Professional Documents
Culture Documents
NAPZA
Oleh :
Kelompok V
Disusun Oleh :
Penulismemanjatkan puji dan syukuratas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat dan Karunia-Nya lah sehingga proposal pendidikan kesehatan yang membahas
tentang “NAPZA” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu tugas dari mata
kuliah KEPERAWATAN KOMUNITAS III.
Penulis menyadari laporan kunjungan keperawatan komunitas II ini masih jauh dari
harapan pembaca yang mana di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem
penulisan maupun isi.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun sehingga dalam laporan kegiatan kunjungan berikutnya dapat diperbaiki serta
ditingkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kunjungan keperawatan komunitas III
ini.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahaya narkoba sudah merasuk dalam kehidupan kita, bahkan telah membahayakan
bangsa. Ini memang bukan persoalan ringan karena perdagangan narkoba telah memiliki
jaringan internasional. Sampai tahun 2000, di Indonesia tercatat 2 juta orang korban dari
berbagai usia dan latar belakang. Untuk mencegah bukanlah hal yang mudah karena harus
berhadapan dengan jaringan internasional. Dari data yang terkumpul, transaksi narkoba di
seluruh dunia diperkirakan mencapai 390 miliar rupiah per hari. Jejak narkoba ada dimana-
mana, meskipun bersamaan dengan itu kita juga menemukan spanduk berslogankan “bebas
narkoba”. Di belakang spanduk-spanduk itu masih berjalan transaksi narkoba. Pemakaiannya
berasal dari berbagai tingkat usia dengan berbagai latar belakang dan profesi.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA)
atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/
Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,
multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar
golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi
pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau
standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat
merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya
penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota
kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah
bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA
paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran
strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya
dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor
kesehatan memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA.
Narkoba berperan besar dalam proses penghancuran sebuah negara. Efeknya sangatlah
dahsyat sehingga pecandu narkoba sering disebut sebagai lost generation. Biasanya mereka
yang sudah mengkonsumsi narkoba, sangat sedikit yang bisa melepaskan diri dari narkoba
alias sangat tergantung pada barang haram tersebut. Pada saat krisis seperti sekarang ini
narkoba menjadi obat penenang sehingga bisa meninabobokan orang. Barang terlarang itu
sering muncul dalam obat yang mengandung zat adiktif.
Dalam angka memerangi narkoba itu keluarga mempunyai peran yang sangat besar.
Paling tidak melalui keluarga diharapkan dapat dilakukan pencegahan secara dini. Lewat
keluarga diharapkan dapat kembali menjadi tempat sebagai suka dan duka, berbeda pendapat,
saling menghargai dan mencintai sehingga anggota keluarga dapat terhindar dari bahaya ini.
Karena itu keluarga harus dibekali dengan berbagai pengertian tentang bahaya narkoba.
Namun demikian krisis yang melanda bangsa dan negara telah merebak ke dalam
kehidupan keluarga. Krisis itu tidak hanya menyangkut moneter dan ekonomi, tetapi juga
krisis kepercayaan, krisis relasi antara manusia, bahkan krisis kemanusiaan. Masa krisis itu
ditandai dengan bencana yang sangat besar akibat globalisasi, yaitu bahwa kaum muda
terancam oleh narkoba, dimana hal ini berarti penghancuran bagi masa depan bangsa.
Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu
sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang kesehatan
jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara lebih
profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA. Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, diharapkan klien dapat memahami bahaya
napza.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pemuda-pemudi dusun Kayunan dapat :
a. Mengetahui pengertian dan jenis-jenis napza.
b. Mengetahui penyebab penggunaan napza dan gejala klinis penyalahgunaan
napza.
c. Mengetahui dampak pecandu napza.
d. Memahami pencegahan penggunaan napza di kalangan remaja.
e. Memahami undang-undang penyalahgunaan Napza.
C. Manfaat
Promosi atau Pendidikan Kesehatan di Sekolah apabila dilakukan secara kontinyu dan
berkesinambungan akan sangat bermanfaat dalam rangka merubah perilaku dari yang
kurang baik kepada yang lebih baik. Satu hal lagi anak sekolah adalah sebagai agent of
change (agen perubahan) yang diharapkan dapat memberikan motivasi terhadap para
orang tua serta anggota keluarga yang lainnya, cepat atau lambat maka program
kesehatan ini akan dapat dipahami oleh masyarakat luas. Sebagaimana tujuan Promosi
Kesehatan adalah “Knowledge, Attitude, Practice” agar Tahu, Mau dan Mampu
melaksanakan program kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini
jajaran/praktisi kesehatan dituntut untuk tidak bosan-bosannya melakukan Promosi
Kesehatan kepada siapapun, dimanapun dan kapanpun.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Napza
Napza adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi
seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan
fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya.
2.2 Narkotika :
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
terdiri dari 3 golongan :
a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
b. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.
c. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
2.3 Psikotropika :
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
b. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
c. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
d. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam (
BK, DUM ).
2.4 Zat Adiktif Lainnya :
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari –
hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau
Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol :
1) Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
2) Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
3) Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny
Walker ).
b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem,
Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
2.5 Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat
digolongkan menjadi 3 golongan :
a. Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda
( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik (obat tidur) dan
Tranquilizer (anti cemas ).
b. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi
tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
c. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek
halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan
daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh:
Kanabis ( ganja ).
Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman
sebaya.
3) Di Lingkungan Masyarakat :
Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna /
mangsanya.
Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah
menjadi ketergantungan.
Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian,
pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
Meningkatnya kecelakaan.
2.11 UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA :
Upaya pencegahan meliputi 3 hal :
a. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA
dan melakukan intervensi.Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja
yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu
melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA Upaya
pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat
menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
b. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan
NAPZA.
c. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.
SUB POKOK BAHASAN : Pengertian dan jenis-jenis napza, penyebab penggunaan napza
I. Latar Belakang
Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu
sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang
kesehatan jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan
secara lebih profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Kondisi diatas mengharuskan pula
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif
dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di masyarakat.
Setelah selesai mengikuti penyuluhan selama 1x45 menit diharapkan siswa SMA N 1
Ngaglik kelas XI S2 mengetahui bahaya napza.
IV. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
V.Media
a. Leafleat
b. Power Point
Perkenalan. Mendengarkan.
Menjelaskan dampak
pecandu napza.
Menjelaskan pencegahan
penggunaan napza di
kalangan remaja.
Menjelaskan undang-
undang, penyalahgunaan
napza.
Menjawab salam.
VIII. Materi
1. Pengertian Napza
2. Jenis-jenis Napza
a. Narkotika
yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, menghilangkan rasa nyeri menurut undang – undang nomor 22 tahun
1997 narkoba di bagi menurut potensi yang menyebabkan ketergantungan.
1) Narkotika golongan I
Contoh : heroin, kokain dan ganja
2) Narkotika golongan II
Contoh : morfin, penitin dan metadon
3) Narkotika golongan III
Contoh : kodein
b. Psikotropika
Yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf dan
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Menurut potensi yang dapat menyebabkan ketergantungan psikotropika di
bagi menjadi :
1) Psikotropika golongan I
Contoh : MDMA (ekstasi ), LSD dan STP
2) Psikotropika golongan II
Contoh : amfetamin, metam fetamin (sabu), fensikidin dan
ritalin 3) Psikotropika golongan III
Contoh : pentobarbitar dan flunitrazepam
4) Psikotropika golongan IV
Contoh : diazepam, klobazam, fenobarbitas, barbital, klorazepam, klodia
zeposide dl.
c. Zat Psiko-aktif lain
Yaitu zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang
berpengaruh pada kerja otak.
Yang sering disalah gunakan adalah :
1) Alkohol terdapat dalam minuman keras
2) Inhalansia atau solven yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang
terdapat pada berbagai keperluan pabrik, kantor dan rumah tangga
3) Nikotin terdapat pada tembakau
4) Kafein pada kopi, minuman penambah energi dan obat sakit kepala
tertentu.
Penggolongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain menurut
organisasi kesehatan atau WHO adalah :
1) Ganja
Opiodia : Mengurangi rasa nyeri, turunnya kesadaran opium marfin,
hendin. Ganja menyebabkan perasaan riang dan meningkatkan daya
khayal.
2) Kokain dan daun koka tergolong stimulansia .
3) Golongan amfetamin (stimulansia) amfetamin ektasi, sabu.
4) Alkohol terdapat pada minuman keras.
5) Halusinogen memberikan halusinasi (khayal) LSD
6) Setadira dan hipnotika
7) PCP (fensiklidin)
8) Solven dan inhalasi gas atau uap yang di hirup
9) Nikotin terdapat pada tembakau
10) Kafein terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau
nyeri dan minuman kola.
3. Penyebab
a. Faktor individual
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang
mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri-ciri
remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA, seperti
kurang percaya diri, mudah kecewa, agresif, murung, pemalu, pendiam dan
sebagainya.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan
kurang baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat,
seperti komunikasi orang tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai,
kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, acuh, orang tua otoriter dan sebagainya.
X. Daftar Pustaka
Simuh, dkk., Tasawuf dan Krisis, Semarang, Pustaka Pelajar, 2001.
PAPAN TULIS
Keterangan :
: Penyaji terdiri dari 1 orang
4.1 Kesimpulan
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik
dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan sebagainya. Orangtua
bisa berperan sebagai pemberi informasi yang benar tentang narkoba pada anaknya,
sebagai pengawas, sebagai pembimbing, mengenal teman anak-anak dan bekerja
dengan orang tua lain dan guru.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan remaja melakukan penyalahgunaan
narkoba adalah dari ajakan, bujukan dan iming-iming teman atau anggota kelompok
sebaya, ketidaktahuan akan bahaya narkoba atau tidak memikirkan akan bahaya
narkoba dan adanya orang tua yang tidak acuh dan tidak mengadakan pengawasan
terhadap anaknya.
Cara melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja yaitu
dengan menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, harmonis, komunikatif, terbuka,
penuh perhatian dan kasih sayang diantara anggotanya, merupakan bagian penting dari
upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.
4.2 Saran
a. Mahasiswa ataupun remaja perlu mengadakan pertahanan diri dari bahaya narkoba
yang selalu mengancam.
b. Agar mahasiswa ataupun remaja yang terlibat dalam narkoba harus selalu jujur
dan giat belajar, agar ada yang membantu supaya siswa yang terkena narkoba
jangan lagi bergaul dengan preman/pecandu.
DAFTAR PUSTAKA