Professional Documents
Culture Documents
Blok 7.1
KELOMPOK 6B
Seslastri Randeni G1A115028
Laila Hanifah G1A115029
Ulfadiya Putri G1A115045
Hairon Dhiyaulhaq G1A115046
Regina Dwindarti Darosty G1A115064
Febrima Cahyani G1A115065
Cyndi Natalia Susanto G1A115066
Novia Martha Theresya G1A115097
Siti Agusriantina G1A115099
Dinda Asri Aisyah G1A115100
Dino membaca surat kabar hari ini yang memberitakan adanya kejadian hepatitis A pada
anak-anak di SDN 06 Jambi. Dinas Kesehatan Jambi sudah melakukan investigasi dan
mendapatkan bahwa sumber penyebaran dari kantin sekolah yang menjual jajanan yang
sangat ramai saat jam istirahat. Keadaan sanitasi dan pengelolaan limbah di sekitar sekolah
masih belum baik, sehingga memungkinkan terjadinya penyakit-penyakit berbasis
lingkungan. Dinas Kesehatan dalam rangka penanganan lebih lanjut meminta kepada pihak
sekolah agar melaksanakan prinsip dasar sanitasi, sanitasi makanan dan minuman serta
melakukan langkah-langkah pengelolaan sanitasi di tempat-tempat umum.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Hepatitis A : Penyakit infeksi akut pada hati yang
disebabkan virus hepatitis A (HAV), yang
paling sering ditularkan melalui jalur fecal-oral
melalui makanan yang terkontaminasi atau air
minum.1
Jawab :
Jawab :
Ada tempat cuci tangan, ada tempat penyimpanan alat makan, ada ventilasi,
ada tempat pembuangan sementara yang berjarak 20 m
7. Apa hubungan tempat jajan yang ramai dengan hepatitis A?
Jawab :
Kemungkinan karena hygienitas tidak baik, kontak fisik, sanitasi lingkungan tidak baik
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Virus
ini menyebar terutama bila (dan tidak divaksinasi) tidak terinfeksi orang ingests
makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang yang terinfeksi. Penyakit ini
sangat erat kaitannya dengan kurangnya air bersih, sanitasi yang tidak memadai dan
kebersihan pribadi yang buruk.3
Jawab :
a. Penularan
Hepatitis virus A ditularkan terutama melalui jalur fecal-oral. Bisa terjadi
ketika orang yang tidak terinfeksi mengkonsumsi makanan atau air yang telah
terkontaminasi dengan tinja orang yang terinfeksi. Wabah ditularkan melalui air,
meskipun jarang terjadi, biasanya berhubungan dengan limbah terkontaminasi.
Virus ini juga dapat ditularkan melalui kontak fisik dekat dengan orang yang
terinfeksi, meskipun kontak biasa antara orang-orang tidak menyebarkan virus.6
b. Pencegahan
Dapat dilakukan melalui menghindari kontak dengan pasien, meningkatkan
higienitas individu (cuci tangan, makan makanan bersih, dan sebagainya), maupun
vaksinasi hepatitis A.
Vaksinasi hepatitis A berupa injeksi immunoglobulin 1 mL IM yang diulang
setiap 6-18 bulan tergantung vaksin, dengan efektifitas yang mencapai 80-100%.
Vaksinasi tersebut diindikasikan bagi individu berikut:
- Individu yang akan pergi ke tempat endemis. Vaksinasi diberikan 2 minggu
sebelum keberangkatan
- Pasien dengan penyakit hati kronis vaksinasi hepatitis A. Namun, efektifitas
vaksinasi pada kelompok dengan penyakit hati lanjut atau imunokompromi
lebih rendah.
- Pasien dengan potensi hepatitis A tinggi yakni sosioekonomi rendah,
kebersihan air dan sanitasi yang buruk.
Vaksin hepatitis A belum direkomendasikan pada pasien berusia <2 tahun.
Saat ini, vaksin yang tersedia berupa Havrix® danVaqta®.6
Jawab :
Masa inkubasi hepatitis A bervariasi antara 14-28 hari dengan gejala klinis yang
juga bervariasi mulai dari asimtomatik hingga simtomatik, tergantung pada usia. Pada
anak berusia <6 tahun, sekitar 70% kasus tidak menunjukkan gejala spesifik, sedangkan
pada kasus dewasa sekitar 85% memperlihatkan gejala dan membutuhkan rawat inap. Gejala
yang terjadi dapat berupa demam, tidak nafsu makan, diare, mual, rasa tidak nyaman di
perut, kemih berwarna gelap, dan warna kuning pada kulit serta mata. Pada umumnya,
gejala bertahan sekitar 2 bulan, tetapi pada kasus tertentu dapat melanjut hingga 6
bulan.
Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi asimptomatik tanpa
ikterus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan
kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase
inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen
(penyembuhan).7
1. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase ini
berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada dosis
inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase
inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari,
dengan rata-rata 28-30 hari.
3. Fase Ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan munculnya
gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Akhir dari prodromal dan awal dari fase
klinis di tandai dengan urin yang berwarna coklat, urobilinogenuria persisten,
proteinuria ringan dan microhaematuria dapat berkembang. Feses biasanya acholic, dengan
terjadinya ikteric (60-70% pada anak-anak, 80-90% pada dewasa). Sebagian gejala
mereda, namun demam bisa tetap terjadi. Hepatomegali, nyeri tekan hepar
splenomegali, dapat ditemukan. Akhir masa inkubasi LDL dapat meningkat sebagai
espresi duplikasi virocyte, peningkatan SGOP, SGPT, GDH. Niali Transaminase
biasanya tidak terlalu diperlukan untuk menentukan derajat keparahan.
Peningkatan serum iron selalu merupakan ekspresi dari kerusakan sel hati. AP
dan LAP meningkat sedikit. HAV RNA terdeteksi sekitar 17 hari sebelum SHPT
meningkat dan beberapa hari sbelum HAV IgM muncul. Viremia bertahan selama rata-
rata 79 hari setelah peningkatan GPT , durasinya sekitar 95 hari.
Jawab :
Jawab :
Diagnosis yang didasarkan atas pemeriksaan klinis saja mudah salah, sering
tanda atau gejala dari banyak penyakit adalah tidak begitu khas untuk dapat
menegakkan suatu diagnosis. Beberapa faktor penyulit lain seperti banyak penderita
tidak memperlihatkan sindroma yang khas bagi penyakit mereka, serta dimungkinkan
banyak serotipe dari spesies penyebab penyakit menular terdapat secara bersamaan di
masyarakat. Oleh karena itu, bila mungkin harus dilakukan pemeriksaan laboratorium
untuk memastikan diagnosis.Namun karena beberapa konfirmasi laboratorium
membutuhkan waktu, maka kriteria tanda-tanda dan gejala-gejala suatu penyakit
seperti pada daftar dibawah dapat dipertimbangkan untuk menetapkan diagnosis
lapangan.Selanjutnya dapat ditetapkan orang-orang yang memenuhi kriteria/gejala
seperti dalam tabel 1 dapat dikategorikan sebagai kasus, sebaliknya orang-orang yang
tidak memenuhi kriteria/gejala dapat dikeluarkan dari kasus.
Bila diagnosis lapangan telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung jumlah kasus dengan cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-
tanda dan gejala-gejala yang ada pada kasus. Ini dilakukan dengan cara: pertama
pertama, mendaftarkan semua tanda dan gejala yang dilaporkan kasus. Kedua,
menghitung jumlah kasus yang mempunyai tanda dan gejala tertentu.Kemudian
menghitung persen kasus yang mempunyai tanda atau gejala itu.Untuk memudahkan
penafsiran hasilnya, Tanda-tanda dan gejala-gejala itu sebaiknya disusun ke bawah
menurut urutan frekuensinya seperti tabel dibawah.8
Tabel 1. Frekuensi Gejala pada Kasus-Kasus Suspek Hepatitis A di Desa “SMP
Contoh”, Desember 2009
Apabila dicurigai terjadi suatu KLB, harus dilakukan penghitungan awal dari
kasus-kasus yang tengah berjalan (orang-orang yang infeksinya atau keracunannya
terjadi di dalam periode KLB) untuk memastikan adanya trekuensi kasus baru yang
"berlebihan".Pada saat penghitungan awal itu mungkin tidak terdapat cukup informasi
mengenai setiap kasus untuk memastikan diagnosis.Dalam keadaan ini, yang paling
baik dilakukan adalah memastikan bahwa setiap kasus benar-benar memenuhi kriteria
kasus yg telah ditetapkan.
Laporan kesakitan yang diterima oleh dinas kesehatan segera dapat diolah
untuk penghitungan kasus. Di samping catatan Dinas Kesehatan, sumber-sumber
tambahan lain seperti dokter, rumah sakit atau klinik, dan laboratorium penting untuk
diperhitungkan. Hubungan dengan dokter-dokter praktek kadang-kadang
menyingkapkan kasus-kasus yang didiagnosis tetapi tidak dilaporkan, dan juga kasus-
kasus tersangka yang diagnosisnya belum dapat ditegakkan.Rumah sakit dan klinik
dapat memberikan informasi klinis dan laboratorium mengenai kasus-kasus yang
dirawat.Mereka harus didorong untuk melaporkan hasil tes diagnosis para tersangka
secepatnya.
Kasus-kasus yang telah diketahui beserta orang-orang di sekitarnya
merupakan sumber informasi yang penting untuk mendapatkan kasus-kasus tambahan
yang tidak didiagnosis atau tidak dilaporkan.Kasus-kasus yang diwawancarai
mungkin memberikan petunjuk ke arah adanya kasus-kasus subklinis maupun klinis
di antara anggota keluarganya, sanak saudaranya atau kenalannya.Wawancara itu
mungkin dapat menuntun kepada penemuan sumber inteksi, atau kontak yang menjadi
sakit karena penularan dari kasus yang diwawancarai.8
1. Variabel waktu :
1) Kapan periode yang tepat dari KLB ini?
2) Kapan periode paparan (exposure) yang paling mungkin?
3) Apakah KLB ini bersifat ”common source” atau ’propagated source' atau
keduanya?
2. Variabel tempat :
1) Dimanakah distribusi geografik yang paling bermakna dari kasus-kasus (menurut)
tempat tinggal? Tempat kerja? Tempat lain?
2) Berapakah angka serangan (attack rate) pada setiap satuan tempat/geografik?
Apabila ciri-ciri umum dari populasi risiko tinggi telah digambarkan perlu
ditentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan mana yang sesuai untuk
populasi yang bersangkutan. Tindakan penanggulangan yang kemudian dilaksanakan
mungkin ditujukan kepada salah satu atau semua dari hal-hal berikut (serta lainnya) :
sumber infeksi, sumber semula, alat/cara penularan, orang-orang rentan yang
mempunyai risiko paparan tinggi.
Tindakan penanggulangan tertentu dapat dimulai sedini tahap diagnosis kasus.
Contohnya, pemberian globulin serum imun pada anggota keluarga kasus Hepatitis A.
Tindakan-tindakan lain dapat dimulai pada berbagai titik. Bila menyangkut makanan
tercemar, makan itu dapat dimusnahkan.
Jika didapatkan (atau dicurigai) air sebagai sumber infeksi, penggunaan air
dapat dihentikansampai sumber air dan sistem penyalurannya dibersihkan dari
pencemaran atau air dapat diteruskan dengan peringatan kepada masyarakat agar
mendidihkan air sebelum diminum. Jika menyangkut kontak dengan sumber
pencemaran, dapat diambil langkah-Iangkah untuk mencegah kontak dengan sumber
sampai sumber itu dapat dihilangkan. Imunisasi, diagnosis dini, dan pengobatan
merupakan cara-cara penanggulangan lainnya yang dapat dipakai sesuai kebutuhan
situasi. Penerapan tindakan penanggulangan yang praktis dan efisien secara cepat
merupakan cara paling berharga untuk menilai keberhasilanpenyelidikan
epidemiologi.8
Jawab :
Kantin sekolah sehat harus dapat menyediakan makanan yang sehat, aman, dan
bergizi. Pengelolaan kantin sehat hendaknya memperhatikan aspek aspek sebagai
berikut.9
1. Tenaga
Penyelenggaraan makanan kantin sekolah memerlukan seorang penanggung
jawab kantin yang mempunyai tugas pokok sebagai penanggung jawab
kelangsungan kantin sekolah secara keseluruhan, baik ke dalam (sekolah)
maupun ke luar yaitu kepada orang tua peserta didikdan instansi yang berwenang
terutama bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan atau tidak diduga.
Tenaga kantin sehat seharusnya memiliki kualifikasi seperti berbadan sehat,
bebas dari penyakit menular, bersih dan rapih, mengerti tentang kesehatan dan
memiliki disiplin kerja yang tinggi. Selain itu, tenaga pelaksana ini juga harus
mengerti cara pemasakan bahan makanan menurut syarat gizi dan kesehatan,
serta memelihara kebersihan alat-alat makan.
2. Dana
Investasi pertama yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan
kantin sekolah adalah dana untuk sarana fisik dan bahan makanan. Dana dapat
bersumber dari sekolah sepenuhnya, dari sekolah dan orangtua peserta didik, dari
orangtua peserta didik sepenuhnya ataupun diborongkan pada pengusaha jasa
boga. Dana selanjutnya
diperoleh dan dimanfaatkan melalui penjualan makanan di kantin sekolah.
3. Lokasi Kantin
Lokasi kantin harus dalam pekarangan sekolah dan sedapat mungkin masih
dalam wilayah gedung sekolah, tidak berdekatan dengan jamban, kamar mandi,
dan tempat pembuangan sampah.
Ruangan makan harus cukup luas, bersih, nyaman dan ventilasi cukup
dengan sirkulasi udara yang baik. Lantai hendaknya terbuat dari bahan yang
kedap air dan mudah dibersihkan. Dinding dan langit-langit selalu bersih dan
dicat terang. Jendela yang digunakan sebagai ventilasi hendaknya berkasa untuk
menghindari lalat masuk. Ruang makan dilengkapi dengan tempat cuci tangan
(sebaiknya dengan air yangmengalir/kran) dan sabun yang letaknya mudah
dijangkau oleh pesertadidik.
4. Fasilitas dan Peralatan
a. Fasilitas bangunan kantin
Kantin sekolah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kantin
dengan ruangan tertutup dan kantin dengan ruangan terbuka seperti koridor
atau di halaman sekolah. Meskipun kantin berada di ruang terbuka, namun
ruang pengolahan dan tempat penyajian makanan harus dalam keadaan
tertutup. Kedua jenis kantin di atas harus memiliki sarana dan prasarana
sebagai berikut: sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat pengolahan,
tempat penyajian dan ruang makan, fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja dan
tempat pembuangan sampah yang tertutup.
Kantin dengan ruang tertutup harus mempunyai bangunan tetap dengan
persyaratan tertentu, sedangkan kantin dengan ruang terbuka (koridor atau
halaman) harus mempunyai tempat tertutup untuk persiapan dan pengolahan
serta penyajian makanan dan minuman. Persyaratan bangunan untuk kantin
dengan ruangan tertutup adalah sebagai berikut:
1) Lantai kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat, dibuat miring
sehinggamudah dibersihkan.
2) Dinding kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak
mudah mengelupas dan kuat sehingga mudah dibersihkan.
3) Langit-langit terbuat dari bahan tahan lama, tidak bocor, tidak
berlubanglubang dan tidak mudah mengelupas serta mudah
dibersihkan.
4) Pintu, jendela dan ventilasi kantin dibuat dari bahan tahan lama.
Tidak mudah pecah, rata, halus, berwarna terang, dapat dibuka-tutup
dengan baik, dilengkapi kasa yang dapat dilepas sehingga mudah
dibersihkan.
5) Ruang pengolahan dan penyajian serta tempat makan di ruangan
memiliki lubang angin/ventilasi minimal dua buah dengan
luaskeseluruhan lubang ventilasi 20% dari luas lantai.
6) Lantai, dinding, langit-langit kantin, pintu, jendela dan lubang angin/
ventilasi selalu dalam keadaan bersih.
f. Peralatan Kantin
Peralatan yang digunakan dalam proses persiapan sampai penyajian harus
mudah dibersihkan, kuat dan tidak mudah berkarat, misalnya peralatan dari
bahan stainless steel untuk pisau, panci, dan wajan.Permukaan peralatan yang
kontak langsung dengan pangan harus halus, tidak bercelah, tidak mengelupas
dan tidak menyerap air. Peralatan bermotor seperti pengaduk dan blender
hendaknya dapat dibongkar agar bagian-bagiannya mudah dibersihkan.
g. Fasilitas Sanitasi
Fasilitas sanitasi dalam kantin mempunyai persyaratan yang sama, baik
untuk kantin ruang tertutup maupun kanting ruang terbuka, yaitu:
1) Tersedia bak cuci piring dan peralatan dengan air bersih yang
mengalir serta rak pengering.
2) Tersedia wastafel dengan sabun/deterjen dan lap bersihatau tissue di
tempat makan dan di tempat pengolahan/persiapan makanan.
3) Tersedia suplai air bersih yang cukup, baik untukkebutuhan
pengolahan maupun untuk kebutuhan pencucian dan pembersihan.
4) Tersedia alat cuci/pembersih yang terawat baik sepertisapu lidi, sapu
ijuk, selang air, kain lap, sikat, kain pel, dan bahan pembersih seperti
sabun/deterjen dan bahan sanitasi.
i. Fasilitas lain-lain
Perlengkapan kerja karyawan kantin yang harus disediakan antara lain
baju kerja, tutup kepala, dan celemek berwarna terang, serta lap yang bersih.
Jika tidak memungkinkan menggunakan tutup kepala, rambut harus tertata
rapi dengan dipotong pendek atau diikat.1
Jawab:
Jawab:
C. Pemanfaatan (Recycling)
Sampah-sampah yang dihasilkan dari rumah dapat kita daur ulang menjadi
barang yang baru. Misalnya sisa-sisa makanan atau potongan sayur dan buah-buahan
dapat diolah menjadi pupuk kompos. Minyak jelanta yang seharusnya dibuang dapat
didaur ulang menjadi minyak baru dengan diberi sari buah mengkudu. Jika setiap
orang sudah memahami proses daur ulang sampah. Jumlah sampah dapat dikurangi.12
Pengolahan (treatment)
Teknik pengolahan ditujukan pada limbah yang tidak dapat kita olah sendiri.
Teknik pengolahan ini dilakukan pada limbah industri atau limbah yang beracun.
Adapun beberapa teknik yang dilakukan untuk mengolah limbah cair diantaranya
sebagai berikut :
1. Pengolahan secara fisika, pengolahan secara fisika dapat dilakukan dengan
berbagai cara di antaranya adalah:
a. Penyaringan, dilakukan pada limbah cair yang mudah mengendap. Bahan-
bahan padat dalam cairan dapat dipisahkan dengan penyaringan.
b. Proses flotasi, yaitu proses pengolahan limbah dengan cara penyisihan ahan-
bahan mengapung seperti minyak dan lemak. Teknik ini dapat juga dilakukan
pada bahan-bahan tersuspensi seperti lumpur.
c. Proses filtrasi, yaitu teknik yang dilakukan pada bahan limbah yang
mengandung partikel suspensi (mengendap). Teknik ini dapat menyisihkan
sebanyak mungkin partikel yang mengendap.
d. Proses absorpsi, yaitu teknik pengolahan limbah dengan menggunakan
karbon aktif. Teknik ini dilakukan dengan menyisihkan senyawa aromatik
dan senyawa organik terlarut lainnya.
e. Teknologi membran (reverse osmosis), digunakan untuk unit pengolahan
kecil. Teknik ini membutuhkan biaya operasi yang sangat mahal.
2. Pengolahan secara kimia, pengolahan air buangan secara kimia biasanya
dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid), seperti logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun
dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-
bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan
tersebut. Perubahan zat tersebut adalah dari tidak dapat diendapkan menjadi
mudah diendapkan, baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga
berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
3. Pengolahan secara biologi, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme. Ditinjau
dari segi lingkungan, pengolahan secara biologi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu proses aerob dan proses anaerob. Proses aerob adalah proses pengolahan
limbah yang melibatkan oksigen, sedangkan proses anaerob adalah proses
pengolahan limbah yang tidak melibatkan oksigen.12
Jawab:
2. HIV
HIV—virus penyebab AIDS—dapat dianggap sebagai suatu pandemi, namun
saat ini paling meluas di Afrika bagian selatan dan timur. Virus tersebut
ditemukan terbatas pada sebagian kecil populasi pada negara- negara lain, dan
menyebar dengan lambat di negara-negara tersebut. Pandemi yang dikhawatirkan
dapat benar-benar berbahaya adalah pandemi yang mirip dengan HIV, yaitu
penyakit yang terus-menerus berevolusi.
3. SARS
Wabah sindrom pernapasanakut parah (SARS) melanda dunia,dan
penyebarannya relatif cepat. Ketika upaya penangkalan dan pengobatannya secara
medis masih berlangsung, penyakit ini terus berkembang seiring dengan
migrasimanusia antarnegara. Penyakit menular semacam ini tidak mengenal batas
teritori administratif. Wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) melanda dunia,
danpenyebarannya relatif cepat. Ketika upaya penangkalan dan pengobatannya secara
medis masih berlangsung, penyakit ini terus berkembang seiring dengan migrasi
manusia antarnegara. Penyakit menular semacam ini tidak mengenal batas teritori
administrative.
b) Penyakit Bakteri
1) TBC Paru
Pengertian
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya.
Penularan
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar
oleh Mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si
penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber
infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC.
Masuknya Mycobacterium tuberkulosa kedalam organ paru
menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi
pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular).
Gejala Klinis
Gejala penyakit TBC yakni batuk dalam jangka waktu yang
lama, demam tinggi serta sering keringat dingin.
Pencegahan
• Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi
sakit, seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan
kesehatan.
• Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita,
kontak atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan
pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
• Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan
terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai
pencegahan.
• BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi
dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun
kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
• Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan
tukang potong sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
• Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean
menghirup udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja
semen dan sebagainya.
• Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan
gejala tbc paru.
• Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada
kelompok beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak
dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah,
petugas foto rontgen.
• Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif
dari hasil pemeriksaan tuberculin test.
2) Difteri
Pengertian
Difteri/ Diphteria adalah penyakit infeksi bakteri yang
disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, yang umumnya
menyerang membran mukosa yang melapisi hidung dan tenggorokan
serta tonsil. Akibatnya tenggorokan menjadi terinflamasi dan inflamasi
ini dapat menyebar ke kotak suara ( larynx) sehingga mempersempit
saluran pernafasan.
Penularan
Penularan penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang
dikeluarkan oleh penderita ketika batuk atau bersin.Penularan juga
dapat terjadi melalui tissue/ sapu tangan atau gelas bekas minum
penderita atau menyentuh luka penderita.
Anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua usia diatas
60 tahun sangat beresiko tertular penyakit difteri, demikian pula
mereka yang tinggal di lingkungan padat penduduk atau lingkungan
yang kurang bersih dan juga mereka yang kurang gizi dan tidak
diimunisasi DTP.
Gejala Klinis
a) Ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi tenggorokan dan
tonsil ( ciri khas )
b) Sakit tenggorokan dan suara serak
c) Sakit ketika menelan
d) Kelenjar getah bening di leher membengkak
e) Kesulitan bernafas dan nafas cepat
f) Keluar cairan dari hidung
g) Demam dan menggigil
h) Malaise
Tanda dan gejala umumnya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi,
namun mungkin juga baru muncul 10 hari kemudian.
Pencegahan
Pencegahan penyakit difteri adalah dengan memberikan
imunisasi DTP saat anak berumur 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun.
Sedangkan pada usia 10 tahun dan 18 tahun diberikan imunisasi TD (
Toxoid Difteri ) saja. Bila pada suntikan DTP pertama terjadi reaksi
yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DTP lagi
melainkan DT saja (tanpa P).
3) Meningitis
Pengertian
Penyakit meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat
saraf tulang belakang.Meningitis merupakan infeksi yang dapat
mengancam nyawa. Bila tidak ditangani dapat terjadi pembengkakan
otak, kecacatan tetap, koma bahkan kematian.
Penularan
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri tertentu dan
merupakan penyakit yang serius. Salah satu contoh bakterinya yaitu
Meningococcal bacteria.Penyakit ini menular melalui kontak dengan
udara bebas.
Gejala
Gejala awal penyakit meningitis yaitu demam, sakit kepala,
kaku kuduk, sakit tenggorokan, dan muntah.Selain itu juga pada orang
dewasa menjadi lebih mudah tersinggung, linglung, dan sangat
mengantuk, hingga terjadi penurunan kesadaran koma bahkan
meninggal.
Pencegahan
Menjaga hygiene merupakan cara yang paling baik untuk
menghindari transmisi penyakit.Antibiotik diberikan untuk mencegah
meningitis pada orang yang kontak dekat dengan orang yang menderita
meningitis.
c) Penyakit Jamur
1) Askariasis
Penyebab
Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides
yang oleh masyarakat umum dikenal sebagai cacing gelang.
Penularan
Penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa
jalan, yaitu telur infektif masuk mulut bersama makanan dan
minuman yang tercemar, melalui tangan yang kotor, atau telur
infektif terhirup melalui udara bersama debu.
Gejala klinis
Pada manusia cacing dewasa dapat menimbulkan
berbagai akibat mekanik, yaitu obstruksi usus, intususepsi, dan
perforasi ulkus yang ada di usus.
Diagnosis
Diagnosis pasti askariasis ditegakkan jika melalui
pemeriksaan makroskopis terhadap tinja atau muntahan
penderita ditemukan cacing dewasa.
Pencegahan
1. Membuat kakus yang baik untuk menghundari
pencemaran tanah dengan tinja penderita.
2. Mencegah masuknya telur cacing yang
mencemari makanan atau minuman dengan selalu memasak
makanan dan minuman sebelum dumakan atau diminum
3. Menjaga kebersihan perorangan
d) Penyakit Protozoa
1) Toksoplasmosis
Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii menyebabkan
penyakit toksoplasmosis pada manusia dan hewan.Parasit ini dapat
menimbulkan radang pada kulit, kelenjar getah bening, jantung, paru,
mata, otak dan selaput otak.
Penularan
Penularan pada manusia dapat terjadi melalui dapatan
(acquired) atau secara kongenital dari ibu ke bayi yang
dikandungnya.Secara dapatan, penularan dapat terjadi melalui
makanan mentah atau kurang masak yang mengandung psedokista
(dalam daging, susu sapi atau telur unggas), penularan melalui udara
atau droplet infection (berasal dari penderita pneumonitis
toksoplasmosis) dan melalui kulit yang kontak dengan jaringan yang
infektif atau ekskreta hewan misalnya kucing, anjing, babi atau roden
yang sakit.
Gejala klinis
Pada orang dewasa, gejala klinik tidak jelas dan tidak ada
keluhan penderita.Gejala yang jelas terjadi pada penderita yang
menderita toksoplasmosis kongenital karena luasnya kerusakan organ
dan sistem saraf penderita (bayi dan anak).
Diagnosis
Diagnosis pasti ditetapkan sesudah dilakukan pemeriksaan
mikroskopik histologis secara langsung atau hasil biopsi atau pungsi
atau otopsi atas jaringan penderita, dan pemeriksaan jaringan berasal
dari hewan coba yang diinokulasi dengan bahan infektif.
Pencegahan
1. Selalu memasak makanan dan minuman
2. Menghindari kontak langsung dengan daging atau
jaringan hewan yang sedang diproses
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Hewan-hewan penderita toksoplasmosis juga harus
segera diobati atau dimusnahkan
2. Kimia
1) Asbestosis
Pengertian
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang
terjadi akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru
terbentuk jaringan parut yang luas.Asbestos terdiri dari serat silikat
mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda.Jika terhisap, serat
asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut.
Menghirup asbes jugs dapat menyebabkan penebalan pleura atau
selaput yang melapisi paru-paru.
Penyebab
Penyebab asbestosis adalah serat asbes, dimana serat asbes
sukar untuk dihancurkan, bahkan oleh makrofag.Ketika makrofag
mencoba untuk mencernakan serat asbes, sering mengalami kegagalan
sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan rantainya sangat kuat untuk
diuraikan. Pada proses ini, makrofag menghasilkan unsur yang
diharapkan dapat menghancurkan benda asing, tetapi hal itu dapat juga
merugikan alveoli. Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi
pada alveoli dan secepatnya dapat meninggalkan parut.
Penyebaran
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan
mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai
dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar /
melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan
tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes
untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan
kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan
sampai mengakibatkan asbestosis ini.
Pencegahan
• Health Promotion
1. Pendidikan kesehatan kepada pekerja
2. Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja
3. Perkembangan kejiwaan pekerja yang sehat
4. Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat
5. Pemeriksaan sebelum bekerja (Effendy, 1997)
• Specific Protection
1. Penggunaan masker bagi pekerja yang beresiko tinggi dapat
mengurangi pemaparan.
2. Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan
debu asbes di lingkungan kerja.
3. Pengendalian penggunaan asbes di tempat kerja ini adalah
metoda yang paling efektif untuk mencegah asbestosis.
4. Ventilasi udara yang cukup di ruang kerja
5. Untuk mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru,
kepada para pekerja yang berhubungan dengan asbes,
dianjurkan untuk berhenti merokok.
6. Guna menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada
pihak keluarga, disarankan setiap pekerja untuk mencuci
pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian
bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja
tidak ada yang dibawa pulang, dan pekerja membersihkan diri
atau mandi sebelum kembali ke rumah masing-masing
(Aditama TY, 1992).
• Early Diagnostic
1. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
2. Terdengar suara ronki keying
3. Diikuti dengan keluhan takipnue, dan sianosis
4. Dapat terlihat adanya jari tabuh.
5. Pergerakan dada menjadi berkurang
6. pada stadium lanjut dapat ditemukan kor pulmonal dan
mungkin gagal jantung (Aditama TY, 1992).
3. Fisika
a) Kebisingan
1) Sensorineural hearing loss
Pengertian
Gangguan pendengaran sensorineural (HPS) adalah jenis
gangguan pendengaran di mana akar penyebab terletak pada saraf
vestibulocochlear ( saraf kranial VIII), bagian dalam telinga , atau
pusat-pusat pengolahan sentral dari otak . Gangguan pendengaran
sensorineural dapat ringan, sedang, atau berat, termasuk tuli total.
Penyebab
Sebagian besar gangguan pendengaran sensorineural manusia
disebabkan oleh kelainan pada sel-sel rambut dari organ Corti di
koklea.Gangguan telinga ini juga bisa disebabkan akibat kebisingan di
atas ambang batas yang terus menerus.
Pencegahan
1. Pengendalian secara teknis: Meredam sumber bising dengan
jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi getaran peralatan dari
logam, mengurangi jatuhnya
2. Pengendalian secara administrative: Pengendalian ini meliputi
rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan
intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara
mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga: Pengendalian ini tergantung
terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan
tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.
b) Suhu
1) Hipotermia
Pengertian
Hipotermia adalah kondisi darurat medis yang terjadi
ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat dari pada saat tubuh
menghasilkan panas sehingga suhu tubuh pun menjadi sangat
rendah. Penderita hipotermia suhu tubuhnya di bawah 36
derajat Celcius padahal suhu tubuh manusia normal adalah 37
derajat Celcius.
Penyebab
Penyebab Hipotermia yakni pasti ada kontak dengan
lingkungan dingin, ada gangguan penyakit yang tengah
diderita, penggunaan obat - obatan ataupun alkohol serta
radang pankreas.13
Jawab:
1. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans
kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan
Pembinaan kelompok pemakai air.
2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan
pemantauan jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan
tempat pengelolaan sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)
meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian
umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan
tempat hiburan lainnya.
3. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain,
sarana pendidikan, dan perkantoran.
4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan
minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan
dini serta penyakit bawaan makanan.
5. Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama
kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik.13
Dalam penyimpanan bahan makanan hal – hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih
dan memenuhi syarat.
2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga :
- Mudah untuk mengambilnya.
- Tidak menjadi tempat bersarang/ bersembunyi serangga dan tikus.
- Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah
membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin.
- Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan
untuk riwayat kelur masuk barang dengan system FIFO (First In Firs
Out).
c. Peralatan Masak.
Peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan makanan,
seperti pisau, sendok, kuali, wajan dan lain-lainnya perlu diperhatikan :
1. Bahan peralatan
Tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan seperti cadmium,
plumbum, zincum, cuprum, stibium atau arsenicum. Logam ini beracun yang
dapat berakumulasi sebagai penyakit kemih dan kanker.
2. Keutuhan peralatan
Tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, penyok, tergores atau retak karena
akan menjadi sarang kotoran atau bakteri. Peralatan yang tidak utuh tidak
mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi sumber kontaminasi.
3. Fungsi
Setiap peralatan mempunyai fungsi tersendiri yang berbeda dan jangan
dicampur aduk dan bila perlu digunakan tanda pada peralatan sesuai
fungsinya, karena peralatan yang digunakan bercampur baur akan
menimbulkan kontaminasi makanan.
4. Letak
Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat
masing-masing (rak penyimpanan peralatan) sehingga memudahkan waktu
mempergunakannya/mengambil.
b. Suhu
1. Makanan kering di simpan dalam suhu kamar (250C – 300C).
2. Makanan basah harus segar disajikan pada suhu diatas 600C.
3. Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu dibawah
100C. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri usahakanlah makanan selalu
berada pada suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu dibawah 100C atau diatas
60 0C. Suhu 100C – 600C sangat berbahaya, (danger zone).
Jawab:
1. Ruang Kelas
Rasio minimal luas ruang kelas 2 m2/siswa. Untuk rombongan belajar dengan
peserta
didik kurang dari 15 orang, luas minimal ruang kelas 30 m2 dengan lebar minimal 5
m. Jarak papan tulis dengan meja siswa paling depan minimal 2,5 m dan jarak papan
tulis dengan meja paling belakang minimal 9 m. Kapasitas maksimal ruang kelas 28
siswa. Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.
Minimal satu tempat cuci tangan untuk dua kelas. Disetiap kelas disediakan tempat
sampah bertutup.
2. Kamar mandi/WC
Rasio kamar mandi/WC dan urinoir adalah perbandingan antara jumlah peserta didik
dengan banyaknya kamar mandi/WC dan urinoiryang tersedia. Untuk peserta didik
rasionya adalah 1:60; sedangkan untuk siswi rasionya adalah 1:50. Kamar mandi/WC
dan urinoir peserta didik/siswi terpisah dengan kamar mandi/WC dan urinoir guru
dan pegawai.Ukuran kamar mandi/WC tidak kurang dari 2 m2. Dinding berwarna
terang. Lantai memiliki perkerasan tidak licin, air tidak menggenang, memiliki
kemiringan minimal 1%.Closet memiliki ketinggian 30 cm dari lantai baik closet
untuk guru maupun untukpeserta didik.Ruangan memiliki lubang penghawaan dan
pencahayaanyang cukup, bebas dari jentik nyamuk, memiliki alat kebersihan (sikat,
sabun, karbol), dan tempat sampah tertutup.
3. Ruang UKS
Ruang UKS adalah tempat untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif, preventif, dankuratif.Penyuluhantentang perilaku hidup sehat
kepada peserta didik dan warga sekolah lainnya dilakukan secara terus-menerus,
menyeluruh, dan terpadu.Ruang UKS dilengkapi tempat cuci tangan dengan air bersih
yang mengalir,tersedia sabun, memiliki tempat tidur periksa, timbangan badan, alat
pengukur tinggi badan, alat pengukur suhu tubuh,dental kit, UKS kit, P3K, lemari
obat, torso rangka atau alat tubuh, snellen chart, dan tempat sampah. Standar luas
ruang UKSadalah minimal 27 m2 yang dilengkapi dengan buku kesehatan dan buku
adminsitrasi.
4. Kantin
Kantin sekolah adalah tempat usaha makanan dan minumanyang pengelola
dan konsumennya adalah warga sekolah.Lokasi kantin berjarak minimal 20 m dari
tempat pembuangan sampah sementara. Kantin memiliki peralatan pengolahan dan
makan yang bersih, tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air bersih yang
mengalir, tempat cuci tangan dilengkapi dengan air bersih mengalir, sabun dan lap
tangan untuk pengunjung kantin, tersedia tempat penyimpanan bahan makanan
terpisah dari makanan jadi/siap saji dan tempatpajangan(display) makanan jadi/siap
saji yang tertutup. Kantin dilengkapi dengan tempat duduk dan saluran air limbah
yang tertutup.Tersedia tempat untuk mengolah makanan sederhana (memanasi,
mengukus, dan memanggang). Makanan kemasan berlabel BPOM/Dinkes dan tidak
kadaluarsa. Makanan dan minuman yang dijual sudah dilakukan uji bebas formalin,
boraks, dan pewarna kimia berbahaya. Kemasan bersih dan tidak menggunakan
styrofom. Petugas kantin berpakaian rapi, bersih, bercelemek, bertudung, dan
sehat. Pengambilan makanan selalu menggunakan alat bantu pengambil makanan.
e. Pintu
Pintu memiliki lebar sekurang-kurangnya 1 m. Pintu tersebut dapat terdiri atassatu
daun pintu atau dua daun pintu dengan arah buka keluar.Pintu dilengkapi dengan
pengunci dan pegangan (handle)yang terbuat dari bahan yang kuat.
f. Jendela
Jendela dapat dibuka dan ditutup dengan arah buka keluar dan diberi pengaman. Kaca
jendela memungkinkan cahaya masuk secara alami sehingga peserta didik, guru, dan
pegawai sekolah dapat membaca dengan nyaman, tidak terlalu terang, dan juga tidak
gelap (20 % luas lantai).
g. Ventilasi
Gedung sekolah dilengkapi dengan ventilasi. Ruang-ruang di sekolah diupayakan
mempunyai ventilasi silang yang dapat menjamin aliran udara segar. Ventilasi udara
dapat berupa ventilasi alami dan ventilasi mekanis. Ventilasi mekanis
memperhitungkan kekuatan pendinginan mesin dengan jumlah penghuni. Pada ruang
yang menggunakan ventilasi mekanis hendaknya tersedia jendela yang dapat dibuka
dan ditutup untuk menjamin udara segar disekolah.
h. Sanitasi
Sekolah memiliki sarana sanitasi dasar berupa sarana air bersih, saluran pembuangan
air limbah, dan jamban(WC).Sarana air bersih dapat berupa sumur gali, sumur pompa
tangan,atau sumur bor. Jamban di sekolah minimal berbentuk leher angsa dan
dilengkapi septictank kedap air serta saluran peresapan.Sekolah memiliki sarana air
bersih yang mencukupi untuk warga sekolah, memenuhi kualitas air bersih secara
fisik, kimia, dan bakteriologis.Jarak antara sarana air bersih dan septic-tankminimal
10 m.
i. Sumber Air
Sumber air dapat berasal dari air tanah, air permukaan, dan airhujan.Air tanah dapat
berupa air sumur atauair mata air.Air permukaan berupa air sungai, air danau,atau air
payau. Jika air permukaan akan digunakan sebagai sumber air minum, maka harus
dilakukan proses pengolahan lebih lanjut.
j. Tempat Sampah
Tempat sampahadalah tempat menampung material sisa hasil kegiatan sehari-hari
manusia dan atau proses alam yang tidak diinginkan yang berbentuk padat. Sekolah
memiliki tempat sampah sementara yang bertutup dan terpilah di setiap
ruangan.Sampah diangkut setiap hari ke tempat pengolahan sampah.
Perilaku Warga sekolah
Tujuan pelaksanaan SD Bersih Sehatadalah untukmembudayakan perilaku hidup
bersih
dan sehat meliputi perilaku sebagai berikut.
a. Menjaga rambut agar bersih dan rapih.
b . Memakai pakaian bersih dan rapih.
c. Menjaga kuku agar pendek dan bersih.
d . Berolahraga teratur dan terukur.
e . Tidak merokok.
f . Tidak menggunakan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA).
g . Memberantas jentik nyamuk.
h . Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
i . Menggunakan air bersih.
j . Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
k . Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah (sampah organik dan
nonorganik. 15
13. Bagaimana langkah langkah pengelolaan sanitasi di tempat umum?
Jawab:
Sanitasi tempat-tempat umum adalah usaha untuk mengawasi dan mencegah
akibat dari tempat-tempat yang diperuntukkan bagi masyarakat umum terutama yang
erat kaitannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Pentingnya
pengawasan tempat-tempat umum karena :16
a. Tempat umum yang tidak saniter dapat menjadi tempat perkembangbiakan bibit
penyakit dan vektor penyakit, sehingga akan memperluas penyebaran penyakit.
b. Kontruksi bangunan tempat umum yang tidak memenuhi syarat akandapat
menimbulkan bahaya dan kecelakaan.
PENYEBARAN
HEPATITIS A DI
SMAN 5 JAMBI
- Penyebab 1. Sanitasi
- Faktor risiko lingkungan
- Transmisi 2. Sanitasi
penularan makanan dan
- Gejala klinis minuman
- Pencegahan 3. Sanitasi TTU
4. Pengelolaan
limbah
- TBC
- Diare
- ISPA
- Malaria
- DBD
- Chikungunya
- Filariasi
- Penyakit kulit
- Hepatitis A
- Kcacingan
DAFTAR PUSTAKA