinding , sepanang jendela. Membuat kondisi
lebih nyaman, pasien dianjurkan sedikit tersenyum atau memberiarkan
gerahang bawah kendor(Winddyasih,2008.)

C. Trend dan issue evidence based practice


Rerata usia subjek penilitian adalah 22,41 ±13,79 dengan usia ≤ 20
tahun lebih banyak dibandingkan dengan usia≥ 20 tahun sesuai dengan
penelitian lain yang menyenbutkan bahwa insidens yang tinggi dari
osteosarcoma pada usia 10-20 tahun dan > 40 tahun. (Abbas et al,
2008)(jiang et al, 20015) (Errol,2005). Pada penilitian lain disebutkan bahwa
osteosarcoma dapat terjadi pada rentang usia 2 sampai 92 tahun, tetapi paling
sering pada decade kedua (60%) danm decade ketujuh (10%). (Ta et al,
2009) puncak pertama pada usia 10-20 tahun dan puncak kedua pada usia 60
tahun (salter,1999).
Pasien terbanyak dengan dengan stadium III dan metastase yaitu
sebanyak 25 subjek penilitian (61.0%), berbeda dengan penilitian liu yang
,menyebutkan bahwa stadium klinis I-II lebih banyak yaitu 51,4% . ini
memungkinkan karena penilitian dilakuakn di RS.Haji adam malik yang
merupakan rumah sakit rujukan tersier. Sementara kondisi pasien dengan
kemotrapi yaitu sebanyak 30 subjek penilitian (74.6%) sesuai dengan
penilitiabn dari Liu dengan pasien kemotrapi sebesar 50.5% menandakan
kemotrapi merupakan modalitas terapi yang digunakan dalam mengatasi
osteosarcoma(Liu et al,2015)(ubukata et al,2010).

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul
dari mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ) Penyebab kanker
merupakan gabungan faktor genetik, kimia, virus onkogenik, dan radiasi.
Manifestasi klinis : rasa sakit (nyeri), pembengkakan, keterbatasan gerak,
fraktur patologik. Pemeriksaan Penunjang yang biasa dilakukan yaitu
pemeriksaan radiologis , CT scan dada , Biopsi terbuka dan lain – lain.

26
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis
B. Saran
Bagi mahasiswa calon perawat diharapkan dapat memahami
tentang Askep Osteosarcoma dan teori-teorinya agar bisa
mengaplikasikannya dengan baik pada saat bertemu dengan pasien atau
klien yang berbeda beda dirumah sakit nanti.

DAFTAR PUSTAKA
David M. Purba, C. Siregar, ID. Winanto. 2017. Hubungan Rasio Limfosit
Monosit Pre Operasi Dengan Prognosis Pasien Osteosarkoma. Jurnal
Kesehatan Prima. Volume : 11, No.2, ISSN Print : 1978 – 1334, ISSN
Online : 2460 – 8661
Hartono Hariawati, Nurwani,Dkk. 2013. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC
Irianto Koes. 2014. Anatomi Dan Fisiologi. Bandung : Alfabeta.
Lily L. Loho.2014. Osteosarkoma. S56 Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3,
Suplemen, S55-61
Wong, D.L Waley. 2003. Pengertian osteosarkoma.

27
28

You might also like