Professional Documents
Culture Documents
Jejas
Kerusakan nesoseptor
( reseptor )
Nyeri kronik/akut
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan Gejala yang mungkin muncul :
a. Gangguan tidur
b. Posisi menghindari nyeri
c. Gerakan menghindari nyeri
d. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
e. Perubahan nafsu makan
f. Tekanan darah meningkat
g. Depresi
5. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
a. Managemen Farmakologi
Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan
untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-obatan. Obat merupakan
bentuk pengendalian nyeri yang paling sering diberikan oleh perawat dengan
kolaborasi dengan dokter. Terdapat tiga kelompok obat nyeri yaitu (Tarwoto &
Wartonah, 2006):
1) Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN)
Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama
asetomenofn (Tylenol) dan OAISN dengan ef anti peritik, analgetik dan anti
iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin) dan Ibuprofin (Morfin, Advil)
merupakan OAINS yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri akut derajat
ringan. OAINS menghasilkan analgetik dengan bekerja ditempat cedera
melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari prekorsor asam arokidonat. .
2) Analgesia opioid
Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini
merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait
kanker. Morfin merupakan salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk
mengobati nyeri berat.
3) Adjuvan / Koanalgetik
Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek komplementer dalam
penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk kepentingan lain.
Contoh obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin).
b. Managemen Non-Farmakologi
Terapi non-farmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni dengan tanpa
menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai teknik yang
setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba. Beberapa hal
yang dapat dilakukan ialah (Tarwoto & Wartonah, 2004):
1) Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri. Ada
empat tipe distraksi, yaitu distraksi visual, misalnya membaca atau menonton
televisi, Distraksi auditory, misalnya mendengarkan musik, Distraksi taktil,
misalnya menarik nafas dan massase, Distraksi kognitif, misalnya bermain
puzzle.
2) Hypnosis-diri
Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif. Hypnosis-diri menggunakan sugesti dari dankesan tentang
perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan
menggunakan bagian ide pikiran dan kemudian kondisi-kondisi yang
menghasilkan respons tertentu bagi mereka
3) Stimulas Kutaneus
Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk
menghilangkan nyeri massase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin
dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah
sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri.
4) Massase
Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot,
atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi
untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan / atau memperbaiki
sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri yang paling primitive dan menggunakan
refleks lembut manusia untuk menahan, menggosok, atau meremas
bagian tubuh yang nyeri.
5) Terapi Hangat dan Dingin
Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri
(non-nosiseptor). Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin yang
memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area
sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang
dapat mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri.
6) Relaksasi pernafasan
Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajakan pada klien bagaimana cara melakukan
pernafasan, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas
nyeri, teknik relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
d. CT-Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pemnuluh darah yang pecah di
otak.
7. Komplikasi
a. Kejang
b. Masalah Mobilisasi
c. Hipertensi
d. Hipertermi
e. Gangguan pola istirahat dan tidur
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Status kesehatan saat ini
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Faktor pencetus
3) Faktor memperberat nyeri ; ketakutan, kelelahan.
4) Keluhan utama
5) Timbulnya keluhan
6) Pemahamanaan penatalaksanaan masalah kesehatan
7) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
8) Diagnosa medik
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
2) Pernah dirawat
3) Operasi
4) Riwayat alergi
5) Status imunisasi
6) Kebiasaan obat – obatan
c. Pengakajian nyeri
Pengkajian nyeri yang akurat adalah esensial untuk penatalaksanaan
nyeri yang efektif. Nyeri bersifat subjektif dan merupakan pengalaman yang
unik bagi setiap individu. Perawat perlu mengkaji semua faktor yang
mempengaruhi pengalaman nyeri, psikologis, fisiologis, perilaku, emosional,
dan sosial budaya (Berman, dkk., 2009). Perawat yang spesialisasinya adalah
manajemen nyeri menerapkan berdasarkan evidence-based di berbagai bidang
seperti fungsional neuroanatomy, tanggapan psikososial rasa sakit, situasi
umum yang berhubungan dengan nyeri, metode penilaian nyeri,dan sesuai
dengan usia dan campur tangan budaya mengenai rasa sakit (Anderson, 2010).
Perawat harus memulai pengkajian nyeri karena diketahui bahwa
banyak orang tidak akan memberitahu tentang nyeri yang dirasakannya
kecuali ditanya. Pengkajian nyeri terdiri dari dua komponen utama yaitu
riwayat nyeri untuk mendapatkan data klien dan observasi langsung terhadap
respons perilaku dan psikologis klien. Tujuan dari pengkajian adalah
mendapatkan pemahaman objektif dari pengalaman yang subjektif (Berman,
dkk., 2009). Dari sudut pandang klinis maksud pengkajian nyeri
memungkinkan membuat diagnosis berbeda, memprediksi respon dari suatu
pengobatan, mengevaluasi karakteristik nyeri dan dampak nyeri pada
kehidupan pasien, membantu dalam menentukan ketidakmampuan dan
pembentukan batasan dari kapasitas fisik, memantau perkembangan inisiasi
pengobatan berikutnya, dan untuk evaluasi efektifitas pengobatan, bersamaan
dengan kebutuhan lanjutan atau memodifikasi regimen pengobatan diantara
yang lain (Turk, Dennis C., dan Ronald Melzack, 2011)
1. Skala intensitas atau tingkat nyeri
Indikator tunggal yang paling penting untuk mengetahui intensitas
nyeri adalah laporan klien tentang nyeri. Penggunaan skala intensitas nyeri
adalah metode yang mudah dan dapat dipercaya dalam menentukan
intensitas nyeri klien. Skala seperti itu memberikan konsistensi bagi
perawat untuk berkomunikasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya
(Berman, dkk., 2009).
Tidak semua klien dapat mengerti atau meghubungkan nyeri yang
dirasakan ke skala intensitas nyeri berdasarkan angka. Untuk keefektifan
penggunaan skala tingkat nyeri, klien tidak hanya perlu memahami cara
menggunakan skala skala tetapi juga diajarkan tentang bagaimana
informasi tersebut akan digunakan untuk menentukan perubahan pada
kondisinya dan keefektifan intervensi penatalaksanaan nyeri (Berman,
dkk., 2009).
Cara pendekatan yang digunakan dalam mengakaji nyeri adalah
dengan PQRST (Mubarak, 2015).
Tabel 2.2 Pengkajian nyeri PQRST
P (Provoking atau pemicu) Yaitu faktor yang memperparah atau
meringankan nyeri.
Q (Quality atau kualitas) Yaitu kualitas nyeri (misalnya
tumpul, tajam, merobek).
R (Region atau daerah) Yaitu daerah penjalaran nyeri.
S (Severity atau keganasan) Yaitu intensitasnya.
T (Time atau waktu) Yaitu serangan, lamanya, frekuensi,
dan sebab.
Sumber : Mubarak, Wahit Iqbal.2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar Buku 2.Jakarta : Salemba Medika
c) Oucher
Bayer, dkk. (1992) untuk mengukur intensitas nyeri pada anak-
anak mengembangkan “Oucher”, yang terdiri atas dua skala terpisah
yaitu sebuah skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk
anak-anak yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi
kanan untuk anak-anak yang lebih kecil.
Gambar 2.3 Skala nyeri Oucher
Sumber : Mubarak, Wahit Iqbal.2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar Buku 2.Jakarta : Salemba Medika
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri,
menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang baik dan pasien
mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri