You are on page 1of 13

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Hipotermi pada bayi baru lahir atau neonatus dapat didefinisikan sebagai berikut:

Bayi dengan suhu badan di bawah normal biasa di sebut dengan bayi
hipotermia.Hipotermia ini biasaya menyerang bayi yang baru saja lahir. Pada bayi neonatus
suhu normalnya adalah 36,5 – 37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Apabila suhu < 36 derajat
Celsius, kedua kaki dan tangan terasa dingin kita mesti mewaspadainya karena ini
merupakan gejala awal hipotermia.Bila suhu bayi 32 – 36 derajat Celsius ini biasa disebut
hipotermi sedang.Bila suhu < 32 derajat Celcius biasa disebut hipotermi berat, pada
hipotermi berat ini biasanya diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur
sampai 25 derajat Celsius.

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada
bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan
salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan
kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin.
(Sudarti ,2012)

2.2 Etiologi
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir.Misalnya bayi baru lahir dibiarkan basah dan
telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan sekitar bayi cukup
hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan
dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas
a Penurunan Produksi Panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan
basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya
pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.
b Peningkatan Panas yang Hilang
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan
panas.Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara :
1. Konduksi
Perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara
kedua obyek.Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit
BBL dengan permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi
pada BBL yang berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu
proses penimbangan. Bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau
timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui
konduksi.
2. Konveksi
Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara
permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi.
Sumber kehilangan panas disini dapat berupa : bayi yang diletakkan di
dekatpintu/jendela terbuka, inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada
waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit.
3. Radiasi
Perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya
dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih
dingin.Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau
suhu inkubator yang dingin.Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara
ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung
dengan tubuh bayi.
4. Evaporasi
Cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi.Panas terbuang
akibat penguapan, melalui permukaan kulit dan traktus respiratorius.Sumber
kehilangan panas dapat berupa BBL yang basah setelah lahir, karena
menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah lahir dan bayi
tidak cepat dikeringkan atau terjadi setelah bayi dimandikan.
2.3 Patofisiologi
Neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara : menggigil, aktivitas otot
volunteer, dan termogenesis (produksi panas tubuh) tanpa menggigil. Cara menggigil tidak
efisien. Aktivitas otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya terbatas bahkan pada
bayi cukup bulan yang memiliki kekuatan otot yang cukup untuk menangis dan tetap dalam
posisi fleksi.
Termogenesis tanpa menggigil mengacu pada satu dari dua cara berikut ini :
peningkatan kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak coklat (brown fat) untuk
memproduksi panas. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan
meningkatkan kecepatan metabolisme mereka. Pada reaksi ini, norepinefrin mencetuskan
pemecahan asam lemak yang dioksidasi dan dilepaskan kedalam sirkulasi. Ini menyebabkan
peningkatan penggunaan oksigen yang terlihat jelas dan bahkan dapat membuat neonatus
cukup bulan yang sehat menjadi lelah.
Pada cara kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk menghasilkan panas. Banyak
lemak coklat bergantung pada usia gestasi dan berkurang pada bayi baru lahir. Penghasilan
panas melalui penggunaan cadangan lemak coklat dimulai pada saat bayi lahir akibat
lonjakan katekolamin dan penghentian supresor prostaglandinda adenosine yang dihasilkan
plasenta.stimulus dingin ketika kehilangan kehangatan tubuh ibu mencetuskan aktivitas
dalam hipotalamus. Pesan – pesan kimia dikirim ke sel sel lemak coklat. Melalui meiasi
glukosa dan glikogen sel sel lemak coklat menghasilkan energy.
Varney, dkk.2007
2.4 Faktor Resiko
1. Premature
2. Bayi kecil masa kehamilan
3. Asfiksia lahir
4. Hipoglikemia
5. RDS (Respiratory Distress Syndrome)
6. Sepsis
7. Perdarahan serebri
(Varney, 2007)
2.5 Komplikasi
Kehilangan panas pada neonatus segera berdampak pada hipoglikemia, hipoksia, dan
asidosis metabolik.Dampak tersebut merupakan akibat peningkatan kebutuhan metabolisme
yang disebabkan oleh usaha bayi baru lahir untuk membuat zona suhu yang netral.
(Varney, 2007)

2.6 Tanda dan gejala


a. Gejala hipotermia bayi baru lahir
1. Bayi tidak mau minum/menetek
2. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
3. Tubuh bayi teraba dingin
4. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras (sklerema)
b. Tanda-tanda hipotermia sedang (Stres dingin)
1. Aktivitas berkurang, letargis
2. Tangisan lemah
3. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
4. Kemampuan menghisap lemah
5. Kaki teraba dingin
c. Tanda-tanda hipotermia berat (Cedera dingin)
1. Sama dengan hipotermia sedang
2. Bibir dan kuku kebiruan
3. Pernafasan lambat
4. Pernafasan tidak teratur
5. Bunyi jantung lambat
6. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
d. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia
1. Muka, ujung kaki dan tangan berwarma merah terang
2. Bagian tubuh lainnya pucat
3. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan (sklerema)
(Sarwono, 2002)
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir menurut sarwono (2002) :
1. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi dalam inkubator atau melalui penyinaran
lampu.
2. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu
agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna
baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar
berkancing depan.
3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih
dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali
sampai tubuh bayi hangat.
4. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI
sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10%
sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Manajemen Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Hipotermia

Pengkajian

Tanggal:… Jam:…

Tempat :… Oleh: ..

Data Subyektif

1) Biodata
Umur : semua bayi berisiko mengalami hipotermia, akan tetapi bayi prematur
(lahir usia < 37 minggu) lebih rentan terhadap hipotermia karena kemampuan mereka
untuk menghasilkan panas terganggu oleh area permukaan tubuh mereka yang besar
terhadap berat badan, jumlah lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya organ yang
berperan sebagai pusat termoregulasi, dan cadangan glikogen yang rendah
2) Keluhan utama
Bayi kesulitan menyusui atau menetek, gerakan berkurang (letargi), lesu, dan sering
mengantuk.
3) Riwayat obstetrik
a. Riwayat natal
Bayi yang lahir prematur rentan terhadap hipotermia karena kemampuan
mereka untuk menghasilkan panas terganggu oleh area permukaan tubuh mereka
yang besar terhadap berat badan, jumlah lemak subkutan yang sedikit, belum
matangnya organ yang bereperan sebagai pusat termoregulasi,dan cadangan
glikogen yang rendah .
Bayi yang lahir dengan Kecil Masa Kehamilan (KMK) rentan terhadap
hipotermia karena rasio kepala terhadap tubuh yang besar dan luasnya area
permukaan terjadi berlebihan, jumlah lemak subkutan yang sedikit, dan cadangan
glikogen yang rendah.
Bayi yang lahir dengan Hipoglikemia dapat mengalami hipotermia karena
ketika seorang bayi suhu tubuhnya turun, maka ia akan meningkatkan laju
metabolisme basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energi dan
panas. Sedangkan bayi dengan hipoglikemia berarti konsentrasi glukosa darahnya
rendah, maka ia tidak akan berhasil untuk menstabilkan suhu tubuhnya.
Bayi yang lahir dengan masalah pemenuhan oksigen (distress pernapasan,
asfiksia) dapat mengalami hipotermia karena mereka cenderung kekurangan
oksigen dalam tubuhnya, sedangkan untuk meningkatkan laju metabolisme
basalnya, dibutuhkan konsumsi oksigen jaringan untuk membakar glukosa agar
dapat menghasilkan energi dan juga panas.
b. Riwayat post-natal
Bayi yang terlambat dikeringkan setelah lahir, segera dimandikan sebelum 6 jam
setelah kelahiran, tidak ditempatkan di ruangan yang hangat dan jauh dari ventilasi
serta bahan logam yang dingin, tidak segera diganti popoknya ketika basah, semua
itu merupakan kesalahan perawatan setelah kelahiran bayi yang dapat menyebabkan
hipotermia, karena bayi akan mudah kehilangan panas melalui konduksi, konveksi,
radiasi, maupun evaporasi pada situasi tersebut.
4) Riwayat kesehatan ibu
Data Obyektif

1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah dan letargis (aktivitas berkurang)
Temperatur : < 350C
Nadi : <100x/menit (bradikardi)
Pernapasan : lambat dan dalam serta tidak teratur (normalnya 40-60 x/menit)
2) Pemeriksaan fisik
Kulit : berwarna tidak merata (cutis marmorata) dan jika dalam keadaan berat
kulit akan mengeras dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema)
Muka : bayi tampak lesu atau mengantuk saja, bibir kebiruan, dan jika dalam
keadaan berat muka akan tampak berwarna merah terang sedangkan bagian tubuh lainnya
pucat
Dada : dalam keadaan berat terdapat retraksi dada dan bunyi jantung melambat
Ekstremitas : kaki teraba dingin, kuku kebiruan, dan jika dalam keadaan berat ujung
kaki dan tangan berwarna merah terang
3) Pemeriksaan neurologis
a. Reflek rooting : bayi baru lahir menolehkan kepala kearah stimulus tapi lemah
b. Reflek sucking : bayi tidak ada respons/respons lemah untuk membuka mulut dan
menghisap jari saat sudut mulut bayidisentuh dengan jari
4) Pemeriksaan penunjang
Pengambilan sampel darah untuk diperiksa kadar gula darah sebagai antisipasi terjadinya
hipoglikemi dan gas darah arteri sebagai antisipasi terjadinya asidosis metabolik

Analisa

Diagnosa Aktual : Bayi baru lahir dengan Hipotermia

Diagnosa potensial : Hipoglikemia, hipoksia, asidosis metabolik

Kebutuhan segera : Menghangatkan bayi

Penatalaksanaan

Mandiri :

1) Lepaskan baju yang dingin atau basah


R/ baju dingin dapat menyebabkan kehilangan panas bayi melalui konduksi dan baju
yang basah akan menyebabkan kehilangan panas bayi melalui evaporasi.

2) Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan
selimuti dengan selimut hangat.
R/ pakaian dan selimut yang hangat akan mencegah kehilangan panas bayi. Bayi
harus dipakaikan topi karena kepala merupakan area permukaan tubuh bayi yang
relatif luas. Jika kepala tidak dipakaikan topi maka bayi dapat kehilangan panas
secara dramatik.

3) Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak
kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode Kanguru).
R/ kontak kulit ke kulit dari ibu/ pengganti ibu ke bayi akan menurunkan kehilangan
panas bayi baru lahir, karena panas dari ibu akan disalurkan ke bayi.

4) Bila ibu tidak ada:


a. Beri bayi baju hangat dan topi, dan tutupi dengan selimut hangat.
b. Hangatkan kembali bayi dengan rnenggunakan alat pemancar panas, gunakan
inkubator dan ruangan hangat, bila perlu.
R/ penggunaan alat pemancar panas dan inkubator dapat dijadikan alternatif metode
penghangatan tubuh bayi selain metode kontak kulit langsung dengan ibu.

5) Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
R/ efek samping dari hipotermi jangka panjang yakni peningkatan konsumsi oksigen
dan glukosa akibat terjadi peningkatan laju metabolik. Oleh sebab itu, nutrisi bayi
perlu dijaga agar tidak terjadi hipoglikemi.
6) Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan napas, kejang,
tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut
R/ tanda kegawatan pada bayi yang ditemukan sedini mungkin akan meminimalkan
resiko komplikasi lebih lanjut.
7) Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani gangguan
napasnya.
R/ intervensi terhadap bayi dilakukan sesuai tanda dan gejala yang muncul.
8) Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5°C/ jam, berarti usaha
menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam:
R/ bayi dengan hipotermi memerlukan observasi ketat pada suhu tubuhnya. Indikator
keberhasilan penghangatan dapat dilihat dengan kenaikan suhu bayi (0,5°C/ jam).
9) Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5°C/jam, cari tanda sepsis.
R/ salah satu tanda gejala sepsis adalah hipotermi yang menetap. Sehingga,
penanganan hipotermi dilakukan dengan mengobati sepsis pada bayi.
10) Setelah suhu tubuh normal:
a. Lakukan perawatan lanjutan
b. Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
R/ perawatan dan observasi suhu tetap harus dilakukan meskipun suhu bayi telah
normal sebab terdapat kemungkinan dapat terjadi kejadian berulang.

Kolaborasi :

1) Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap terpasang
di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan. Infus glukosa 10% sebanyak 60-
80 ml/ kg/ hari.
R/ pemenuhan nutrisi dilakukan dengan rehidrasi cairan melalui infus karena bayi tidak
mau minum sama sekali. Nutrisi yang tidak adekuat dapat memperburuk kondisi bayi.
2) Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dL (2,6
mmol/L),tangani hipoglikemia.
R/ pemeriksaan kadar glukosa darah yang kurang dari nilai normal dapat dijadikan
diagnosa bayi terkena hipoglikemia.
3) Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak sadar) dan
nilai juga kemampuan minum sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.
R/ tanda kegawatan pada bayi yang ditemukan sedini mungkin akan meminimalkan
resiko komplikasi lebih lanjut
4) Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.
R/ antibiotika diberikan untuk mengobati infeksi yang terjadi dalam tubuh.
5) Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapatdipulangkan.
Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
R/ setelah bayi dalam keadaan stabil maka mekanisme termoregulasinya dalam keadaan
baik. Bayi sudah dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Namun, cara perawatan
terhadap bayi harus diperhatikan oleh keluarga agar bayi tidak mengalami hipotermi
kembali.
BIDAN PRAKTIK MANDIRI “MAHARANI”

Jl. KH. Mansyur No. 3 Probolinggo, Telp. (0335) 425233

No. Ijin Praktik. 3457/657.890.

SURAT RUJUKAN

Probolinggo, ……… 2014

Yth. Dokter Obgyn :

Di RSU :

Dengan hormat,

Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut terhadap,

Nama pasien :

Jenis Kelamin :

Umur :

No. telp :

Alamat :

Anamnesa

a. Keluhan :
Anak tidak mau sulit disusui/ menetek, ekstrimitas teraba dingin, aktivitas berkurang.
b. Diagnosa sementara : Bayi Baru Lahir dengan hipotermia berat
c. Kasus :
d. Terapi/ obat yang telah diberikan :
Demikian surat rujukan ini kami kirim. Atas perhatian Bapak/ Ibu kami
ucapkan terima kasih.
Hormat kami

(……….……………….)
DAFTAR PUSTAKA

Kosim, Soleh, dkk. 2010. Buku Ajar Neonatologi Edisi I Cetakan Kedua. Jakarta: IDAI
Prawiroharjo, Sarwono dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:YBBPS
Sudarti .2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan AnakBalita.Yogyakarta:Nuha
Medika
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

PADA BAYI HIPOTERMIA


Dosen Pengampu :Didien Ika Setyarini, S.Si.T., M.Keb

Oleh :
Maharani Novita Sari

1202100033

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN MALANG
Jalan Besar Ijen No. 77 C , Malang. Telp.(0341) 566075 Fax. (0341) 571388
Website :http://www.poltekkes-malang.ac.id
TAHUN 2014

You might also like