You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan berbagai macam budaya dan etnik
serta beberapa gugusan pulau. Oleh sebab itu, Indonesia menjadi daya tarik tersendiri sebagai
salah satu negara tujuan wisatawan. Para wisatawan mengenal Provinsi Bali karena adat
istiadat dan budaya yang masih terjaga hingga sekarang. Berbagai promosi wisata yang telah
dilakukan oleh pihak pemerintah dalam mengajak wisatawan luar negeri atau domestik untuk
datang ke Provinsi Bali. Dampak dari adanya wisatawan yang datang ke Propinsi Bali salah
satunya adalah adanya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang memadai. Para wisatawan
tidak hanya berlibur namun ketika mereka sedang sakit atau ingin melakukan pemeriksaan
kesehatan, akan segera mencari pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Fasilitas pelayanan kesehatan di lebih dari 30 negara di dunia telah tersedia untuk
pasien internasional. Pelayanan kesehatan tersebut berupa pelayanan kesehatan milik
pemerintah maupun swasta. Perubahan kelembapan udara, suhu maupun kuman penyakit
merupakan beberapa hal yang mampu mempengaruhi kesehatan wisatawan. Selain itu jenis
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan asing selama tinggal di daerah tujuan
wisata juga memiliki resiko terjadinya kecelakaan. Resiko jatuh sakit menjadi perhatian yang
wajib bagi wisatawan yang melakukan perjalan wisata. Walaupun kejadian penyakit yang
diderita wisatawan bisa dicegah atau ditangani dengan tindakan sederhana, namun resiko
jatuh sakit selama berwisata mampu membatasi atau bahkan menghambat perjalanan wisata
tersebut. . Salah satu tindakan yang dilakukan oleh wisatawan untuk menanggulangi masalah
penyakit atau kecelakaan yang dialami adalah datang ke pusat pelayanan kesehatan, dalam
hal ini rumah sakit untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Meningkatnya kunjungan
wisatawan ke Bali dan kemungkinan resiko penyakit atau kecelakaan yang dialami
wisatawan selama berlibur di Bali serta belum adanya upaya sistematis yang dilakukan untuk
mengidentifikasi dan menganalisa masalah kesehatan wisatawan asing yang berkunjung dan
menggunakan pelayanan kesehatan di Bali.

Keperawatan dan kepariwisataan adalah dua bidang yang bisa dibilang bidang yang
1800 berbeda dari segi keilmuan, pelaksanaan maupun etika yang mengaturnya. Namun

1
kedua bidang ini masih saling membutuhkan dalam hal memajukan perkembangan kedua
bidang.

Keperawatan dan kepariwisataan adalah dua bidang yang mengalami kemajuan pesat
khususnya di Bali. Hal ini dibuktikan dengan makin banyaknya mahasiswa yang kuliah di
perguruan tinggi pariwisata dan perguruan tinggi kesehatan (keperawatan) selain itu
pembangunan pariwisata dan keperawatanpun meningkat.

Adapun hal yang mendukung kemajuan bidang pariwisata dan bidang kesehatan
(keperawatan) adalah dengan gencarnya pihak internasional untuk menjalin kerjasama
berupa kesepakatan AFTA (ASEAN Free Trade Area) atau Kawasan Perdagangan Bebas
ASEAN yang akan dimulai pada tahun 2014, sehingga peluang kerja dalam bidang kesehatan
utamanya profesi perawat semakin meningkat yang juga selaras dengan gencarnya promosi
pemerintah terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat tersebut. Karena negara yang
hebat adalah negara yang memiliki angka morbilitas dan mortalitas yang rendah disertai
dengan tingginya kualitas SDM.

Tidak kalah dengan bidang pariwisata, dengan adanya kesepakatan AFTA, juga
memberikan angin segar bagi bidang pariwisata, sebab dengan perjanjian tersebut akan
menambah jumlah wiatawan asing yang tentunya membutuhkan pelayanan dari bidang
pariwisata. Seperti pelayanan rekreasi, hiburan, dan lain sebagainya yang sangat tergantung
dari pihak pariwisata.

Dengan adanya peluang para wisatawan untuk masuk ke Indonesia, khususnya di Bali
maka tentunya banyak diantara wisatawan tersebut yang termasuk pada golongan yang
rentan terhadap penyakit seperti golongan anak, lansia, ibu hamil, dll, yang perlu
mendapatkan pelayanan tambahan tidak hanya dari bidang pariwisata saja, namun perlu
pelayanan dari bidang kesehatan (keperawatan) agar kunjungannya di Bali tidak terganggu
oleh hal-hal buruk terutama dari segi kesehatan.

2
1.2 Rumusah Masalah
1. Bagaimanakah Konsep Budaya Pariwisata ?
2. Budaya Wisatawan Asing dan Domestik Dalam Pelayanan Keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Konsep Budaya pariwisata
2. Untuk Mengetahui Budaya Asing dan Domestik Dalam Pelayan Keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan ditulisnya makalah ini, mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti dan
memahami mengenai budaya wisatawan asing dan domestik dalam pelayanan keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

3
2.1 Konsep Dan Definisi Budaya Pariwisata

Definisi klasik dari budaya adalah keseluruhan yang kompleks, yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, tradisi, dan kemampuan lain serta kebiasaan
yang dilakukan oleh seseorang sebagai bagian dari masyarakat (Tylor, 1924, p.1). Definisi
dari antropolog perilaku, menyatakan bahwa budaya adalah tentang perilaku manusia
(Schusky & Culbert, 1987).

Behaviouralist menyatakan bahwa perilaku budaya dipelajari, bukan diwariskan. Budaya


merupakan kumpulan dari kepercayaan, kebiasaan dan tradisi, yang dibagikan oleh
sekelompok manusia dan dipelajari oleh individu yang masuk ke dalam masyarakat (Mead,
1951).

Fungsionalist menyatakan bahwa budaya merupakan seperangkat aturan yang sesuai


untuk mengumpulkan manusia bersama-sama ke dalam sebuah sistem social (Radcliffe-
Brown, 1957, p.102). Peraturan tersebut mengizinkan kita untuk memahami lebih baik dan
memprediksi bagaimana orang lain berperilaku dan mengapa melakukannya. Sehingga, kaum
Behaviouralist dan Functionalist setuju bahwa budaya dan perilaku tidak dapat dipisahkan,
karena budaya tidak hanya mendikte bagaiman kita harus berperilaku, namun juga membantu
untuk menjelaskan suatu kondisi dan dalam situasi berbagai perilaku terjadi; membantu
untuk mengintepretasikan dan memprediksi perilaku.

Cognitive Antrophologist menyatakan bahwa budaya merupakan pengetahuan kognitif,


klasifikasi dan kategori, yang ada pada pikiran manusia (Goodenough, 1965; Mernill, 1965;
Schmidt, 1939). Definisi kultur lainnya, budaya sebagai system symbol, budaya sebagai
persepsi (gabungan dari seluruh persepsi manusia mengenai dirinya dan mengenai dunia),
budaya subjektif (karakteristik budaya dalam mengamati lingkungan), budaya sebagai
perbedaan antar manusia, dan budaya sebagai informasi dan komunikasi.

Budaya Pariwisata merupakan budaya yang dibawa oleh tourist (wisatawan) ketika
berlibur. Host culture merupakan budaya dari negara yang menjadi tuan rumah (negara yang
dikunjungi) (Jafari, 1987). Menurut Jafari (1987), perilaku dari semua partisipan terlibat yang
dalam proses pariwisata, menyebabkan perbedaan dalam budaya pariwisata, berbeda dalam
rutinitas dan budaya sehari-hari.

4
Wisatawan memiliki beragam motif dan minat, ekspektasi, karakteristik, sosial,
ekonomi, budaya dsb. Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan (tourist).
Batasan tentang wisatawan juga sangat bervariasi mulai dari yang umum sampai dengan
yang sangat teknis spesifik. WTO (World Tourism Organization) dalam Spillane (1987:37)
membedakan wisatawan ke dalam:

a. Wisatawan domestik, penduduk yang melakukan perjalanan wisata dalam satu negara
selama kurang dari satu tahun untuk tujuan apapun, terdiri atas:
1. Pelancong domestik (tourist),yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan selama
lebih dari 24 jam dan tidak lebih dari 1 tahun untuk tujuan hiburan/kesenangan,
rekreasi, liburan, olahraga, bisnis, mengunjungi teman atau relasi, misi, pertemuan
konferensi kesehatan,pendidikan dan agama.
2. Pesiar domestik (excurtionist), yaitu wisatawan yang mengunjungi suatu tempat
selama kurang dari 24 jam.
b. Wisatawan Internasional/mancanegara: penduduk suatu negara yang melakukan
perjalanan wisata ke negara lain.

Jadi wisatawan mempunyai elemen yang dianut dalam beberapa batasan, yaitu tujuan
perjalanan sebagai pesiar (leasure), jarak/batas, perjalanan dari tempat asal, durasi, atau
waktu lamanya perjalanan dan tempat tinggal orang yang melakukan perjalanan.

Berdasarkan sifat perjalanannya ada beberapa jenis wisatawan, Ada istilah wisatawan
asing (foreign tourist) yang biasa disebut “wisatawan mancanegara”, wisatawan domestik
(domestic foreign tourist) atau wisatawan nusantara, dan wisatawan pribumi (Indigenous
foreign tourist), dan wisatawan local (local tourist).

Informasi mengenai wisata merupakan bagian penting dari kunjungan wisatawan.


Fodness dan Murray (1998) membahas tentang bagaimana wisatawan secara sistematik
menggunakan informasi yang ada sebagai bagian dari perencanaan liburan. Penyediaan
informasi yang ada sebagai salah satu dukungan bagi wisatawan untuk memilih tempat
berlibur.

2.2 Budaya Wisatawan Asing dan Domestik Dalam Pelayanan Keperawatan


A. Teori Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan

5
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum
dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada
manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana
ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya (Leininger, 2002).

1) Konsep dalam Transcultural Nursing


a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu
yang mungkin kembali lagi.
d. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.
e. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6
f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia
g. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran
yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi
untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal
balik diantara keduanya.
h. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
j. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok
lain.
(Leininger, 2002).

2) Paradigma Transcultural Nursing


Leininger (2002) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan.
a. Manusia

7
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada.
b. Sehat
Sehat adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat (Andrew and Boyle, 1995).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai
suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi.
Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan
fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah
Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang
tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang
lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah
keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan (Andrew and Boyle, 1995).
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan
budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 2002).

8
a) Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga
klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b) Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

c) Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki


merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup
yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan sesuai dengan keyakinan
yang dianut.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam


menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Model ini menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien. Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger
and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen
yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

9
1) Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social
factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga,
bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang
dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)

10
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya . Pada tahap ini hal-hal yang dikaji
meliputi : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
6) Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
7) Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan
sistem nilai yang diyakini

11
c. Intervensi dan Implementasi
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural
adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.
Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien. Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki
klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan (Giger and Davidhizar, 1995).

1) Cultural care preservation/maintenance


a) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
b) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan
klien
c) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
2) Cultural care accomodation/negotiation
a) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan
klien
dan standar etik
3) Cultual care repartening/reconstruction
a) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
b) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
c) Gunakan pihak ketiga bila perlu
d) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
e) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

12
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.

d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan
atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Budaya Pariwisata merupakan budaya yang dibawa oleh tourist (wisatawan) ketika
berlibur. Host culture merupakan budaya dari negara yang menjadi tuan rumah (negara
yang dikunjungi) (Jafari, 1987). Budaya wisatawan asing dan domestik dalam pelayanan
keperawatan mencakup teori:
1. Teori transcultural nursing
2. Paradigma transcultural nursing
Dalam paradigma transcultural terdapat juga pengkajian yang meliputi fektor
teknologi, sosial budaya, dan juga nilai budaya, ekomomi serta cara hidup. Setelah
pengkajian juga terdapat diagnosa, intervensi serta implementasi, dan terakhir
evaluasi mengenai keperawatan pariwisata.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai
keperawatan pariwisata mancanegara maupun domestik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andrew . M & Boyle. J.S. 1995. Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed.
Philadelphia: JB Lippincot Company.

Giger. J.J & Davidhizar. R.E. 1995. Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed. Missouri: Mosby Year Book Inc.

Leininger. M & McFarland. M.R. 2002. Transcultural Nursing : Concepts,


Theories, Research and Practice, 3rd Ed. USA: Mc-Graw Hill Companies.

15

You might also like