You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL/MENARIK DIRI

Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soerojo Magelang

Disusun oleh :

HARISKA JOKO SRIYANTO

P170613059

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2015

1
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. Pengertian

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu

menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian

maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri)

(Stuart dan Sundeen, 1995).

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlin,

1996).

Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi

dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab

dan tidak menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan

dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri,

tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang

lain (Budi Anna Keliat, 1999).

Isolasi sosial ( menarik diri) merupakan keadaan dimana seseorang

individu berpartisipasi dalam kuantitas yang tidak cukup atau berlebihan

atau kualitas sosial yang tidak efektif. ( Towsend, 1998).

2
B. Etiologi

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

1. Faktor Predisposisi:

a. Faktor tumbuh kembang

Pada masa tumbuh kembang, individu mempinyai tugas

poerkembangan yang mesti dipenuhi, dan setiap tahap

perkembangan mempunyai spesifikasi sendiri. Bila tugas dalam

perkembangan selanjutnya dan terjadi gangguan hubungan sosial

( Stuart & Sundeen, 1990)

b. Faktor Biologik

Faktor Keturunan juga merupakan faktor pendukung

terjadinya gangguan dalam berhubungan sosial dengan tubuh yang

jelas mengalami adalah otak, contoh pada pasien skizophrenia

terdapat struktur abnormal otak.

c. Faktor Sosial Cultural

Mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan berhubungan sosial, hal ini

dikarenakan norma-norma yang tidak mendukung pendekatan

terhadap orang lain atau adanya anggota masyarakat yang tidak

produktif diasingkan dari lingkungan sosialnya

d. Faktor komunikasi dalam keluarga

3
2. Faktor Presipitasi:

a. Stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya antara lain

menurunnya stabilitas unit keluarga berpisah dengan orang yang

berarti dalam kehidupannya

b. Stressor Psikologis

Adanya kecemasan berat yang berkepanjangan yang terjadi

bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.

Tuntutan ber[isah untuk orang terdekat atau kegagalan untuk

memenuhi kebutuhan dapat menimbulkan kecemasan yang tinggi. (

Stuart & Sunden, 1990: 349)

C. Manifestasi Klinis

1. Apatis

2. Ekspresi wajah sedih

3. Afek tumpul

4. Menghindar dari orang lain

5. Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain

6. Komunikasi kurang

7. Kontak mata kurang

8. Berdiam diri

9. Kurang mobilitas

10. Gangguan pola tidur (Tidur berlebihan/ kurang tidur)

11. Mengambil posisi tidur seperti janin

4
12. Kemunduran kesehatan fisik

13. Kurang memperhatikan keperawatan diri

Batasan karakteristik menurut Towsend, Isolasi sosial : menarik diri

dibuktikan dengan :

a. Menyendiri dalam ruangan

b. Sedih

c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri

d. Melakukan pengulangan tindakan yang tidak bermakna

c. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian kepada orang

lain

D. Pohon Masalah

Perubahan Persepsi sensori : halusinasi (akibat)

Isolasi sosial : menarik diri (Care problem)

Gangguan konsep diri Harga diri rendah situasional (Penyebab)

E. Fokus Pengkajian

1. Data mayor:

a. Subjektif : - Mengatakan malas berinteraksi

- Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya

b. Objektif : - Menyendiri dalam ruangan

5
- Tidak bisa memulai pembicaraan

- Tidak mau berkomunikasi dengan oramg lain

- Tidak melakukan kontak mata

2. Data minor:

a. Subjektif : - Curiga dengan oranglain

- Mendengar suara-suara, melihat bayangan

- Merasa malu untuk berbicara dengan orang lain

- Merasa sedih, takut bebbicara dengan oramg lain

b. Objektif : - Mematung

- Mondar-mandir

- Tidak berinisiatif berhubungan denga orang lain

- Banyak menunduk saat diajak berbicara

(Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa)

F. Diagnosa Keperawatan

-Isolasi sosial : Menarik diri

- Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

- Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

6
G. Intervensi Keperawatan

Pertemuan ke : 1

Kondisi klien :

DO/DS :

diagnosa keperawatan :

-Isolasi sosial : Menarik diri

- Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

- Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Tujuan :

1. Tujuan umum: Klien dapat berinteraksi dengan orang

lain.

2. Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

- Bina hubungan saling percaya: salam

terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan

tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang

tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas

tentang topik, tempat, waktu.

- Beri perhatian dan penghargaan: temani


klien walau tidak menjawab
- Dengarkan dengan empati : beri kesempatan
bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan
bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.

7
b. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:
- Bicarakan penyebab tidak mau bergaul
dengan orang lain.
- Diskusikan akibat yang dirasakan dari
menarik diri.

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan


dengan orang lain
Tindakan:
- Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
- Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk
bergaul.

d. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara


bertahap: klien-perawat, klien-perawat-klien lain,
perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.
Tindakan:
- Lakukan interaksi sering dan singkat dengan
klien jika mungkin perawat yang sama.
- Motivasi temani klien untuk berkenalan
dengan orang lain
- Tingkatkan interaksi secara bertahap
- Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
- Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari
dengan interaksi
- Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga
secara terapeutik

8
e. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
- Diskusi dengan klien setiap selesai
interaksi / kegiatan
- Beri pujian atas keberhasilan klien

f. Klien mendapat dukungan keluarga


Tindakan:
- Beri pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien melalui pertemuan keluarga
- Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga.

Pasien

SP I pasien

1. Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengidentifikasi

penyebab isolasi sosial

2. Membantu pasien mengenal tentang keuntungan dan kerugian

berinteraski dengan orang lain

3. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

Contoh :

Orientasi :

”selamat pagi, saya suster E, saya senang dipangggil suster E. Saya

perawat di Ruang Arjuna ini siapa nama anda? Senang dipanggil apa?

Apa keluhan S hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang

keluarga dan teman-teman S? Mau dimana kita bercakap cakap?

9
Bagaimana kalau di taman? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15

menit?”

Kerja :

(jika pasien baru ) : ”siapa saja yang tinggal serumah dengan S? Siapa

yang paling dekat dengan S? Siapa yang jarang bercakap cakap dengan

S? Apa yang membuat S jarang bercakap cakap dengannya?”

(jika pasien lama) : ”apa yang S rasakan selama dirawat disini? S

merasa sendirian? Siapa saja yang S kenal di ruangan ini?. Apa saja

kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal? Apa yang

mengambat S berteman dan bercakap-cakap dengan orang lain atau

pasien lain disini? Menurut S, apa saja manaat kalau kita memiliki

teman? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai

pasien dapat menyebutkan beberapa). Nah, apa kerugian kalau S tidak

memiliki teman? Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan

beberapa). Nah banyak juga ruginya tidak punya teman, ya? Jadi

apakah S berlajar bergaul dengan orang lain? Bagus! Bagaimana kalau

sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain?

Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu

nama kita, nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi kita.

Contohnya, nama saya SA, senang dipanggil S, asal saya dari kota X,

hobi mendengarkan musik. Ayo S dicoba!

Misalnya saya belum kenal dengan S, coba kenalan dengan saya. Ya,

bagus! Coba sekali lagi! Bagus sekali!

10
Setelah S berkenalan dengan orang tersebut, S bisa melanjutkan

percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan, misalnya tentang

musik, hobi, keluarga, pekerjaan dan lainnya.

Terminasi :

Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan? S tadi sudah

mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali. Selanjutnya S

dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari selama saya tidak ada

sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau

mempraktikkan ke orang lain? Bagaimana kalau S mencoba

berkenalan dengan teman saya, perawat A. Bagaimana, S mau kan?

Baiklah, sampai jumpa.”

a. Tindakan Psikoterapeutik

Pasien:

1. Membina hubungan saling percaya

2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

3. Mendiskusikan bersama pasien tentang keuntungan/ manfaat

berhubungan dengan orang lain dan kerugian jika tidak

berhubungan dengan orang lain

4. Mengajarkan pada pasien cara berkenalan denga satu orang

5. Menganjurkan pasien untuk memasukkan kegiatan berkenalan

dengan orang lain dalam kegiatan harian di rumah sakit

6. Mengevaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian pasien

11
7. Memberikan kesempatan pada pasien mempraktekan cara

berkenalan dengan dua orang

8. Mengajarkan pasien berbincang-bincang dengan orang lain sebagai

salah satu kegiatan harian

9. Menjelaskan tentang obat yang diberikan (jenis, dosis, waktu,

manfaat dan efeksamping obat)

10. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bersosialisasi dalam

jadwal kegiatan di rumah

Keluarga:

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang

dialami pasien beseta proises terjadinya

3. Menjelaskan dan melatih keluarga cara-cara merawat pasien isolasi

sosial

4. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas pasien di rumah

termasuk minum obat ( discharge planning)

5. Menjelaskan follow up setelah pasien setelah pulang

b. Tindakan Psikofarmatika

1. Memberikan obat-obatan penenang sesuai program pengobatan

pasien

12
2. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum

3. Mengukur vital sign secara periodik ( tekanan darah, nadi, dan

pernafasan).

c. Tindakan Manipulasi lingkungan

1. Melibatkan dalam makan bersama

2. Memperlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan sesuatu

tindakan

3. Memberikan reinforcement positif setiap pasien berhasil

melakukan sesuatu tindakan

4. Menemani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama

aktivitas kelompok

5. Mengorientasikan pasien pada waktu, tempat dan orang sesuai

kebutuhannya

(Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa)

13
DAFTAR PUSTAKA

Keliat dkk, (1998), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Maramis, WF, (2004), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,

Surabaya.

Stuart, GW, Sundeen, SJ, (1995), Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3,

Alih Bahasa Achir Yani S. Hamid, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Townsend, Mary C, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan

Psikiatrik, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa.(2007). Departemen

Kesehatan Republik Indonesia RS Jiwa. Prof. Dr. Soeroyo Magelang tahun

2007

14

You might also like