You are on page 1of 16

Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem

Persyarafan pada kasus Kejang Demam

OLEH :

Laely Hidayati

Rijal Hambali

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

2017/2018
I. Konsep Dasar Kejang Demam
A. Definisi
Kejang demam adalah kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang
dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9o−40,0oC). Kejang demam berlangsung
kurang dari 15 menit, generalisata, dan terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan
neurologik. (Muscari, 2005)
Kejang demam juga dapat diartikan sebagai suatu kejang yang terjadi pada usia
antara 3 bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam namun tanpa adanya
tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab yang jelas. (Meadow, 2005)
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena
peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia 6 bulan -
4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam
setelah timbulnya demam. (Hidayat, 2008)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kejang demam
merupakan bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh sebagai
akibat proses ekstrakranium (pajanan dari suatu penyakit yang dicirikan dengan
demam tinggi dimana suhunya berkisar antara 38,9o − 40,0oC) namun tanpa adanya
tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab yang jelas. Kejang demam ini lebih
sering terjadi pada anak usia 6 bulan – 5 tahun, dengan lama kejang kurang dari 15
menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam.
B. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang
disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya tonsilitis ostitis media
akut, bronchitis. Nilai ambang untuk kejang demam ini berbeda untuk tiap anak dan
insiden kejang demam pada suhu di bawah 39oC sebesar 6,3 % sedangkan pada suhu
diatas 39˚C sebesar 19% sehingga bisa dikatakan bahwa semakin tinggi suhu semakin
besar kemungkinan untuk kejang. Akan tetapi secara fisiologis belum diketahui
dengan pasti pengaruh suhu dan faktor yang berperan dalam kejang demam pada saat
infeksi.

C. Tanda dan Gejala


Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik,
fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak
tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan
sadar tanpa ada kelainan saraf. Di sub bagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria
Livingstone dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana,
yaitu :
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali.

D. Klasifikasi
Menurut Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas dua golongan yaitu:
1. Kejang demam sederhana, kejang ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun
c. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun.
d. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit.
e. Kejang tidak bersifat fokal
f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
g. Sebelumnya tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas
perkembangan
h. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.
2. Kejang demam kompleks
Bila kejang tidak memenuhi kriteria di atas maka digolongkan sebagai kejang
demam kompleks.

E. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh
ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar
sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit / keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat
F. Pathway

Infeksi bakteri

Virus dan parasit

Reaksi inflamasi

Proses demam

Hipertermi

A.
Proses
Demam Keringat meningkat
peradangan

Mengubah keseimbangan Gangguan pemenuhan cairan


Anoreksi
membran sel neuron

Kekurangan
Ketidakseimbanga Melepaskan muatan listrik yang volume cairan
n nutrisi kurang besar
dari kebutuhan
tubuh

Kejang Resiko cedera


Sel neuron otak
rusak

Kurang dari 15 menit Lebih dari 15 menit


Permeabilitas
kapiler meningkat

Tidak menimbulkan
gejala sisa Perubahan suplay
hipoksia
darah ke otak
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis: riwayat penyakit keluarga, penyakit ibu dan obat yang dipakai
selama kehamilan, problem persalinan (asfiksia, trauma, infeksi persalinan).
2. Pemeriksaan fisik: bentuk kejang, iritabel, hipotoni, gangguan pola nafas,
perdarahan kulit, sianosis, ikterus, ubun-ubun besar cembung.
3. Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, gula darah, elektrolit, analisa gas darah,
punksi lumbal, kultur darah, bilirubin, pemeriksaan urine.
4. Pemeriksaan radiologi: USG dan CT Scan kepala
5. Pemeriksaan EEG
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kejang dibagi menjadi 3 hal, yaitu:
1. Pengobatan Fase Akut
a. Memberantas kejang
Kejang *Berikan diazepam rectal: 5 mg untuk BB < 10 kg
10 mg untuk BB > 10 kg
atau iv: 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
tunggu 5 menit, berikan oksigen.

Masih kejang * berikan diazepam rectal / iv, dosis sama, tunggu 5 menit
* oksigenasi adekuat 1 lt/menit
*berikan cairan intravena (D5, ¼ S; D5, ½ S atau RL)
Masih kejang
 Berikan fenitoin/difenilhidramin loading, iv dosis 10-15
mg/kgBB maksimal 200mg, tunggu sampai 20 menit.

Masih kejang: Kejang berhenti, rumatan:

 Masuk ICU-aneatesi umum. Fenitoin 5 – 8 mg/Kg

 Dormikum iv dosis Fenobalbital 4-5 mg/kgBB

 Fenitoin drip dengan dosis 15 mg/kgBB/24 jam.

b. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya


c. Menurunkan panas bila demam atau hipereaksi dengan kompres seluruh
tubuh dan bila telah menunjukkan dapat diberikan paracetamol 10
mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB.
d. Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10
menit) dengan intravena D5 1/4S, D5 1/2S, RL.

2. Mencari penyebab dan mengobati penyebab


Dengan penelusuran sebab kejang dan faktor risiko terjadinya kejang, pengobatan
terhadap penyebab kejang sesuai yang ditemukan.

3. Pengobatan pencegahan berulangnya kejang


Diberikan anti konvulsan rumatan yaitu fenitoin/difenilhidation 5-8
mg/kgBB/hari, dalam 2 kali pemberian (terbagi 2 dosis) atau fenobarbital (bila
tak ada fenitoin): 5-8 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.
I. Komplikasi
1. Kejang berulang
2. Retardasi mental
3. Palsi cerebralis
4. Epilepsi
5. Hemiparese

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali.
2) Adakah dispersi bentuk kepala.
3) Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar
cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum.
b. Rambut
1) Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan
rasa sakit pada pasien.
c. Muka/wajah
1) Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah, sisi yang paresis tertinggal
bila anak menangis atau tertawa sehingga wajah tertarik ke sisi sehat.
2) Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus.
3) Apakah ada gangguan nervus cranial.
d. Mata
1) Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan.
2) Apakah keadaan sklera, konjungtiva.
e. Telinga
1) Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga, berkurangnya pendengaran.
f. Hidung
1) Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan
napas.
2) Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.
g. Mulut
1) Adakah tanda-tanda sardonicus.
2) Adakah cynosis.
3) Bagaimana keadaan lidah.
4) Adakah stomatitis.
h. Tenggorokan
1) Adakah tanda-tanda peradangan tonsil.
2) Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat.
i. Leher
1) Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid.
2) Adakah pembesaran vena jugulans
j. Thorax
1) Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale.
2) Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan.
k. Jantung
1) Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya.
2) Adakah bunyi tambahan.
3) Adakah bradicardi atau tachycardia.
l. Abdomen
1) Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen.
2) Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus.
3) Adakah tanda meteorismus.
4) Adakah pembesaran lien dan hepar.
m. Kulit
1) Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya.
2) Apakah terdapat oedema, hemangioma.
3) Bagaimana keadaan turgor kulit.
n. Ekstremitas
1) Apakah terdapat oedema atau paralise terutama setelah terjadi kejang.
2) Bagaimana suhunya pada daerah akral.
o. Genetalia
1) Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-
tanda infeksi.

2. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul pada kejang demam menurut Nanda (2012),
yaitu:
1. PK: Kejang berulang b.d hipertermi
2. Risiko trauma fisik b.d kurangnya koordinasi otot
3. Hipertermia b.d proses infeksi
4. Kurangnya pengetahuan keluarga b.d keterbatasan informasi
3. Perencanaan (Wilkinson, 2007)
No. Diagnosa NOC NIC
1. PK: Kejang berulang b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah
hipertermi jam diharapkan klien tidak mengalami kejang menyerap keringat.
selama berhubungan dengan hiperthermi. Rasional :proses konveksi akan terhalang oleh pakaian
Kriteria hasil : yang ketat dan tidak menyerap keringat.
1. Tidak terjadi serangan kejang ulang. 2. Berikan kompres dingin

2. Suhu 36,5 – 37,5 ºC Rasional : perpindahan panas secara konduksi


3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
3. Nadi 110 – 120 x/menit
Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh
4. Respirasi 30 – 40 x/menit
meningkat.
5. Kesadaran composmentis
4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan
tindakan yang akan dilakukan.
5. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
dan meningkatkan panas.
6. Berikan antipiretik dan pengobatan sesuai advis.
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus
dan sebagai propilaksis
2. Risiko trauma fisik b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan
kurangnya koordinasi otot jam diharapkan tidak terjadi trauma fisik selama tempat tidur yang rendah.
perawatan. Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
Kriteria Hasil : 2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
1. Tidak terjadi trauma fisik selama Rasional : meningkatkan keamanan klien.
perawatan.
2. Mempertahankan tindakan yang 3. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
mengontrol aktivitas kejang. Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
3. Mengidentifikasi tindakan yang harus 4. Letakkan klien di tempat yang lembut.
diberikan ketika terjadi kejang. Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik
pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.
5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral
yang terganggu.
6. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang
abnormal
3. Hipertermia b.d proses infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Fever treatment
jam diharapkan tidak terjadi peningkatan suhu 1. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
tubuh. Rasional: Mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi
Kriteria Hasil : karena penambahan pakaian/selimut dapat
1. Suhu tubuh dalam rentang normal. menghambat penurunan suhu tubuh.
2. Nadi dan RR dalam rentang normal. 2. Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali.
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
ada pusing. menentukan perkembangan keperawatan yang
selanjutnya.
3. Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional: Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat
aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan
mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin
pada kepala / ketiak.
Rasional: Proses konduksi/perpindahan panas dengan
suatu bahan perantara.
5. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari
kain katun.
Rasional: Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh
pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
6. Atur sirkulasi udara ruangan.
Rasional: Penyediaan udara bersih.
7. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak
minum
Rasional: Kebutuhan cairan meningkat karena
penguapan tubuh meningkat.
8. Batasi aktivitas fisik
Rasional: Aktivitas meningkatkan metabolismedan
meningkatkan panas.

4. Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
keluarga b.d keterbatasan jam diharapkan pengetahuan keluarga bertambah Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
informasi tentang penyakit bayi nya. dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
Kriteria hasil : 2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang
1. Keluarga tidak sering bertanya tentang demam
penyakit anaknya. Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat
2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam membantu menambah wawasan keluarga
proses keperawatan. 3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
3. Keluarga mentaati setiap proses Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap
keperawatan. tindakan perawatan
4. Berikan Health Education tentang cara menolong anak
kejang dan mencegah kejang demam, antara lain :
a. Jangan panik saat kejang
b. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
c. Kepala dimiringkan.
d. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain
yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
e. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera
minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
f. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin
dan beri banyak minum
g. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
Rasional : sebagai upaya alih informasi dan mendidik
keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah
kesehatan.
5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun
panas, bila anak panas.
Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan
serangan kejang ulang.
6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit
infeksi dengan menghindari orang atau teman yang
menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan
kenaikan suhu.
Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang
7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan
imunisasi agar memberitahukan kepada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang
demam.
Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas
yang dapat menyebabkan kejang demam.
Daftar Pustaka

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta
: salemba Medika

Meadow, Sir Roy. 2005. Lecture Notes Pediatrika Ed. 7. Jakarta : Erlangga

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta : EGC

Herdman, T.H. 2012. NANDA International Nursing Diagnose Definition & Clasification,
2012-2014. Oxford. Wiley-Blackwell

Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, NIC dan NOC. Jakarta: EGC.

Doengoes, M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedomsn Untuk Perencanaan Dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: ECG

You might also like