Professional Documents
Culture Documents
HIPERTENSI EMERGENSI
Pembimbing :
dr. Rachmad Aji Saksana, Sp.PD, MSc
Disusun Oleh :
Siti Maysaroh 1710221009
Nadia Rezki Erliza 1810221011
Farida Nurhayati 1820221093
Auliya Syisma Aghnesi G4A017087
Oleh:
Disusun Oleh :
Siti Maysaroh 1710221009
Nadia Rezki Erliza 1810221011
Farida Nurhayati 1820221093
Auliya Syisma Aghnesi G4A017087
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang. Hipertensi emergensi merupakan bagian dari hipertensi krisis. Krisis
hipertensi merupakan keadaan klinis dimana tekanan darah meningkat secara
progresif melebihi tekanan sistolik 180 mmHg dan atau tekanan diastolik 120
mmHg dengan atau tanpa ancaman kerusakan organ target.4
Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan yang ditandai meningkatnya
tekanan darah melebihi tekanan sistolik ≥180 mmHg dan atau tekanan diastolik
≥120 mmHg disertai bukti adanya kerusakan target organ akut atau progresif
sehingga membutuhkan penurunan tekanan darah segera dengan menggunakan
obat secara parentral. Sedangkan, hipertensi urgensi tanpa adanya kerusakan organ
target.4
II.2 Epidemiologi
Sebuah studi di Italia pad atahun 1992 menunjukkan bahwa hipertensi krisis
menyumbang 3% dari semua kasus emergensi dengan prevalensi 24% untuk
hipertensi emergensi dan 76% untuk hipertensi urgensi. Hipertensi emergensi terjai
4
hingga 2% dari pasien hipertensi, dengan penurunan mortalitas progresif lebih dari
4 dekade terakhir.6
II.3 Etiologi
Faktor risiko terjadi hipertensi emergensi antara lain wanita, obesitas, penyakit
jantung coroner, antihipertensif dalam jumlah yang banyak, dan tidak patuh minum
obat. Selain itu, faktor lain termasuk intoksikasi (kokain, amfetamin, supplemen
diet), withdrawal syndrome (klonidin atau beta agonis), interaksi antar obat atau
obat-makanan (MAO inhibitor dan antidepresan trisiklik, antihistamin), penyakit
medulla spinalis, feokromositoma, kehamilan, dan penyakit vaskular kolagen
(SLE).3
5
Gambaran klinis hipertensi emergensi berupa perdarahan retina dan edema papil
(funduskopi), sakit kepala, kacau, gangguan kesadaran, kejang, lateralisasi, denyut
jantung jelas, cardiomegaly, oliguria, uremia, proteinuria, mual dan muntah.
II.5 Patofisiologi
Hipertensi berat akut dapat berkembang menjadi de novo atau dapat
menyulitkan hipertensi esensial atau sekunder yang mendasarinya. Mekanisme
pasti krisis hipertensi tidak diketahui tetapi kecepatan onset menunjukkan faktor
pemicu yang ditumpangkan pada hipertensi yang sudah ada sebelumnya. Hipotesis
yang paling diterima ditunjukkan pada Gambar dibawah. Dalam kondisi normal,
sistem renin-angiotensin-aldosteron memainkan peran sentral dalam regulasi
homeostasis BP normal. Produksi berlebih dari renin oleh ginjal merangsang
pembentukan angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang kuat. Akibatnya, resistensi
pembuluh darah perifer dan BP meningkat.7
Krisis hipertensi diperkirakan diperantarai oleh peningkatan tiba-tiba
resistensi vaskuler sistemik yang kemungkinan terkait dengan vasokonstriktor
humoral. Pada keadaan krisis hipertensi, amplifikasi aktivitas sistem renin terjadi,
yang mengarah pada cedera vaskular, iskemia jaringan, dan produksi berlebih dari
reninangiotensin. Lingkaran setan ini berkontribusi pada patogenesis krisis
hipertensi. Hubungan patofisiologis antara sistem renin dan krisis hipertensi telah
ditetapkan dengan menunjukkan bahwa proses ini dapat ditahan ketika sistem
reninangiotensin terputus baik secara farmakologis (yaitu, penghambat enzim
pengonversi [ACE] angiotensin, penghambat beta, blocker, atau antagonis reseptor
angiotensin tipe 1) atau dengan membuang ginjal iskemik. Faktor-faktor lain yang
disebabkan oleh reninangiotensin berlebih termasuk sitokin pro-inflamasi dan
molekul-molekul adhesi sel vaskular, yang dapat berkontribusi pada sekuele
vaskular dan kerusakan organ target.7
6
Gambar Patofisiologi Hipertensi Krisis7
II.6 Diagnosis
Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan yang ditandai meningkatnya
tekanan darah melebihi tekanan sistolik ≥180 mmHg dan atau tekanan diastolik
≥120 mmHg disertai bukti adanya kerusakan target organ akut atau progresif.
Diagnosis dotegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah dan kerusakan organ
target. Kerusakan target orgat berupa infark serebri, ensefalopati hipertensif,
ICH/SAH, edema pulmonar akut, CHF, infark miokard atau unstable angina,
AKI/CKD, elevasi enzim hati, eksudat/perdarahan retina, eclampsia, diseksi aorta
(tipe A/B).3
Anamnesis: gejala kerusakan organ target, seperti nyeri dada, sesak napas
(gangguan jantung dan diseksi aorta), pandangan kabur (papil edema), sakit kepala
hebat, gangguan kesadaran dan lateralisai (gangguan otak), gagal ginjal akut
(gangguan ginjal).
Pemeriksaan fisik: sesuai kerusakan organ target, seperti funduskopi ditemukan
papil edema, penurunan kesadaran, lateralisasi.
7
Pemeriksaan Penunjang: laboratorium (proteinuria, hematuria, ureum dan kreatinin
meningkat, gangguan elektrolit), EKG untuk melihat hipertrofi ventikrl kiri atau
gangguan coroner, dan USG untuk melihat struktur ginjal.8
II.7 Penatalaksanaan
Pengobatan hipertensi emergensi memerlukan obat yang segera menurunkan
tekanan darah dalam menit-jam sehingga pada umumnya bersifat parenteral.8
8
Gambar Algoritma Manajemen Hipertensi Krisis
9
Tabel Obat-obatan antihipertensi intravena untuk Hipertensi Emergensi pada Beberapa Kondisi
Tabel Obat-obatan yang digunakan pada Hipertensi Emergensi
DAFTAR PUSTAKA
12