You are on page 1of 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Proses Keperawatan Komplementer

A. Pengertian Proses Keperawatan Komplementer

Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang


mendukung kemampuan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan
keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang
memungkinkan perawat dapat melakukan penilaian dan melakukan tindakan
berdasarkan penalaran. Proses keperawatan adalah serangaian tahapan atau komponen
yang mengarah pada pencapaian tujuan (Potter dan Perry,2015).

Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan


komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara
yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tetapi di
Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer.

Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan


Komplementer tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di
tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv,
preventive, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur
dengan kualitas, keamanan, dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.

Jadi proses keperawatan komplementer adalah pendekatan untuk pemecahan


masalah yang mendukung kemampuan perawat untuk mengatur dan memberikan
asuhan keperawatan dengan cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan
lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.

B. Tujuan Proses Keperawatan

1) Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya klien.


2) Dapat menentukan ea rah keperawatan.
3) Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi ea rah
keperawatan.
4) Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana.
5) Diketahuinya perkembangan klien.
6) Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan

C. Manfaat Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode yang sistematis, dimana perawat bersama


klien bekerja sama dalam :

1) Melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan


2) Merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan
3) Menilai hasil asuhan keperawatan yang berorientasi paada klien dan tujuan

Hak tersebut merupakan kerangka kerja dalam proses keperawatan. Melalui


pedekatan proses keperawatan, perawat dapat:

1) Melakukan pendidikan keparawatan yang konsisten dan sistematis


2) Meningkatkan kepuasn kerja dan kepercayaan diri
3) Menimbulkan sikap professional
4) Mencegah terjadinya malpraktik dan tindakan illegal
5) Bertanggung awab dan tanggung gugat

Sementara itu manfaat yang didapat klien dari pemberian asuhan keperawatan
dengan pendekatan proses keperawatan adalah:

1) Mendapatkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kondisinya.


2) Mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas dan sesuai dengan standart.
3) Mendapatkan asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
4) Mendapatkan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dengan partisipasi aktif
dari klien.

2.2 Proses Keperawatan Dalam Konteks Keperawatan Komplementer


A. Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi pengkajian ditunjukan pada data klinik di mana perawat dapat
mengumpulkan dan mengorganisasikannya dalam dokumentasi keperawatan. Format
dokumentasin pengkajian meliputi data dasar, flow sheet, dan catatan perkembangan
lainnya yang mungkin dapat digunakan sebagai alat komunikasi bagi tenaga
keperawatan atau profesi kesehatan lainnya.
Petunjuk Penulisan Dokumentasi Pengkajian
a. Gunakan format yang sistemmatis untuk mendokumentasikan pengkajian, yang
meliputi:
1) Riwayat klien masuk rumah sakit.
2) Respons klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan klien.
3) Riwayat pengobatan.
4) Data klien rujukan, pulang, dan keuangan.
b. Gunakan format yang telah tersususn untuk mendokumentasikan pengkajian.
Pendekatan: Mayor Body Data Subjektif Data Objektif
System

Sistem Respirasi
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Persarafan
Sistem Perkemihan
Sistem Pencernaan

c. Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan (seperti


tabel di atas).
d. Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai, dan memasukkan
pendapat pribadi.
e. Sertakan pertanyaan yang mendukung interpretasi data objektif.
f. Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis, termasuk definisi
karakteristiknya.
g. Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati oleh instansi.
h. Tuliskan secara jelas dan ringkas.

Jenis Pengelompokan Pengkajian


JENIS PENGGUNAAN PENJELASAN FORMAT
1. Penilaian Untuk menentukan Mengkaji status mental
umum keadaan klien secara klien, perkembangan
(general survey) umum tubuh, aktivitas, status
nutrisi, jenis kelamin dan
ras, usia, postur tubuh,
dan kemampuan berbicara
klien.
2. Pola Fungsi Untuk menentukan Mengkaji persepsi
Kesehatan respons fisik, kesehatan menejemen
psikososial, dan kesehatan, nutrisi
budaya klien. eliminasi, aktivitas,
istirahat-tidur, kognitif,
koping, nilai /
kepercayaan.
3. ROS ( Review Untuk menentukan Mengkaji sistem tubuh
of Body status fungsi sistem secara berurutan,
System) tubuh. biasanya: head-to-toe
(kepala sampai kakai):
integumen, kepala (mata,
hidung, mulut, gigi,
tenggorokan, leher)
respirasi, kardiovaskuler,
pencernaan, perkemihan,
reproduksi,
muskuloskeletal, limpatik,
hemotogolitik, dan
endokrin.

Tipe-tipe pengkajian:
Pengkajian awal, pengkajian lanjutan, pengkajian ulang, dan pengkajian kembali
menunjuk pada tiga tipe pengkajian keperawatan yang umumnya ditujukan dalam
dokumentasi. Penjelasan mengenai jenis – jenis pengkajian tersebut adalah sebagai
berikut.
a) Pengkajian Awal
Pengkajian awal dilakukan pada saat pertama kali klien masuk dalam fasilitas
pelayanan kesehatan atau mulai menggunakan jasa pelayanan. Pegkajian awal ini
didokumentasikan pada bentuk chart khusus seperti formulir data keperawatan
(nursing data base form ). Lingkup data cenderung luas karena perawat perlu
menentukan garis dasar data klinis yang komprehensif. Selama pengkajian awal ini,
perawat dapat mengidentifikasikan area – area masalah tertentu yang memerlukan
pengkajian – pengkajian umum dan khusus pada pengkajian awal dapat memberikan
tipe data yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah – masalah klien dan
mengawali serta merencanakan asuhan keperawatan klien.
Misalnya seorang perawat yang bekerja yang bekerja di unit perawatan
intensive pediatric neurologic harus melengkapi data pengkajian. Maka perawat
tersebut memfokuskan pengkajian perihal pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi
neuroligis anak. Area praktik biasanya akan memberikan data yang akan dimasukkan
dalam pengkajian awal ini.

b) Pengkajian Lanjutan
Pengkajian lanjutan menguatkan dan memperluas data dasar yang diperoleh
selama pengkajian awal. Ketika hubungan saling percaya antara perawat – klien
semakin berkembang, maka klien akan bersedia untuk memberikan data tambahan
secara rinci tentang status kesehatannya. Lebih lanjut, data tambahan dari
pemeriksaan diagnostik terbaru dan dari sumber – sumber lainnya yang perlu
ditambahkan pada catatan dokumentasi klien. Pendokumentasian yang dilakukan pada
pengkajian lanjutan membuat dokumentasi keperawatan selalu dipengaruhi (up to date
). Data yang diperlukan untuk membuktikan atau mengidentifikasikan masalah –
masalah klien menjadi lebih mudah diperoleh. Ketika data subjektif dan/atau objektif
terbaru telah dikumpulkan, maka data ini kemudian dapat dianggap sebagai data
penunjang. Beberapa contoh kapan data penunjang tersebut diperlukan dalam
pendokumentasian adalah sebagai berikut.
1) Ketika standar instansi memerlukan dokumentasi pengkajian lanjutan di unit
perawatan intensif (ICU), di mana perawat diperlukan untuk mendokumentasikan
pengkajian sistem tubuh atau tanpa perubahan setiap pengaturan dinas (shift ).
2) Ketika perawat harus menjelaskan/ mempertanggung jawabkan intensitas
aktivitas rencana intervensi keperawatan seperti dalam kasus costing out bagi
rencana keperawatan.
3) Ketika validitas informasi awal dipertanyakan maka pengkajian lanjutan
digunakan untuk menguatkan keakuratannya ( misalnya tekanan darah awal
tinggi dan selanjutnya diambil kembali untuk membenarkan observasi awal )
4) Ketika reliabilitas data dihubungkan oleh klien dan dipertanyakan kepada
perawat (ketika klien di bawah pengaruh obat atau alkohol) dan penilaian
selanjutnya digunakan untuk menguatkan keakuratannya.
Tergantung dari kebutuhan instansi, data penunjang tidak perlu dimasukkan
kembali ke dalam dokumentasi keperawatan jika hanya mengulangi data yang sudah
didokumentasikan sebelumnya. Meskipun data komunikasi data penunjang sudah
dalam rincian lengkap, namun alternatif dapat memasukkan tahap yang
mengidentifikasikan pengkajian lanjutannya. Contohnya, pernyataan “Tidak ada
perubahan dalam status baselin respiratory” dapat digunakan jika informasi “
baselin” dengan mudah dapat didapatkan kembali, dan jika duplikasi data hanya akan
menghabiskan waktu, mengulangi, dan membuat tempat penulisan. Istilah
pengembangan data menunjukkan perolehan data baru dari hasil penilaian pengkajian
lanjutan. Pengembangan data harus selalu didokumentasikan karena data ini
menambah data yang sudah ada menjadi lebih terperinci (misalnya ketika hasil tes
darah menguatkan respiratory distress yang sudah ada sebelumnya). Data ini dapat
mengidentifikasikan informasi baru ( seperti ketika klien praoperasi mengingatkan
alergi obat yang sebelumnya belum dinyatakan ) atau mungkin berubah dan
memengaruhi data mengenai klien yang sebelumnya sudah diperoleh (sepertinya
ketika klien yang sedang dirawat untuk kegelisahan psikologis menunjukkan adanya
patologi medis).

c) Pengkajian Ulang
Data pengkjian ulang adalah data-data yng diperoleh dari aktivitas evaluasi
proses keperawatan. Ketika hasil evaluasi klien terliht kurang berkembang terhadap
criteria hasil dan hasil yang diharapkan, maka kemungkinan data yang telah diperoleh
kurang tepat sehingga masalah kurang dapat teridentifikasi. Masalah ang kurang
teridentifikasi mengakibatkan rencana intervensi yang disusun tidak sesuai dengan
masalah yang sebernantya terjadi. Namun, hasil evaluasi klien yangkurang
berkembang dapat juga terjdi karena implementasi intervensi belum dilakukan dengan
durasi atu intesitas yang cukup.
d) Pengkajian Kembali
Pengkajian kembali berarti perawat harus memeriksa kembali data pengkajan
sebelumnya untuk menemukan petunjuk baru bagi masalah-masalah klien atau harus
mengembangkan data awal untuk mendapatkan data tambahan tentang klien.
Dokumentasi pengkajian kembali menunjukan pertanggung jawaban perawat untuk
melanjutkn usaha penyelesaian masalah.
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,


atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan adalah
bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah.
Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang
membutuhkan asuhan keperawatan. Di samping itu, dengan menentukan atau
menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala dan
penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah
yang ada.
Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari
respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan baik aktual maupun potensial.
Di dalam diagnose NANDA, terdapat 3 tipe diagnose yaitu:
a. Diagnosa actual
Dengan format penulisan: PES (P berhubungan dengan E ditandai dengan S).
b. Diagnosa risiko
Dengan format penulisan: P dengan adanya faktor risiko N.
c. Promosi Kesehatan
Dengan format penulisan: P ditandai dengan defining karakteristik (batasan
karakteristik).

C. Intervensi Keperawatan

Setelah mengkaji, mendiagnosis, dan menetapkan prioritas tentang kebutuhan


perawatan kesehatan klien, perawat merumuskan tujuan dan hasil yang diperkirakan
dengan klien untuk setiap diagnosa keperawatan (Gordon,1994).
Tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mengatasi masalah secara umum
atau sasaran yang diperkirakan untuk dicapai sepanjang periode waktu yang lebih
lama, biasanya lebih dari satu minggu atau berbulan-bulan (Carpenito,
1995). Sedangkan tujuan jangka pendek dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna
mencapai tujuan jangka panjang atau sasaran yang diharapkan tercapai dalam periode
waktu yang singkat, biasanya kurang dari satu minggu (Carpenito, 1995).
Tujuan keperawatan harus SMART artinya:
S : Specific = Rumusan tujuan harus jelas
M : Measurable = Dapat diukur
A : Achievable = Dapat dicapai
R : Realistik = Dapat tercapai dan nyata
T : Timing = Harus ada target waktu
Penetapan tujuan menegakkan kerangka kerja untuk rencana asuhan
keperawatan. Melalui tujuan, perawat mampu untuk memberikan asuhan yang
bersinambungan dan meninngkatkan penggunaan waktu serta sumber yang optimal.

Komponen penting pada Dokumentasi Intervensi :


Dokumentasi intervensi mengidentifikasi, mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apa
yang terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi.
a. Why : harus dijelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan dan data yang ada
dari hasil dokumentasi pengkajian dan diagnosa keperawatan.
b. What : ditulis secara jelas ringkas dari pengobatan / tindakan dalam
bentuk Action Verbs.
c. When : mengandung aspek yang penting dari dokumentasi intervensi.
Pencatatan waktu melaksanakan intervensi sangat penting dalam hal
pertanggungjawaban hukum dan efektifitas tindakan tertentu.
d. How : tindakan dilaksanakan dalam penambahan pencatatan yang lebih detail.
Misalnya, “miring kanan / kiri dengan bantuan perawat” menandakan suatu
prinsip ilmiah dan rasional dari rencana tindakan . Metode ini akan bisa
meningkatkan dalam upaya – upaya penggunaan prosedur keperawatan yang
tepat.
e. Who : siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu dituliskan pada
dokumentasi serta tanda tangan sebagai pertanggungjawaban.

D. Implementasi keperawatan

Petunjuk yang harus diperhatikan dalam pendokumentasian implementasi


antara lain:
a. Gunakan ballpoint tertulis jelas, tulis dengan huruf cetak bila tulisan tidak jelas.
Bila salah tidak boleh di tipp ex tetapi dicoret saja, dan ditulis kembali diatas
atau disamping.
b. Jangan lupa selalu menuliskan waktu, jam pelaksanaan
c. Jangan membiarkan baris kosong, tetapi buatlah garis kesamping untuk mengisi
tempat yang tidak digunakan.
d. Dokumentasikan sesegera mungkin setelah tindakan dilaksanakan guna
menghindari kealpaan (lupa).
e. Gunakan kata kerja aktif, untuk menjelaskan apa yang dikerjakon.
f. Dokumentasikan bagaimana respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
g. Dokumentasikan aspek keamanan, kenyamanan dan pengawasan infeksi terhadap
klien. Juga tindakan-tindakan invasive harus dicatat.
h. Dokumentasikan pula modifikasi lingkungan bila itu merupakan bagian dari
tindakan keperawatan.
i. Dokumentasikan.persetujuan keluarga untuk prosedur khusus dan tindakan invasif
yang mempunyai resiko tambahan.
j. Dokumentasikan semua informasi yang diberikan dan pendidikan kesehatan yang
diberikan.
k. Dokumentasikan dengan jelas, lengkap, bukan berarti semua kalimat harus ditulis,
tetapi kata-kata kunci dan simbol-simbol / lambang-lambang sudah baku/lazim
dapat digunakan.Spesifik hindarkan penggunaan kata yang tidak jelas,bila perlu
tuliskan ungkapan klien untuk memperjelas maksud.

Contoh Format Dokumentasi Implementasi Keperawatan :


No Tgl/Jam Dx Tindakan Evaluasi Paraf

E. Evaluasi Keperawatan

a. Pengertian
Menurut (Nursalam, 2001), Evaluasi adalah langkah akhir dari proses
perawatan. Tugas selama tahap ini termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan
revisi rencana tindakan keperawatan dan intervensi jika perlu. Lebih lanjut,
pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh
intervensi yang direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Evaluasi merupakan
fase pengkajian proses keperawatan, menilai keefektifan tindakan keperawatan dan
mengindikasi kemajuan klien terhadap tujuan pencapaian.
b. Tujuan
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya tindakan
keperawatan itu untuk mencegah atau mengobati respon manusia terhadap
prosedur, kesehatan. Sedangkan komponen evaluasi dicatat untuk (Nursalam,
2001) :
1) Mengkomunikasikan status klien dan hasilnya berhubungan dengan semua arti
umum untuk semua perawat.
2) Memberikan informasi yang bermanfaat untuk memutuskan apakah
mengawali, melanjutkan, memodifikasi atau menghentikan tindakan
keperawatan.
3) Memberikan bukti revisi untuk perencanaan perawatan yang berdasarkan
pada catatan penilaian ulang atau reformulasi diagnosa perawatan.
4) Standar dokumentasi untuk terus mencatat pernyataan evaluasi perawatan
yang merefleksikan keefektifan asuhan keperawatan, respon klien untuk
intervensi perawatan, dan revisi rencana keperawatan.
c. Tipe-tipe Pernyataan Evaluasi
1) Pernyataan evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada
saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada catatan
perawatan.
Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30
menit tanpa pusing.
2) Pernyataan evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.

d. Format Evaluasi
Pada format Evaluasi juga terdapat identitas yang juga harus diisi oleh
perawat nama , nomor kamar ,nomor register, umur, kelas,Identitas yang terdapat
diatas berguna agar mempermudah perawat dalam mencari data pasien dan
jelas,serta agar tidak tertukar dengan pasien lain. Ditable Evaluasi juga terdapat:
1) Tanggal dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan tindakan
keperwatan terhadap pasien. Berfungsi agar jelas dalam pendokumentasiannya
serta terperinci.
2) Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap pasien.
Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu SOAP atau SOAPIER:
S: Subyektif: Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien biasanya
data ini berhubungan dengan criteria hasil
O: Obyektif: Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh perawat biasanya
data ini juga berhubungan dengan criteria hasil.
A: Analisa: Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah
terpenuhi atau tidak
P: Plan of Care: Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
terhadap pasien.
3) Paraf harus disertai nama jelas, tujuannya untuk pembuktian dan pertanggung
gugat bagi perawat jika suatu saat kondisi pasien memburuk atau sampai
berada ditangan hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall. 1995. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Jakarta: EGC
Depkes R.I. (1995). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit. Cet. ke-1. Jakarta : Dirjen Depkes.
Lyer, patricia W. & Camp, Nancy H.. (2004). Dokumentasi Keperawatan: Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan Ed. 3. Jakarta: EGC
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik edisi 1. Jakarta
: Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2015. Fundamentals Of Nursing. Missouri: Elsevier Mosby.

You might also like