Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
Kelompok 1 :
Aryani (1801103010011)
Rahmi (1801102010014)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq,
hidayah serta inayahnya serta begitu besar kenikmatan yang sangat besar yang telah
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Selanjutnya kami tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Muchlinarwati, SE., MA. selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Agama yang senantiasa dengan penuh kesabaran membimbing kami demi
tersusunnya makalah ini.
Kami berharap dengan tersusunya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca serta dapat diambil hikmahnya. Dan kami berharap semoga pembaca
berkenan memberikan tanggapan, saran dan kritik demi perbaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB 1 Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memang harus mengetahui apa yang akan di kerjakan sehingga bias
mendapatkan hal-hal yang baik dan menggunakan akal sehat, jika ia bertanya
kepada diri sendiri, “Bagaimana saya ada?” ia akan menjawab, “Saya ada entah
bagaimana!” Dengan penalaran demikian, ia akan menjalani kehidupan tanpa
pernah merenungkan masalah-masalah seperti itu.
Dalam perenungan ini, ia tidak perlu takut seperti yang dirasakan sebagian manusia
untuk mencapai kesimpulan “Saya telah diciptakan”. Orang yang tak mau
merenungkan hal ini sebenarnya tidak ingin bertanggung jawab pada sang Pencipta.
Mereka takut harus mengubah gaya hidup, kebiasaan, dan ideologi jika mengaku
telah diciptakan. Oleh karena itu, mereka lari dari ketaatan kepada Pencipta mereka.
Demikianlah sikap yang diambil orang-orang yang mengingkari Allah dan
“mengingkari (tanda-tanda kekuasaan-Nya) karena kezaliman dan kesombongan
mereka, padahal hati mereka meyakini kebenarannya” (QS. An-Naml, 16: 14).
Sebaliknya, seseorang yang menilai keberadaan dirinya dengan kearifan dan akal
sehat, akan melihat dalam dirinya hanya tanda-tanda penciptaan Allah. Ia mengakui
bahwa keberadaannya bergantung pada kerja sama antara ribuan sistem rumit, yang
tak satu pun ia ciptakan atau ia kendalikan. Ia memahami fakta bahwa “ia
diciptakan”. Dengan mengenal Penciptanya, ia berusaha me-mahami untuk tujuan
apa ia “diciptakan” Tuhan.
Bagi siapa pun yang berusaha memahami makna ciptaan Tuhan, terdapat kitab
petunjuk: Al Quran. Kitab ini adalah panduan yang diberikan kepada semua
manusia yang diciptakan Tuhan di muka bumi. Bahwa fenomena penciptaan itu
terjadi sesuai dengan uraian yang ada dalam Al-Quran membawa arti sangat penting
bagi orang-orang yang berakal.
4
1.3 Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani,
dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang
tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan
konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya
dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga
seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu
sama lain serta pertolongan.
“Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan
rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang”
“Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir,
dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh),
manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan”
ERBE SENTANU
6
“Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban
tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun
pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan”
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-
insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka,
senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia
(jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak
Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam. Namun dalam Al-Quran dan Al-
Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki
berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan
di dunia dan akhirat. Allah pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan
informasi lewat wahyu Al-quran dan kenyataan yang tampak pada diri manusia.
Informasi itu diberikan melalui ayat-ayat Al-Quran, hal ini dilakukan agar manusia
berusaha mencari, meneliti, memikirkan, dan menganalisa.
Menurut istilah.
Di abad 19, gagasan yang umum adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan
materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada
selamanya.
Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya terdapat kehidupan
biotic maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat diungkapkan
maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia. Atau ada pula yang
mengatakan bahwa pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan
makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran sangat
kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba, dan sebagainya. Sedang makrokosmos
7
adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang,
planet, dan galaksi.
Manusia berusaha memahami alam semesta ini dari zaman dahulu bahkan
sampai sekarang. Pada jaman kejayaan Yunani, orang percaya bahwa Bumi
merupakan pusat dari alam semesta ini (Geosentrisme). Namun, berkat pengamatan
dan pemikiran yang lebih tajam, pandangan itu berubah sejak Zaman abad
pertengahan yang dipelopori oleh Copernicus menjadi Heliosentrik, yaitu matahari
menjadi pusat beredarnya bumi dan planet-planet lain.
Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, herman bondi, thomas Gold ( 1948 ). Teori
ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta,
dimana pun dan bilamanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebutlah alam
semesta terjadi pada suatu saat tertentu dimasa yang telah lalu sampai sekarang.
Segala sesuatu di alam semesta ini selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi
saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan, bahwa
galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama.Dengan kata
lain bahwa tiap-tiap galaksi yang terbentuk, tumbuh, menjadi tua, dan akhirnya
mati, jadi, teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya dan
tak terhingga tuanya ( Tanpa awal dan tanpa akhir ).
Teori ledakan ini bertolak dari asumsi adanya suatu massa yang sangat besar dan
mempunyai berat jenis yang juga sangat besar. Kemudian massa tersebut meledak
dengan hebat karena adanya reaksi inti (George Lemaitre, 1930). Massa itu
kemudian berserak mengembang dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan.
Setelah berjuta-juta tahun, massa yang berserak itu membentuk kelompok-
kelompok galaksi yang ada sekarang. Mereka harus bergerak menjauhi titik
pusatnya. Teori ini didukung oleh kenyataan dari pengamatan bahwa galaksi-
galaksi itu memang bergerak menjauhi titik pusat yang sama. Selain itu, teori ini
didukung oleh pakar astronomi Arno Penzias dan Robert Wilson yang menemukan
radiasi gelombang mikro.
8
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia
di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah
dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa
sehari-hari disebut sebagi alam semesta. Alam semesta merupakan ciptaan Allah
yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam
semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan
geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah
segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu
kesatuan system yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering
juga disebut dengan alam fisik karene alam syahadah merupakan alam yang dapat
dicapai oleh indera manusia baik dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda
dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera. Alam syahadah dapat
dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam zarrah (mikrokosmos). Dan
dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al Quran
menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud
yang arif, yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya.
Banyak terdapat penjelasan tentang proses terbentuknya langit dan bumi di dalam
Al Qur’an, salah satunya:“Dan sumgguh, kami telah menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami tidak merasa letih
sedikitpun.” (Qs. Qaf: 38).
Dari ayat di atas sudah dapat dipahami bahwa pencipta langit dan bumi beserta
seluruh isinya ialah Allah proses penciptaan tersebut terjadi selama enam masa,
namun sebenarnya banyak yang berbeda pendapat dalam menafsirkannya mulai
dari enam hari, enam masa, enam periode, dan enam tahapan. Satu hari bukan
berarti 24 jam, dalam Al Qur’an pun diumpamakan secara berbeda-beda, ada yang
1.000 tahun (Qs. Al Hajj: 47) dan 50.000 tahun (Qs. Al-Ma’arij: 4), belum ada
penafsiran pasti tentang itu.
“Apakah penciptaanmu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya?
[27], Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyemperunakannya [28], dan Dia
menjadikan malamnya (gelap gulita) dan menjadikan siangnya (terang benderang)
9
[29], dan setelah itu bumi Dia hamparkan [30], darinya Dia pancarkan mata air dan
(ditumbuhkan) tumbuhan-tumbuhannya [31], dan gunung-gunung Dia pancangkan
dengan teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan hewan-hewan ternakmu.
[33]”. (Qs. An-Nazi’at: 27-33).
Pada masa atau periode ini, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar
yang disebut Big Bang, ledakan besar tersebut sebagai awal lahirnya ruang dan
waktu, termasuk materi.
Dari ledakan besar tersebut terbentuklah awan debu atau dukhan, ketika dunkhan
berkondensasi sambil berputar dan memadat disitu terbentuk unsur hidrogen, saat
temperature dunkhan mencapai 20 juta derajat selsius, terbentuklah helium dari
reaksi inti sebagian atom hidrogen, lalu sebagian hidrogen yang lain berubah
menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red.
Di ayat tersebut terdapat kalimat “Dia menjadikan malamnya (gelap gulita) dan
menjadikan siangnya (terang benderang)” Masa ini adalah dimana terbentuknya
matahari sebagai sumber cahaya dan bumi berotasi sehingga terjadi siang dan
malam.
Pada masa ini daratan bumi muncul, dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari
dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke
luar. Massa yang terpental ini menjadi planet diantaranya adalah Bumu.
Penghamparan yang dimaksudkan adalah pembentukan superkontinen pangaea di
permukaan Bumi. Ketika bumi baru terbentuk belum ada daratan yang ada hanyalah
batuan-batuan yang berpijar dengan suhu ratusan derajat selsius.
hidrogen yang terdapat pada komet bereaksi dengan unsur-unsur yang ada dibumi
kemudian menjadi uap dan turun sebagai hujan (space)
10
5. Masa kelima (QS.An-Nazi’at:31)
Dalam ayat 31 ini menunjukan bahwa dimana terjadi evolusi bumi dari tidak ada
air menjadi ada air, air tersebut berasal dari komet yang menghantam bumi,
hydrogen yang terdapat pada komet berekasi dengan unsur-unsur yang terdapat di
bumi dan terbentuk uap air, uang air ini kemudian turun sebagai hujan. Bukti air
berasal dari komet ialah rasio deuterium dan hidrogen pada air laut sama dengan
rasio pada komet, semua kehidupan berasal dari air, setelah air muncul kehidupan
seperti tumbuhan-tumbuhan pun bermunculan.
Hubungan manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia sebagai makhluk hidup tentu untuk
mempertahankan hidupnya pastilah membutuhkan alam semesta sebagai tempat
untuk hidup. Akan tetapi disamping itu alam semesta akan dapat terjamin
kelangsungan dan kelestariannya sangat tergantung pada manusia. Dalam konteks
ilmu alam inilah yang disebut dengan simbiosis mutualisme bahwa antara manusia
dan alam semesta memiliki ketergantungan satu sama lain.
Pada dasarnya manusia dengan seluruh potensi yang dimilikinya sangat memahami
bahwa dirinya adalah satu-satunya makhluk yang bertanggung jawab terhadap
kelestarian alam semesta disamping peran sunnatullah yang diemban seluruh
makhluk hidup. Jika mencoba menelusuri secara lebih jauh, maka pada dasarnya
hubungan manusia dengan alam semesta dapat dibagi ke dalam dua bahagian yaitu
hubungan historis dan hubungan fungsional.
11
bumi ini? Makhluk apakah yang menjadi nenek moyang manusia dan
bagaimana proses penurunan dan perubahan-perubahannya?
Ilmu pengetahuan manusia sudah mencoba untuk memberikan jawaban ilmiah
tentang asal usul manusia itu yang diawali dengan teori evolusi Darwin yang
meskipun pada akhirnya temuan ini dianggap sebagai kesimpulan yang
serampangan dan mengaburkan fakta. Seperti temuan Ramapithecus yang
berusia 15 juta tahun dan Oreopithecus yang berusia 12 juta tahun,
Australopithecus yang hidup kira-kira pada 4 juta sampai 600.000 tahun yang
lalu, Pithecanthropus Erectus yang hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu,
Nanderthal yang hidup sekitar 1.000.000-500.000 tahun yang lalu. Akan tetapi
temuan ini masih memunculkan tanda tanya para ahli apakah manusia yang di
kenal sebagai manusia modern seperti sekarang ini merupakan akibat dari
proses evolusi.
Kesenjangan bukti-bukti ilmiah telah melemahkan hipotesis bahwa manusia
adalah perkembangan lebih lanjut dari keluarga pritama. Juka pun ada pada
suatau hari mungkin ditemukan bukti pormula yang menghubungkan manusia
dengan nenek moyang hewan, maka hal itu adalah merupakan lompatan yang
luar biasa pada pertambahan informasi genetic. Hanya dengan lompatan
tersebut terbentuk suatu keturunan dengan ciri-ciri manusiawi yang
mengandung kemungkinan-kemungkinan evolusi meneju bentuk homo
sapiens. Akan tetapi sesungguhnya dari hasil tersebut dapat dimaknai bahwa
sepanjang sejarah manusia sampai sekarang keterkaitan dengan lingkungan
alam semesta sangat tinggi.
12
Penglihatan terhadap hakikat tanpa kekuatan untuk melakukannya akan dapat
memberikan peningkatan moral tetapi tidak akan dapat memberikan
peningkatan kebudayaan yang abadi. Sebaliknya, kekuatan tanpa pengelihatan
cenderung untuk menjadi destruktif dan dan tak berperikemanusiaan.
Keduanya harus digabungkan agar supaya perluasan rohaniah kemanusiaan
dapat terlaksana.
Kemajuan pengetahuan terhadap alam dalam posisi sebagai sumber kehidupan
yang tiada batasnya. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin
terasa hubuna saling ketergantungan antara manusia dan alam semesta ini.
Manusia tunduk dalam hukum-hukum alam fisik dan tak mampu menubahnya,
akan tetapi mampu mengatasinya. Ia dapat mengambil jarak sekaligus menjadi
bagian dari alam.
Namun keharmanisan tidak senantiasa menghiasi hubungan antara manusia
dengan alam semesta. Pada suatu saat, tatkala kehidupannya masih sangat
sederhana, insting-insting manusia berjalan bersesuaian dengan sifat-sifat
hukum alam. Manusia hidup digua-gua, berburu dengan kapak dan panah batu
serta memakan makanan yang alamiah. Tetapi perkembangan pengetahuan
manusia dalam merespons berbagai kesulitan yang terkait dengan penyesuaian
diri dengan alam pada akhirnya membuahkan kreasi-kreasi “mengungguli”
sifat-sifat alam. Eksploitasi terhadap alam merusak keseimbangan hubungan
yang telah berlangsung bermilyar-milyar tahun. Krisis global lingkungan
mengganggu hubungan antara manusia dan alam pada saat ini.
13
dari ciptaannnya memiliki manfaatnya masing-masing, mulai dari ilmu
pengetahuan dimana kita mempelajari tentang planet-planet yang mendapingi dunia
kita sampai dengan galaxi yang dimana semuanya memiliki tujuan nya
masingmasing, contohnya tujuan penciptaan matahari bagi bumi adalah supaya
tumbuhan di bumi dapat tumbuh dengan baik dan contoh lainnya Allah
menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Allah Ta’ala berfirman,
َأَفَ َح ِس ْبت ُ ْم أَنَّ َما َخلَ ْقنَا ُك ْم َع َبثا ً َوأَنَّ ُك ْم ِإلَ ْينَا ََل ت ُ ْر َجعُون
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (QS. Al Mukminun:115).
Allah menciptakan manusia memiliki 2 tujuan yaitu:
14
2.4 Hakikat Manusia dan Alam Semesta
A.Hakikat Manusia
2. Siapakah Manusia?
Ada beberapa term untuk mengungkapkan kodrat manusia : al-Insan, an-
naas, unas, al-ins. Kata Insan berasal dari akar kata uns artinya jinak, harmonis dan
nampak). Insan yang yang berasal dari kata nasiya, artinya lupa. Insan yang berasal
dari kata nasa yang artinya berguncang.
a. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari unsur materi dan
immateri. Unsur materi manusia seperti air, tanah, debu, tanah liat, sari pati tanah,
sari pati air yang hina, tanah hitam seperti tembikar. Dari berbagai perspektif ayat
tersebut dapat dipahami bahwa unsur materi yang menjadi asal kejadian manusia
adalah dua unsur yaitu tanah dan air.
b. Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari dimensi materi dan ruhani.
c. Manusia memiliki fitrah, yaitu adanya kecenderungan menuju jalan keimanan
(tauhid).
d. manusia dibekali dengan berbagai kelebihan
e. manusia dibekali dengan berbagai kelebihan
Eksistensi Manusia
dimensi,diantaranya:
15
Dimensi kedua : manusia memiliki ilmu dan pengetahuan.
Dimensi ketiga: manusia bersinergi atas kebajikan etis.
Dimensi keempat: manusia mempunyai kecenderungan keindahan.
Dimensi kelima: manusia mempunyai kecenderungan dalam hal pemujaan
dan pengkudusan.
Dimensi keenam: manusia adalah makhluk serba bisa.
Dimensi ketujuh: manusia memiliki pengetahuan diri.
Dimensi kedelapan: manusia mempunyai pengembangan bakat.
Faktor lain yang mendorong manusia untuk senantiasa meneliti alam semesta
karena ada rasa ingin tahu (curiosity) sehingga diwujudkan dalam bentuk
bertanya dan berfikir.
a. Istilah alam
Istilah alam yang kita pakai adalah “alam semesta, jagat raya, universe
(inggris), dalam bahasa arab disebut ‘alam. Istilah alam dalam al-qur’an datang
dalam bentuk jamak [ ‘alamiina], disebut sebanyak 73 kali yang termaktub
dalam 30 surat. Pemahaman kata ‘alamin, bentuk jamak al-quran tersebut
mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia. Bagi kaum teolog,
mendefenisikan alam sebagai “segala sesuatu selain Allah”. Bagi filosof Islam,
alam didefenisikan sebagai “ kumpulan maddat(materi) dan shurat (bentuk) yang
ada di bumi dan di langit. Sedangkan perspektif al-qur’an alam adalah “
kumpulan yang sejenis dari makhluk Tuhan yang berakal atau memiliki sifat-
sifat yang mendekati makhluk berakal.
Manusia terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.
16
a. Jasad
Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan
diciptakan dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui
proses yang dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai
sebagiannya menjadi sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang
sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq: 5-7). Sperma
dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah),
kemudian menjadi yang dililiti daging dan kemudian diisi tulang dan dibalut
lagi dengan daging.
b. Ruh
Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada
janin dalam kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad
27) ketika janin berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa
dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan,
yang dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.
Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk:
1. Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193).
2. Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah: 22).
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap
menerima beban perintah-perintah Allah dan sebagai orang yang dibekali
dengan ruh, seharusnya ia selalu meningkatkan keimanannya terhadap
Allah. Hal itu berarti mereka yang tidak ada usaha untuk menganalisa
wahyu Allah serta tidak pula ada usaha untuk menguatkan keimanannya
setiap saat berarti dia mengkhianati ruh yang ada dalam dirinya.
c. Nafs
Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an
menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada
Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat
185. Hadist menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam barzah
sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa
kembali secara sempurna dengan tanah.
Al-Quran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:
1. Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas
memberikan pengertian bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah
kejahatan.
2. Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari
penjelasan ayat tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs
17
lawwamah ini adalah jiwa yang condong kepada dunia dan tak acuh
dengan akhirat.
3. Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah
ini adalah jiwa yang mengarah ke jalan Allah untuk mencari ketenangan
dan kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagi orang yang tidak menggunakan akal sehat, jika ia bertanya kepada diri
sendiri,“Bagaimana saya ada?” ia akan menjawab, “Saya ada entah
bagaimana!” Dengan penalaran demikian, ia akan menjalani kehidupan tanpa pernah
merenungkan masalah-masalah seperti itu. Akan tetapi, orang yang berakal semestinya
merenungkan bagai-mana ia diciptakan, dan menentukan makna hidupnya sesuai
dengan hasil perenungannya. Dalam perenungan ini, ia tidak perlu takut seperti yang
dirasakan sebagian manusia untuk mencapai kesimpulan “Saya telah diciptakan”.
Orang yang tak mau merenungkan hal ini sebenarnya tidak ingin bertanggung jawab
pada sang Pencipta. Mereka takut harus mengubah gaya hidup, kebiasaan, dan ideologi
jika mengaku telah diciptakan. Oleh karena itu, mereka lari dari ketaatan kepada
Pencipta mereka. Demikianlah sikap yang diambil orang-orang yang mengingkari
Allah dan “mengingkari (tanda-tanda kekuasa-an-Nya) karena kezaliman dan
kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini.
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya,
karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf dan lupa.
19
DAFTAR PUSTAKA
20