You are on page 1of 12

REFERAT

HIPERTENSI EMERGENSI

Pembimbing :
dr. Rachmad Aji Saksana, Sp.PD, MSc

Disusun Oleh :
Siti Maysaroh 1710221009
Nadia Rezki Erliza 1810221011
Farida Nurhayati 1820221093
Auliya Syisma Aghnesi G4A017087

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
“HIPERTENSI EMERGENSI”

Oleh:
Disusun Oleh :
Siti Maysaroh 1710221009
Nadia Rezki Erliza 1810221011
Farida Nurhayati 1820221093
Auliya Syisma Aghnesi G4A017087

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian


Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada tanggal: Februari 2019

Mengetahui,
Dokter Pembimbing

dr. Rachmad Aji Saksana, Sp.PD, MSc

2
BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140


mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang. Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas
di Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat
umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan.1
Hipertensi merupakan masalah penting dalam kedokteran dan kesehatan
masyarakat yang terus meningkat. Penderita hipertensi di dunia sangat banyak.
Hampir seperenam penduduk dunia atau sekitar satu milyar orang menderita
hipertensi. Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita
tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg) dengan persentase biaya kesehatan cukup
besar setiap tahunnya. Berdasarkan hasil penelitian The National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa 28,7% penduduk
dewasa Amerika Serikat/ 58,4 juta penduduk menderita hipertensi.2
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana
terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada
kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ
target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan
hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard,
disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta dan sistem organ
lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia dan anemia hemolitik
mikroangiopatik. Kondisi hipertensi emergensi, tekanan darah harus diturunkan
secara agresif dalam hitungan waktu menit sampai jam.3

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang. Hipertensi emergensi merupakan bagian dari hipertensi krisis. Krisis
hipertensi merupakan keadaan klinis dimana tekanan darah meningkat secara
progresif melebihi tekanan sistolik 180 mmHg dan atau tekanan diastolik 120
mmHg dengan atau tanpa ancaman kerusakan organ target.4
Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan yang ditandai meningkatnya
tekanan darah melebihi tekanan sistolik ≥180 mmHg dan atau tekanan diastolik
≥120 mmHg disertai bukti adanya kerusakan target organ akut atau progresif
sehingga membutuhkan penurunan tekanan darah segera dengan menggunakan
obat secara parentral. Sedangkan, hipertensi urgensi tanpa adanya kerusakan organ
target.4

Tabel Klasifikasi Hipertensi5

II.2 Epidemiologi
Sebuah studi di Italia pad atahun 1992 menunjukkan bahwa hipertensi krisis
menyumbang 3% dari semua kasus emergensi dengan prevalensi 24% untuk
hipertensi emergensi dan 76% untuk hipertensi urgensi. Hipertensi emergensi terjai

4
hingga 2% dari pasien hipertensi, dengan penurunan mortalitas progresif lebih dari
4 dekade terakhir.6

II.3 Etiologi
Faktor risiko terjadi hipertensi emergensi antara lain wanita, obesitas, penyakit
jantung coroner, antihipertensif dalam jumlah yang banyak, dan tidak patuh minum
obat. Selain itu, faktor lain termasuk intoksikasi (kokain, amfetamin, supplemen
diet), withdrawal syndrome (klonidin atau beta agonis), interaksi antar obat atau
obat-makanan (MAO inhibitor dan antidepresan trisiklik, antihistamin), penyakit
medulla spinalis, feokromositoma, kehamilan, dan penyakit vaskular kolagen
(SLE).3

II.4 Manifestasi Klinis


Keadaan klinis pada pasien hipertensi emergensi bergantung pada target
organ yang mengalami kerusakan. Keadaan klinis antara lain berupa ensefalopati
hipertensif, perdarahan intra-cranial, stroke, angina pectoris tak stabil atau infark
miokard akut, payah jantung kiri dengan edema paru, aneurisma aorta disekan,
krisis adrenal, epistaksis yang hebat, dan eklampsia.3

Tabel Contoh Kerusakan Target Organ3

5
Gambaran klinis hipertensi emergensi berupa perdarahan retina dan edema papil
(funduskopi), sakit kepala, kacau, gangguan kesadaran, kejang, lateralisasi, denyut
jantung jelas, cardiomegaly, oliguria, uremia, proteinuria, mual dan muntah.

II.5 Patofisiologi
Hipertensi berat akut dapat berkembang menjadi de novo atau dapat
menyulitkan hipertensi esensial atau sekunder yang mendasarinya. Mekanisme
pasti krisis hipertensi tidak diketahui tetapi kecepatan onset menunjukkan faktor
pemicu yang ditumpangkan pada hipertensi yang sudah ada sebelumnya. Hipotesis
yang paling diterima ditunjukkan pada Gambar dibawah. Dalam kondisi normal,
sistem renin-angiotensin-aldosteron memainkan peran sentral dalam regulasi
homeostasis BP normal. Produksi berlebih dari renin oleh ginjal merangsang
pembentukan angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang kuat. Akibatnya, resistensi
pembuluh darah perifer dan BP meningkat.7
Krisis hipertensi diperkirakan diperantarai oleh peningkatan tiba-tiba
resistensi vaskuler sistemik yang kemungkinan terkait dengan vasokonstriktor
humoral. Pada keadaan krisis hipertensi, amplifikasi aktivitas sistem renin terjadi,
yang mengarah pada cedera vaskular, iskemia jaringan, dan produksi berlebih dari
reninangiotensin. Lingkaran setan ini berkontribusi pada patogenesis krisis
hipertensi. Hubungan patofisiologis antara sistem renin dan krisis hipertensi telah
ditetapkan dengan menunjukkan bahwa proses ini dapat ditahan ketika sistem
reninangiotensin terputus baik secara farmakologis (yaitu, penghambat enzim
pengonversi [ACE] angiotensin, penghambat beta, blocker, atau antagonis reseptor
angiotensin tipe 1) atau dengan membuang ginjal iskemik. Faktor-faktor lain yang
disebabkan oleh reninangiotensin berlebih termasuk sitokin pro-inflamasi dan
molekul-molekul adhesi sel vaskular, yang dapat berkontribusi pada sekuele
vaskular dan kerusakan organ target.7

6
Gambar Patofisiologi Hipertensi Krisis7

II.6 Diagnosis
Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan yang ditandai meningkatnya
tekanan darah melebihi tekanan sistolik ≥180 mmHg dan atau tekanan diastolik
≥120 mmHg disertai bukti adanya kerusakan target organ akut atau progresif.
Diagnosis dotegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah dan kerusakan organ
target. Kerusakan target orgat berupa infark serebri, ensefalopati hipertensif,
ICH/SAH, edema pulmonar akut, CHF, infark miokard atau unstable angina,
AKI/CKD, elevasi enzim hati, eksudat/perdarahan retina, eclampsia, diseksi aorta
(tipe A/B).3
Anamnesis: gejala kerusakan organ target, seperti nyeri dada, sesak napas
(gangguan jantung dan diseksi aorta), pandangan kabur (papil edema), sakit kepala
hebat, gangguan kesadaran dan lateralisai (gangguan otak), gagal ginjal akut
(gangguan ginjal).
Pemeriksaan fisik: sesuai kerusakan organ target, seperti funduskopi ditemukan
papil edema, penurunan kesadaran, lateralisasi.

7
Pemeriksaan Penunjang: laboratorium (proteinuria, hematuria, ureum dan kreatinin
meningkat, gangguan elektrolit), EKG untuk melihat hipertrofi ventikrl kiri atau
gangguan coroner, dan USG untuk melihat struktur ginjal.8

Gambar Evaluasi dan Manajemen Pasien dengan Hipertensi Krisis6

II.7 Penatalaksanaan
Pengobatan hipertensi emergensi memerlukan obat yang segera menurunkan
tekanan darah dalam menit-jam sehingga pada umumnya bersifat parenteral.8

8
Gambar Algoritma Manajemen Hipertensi Krisis

Tabel Tekanan Darah yang dicapai pada Hipertensi Emergensi

9
Tabel Obat-obatan antihipertensi intravena untuk Hipertensi Emergensi pada Beberapa Kondisi
Tabel Obat-obatan yang digunakan pada Hipertensi Emergensi
DAFTAR PUSTAKA

1. Soenarta, AA, et. al. Pedoman Tatalaksana Hipertensi padaPenyakit


Kardiovaskular. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
2015
2. Lange, McPhee, S.J., Papadakis, M.A., 2015. Current Medical Diagnosis &
Treatment: 54th edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
3. Benkem, ST. Hypertensive Emergencies. Critical Care Self Assesment
Program : Medical Issues in the ICU.
4. Whelton, PK, et.al. 2017 ACC/AHA/AAPA/ABC/APCM/AGS/APhA/ASH/
ASPC/NMA/PCNA Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and
Management of High Blood Pressure in Adults. American Heart Association.
2018.
5. American Heart Association. Understanding Blood Pressure Readings. 2017.
https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/understanding-
blood-pressure-readings
6. Muiesan, ML, et.al. An Update on Hypertensive Emergencies and Urgencies.
Journal of Cardiovascular Medicine. 2015.
7. Singh, M. Hypertensive Crisis-Pathophysiology, Initial Evaluation, and
Management. Journal of Indian College of Cardiology. 2011.
8. Roesma, J. Krisis Hipertensi. Dalam Setiati S, editor. Ilmu penyakit dalam.
6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014.

12

You might also like