Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
1. Anatomi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan
sangat vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi
vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan
pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra,
yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2 25 gr tetapi bervariasi pada tiap
individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat menstruasi
dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang
ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi
cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan
bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada.
Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea
walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya
berubah.
Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang
bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel
selapis kubis pada tepinya yang disebut sel folikel dan mengelilingi koloid di
dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh
darah. Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan
aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel
menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini
tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat
berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada
koloid tersebut.
2. Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua
buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada
cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan
mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting
yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Karakteristik triioditironin adalah
berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein
pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada
jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma di serum
yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat
berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
1. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
2. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas
iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen.
Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
6. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin.
Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih
sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan
dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin.
Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat
plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar
dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya
lebih lemah. (Guyton. 1997)
C. KLASIFIKASI
1. Penyakit Graves
Penyebab tersering penyakit hypertyroidisme adalah suatu penyakit
autoimun yang biasanya ditandai oleh produksi antibodi yang memiliki kerja
mirip TSH pada kelenjar tyroid. Dalam serum pasien ini ditemukan Antibodi
Immunoglobulin (IgG). Anti bodi ini agaknya bereaksi dengan reseptor TSH
atau membran plasma tiroid. Sebagai akibat interaksi ini antibodi tersebut dapat
merangsang fungsi tiroid tanpa tergantung dari TSH Hipofisis, yang dapat
mengakibatkan hipertiroid. Imunoglobulin yang merangsang tiroid ini (TSI)
mungkin diakibatkan karena suatu kelainan imunitas yang bersifat herediter
yang memungkinkan kelompokan limfosit tersebut bisa bertahan, berkembang
biak dan mensekresi imunoglobulin stimulator sebagai respon terhadap beberapa
faktor perangsang. Respon imun yang sama agaknya bertanggung jawab atas
oftalmopati yang ditemukan pada pasien-pasien tersebut. Penyebab penyakit
Graves tidak diketahui, namun tampaknya terdapat predisposisigenetik terhadap
penyakit autoimun. Yang paling sering terkena adalah wanita berusia 20an
sampai 30 tahun.
2. Gondok Noduler Toksik
Adalah peningkatan ukuran kelenjar tyroid akibat peningkatan kebutuhan
hormon tyroid, yang terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan
metabolik yang tinggi pada pubertas atau kehamilan. Dalam hal ini peningkatan
hormon tyroid disebabkan oleh pengaktifan hypotalamus yang didorong oleh
proses metabolisme tubuh sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH.
Apabila kebutuhan berkurang, ukuran kelenjar tyroid kembali normal. Kadang
terjadi perubahan yang irreversibel dimana kelenjar tidak dapat mengecil.
Kelenjar yang membesar walaupun tidak selalu tetap memproduksi hormon
tyroid dalam jumlah berlebihan. Bila individu yang bersangkutan mengalami
hypertyroid maka keadaan inilah yang disebut Gondok Noduler Toksik.
3. Tirotoksikosis
Adalah merupakan temuan klinis fisiologis dan biokimiawi yang
dihasilkan saat jaringan terpajan dan memberikan respon terhadap hormon tiroid
yang berlebihan. Penyakit ini mengarah pada pertahanan over produksi hormon
oleh kelenjar tiroid itu sendiri. Hiperfungsi kelenjar dihasilkan secara bervariasi
dari sekresi TSH yang berlebihan. Tirotoksikosis dibagi menjadi 2 yang pertama
kelainan yang disebabkan oleh hipertiroidisme dan kelainan yang tidak
disebabkan hipertiroid dan yang membedakan adalah dengan pemeriksaan
RAIU ( radioaktif iodin uptake).
D. ETIOLOGI
F. MANIFESTASI KLINIS
Hipertiroidisme pada penyakit Graves adalah akibat antibody reseptor thyroid
stimulating hormone (TSH ) yang merangsang aktivitas tiroid, sedang pada Goiter
multinodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri.
Perjalanan penyakit hipertiroidisme biasanya perlahan- lahan dalam beberapa
bulan sampai beberapa tahun. Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan
berat badan, kelelahan, tremor, gugup, berkeringat banyak, tidak tahan panas,
palpitasi dan pembesaran tiroid.
G. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga
kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke salam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
5-15 kali lebih besar dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin
yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan
reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan
yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH
yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek
pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone
tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi
inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
PATHWAY
Hipotalamus
Hipertiroid
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Tes ambilan RAI : meningkat
T4 dan T3 serum : meningkat
T4 dan T3 bebas serum : meningkat
TSH : tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
Tiroglobulin : meningkat
Stimulasi TRH : dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH
Ambilan tiroid131: meningkat
Ikatan proein iodium : meningkat
Gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal).
Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
Fosfat alkali dan kalsium serum : meningkat.
Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal
Elektrolit : hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau
efek dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalsemia terjadi dengan
sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
Katekolamin serum : menurun.
Kreatinin urine : meningkat
b. Radiologi
Skanning tyroid
USG thyroid
c. Lain- lain
Pemeriksaan elektrokardiografi ( EKG) : fibrilasi atrium, waktu sistolik
memendek, kardiomegali.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Bare & Suzanne, (2002) sebagai berikut :
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Obat anti tiroid: Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih,
pasien mengalami gejala hipotiroidisme.
Contoh obat adalah sebagai berikut :
a) Thioamide
b) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
c) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000
mg/hari
d) Potassium Iodide
e) Sodium Ipodate
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejala-
gejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol
Indikasi:
a) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien
muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis.
K. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Bare & Suzanne, (2002) sebagai berikut:
1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan
karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.
Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves
2. Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung
3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat,
derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan
emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang
berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis
dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan
menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan
menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan
untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glukokortokoid, dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan
untuk menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data biografi : nama, umur, alamat, status, jenis kelamin, tanggal MRS, diagnosa
medis, keluarga yang dapat dihubungi, catatan kedatangan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama :
Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan, badan terasa
lemas, sering gemetaran, keringat berlebih dan jantung berdetak cepat
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh gemetaran,
badan terasa lemas, mual, muntah, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya penyakit bukan merupakan penyakit keturunan, dan bisa juga ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami
oleh pasien.
d. Riwayat kesehatan dahulu :
Biasanya penyakit hipertiroid ini gejalanya timbul dalam waktu yang lama
dan belum terasa oleh pasien, dan merupakan penyakit yang susah
disembuhkan dan membutuhkan pengobatan yang kontinu.
3. Data dasar
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif :
Insomnia, sensitivitas meningkat
Otot lemah, gangguan koordinasi
Kelelahan berat
Data Obyektif :
Atrofi otot
b. Sirkulasi
Data Subyektif :
Palpitasi
Nyeri dada
Data Obyektif
Disritmia ( hibrilasi atrium ), irama galop, murmur
Peningkatan tekanan darah, takikardi saat istirahat
Sirkulasi kolaps
c. Integritas ego
Data Subyektif :
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik
Data Obyektif :
Emosi labil ( euforia sampai delirium ), depresi
d. Eliminasi
Data Subyektif :
Urin dalam jumlah banyak
Perubahan dalam feses : diare
e. Makan/Minum
Data Subyektif :
Kehilangan BB yang mendadak
Nafsu makan yang meningkat, makan banyak, makan sering,
kehausan. Mual muntah
Data Obyektif :
Pembesaran tiroid, goiter
Edema non pitting terutama daerah pretibial
f. Sensori Neuroal
Data Obyektif :
Bicara cepat dan parau
Gangguan status mental dan prilaku seperti bingung, gelisah, peka
rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma
Tremor halus pada tangan , tanpa tujuan, beberapa bagian
tersentak-sentak
Hiperaktif reflekstenon dalam (RTD)
g. Nyeri/Kenyamanan
Data Subyektif :
Nyeri orbital, fotofobia
h. Respirasi
Tanda :
Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea
Dispnea
i. Keamanan
Data Subyektif :
Tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan
Alergi terhadap iodium 9 mungkin digunakan pada pemeriksaan
Data Obyektif :
Suhu meningkat diatas 37,4 C, diaforesis
Kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan
lurus
Eksoptalmus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair. Pruritus,
lesieritema ( sering terjadi pada pretibial yang menjadi sangat
parah )
j. Seksualitas
Data Obyektif :
Penurunan libido, hipominoreal, aminoreal dan impoten
k. Penyuluhan/Pembelajaran
Data Subyektif :
Riwayat keluarga yang mengalami masalah trioid
Riwayat hipotiroidis, terapi hormon tiroid atau pengobatan
antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan
pembedahan triodektomi sebagian
Riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikimia,
gangguan jantung trauma, pemeriksaan rontgen dengan zat kontras
B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
2. Keletihan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi, peka rangsang dari syaraf karena gangguan kimia tubuh.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya metabolisme, mual, muntah, diare, kekurangan insulin yang relatif,
hiperglikemi.
4. Kerusakan integritas jaringan mata berhubungan dengan perubahan mekanisme
perlindungan dari mata
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan 1. Hipotensi umum
jantung asuhan keperawatan darah pada atau ortostatik
berhubungan selama ….x24 jam posisi baring, dapat terjadi
dengan hipertiroid diharapkan klien akan duduk dan sebagai akibat dari
tidak terkontrol, mempertahankan berdiri jika vasodilatasi perifer
keadaan curah jantung yang memungkinkan yang berlebihan
hipermetabolisme, adekuat sesuai . Perhatikan dan penurunan
peningkatan beban dengan besarnya volume sirkulasi.
kerja jantung kebutuhan tubuh, tekanan nadi.
dengan kriteria : 2. Periksa 2. Merupakan tanda
normal pasien
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997).Implementasi keperawatan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Jadi, implemetasi
keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan
pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan
cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
E. Evaluasi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
o Nadi perifer dapat teraba normal
o Vital sign dalam batas normal.
o Pengisian kapiler normal
o Status mental baik
o Tidak ada disritmia
2. Keletihan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi, peka rangsang dari syaraf karena gangguan kimia tubuh.
o Kecemasan menurun
o Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik
o Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan
o Mempertahankan kemampuan untuk berkonsentrasi
o Glukosa darah adekuat
o Istirahat cukup
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya metabolisme, mual, muntah, diare, kekurangan insulin yang relatif,
hiperglikemi.
o Adanya peningkatan berat badan
o Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
o Tidak ada tanda tanda malnutrisi
o Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
4. Kerusakan integritas jaringan mata berhubungan dengan perubahan mekanisme
perlindungan dari mata
o Mempertahankan kelembaban membran mukosa mata dan terbebas dari ulkus.
o Mengidentifikasi tindakan memberikan perlindungan pada mata dan
mencegah komplikasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
o Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
o Mukosa bibir lembab
o Suhu dalam batas normal (S : 36-37,5 0C )
DAFTAR PUSTAKA
OLEH :
KELOMPOK 1
2015