You are on page 1of 12

9/18/2017

PENDAHULUAN
• Obat/makanan yg dipasarkan  memenuhi syarat
keamanan (lolos uji toksikologi)
• Asas umum :
UJI TOKSIKOLOGI 1. Konsep penelitian
2. Takrif dan makna
Nova Hasani Furdiyanti, S.Farm., M.Sc., Apt. 3. Sistem uji toksikologi
4. Penentu keshahihan uji
5. Jenis uji
6. Evaluasi keamanan

Konsep Penelitian Takrif dan Makna


Objek uji (tujuan) • Uji Toksikologi : suatu tata cara untuk
mendeteksi dan mengevaluasi kondisi,
Subjek uji (hewan uji)
mekanisme, wujud, dan sifat zat kimia pada
Proses uji (sesuai standar)
hewan uji tertentu untuk menentukan batas
amannya
Data (diolah, evaluasi) • Objek uji : kondisi, mekanisme, wujud, sifat
• Tujuan : untuk menentukan batas aman zat
Hasil
uji
Manfaat

Sistem Uji Toksikologi Penentu Keshahihan Uji Toksikologi

• Objek uji  kondisi, mekanisme, wujud, sifat • Keshahihan : behubungan dg validitas uji yg
• Subjek uji  hewan uji dilakukan, dipengaruhi oleh banyak faktor :
• Proses uji  data tolok ukur kuantitatif dan - Bahan uji
kualitatif  hasil informasi ketoksikan bahan - Subjek uji
uji evaluasi batas aman - Teknik atau tata cara
• Subjek uji dipejani bahan uji  serangkaian - Pengamatan
proses uji  data  hasil - Analisis dan evaluasi

1
9/18/2017

Bahan Uji Subjek Uji

Meliputi spesifikasi dan sifat fisika kimia : • Hewan uji  yg memiliki fungsi
• Kemurnian bahan uji  menentukan hasil fisiologis organ mirip manusia. Why?
• Kelarutan bahan uji  menentukan proses
uji, proses pemejanan terhadap hewan uji
• Faktor lain  biaya dan masalah
• Stabilitas  degradasi bahan uji yg bisa
penanganan
terjadi saat kita melakukan uji; stok bisa • Kondisi fisiologis dan patologi hewan uji
dipakai selama penelitan/harus buat baru
• Keterbatasan penanganan
• Kondisi  harus disimpan pada suhu dingin,
wadah gelap, dll

Teknik atau Tata Cara Pengamatan


• Penyiapan sediaan uji  tergantung kondisi
bahan uji, jalur pemejanan • Secara kualitatif  gejala
• Penentuan dosis  minimal 3 peringkat • Kuantitatif  jumlah mati, dll
dosis (0% - hampir 100% efek toksik)
• Jalur pemejanan
Analisis dan Evaluasi
• Volume pemejanan  ½ vol max
• Proses benar, analisis salah  salah
• Frekuensi pemejanan  tgt jenis uji
• Stok sediaan  tgt stabilitas • Gunakan teknik analisis yg sudah baku
(ANOVA, Uji Tuckey, Analisis Phi, dll)
• Pengambilan cuplikan hayati  ada standar
prosedur

UJI TOKSIKOLOGI

• Uji Ketoksikan tak khas : uji toksikologi • Uji Ketoksikan khas : uji toksikologi yg
yg dirancang untuk mengevaluasi dirancang untuk mengevaluasi secara rinci
keseluruhan atau spektrum efek toksik efek yg khas suatu senyawa pada aneka
ragam jenis hewan uji
suatu senyawa pada aneka ragam jenis
hewan uji • Uji potensiasi, uji kekarsinogenikan, uji
kemutagenikan, keteratogenikan, uji
• Uji ketoksikan akut, kronis, dan reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku
subkronis

2
9/18/2017

UJI KETOKSIKAN AKUT


• Dirancang untuk menentukan efek toksik
suatu senyawa yg akan terjadi dalam waktu
yg singkat setelah pemejanan atau
UJI KETOKSIKAN TAK KHAS pemberiannya dg takaran tertentu
• Tujuan : - mempelajari potensi ketoksikan
- mempelajari gejala2 klinik/toksik yg
timbul
- mempelajari mekanisme kematian subjek
uji

Tata Cara Pelaksanaan

• Sasaran uji : 1. Pemilihan Hewan Uji


- Sekurang-kurangnya 2 jenis hewan uji
- Wujud efek toksik
(roden dan niroden)
- Potensi ketoksikan akut - Hewan uji sebaiknya 1 galur, dewasa,
- mekanisme kematian hewan uji sehat, beratnya seragam (variasi 10%)
2. Pengelompokkan hewan uji
- angka kematian  LD50
- Dibagi sesuai peringkat dosis ditambah
kontrol negatif
- 1 kelompok terdiri 4-5 ekor

3. Pemejanan dosis sediaan uji 4. Pengamatan


- Minimal 4 peringkat dosis (dosis tertinggi - Lama pengamatan 24 jam, kec pada kasus
yg tdk/hampir tdk mematikan – dosis tertentu misal tidak ada kematian, dapat
terendah yg mematikan seluruh/hampir dilanjutkan sampai 7-14 hari (2 minggu)
seluruh hewan uji)
- Kisaran dosis yg diperkirakan - Gejala2 klinis, perubahan BB, jml hewan
menyebabkan 10-90% kematian hewan yg mati tiap kelompok, data histopatologi
pada masa akhir uji
- 0 – 100% kematian

3
9/18/2017

5. Analisis dan Evaluasi Hasil • Evaluasi hasil  data gejala klinis secara
- 3 metode analisis untuk menghitung LD50 kualitatif untuk mengevaluasi mekanisme
: Metode Grafik Lithfield&Wilcoxon; penyebab kematian
Metode Kertas Grafik Probit logaritma • Data dari hasil pemeriksaan histopatologi 
Miller&Tainter; Metode rata-rata bergerak
Thomson-Weill evaluasi spektrum efek toksik
- Metode perhitungan LD50 didasarkan • Jml hewan yg mati  menghitung LD50 
pada kekerabatan antara peringkat dosis menentukan potensi ketoksikan akut
dan %respon senyawa uji

Manfaat uji ketoksikan akut Harga LD50 dan TD50 dapat diperoleh
secara statistika. Metode yang paling
• Harga LD50 dapat digunakan untuk
bisa digunakan untuk menghitung
menentukan peringkat (mengkategorikan)
harga LD50 atau TD50 adalah :
potensi ketoksikan akut, tapi bukan mrp
ukuran batas aman
• Potensi ketoksikan (LD50) bersama 1. Metode grafik Lietchifield dan wilcoxon (1949)
keefektifannya (ED50) dapat digunakan
untuk mengevaluasi batas aman senyawa
• Pengetahuan tentang potensi ketoksikan 2. Metode grafik logaritmik miller dan Tainter
akut  untuk merancang uji ketoksikan (1944)
subkronis/kronis atau dosis awal atau dosis
terapi penelitian yg lain
3. Tata cara menemukan kisaran dari Weill (1952)
22

Metode Grafik
Pada penentuan LD50 perlu dipilih dosis mematikan sekitar
50%, lebih dari 50% (90%) dan kurang dari 50% (sekitar 10%).

Pada penentuan dosis dapat menggunakan dosis lazim


penggunaan zat sebagai terapi dikalikan faktor tertentu (5x, 10x
atau 20x dan seterusnya hingga diperoleh dosis yang mematikan
10 dan 90% hewan coba

Dua atau 3 dosis diantaranya dapat dihitung berdasar :

Log N/n = k log a/n

N = dosis yang mematikan sekitar 90% hewan uji


n = dosis yang mematikan sekitar 10 % hewan uji
k = jumlah kelompok tanpa kontrol
a = dosis setelah n
23 24

4
9/18/2017

CARA PROBIT CARA FARMAKOPE INDONESIA III


Syarat :
1. Mempunyai tabel probit 1. Menggunakan seri dosis atau konsentrasi yang berkelipatan
2. Menentukan nilai probit dari % kematian tiap kelompok tetap
uji 2. Jumlah hewan percobaan tiap kelompok harus sama
3. Dosis harus diatur sedemikian rupa supaya memberikan efek
3. Menentukan log dosis tiap-tiap kelompok
dari 0-100% dan hitungan dibatasi di rentang tersebut
4. Menentukan persamaan garis lurus hubungan antara
nilai probit dengan log dosis Rumus perhitungan LD50 adalah
5. Masukkan nilai 5 (probit dari 50% kematian hewan m = a-b (∑pi – 0,5)
m = log LD50
coba) pada persamaan garis lurus pada nilai Y. Nilai
LD50 atau LC50 dihitung dari nilai antilog X pada saat a = logaritma dosis terendah yang masih menyebabkan jumlah kematian 100%
tiap kelompok
Y=5 b = beda log dosis yang berurutan
pi = jumlah yang mati menerima dosis i dibagi jumlah hewan seluruhnya yang
menerima dosis i

25 26

Pada Kurva hubungan dosis-respon


• Bentuk bagian awal kurva lebih relevan dikaji daripada bentuk kurva keseluruhan
• Hal ini berkaitan dengan ambang pemejanan racun, yakni takaran pemejanan dimana individu tidak
menunjukan respon atau efek toksik yang terukur/teramati
CARA WEIL

Batas aman ketoksikan racun yang lazim disebut kadar efek toksik tak
Log m = log D + d (f + 1) teramati (KETT) atau “no observed effect level”

Dimana :
KETT merupakan takaran pemejanan tertinggi yang tidak menyebabkan
m = nilai LD50 timbulnya efek toksik atau kematian pada diri subjek uji, yakni titik
D = dosis terkecil yang digunakan potong kurva awal dengan absis (sumbu x)
d = log dari kelipatan dosis Jadi dari kasus pemejanan tunggal/akut kekerabatan dosis-
f = suatu nilai dalam tabel Weil, karena angka respon dapat diperoleh informasi penting yakni :
kematian tertentu (r)
Harga LD50/TD50 Tolok ukur kuantitatif utama ketoksikan
racun
27 KETT 28

% respon Tabel 1. Kriteria ketoksikan xenobiotika (Loomis, 1978)

A Kriteria LD50 (mg/kg)


B
1. Luar biasa toksik Kurang dari 1 (< 1)
2. Sangat toksik 1 – 50
3. Cukup toksik 50 – 500
4. Sedikit toksik 500 – 5000
5. Praktis tidak toksik 5000 – 15000
6. Relatif kurang berbahaya > 15000
KETT
Dosis (skala linier)

Gambar 3. Perbandingan kekerabatan dosis-respon racun A (tampa KETT) dan B (dengan


KETT)
LD50/TD50 tidak menggambarkan batas keamanan racun
Harga LD50/TD50 Batas keamanan racun digambarkan oleh KETT, artinya :
Semakin kecil harga LD50/TD50 maka semakin besar potensi toksik Misalnya meskipun harga LD50 racun A lebih besar dari pada LD50 racun
atau ketoksikan akut racun B atau potensi ketoksikan akut racun A lebih rendah daripada racun B,
tidak berarti racun A pasti lebih aman daripada racun B. Batas aman
kriterianya dapat dilihat pada tabel berikut :
29 suatu racun haruslah dilihat dari harga KETT nya

5
9/18/2017

Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut :


UJI KETOKSIKAN SUBKRONIS
Respon toksik
Batas aman racun B lebih
B besar dari pada racun A,
A meskipun ketoksikan akut
B relatif lebih tinggi
• Adalah uji ketoksikan suatu senyawa yg
50
daripada A diberikan dg dosis berulang pada hewan uji
Hal ini terjadi terutama
bila kurva kekerabatan tertentu selama kurang dari 3 bulan
dosis-respon yang
KETT A KETT B LD50 B LD50 A dosis diperbandingkan tidak • Tujuan :
sejajar, misalnya
Respon toksik
mekanisme aksi atau wujud - Mengetahui spektrum efek toksik suatu
efek toksik racun A dan
A B Berbeda senyawa uji
50
Tetapi bila kurva yang
diperbandingkan sejajar
- Mengetahui apakah spektrum efek suatu
(gambar disamping) senyawa berhubungan dg takaran dosis
mungkin perbedaan
potensi ketoksikan akut
berbading lurus dengan
KETT A KETT B LD50 A LD50 B dosis batas keamanan (KETT)
18/09/2017 h_baroroh@yahoo.co.id
racun

Tata Cara Pelaksanaan

- Mengetahui harga NOEL (No Observe 1. Pemilihan Hewan Uji


Adverse Effect Level)/dosis tertinggi yg tdk - Roden dan nirroden
menimbulkan efek toksik
- Mengetahui reversibilitas spektrum efek - Hewan uji dipilih yg peka dan memiliki
toksik yg terjadi pola metabolisme terhadap senyawa uji yg
• Sasaran uji  histopatologi organ (organ2 yg semirip mungkin dg manusia
terkena efek toksik), gejala toksik, wujud - 1 jenis hewan uji, dewasa, sehat
efek toksik, sifat efek toksik, batas keamanan - 10 ekor dalam 1 kelompok
toksikologi terutama KETT

2. Pengelompokkan Hewan Uji


- Minimal 4 kelompok (3 kelompok dosis + 1 4. Pengamatan
kontrol negatif) krn regresi minimal 3 data
- Wujud efek toksik atau spektrumnya
3. Takaran dosis - Semua jenis perubahan diamati :
- dari dosis yg sama sekali tdk menimbulkan efek Perub.Biokimia : data darah dan urin
toksik sampai dosis yg betul2 menimbulkan efek Perub.Struktural : histopatologi
toksik yg nyata
Perub.Fungsional : gejala toksik
- Minimal 3 peringkat dosis  dosis tertinggi - Jml makanan&minuman, perub BB
sebisa mungkin tidak mematikan hewan uji tapi
- Sifat efek toksik  pengamatan 2 bulan
memberi wujud efek toksik yg jelas (nyata) kedepan setelah senyawa dihentikan
- Dosis terendah setingkat dg ED50nya

6
9/18/2017

Analisis dan Evaluasi Hasil UJI KETOKSIKAN KRONIS


• Data BB, asupan makanan&minuman, gejala2 
evaluasi status kesehatan dan perkembangan • Mirip dg ketoksikan subkronis
patologi hewan uji akibat sediaan uji • Lama pemejanan takaran senyawa uji
• Hematologi darah&Urin  evaluasi perubahan • Pengamatan selama masa hidup hewan uji,
biokimia
shg untuk penelitian dipilih hewan uji yg
• ANOVA umurnya pendek
Manfaat : menentukan NOEL yg menggambarkan • Manfaat : evaluasi kemungkinan potensi
batas keamanan scr subkronis
terjadinya tumor/kanker pada hewan uji,
kalau kanker  uji karsinogenik

UJI POTENSIASI

• Tujuan : untuk meneliti kemungkinan


terjadinya peningkatan efek toksik suatu
UJI KETOKSIKAN KHAS senyawa dg hadirnya senyawa lain, dimana
terdapat kemungkinan akan menaikkan
ketoksikan dari salah satunya
• Sasaran Uji : menentukan potensi ketoksikan
akut (LD50)  tapi mrp potensi ketoksikan
gabungan

Tata Cara Pelaksanaan

• Prinsipnya sama dg ketoksikan akut • Lalu, LD50 gabungan dibandingkan dg LD50


• Bedanya pada pengelompokkan hewan uji tunggal
• Pengelompokkan terdiri dari lebih 1 • Potensi : LD50 gabungan<LD50 tunggal
senyawa. Misal kombinasi senyawa A dan B • Manfaat : untuk evaluasi senyawa kombinasi
 masing2 diuji ketoksikan akut, kmd diuji • Banyak obat dalam bentuk senyawa
potensi ketoksikan gabungan kombinasi di pasaran, dokter meresepkan
• Hasil : potensi ketoksikan akut masing2 dan kombinasi
potensi ketoksikan gabungan

7
9/18/2017

UJI KETERATOGENIKAN Tata Cara Pelaksanaan

• Tujuan : untuk mengetahui kemungkinan Ciri hewan uji yg bisa digunakan :


munculnya cacat bawaan pada janin yg • Hewan betina yg punya daur estrus teratur krn
dikandung oleh induk yg sedang bunting kemungkinan terjadinya kehamilan bila dibuahi
akibat pemberian suatu senyawa tertentu >90%
• Sasaran : wujud efek toksik yg berupa • Hewan yg anaknya banyak  untuk analisis
- Cacat makroskopis (sumbing, cacat celah • Masih perawan  untuk menghindari cacat
langit, kelengkapan tangan dan kaki) spontan yg mudah timbul pada hewan yg pernah
- Cacat mikroskopis melahirkan
- Cacat rangka/skeletal/tulang • Sehat

• Penetapan Masa Bunting


• Pengelompokkan - Dg melihat sperma di vagina betina (apus vagina)
 dilakukan tdk terlalu lama sejak kawin, max
- Min 3 kelompok perlakuan + 1 kontrol keesokan paginya krn keburu hilang
negatif • Dosis/Takaran
• Perlakuan - Minimal 3 peringkat dosis +1 kontrol negatif
- Dipejankan pada masa organogenesis - dosis tertinggi tdk boleh berpengaruh negatif ke
- Pengawinan sore hari (antara jam 5-6) krn induk, misal sedasi atau perubahan perlakuan
saat itu hewan pada masa his (mudah - Dosis teratogen diperkirakan dari LD50  ¼ - 1/3
LD50 induk
terangsang)

Pengamatan Analisis dan Evaluasi Hasil


• Dimulai dari akhir masa bunting (12-24 jam
sebelum kelahiran normal)  cesar • Dari data makroskopis dan mikroskopis
• Yg diamati :
 adanya cacat badaniah, aborsi, cacat
- Biometrika janin (resorpsi awal, resorpsi akhir,
angka cacat, BB janin, panjang janin seluler, kelainan rangka pada janin
- Cacat makroskopis (cacat badan) • Manfaat  memberi label pada produk
- Cacat mikroskopis (histopatologi  utk melihat obat bahwa obat tsb boleh/tdk
cacat seluler)
- Cacat rangka/skelet (dg pewarnaan alizarin  dikonsumsi oleh wanita hamil terutama
janin direndam dl dg basa/asam kuat untuk pada trimester pertama
menghilangkan ototnya, baru tulang2nya diwarnai
agar terlihat jelas

8
9/18/2017

UJI KEMUTAGENIKAN Tata Cara Pelaksanaan

• Tujuan : melihat pengaruh suatu senyawa tertentu • In vitro  menggunakan bakteri krn mpy sel
terhadap kode genetik shg bila berpengaruh akan tunggal shg mudah diidentifikasi (mudah
menimbulkan mutasi yg sifatnya menurun menganalisis secara rinci komponen
• Sasaran : 2 jenis mutasi genetiknya)
- Mutasi tempat  berkaitan dg perubahan
• Bakteri diletakkan dalam cawan petri 
susunan basa, asam amino, atau terjadi dalam
pasangan nukleotida tunggal dlm molekul DNA dipejani senyawa uji  periksa perubahan
genetiknya
- Mutasi struktur  perubahan pada kromosom

Metode Penetapan Letal Dominan


• Untuk mengetahui adanya mutasi struktur, dg
• In vivo : ada 3 metode subjek uji berupa hewan jantan
- Metode penetapan letal dominan • Cara : subjek uji dipejani dg senyawa uji dg takaran
(dominant lethal assay) subtoksik  kmd dikawinkan dg hewan betina
perawan yg tdk diberi senyawa uji  hari ke-14
- Metode Penetapan Inang Penengah dibedah cesar lalu diperiksa dan dihitung (korpora
(host mediated assay) lutea, resorpsi awal, resorpsi akhir, jml tempat
implantasi)  hitung indeks mutasi
- Sitogenetika in vivo (in vivo • Indeks mutasi = resorpsi awal x 100%
cytogenetics) implantasi total

Metode Penetapan Inang Penengah UJI SITOGENETIKA

• Metode ini membutuhkan bakteri tertentu sbg • Tata Cara : Senyawa uji dipejankan pada organ
indikator kerusakan/perubahan genetik pada tertentu pada hewan uji  kmd diperiksa
mamalia jaringan/sel dari organ yg dipejani tsb
• Cara : subjek uji dipejani ip dg bakteri tertentu • Organ yg umum diuji :
(mis. Salmonella)  bbrp waktu kmd diambil - Sumsum tulang (utk mengetahui efek mutagen
cuplikan hayati dari rongga perutnya  hitung terhadap mitosis)
frekuensi munculnya mutasi dari bakteri - Limfosit (utk melihat pengaruh mutagen
• Uji ini terutama untuk mengevaluasi terjadinya terhadap kerusakan yg terjadi sebelum sintesis
mutasi tempat DNA)

9
9/18/2017

UJI KEKARSINOGENIKAN
- Fibroblas (utk mengetahui efek mutagenik
jangka panjang)
• Tujuan : utk melihat potensi suatu
- Gametosit (utk mengetahui efek mutagen
terhadap meiosis)
senyawa dalam menimbulkan
- Kultur sel amniotic (utk mengetahui tumor/kanker bila digunakan oleh
kerusakan pada perkembangan keturunan) manusia
Manfaat  untuk mengevaluasi apakah • Tumor : massa abnormal dari suatu
senyawa yg dipakai oleh manusia itu akan sel/jaringan yg tumbuh berlebihan dan
berefek yg menurun terhadap keturunannya
atau tidak
tidak terkoordinasi dg jaringan
normalnya

2 jenis tumor • Sasaran : melihat adanya tumor/kanker


• Tumor jinak  struktur identik dg jaringan • Tata Cara Pelaksanaan : Uji jangka pendek
normalnya, pertumbuhannya bersifat dan uji jangka panjang
terbatas pada daerah tempat tumbuh dan • Uji jangka pendek : Pada dasarnya
tdk menerjang ke jaringan tetangganya menggunakan uji in vitro yg sama dg uji
kemutagenikan  krn pada dasarnya sudah
• Tumor ganas  pertumbuhan cenderung diketahui bahwa 80% senyawa mutagen
menerjang/invasi ke jaringan tetangganya bersifat karsinogen..tapi tdk sebaliknya

Uji jangka panjang


• Yg paling penting adl memilih hewan uji yg • Dosis  diperkirakan dari uji ketoksikan
memungkinkan untuk pengamatan kanker subkronis yg menimbulkan efek tumor tetapi
krn biasanya kanker tdk serta merta muncul tdk mematikan. Berkisar antara 1/3 – 1/5
tapi dalam jangka waktu lama  shg hewan dari LD50 nya
uji dipejani sepanjang hidupnya
• Pengamatan  diamati selama kurun waktu
• Maka biasanya digunakan hewan yg tertentu terhadap munculnya tumor/tdk
umurnya tdk panjang, misal tikus (2th),
(sepanjang masa hidup)  mati : dibedah
mencit (18 bln), kelinci (4-5 th)
(pemeriksaan mikroskopis)

10
9/18/2017

UJI REPRODUKSI

• Analisis dan Evaluasi Hasil  dilihat ada • Dilakukan selama 2-3 generasi pada hewan
tdknya tumor baik mikroskopis maupun uji  jd jangan yg berumur panjang,
biasanya tikus
makroskopis, jinak atau ganas
• Tujuan : untuk menentukan pengaruh suatu
• Manfaat  untuk memprediksi senyawa terhadap kapasitas reproduksi
kemungkinan munculnya tumor pada suatu hewan uji (ovulasi, konsepsi,
diri manusia bila mengkonsumsi implantasi, kehamilan, pertumbuhan
embrio, partus, laktasi, pertumbuhan pasca
senyawa tsb lahir

• Sasaran : ada tidaknya pengaruh senyawa • Pada dasarnya hewan uji yg dipakai adl hewan
terhadap cacat bawaan hewan kecil
sebelum/setelah dilahirkan, dan juga • Senyawa uji diberikan dg dosis tertentu pada
fertilitasnya jantan dan betina sebelum dikawinkan selama 6
• Tata Cara Pelaksanaan : dibagi 3 segmen hari  dikawinkan  selama bunting dan
- Uji fertilitas dan kinerja reproduksi menyusui hewan betina diberi perlakuan 
keturunannya diberi perlakuan sejak masa sapih
- Uji keteratogenikan/ketoksikan sampai dewasa  dikawinkan  bunting,
embrio/keguguran beranak, laktasi, sapih, dst
- Uji perinatal dan pasca lahir

Pengamatan pd masing2 generasi : • Manfaat : memastikan dan mengevaluasi


1. Indeks fertilitas suatu senyawa bisa mengganggu kapasitas
2. Lama bunting
3. Angka kelahiran hidup
reproduksi pada wanita/pria bila digunakan
4. Angka kelahiran mati pada manusia.
5. Angka kelahiran hidup sampai umur sapih
6. Rasio jantan dan betina
7. Berat badan
8. Cacat yg timbul
9. Uji histopatologi tiap generasi

11
9/18/2017

UJI KULIT DAN MATA 1. Uji Iritasi Primer Kulit

• Tujuan : mengevaluasi keungkinan pengaruh • Hewan uji : kelinci, marmot, mencit


suatu senyawa terhadap kulit dan mata
• Prinsip : senyawa uji dioleskan ke kulit
• Sasaran : wujud efek toksik terutama yg yg bulunya sudah dicukur  catat
berkaitan dg timbulnya iritasi
interval waktu tertentu timbulnya
eritema (kulit kemerahan) atau edema

2. Uji Sensitisasi Kutan 3. Uji Fototoksik dan Fotoalergi

• Hewan uji : marmot jantan • Hewan uji : marmot


• Prinsip : senyawa uji dioles pada kulit yg • Prinsip : senyawa uji dioles pada kulit
bulunya sudah dicukur  1 hari kemudian tercukur  disinari dg cahaya UV 
rambut pada daerah janggut dihilangkan dg
amati adanya eritema dan edema
Barium sulfida dan diamati adanya eritema
dan edema

4. Uji Iritasi Mata

• Hewan uji : kelinci


• Prinsip : senyawa uji diteteskan/dioles
pada konjungtiva mata kiri, dan mata SEKIAN
kanan sbg kontrol  amati perubahan
pada mata dan daerah sekitarnya
selama 24-72 jam

12

You might also like