Professional Documents
Culture Documents
Pemahaman tentang isi bab ini akan mempampukan peserta didik untuk :
Bentuk obat
Setelah di metabolisme obt keluar dari tubuh melalui ginjal, hati, usus,
paru dan kelenjar ensokrin. Struktur kimia sebuah obat menentukan organ yang
mengekskresikannya. Kelenjar eksokrin mengekskresi obat larut lemak. Ketika
obat keluar melalui kelenjar keringat kulit dapat mengalami iritasi. Bidan
melakukan praktik hygine yang baik untuk meningkatkan kebersihan dan
integritas kulit. Saluran cerna adalah jalur lain ekskresi obat. Ginjal dalah organ
utanma sekresi obat. Beberapa obat tidak mengalami metabolisme yang luas dan
amsuk ke dalam urine dalam bentuk yang relatif sama. obat lain menjalani
biotransformasi di hati sebelum di ekskresi oleh ginjal. Apabila fungsi ginjal
menurun yang merupakan perubahan yang umum terjadi dalam penuaan , resiko
toksisitas obat meningkat.
1. Efek terapeutik
Merupakan respons fisiologis obat yang di harapkan atau di perkirakan
timbul. Contoh aspirin berfungsi sebagai analgesik, antipiretik dan
antiinflamasi dan menurunkan agresi ( gumpalan ) trombosit.
2. Efek samping
Sebuah obat di perkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang tidak
diinginkan. Contoh penggunaan kodein fosfat dapat membuat seseorang
klien mengalami konstipasi dan penggunaan teofilin dapat membuat klien
sakit kepala dan pusing.
3. Efek toksik
Efek toksik terjadi setelah klien meminum obat berdosis tinggi dalam
jangka waktu lama setelah lama menggunakan obat yang di tutjukan untuk
aplikasi eksternal atau setelah suatu obat berakumulasi di dalam darah
akibat kerusakan metabolisme ata ekskresi.
Reaksi Idiosinkratik
Reaksi Alergi
Adalah respons lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Alergi
obat bersifat ringan atau berat. Reaksi alergi ringan, sbb :
1. Urtikaria
Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi, ukuran dan bentuk
bervariasi, erupsi memilkibatas berwarna merah dan bagian tangannya
berwarna pucat
2. Ruam
Vesiker kecil yang meninggi yang biasanya berwarna merah seringkali
tersebar di seluruh tubuh
3. Pruritus
Gatal-gatal pada kulit kebanyakan timbul bersama ruam
4. Rinitis
Inflamasi lapisan membran mukosa hidung menimbulkan bengkak dan
pengeluaran rabas encer dan berair.
Respons Dosis Obat
Setelah bidan memberi obat obat di absorspsi, didistribusi, di
merabolisme, dan di ekskresi. Semua obat memerlukan waktu yang lama untuk
masuk kedalam aliran darah kecuali obat yang di berikan secara intravena.
Klien dan bidan harus mengikuti penjadwalan dosis yang teratur dan
mematuhinya untuk menentukan dosis dan interval waktu pemberian dosis.
Dengan mengetahui interval waktu kerja obat, perawat dapat mengantisipasi efek
suatu obat.
1. Awitan kerja obat, waktu yang di butuhkan obat sampai suatu respons
mencul setelah obat di berikan
2. Kerja puncak obat, waktu yang di buthkan obat sampai konsentrsasi
efektif tertinggi di capai
3. Durasi kerja obat, lama waktu obat terdapat dalam konsentrasi yang cukup
besar untuk menghasilkan suatu respons
4. Plateau, konsentrasi serum darah di capai dan di pertahankan setelah dosis
obat yang sama kembali di berikan.
Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan efek
yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien.Karena secara konstan terlibat
dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan berkolaborasi dengan
dokter.
Rute oral, pemberian per oral adalah rute yang paling mudah dan paling
umum digunakan. Obat di berikan melalui mulut dan di telan. Kerja obat oral
lebih lambat dan efeknya lebih lama.
Rute Parenteral
Pemberian Topikal
Obat yang di berikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya
menimbulkan efek lokal, pemberian topikal di lakukan dengan mengoleskannya di
suatu daerah kulit, memasang balutan yang lembab, merendam bagian tubuh
dalaam larutan atau menyediakan air mandi yang di campur dengan obat. Efek
sistemik timbul jika kulit klien tipis, konsentrasi obat tinggi, atau jika obat
bersentuhan dengan kulit dalam jangka waktu yang lama.
Obat juga dapat diberikan pada membran mukosa . dengan cara ini obat
biasanya akan lebih cepat di absorpsi. Bidan menggunakan metode da bawah ini
dalam pemberian obat pada membran mukosa
Pencatatan sebuah obat terdiri dari nama, dosis, rute pemberian obat, dan
watu pemberian obat yang sebenarnya. Format obat sering disiapkan terlebih
dahulu dan perawat hanya perlu mencatat waktu pemberian obat.
Penyuluhan tentang obat adalah salah satu tipe penyuluhan kesehtan yang
diberikan oleh perawat. Kadang kala pasien membutuhkan obat sepanjang
kehidupan hidupnya, misalnya DM.
Klien dapat salah menggunakan obat jika tidak dapat informasi yang
benar. Perawat harus memberikan tujuan dalam pemberian obat, kerja obat dan
efeknya. Perawat harus mengajarkan penggunaan obat secara mandiri yang benar
kepada klien yang tergantung pada injeksi harian. Kia belajar menginjeksikan
dengan benar dengan menggunakan teknik aseptik. Banyak klien lansia
bertanggung jabaw menggunakan obat secara mandiri., sehingga instruksi obat
harus memuat informasi obat yang terinci dan penjadwalan disis yang membantu
lansia ingat untuk menggunakan obat secara teratur.
1. Mengetahui nama, tujuan, kerja obat dan efek potensial yang tidak
diinginkan
2. Menolak sebuah obat, tanpa memperhatikan konsekuensinya.
3. Meminta perawat atau dokter berkualitas untuk mengkaji riwayat obat,
termasuk alergi.
4. Mendapat nasehat yang benar berkenaan dengan sifat suatu terapi obat
yang pernah muncul dan memberikan persetujuan untuk penggunaannya.
5. Memberikan obat yang dilebel dengan aman tanpa merasa tidak nyaman
sesuai dengan “ lima benar pemberian obat “
6. Menerima terapi pendukung yang diperlukan terkait dengan terapi obat
yang dijalankan.
7. Tidak menerima obat yang tidak perlu.
Evaluasi
Contoh langka evaluasi untuk menentukan bahwa tidak ada komplikasi
yang terkait dengan rute pemberian obat.
a. Mengobservasi adanya memar, infeksi, nyeri, inflamasi, nyeri
setempat, atau perdarahan ditempat injeksi
b. Menanyakan klien tetang adanya rasa kesemutan ditempat injeksi.
c. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah,
dare pada klien.
d. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya flebitis, termasuk
demam, pembengkakan dan nyeri tekan setempat
a. Memantau efek samping atau toksis yang potensial, reaksi, alergi atau
injeksi obat.
b. Mengevaluasikan klien selama 30 menit setelah diberi obat untuk
mengetahui adanya gejala ketidak nyamanan.
Pemberian Obat
A. Benar obat.
Ketika memberikan obat, perawat membandingkan lebel pada lebel
obat dengan format. Perawat melakukan ini tiga kali yaitu :
1) Sebelum meindahkan wadah obat dari laci atau lemari
2) Pada saat sejumlah obat obat yang diprogramkan dipindahkan
dari wadahnya
3) Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpana.
Dengan dosis tunggal, obat yang sebelumnya sudah dikemas,
perawt memeriksa lebel pada format obat sebanyak tiga kali
walupun obat tersebut belum diambil pada wadah yang besar.
B. Benar dosis
Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat
yang lebih besar atau yang lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika
seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang
berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, rsiko kesalahan
meningkat.
Setelah menghitung dosis, perawat menyiabkan obat dengan
menggunakan alat perhitungan standar. Contohnya banyak obat cair
untuk anak dilengkapi alat tetes, grlas ukur, spuit dan sendok yang
dirancang khusus.
Untuk membela tablet berbentuk biji, perawat harus yakin bahwa
potongan tersebut rata. Sebuah tablet dapat dibagi dengan
menggunakan pisau dengan membungkus tablet dengan tisu kemudian
membelahnya dengan jari. Setiap tablet yang tidak terbelah rata
dibuang. Setelah obat dibelah, perawat dapat memberikan kedua
bagian obat secra berurutan., namun hanya jika bagian kedua telah
kembali kemas dan dilebel.
C. Benar klien
Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat harus
memeriksakan kartu, format atau laporan pemberian obat.
Klien dengan menggukan obat secra mandiri dirumah harus
diperingatkan untuk tidak pernah memberi obatnya kepada anggota
keluarga atau teman. Sebelum seseorang mengunakan resep untuk
orang lain. Sebaiknya konsultasikan hal tersebut kepada dokter.
D. Benar rute
Apabila sebuah instruksi tidak menerangkan rute pemberian obat,
perawat mengkonsultasikannya kepada dokter, demikian juga rute
pemberian obat bukan cara ynag direkombinasikan, perawat harus
mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi rute yang benar sangat penting. Juga sangat
penting untuk menyiapkan injeksi hanya dari preparat yang ditetapkan
untuk menggunakn paranteral. Menginjeksikan cairan yang dirancang
untuk penggunaan oral dapat menimbulkan komplikasi.
E. Benar waktu
Perawat haru mengetahu alasan sebuah obat diprogramkan untuk
waktu tertnetu dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat
diubah.
Kesalahan Pengobatan
Lansia
Obat oral adalah obat yang yang paling aman dan paling mudah
diberikan, kecuali jika klien menderita gangguan fungsi cerna atau tidak mampu
menelan.
Kebanyakan tablet dan kapsul harus diberi bersama cairan dalam jumlah
yang adekuat. Hal ini memberi perawat kesempatan untuk meningkatkan asupan
cairan klien. Untuk klien yang terpasang selang nosogastrik.
Saat memberikan obat per oral. Perawat harus melindungi klien dari
kemungkinan aspirasi. Memberikan posisi duduk pada klien atau berbaring miring
akan mencegah akumulasi obat cair atau padat dibelakng tengkorak. Klien yang
menelan dengan lambat sebaiknya tidak dipaksa untuk minum cairan setiapkali
menelan.
Pemberian Injeksi
Peralatan. Ada berbagai sped dan jarum yang tersedia dan masing- masing
didesain untuk menyalurkan volume obat tertentu ketipe jaringan tertentu.
Perawat terlatih memberikan penilaian ketika menentukan spuit atau jarum mana
yang akan paling efektif.
Spuit
Spuit terdiri dari yabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip)
didesain tepat berpasangan dengan jarum hipodermis dan alat penghisap (plunger)
yang tepat menempati rongga spuit.spuit, secara umum diklasifikasikan sebagai
luer-lok atau nonluer-lok. Spuit luer-lok ini memerlukan jarum khusus, yang
terlilit naik ke ujung spuit dan terkunci aman. Desain ini mencegah jarum terlepas
karena kurang hati-hati. Spuit non luer-lok memerlukan jarum yang dapat
langsung terpasang ke ujung spuit. Kebanyakan institusi pelayanan kesehatan
menggunakan spuit plastik sekali pakai yang tidak mahal dan mudah
dimanipulasi. Spuit dibungkus terpisah dengan atau tanpa jarum steril dalam
sebuah bungkus kertas atau wadah plastik yang kaku.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi menarik pengisap keluar
sementara ujung jarum tetapterendam didalam larutan yang disediakan. Perawat
dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk
mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril
menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, badan pengisap, atau jarum.
Spuit terdiridari berbagai ukuran, dari 0,5–60 ml. Sebuah spuit berukuran 2–3
ml biasanya adekuat.volume yang lebih besar menimbulkan rasa tidak nyaman.
Spuit berukuran lebih besar disiapkan ntuk obat-obatan IV. Spuit insulin
berukuran 0,5 – 1 ml dan dikalibrasi dalam unit-unit. Spuit insulin berukuran 0,5
dikenal sebagai spuit dosis rendah dan lebih mudah dibaca. Spuit insulin di
Amerika Serikat dan Kanada adalah U-100,didesain untuk digunakan bersama
insulin berkekuatan U-100. Setiap mililiter larutan mengandung 100 unit insulin.
Spuit tuberkulin memiliki badan yang panjang dan tipis dengan jarum tipis
yang sebelumnya telah dipasang. Spuit ini diguanakn untuk menyiapkan dosis
yang kecil dan tepat untuk bayi dan anka kecil.
Jarum
Kebanyakan jarum terbuat dari stainless dan hanya digunakan satu kali.
Jarum memiliki tiga bagian , yang terpasang pada ujung spuit batang jarum, yang
terhubung dengan bagian pusatdan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Spuit seklai pakia, dosis tunggal yang diisi tersedia untuk banyak obat herus
berhati-hati mngecek obat dan konsentrasinya, karena semua spuit yang telah diisi
tampak mirip sistem injeksi tubex dan capuject memanfaatkan mekanisme plastik
yang dapat dipakai kembali. Yang memiliki unit jarum peluru (cartidge)steril,
sekali pakai, dan sebelumnya telah diisi. Peluru dimasukkan kedalam sistem
tersebut,mengamankannya, dan memerikasa adanya gelembung pada spuit.
Kemudian pengisap didorong untuk mengeluarkan obat seperti pada spuitreguler.
ampul berisi obat dosis tunggal dalam bentuk cairan dan tersedia dalam
beberapa ukuran dari 1-10ml. Ampul terbuat dari bahan gelas dengan bagian leher
mengecil, yang harus dipatahkan sehingga memungkinkan akses ke obat. Sebuah
lingkaran berwarna disekeliling leher ampul mengindikasikan tempat ampul dapat
dipecah dengan mudah.untuk mengaspirasi obat kedalam spuit, perawat perlu
menggunakan jarum penyaring.
Vial merupakan wadah gelas berisi obat tunggal atau asidosis yang memiliki
penyekat karet dibagian atasnya. Tutup logam atau plastik melindungi penyekat
sampai vial siap digunakan. Vial berisi larutan dan atau bentuk obat yang kering,
obat yang tidak stabil dalam larutan dikemas dalam bentuk kering.Label vial
menerangkan larutan atau pelarut yang digunakan untuk melarutkan obat dan
jumlah pelarut yang diperlukan untuk menyiapkan konsentrasi obat yang
diinginkan salin normal dan aquadest steril adalh yang biasa digunakan untuk
melarutkan obat.
Tidak seperti ampul, vial merupakan sebuah sistem tertutup, dan udara harus
diinjeksi kedalam vial supaya larutan mudah dihisap.apabila udara gagal
dimasukkan sebelum larutan itu dihisap maka akan terdapat ruang hampa di
dalam vial, yang akan mempersulit pengisapan larutan.
Mencampur obat
Jika dua obat kompatibel maka keduanya dapat dicampur dalam satu
injeksi, jika dosis secara keseluruhan berada dalam batas-batas yang dapat
diterima. Seorang klien akan menghargai jika ia tidak harus menerima lebih dari
satu injeksi dalam suatu waktu.
Hanya satu spuit yang dibutuhkan untuk mencampur obata dari dua vial.
Perawat mengambil sebuah spuit dan mengaspirasi volume udara yang ekuivalen
dengan dosis obat yang pertama (vial A). perawat menginjeksi udara kedalam vial
A sambil memastikan jarum tidak menyentuh larutan. Perawat menarik jarum,
mengisap udara yang ekuivalen dengan dosis obat kedua (vial B), kemudian
menginjeksi volume udara kedalam vial B. perawat segera mengisap obat yang
dibutuhkan dari vial B kedalam spuit. Pada saat ini obat dari vial A belum
mengontaminasi vial B.
Perawat memasang jarum baru yang steril pada spuit dan menginsersinya
kedalam vial A, berhati-hati supaya tidak mendorong pengisap spuit dan
mengeluarkan obat didalam spuit kedalam vial. Perawat kemudian mengisap
jumlah obat yang diinginkan dari vial A kedalam spuit. Apabila sebuah vial
memiliki tekanan positif yang berlebih, pengisap spuit dapat mulai bergerak
sebelum perawat siap. Hal ini dapat menyebabkan obat yang diisap terlalu
banyak. Setelah mengisap sejumlah larutan yang dibutuhkan perawat menarik
jarum, memasang jarum yang baru, dan membungkus spuit.
Mula-mula siapkan obat dari sebuah ampul dan sebuah vial dan kemuidian,
dengan menggunakan spuit dan jarum yang sama, isap obat dari ampul. Teknik ini
mencegah kontaminasi larutan dari jarum.
Menyiapkan insulin
Insulin adalah obat yang digunakan untuk diabetes. Obat tersebut harus
diberikan melalui injeksi karena merupakan protein dan, dengan demikian mudah
dicerna dan dihancurkan dalam saluran cerna.
Dengan menerima sebuah insulin –kerja cepat (reguler) dan insulin kerja
sedang, kadar glukosa seorang klien dapat dikontrol secara kesinambungan
selama periode 24 jam.
Insulin dapat disimpan dengan aman selama sekitar 1 bulan pada tempertatur
ruangan tapi tidak boleh diberikan dalam keadaan dingin.setiap vial harus digulir
di antara kedua tangan sampai sekurang-kurang nya satu menit. Tidak boleh
mengocok vial insulin. Apabila dikocok akan terbentuk busa dan gelembung
udara yang membuat partikel insulin terperangkap dan mengubah dosis.\
1. Dengan sebuah spuit dan jarum, injeksi udara yang setara dengan dosis
insulin yang akan diisap kedalam vial yang berisi insulin modifikasi
(NPH/vial yang keruh).jangna menyentuh ujung jarum larutan.
2. Pindahkan spuit dari vial berisi insulin modifikasi.
3. Dengan spuit yang sama, injeksi udara yang setara dengan dosis insulin
yang akan diisap kedalam vial berisi insulin bukan modifikasi (insulin
reguler/vial jernih). Kemudian isap dosis yang benar
4. Pindahkan spuit dari insulin reguler, buang gelembung udara dari spuit
dengan hati-hati.
5. Kembali kevial berisi insulin modifikasi kemudian isap dosis yang benar.
6. Berikan campuran insulin dari lima menit setelah disiapkan. Insulin
reguler berikatan dengan insulin yang modifikasi, dan kerja insulin reguler
menurun.
Upayakan menyiapkan insulin reguler terlebih dahulu. Hal ini mencegah
penambahan insulin modifikasi ke insulin reguler. Apabila dua bentuk
modifikasi telah dicampur, tidak masalah vial mana yang akan disiapkan
dahulu.
Melakukan Injeksi
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat.
Karakteristik jaringan yang mempengaruhi absorsi obat dan awitan kerja obat.
Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang
akan diberikan, karakteristik dan viskositas obat, dan lokasi striktur anatomi tubuh
yang berada dibawah tempat injeksi
Konsekusensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan dengan
tepat. Kegagalan dalam memilih tempat injeksi yang tepat, sehubungan dengan
penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau
tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum
menginjeksi sebuah obat, obat dapat tanpa sengaja lanngsung injeksi ke dalam
arteri atau vena.
1. Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta
ukurannya paling kecil.
2. Beri klien posisis senyuman mungkin untuk mengurangi ketaganagan otot.
3. Pilih tempat injeksi yang tepat dengan mengguanakan penanda anatomis
tubuh.
4. Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anestesi lokal
sebelum jarum diinsersi.
5. Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-
cakap.
6. Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik
jaringan.
7. Pegang spuit dengana mantap selama jarum berada dalam jaringan
8. Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali
dikontraindikasikan.
Injeksi Subkutan
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosisi kecil yang larut
dalam air ( 0,5 sampai 1 ml ). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang
mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat
menimbulkan abses steril yang tampak seperti gumpalan yang mengeras nyeri di
bawah kulit.
Berat badan tubuh menunjukkan kedalamn lapisan SC. Oleh karena itu,
perawat harus memilih panjang jarum dan sudut insersi berdasarkan berat badan
1
klien. Umumnya, jarum berukuran 25 inci yang diinsersi pada sudut 45 derajat,
8
Injeksi Intramuskular
Tempat Injeksi
Otot vastus lateralis yang tebal dan berkembang biak adalah tempat injeksi
yang dipilih untuk dewasa, anak-anak dan bayi. Otot terletak di bagian lateral
anterior paha dan pada orang dewasa membentang sepanjang satu tangan di atas
lutut sampai sepanjang satu tangan di bawah trokanter femur.sepertiga tengah otot
merupakan tempat terbaik injeksi. Lebar tempat injeksi membentang dari garis
tengah bagian atas paha sampai ke garis tengah sisi luar paha.
Pada anak kecil, memegang badan otot selama injeksi akan membantu
memastikan obat tersimpan di jaringan otot. Untuk membantu mereleksasikan
otot, perawat meminta klien berbaring datar dengan lutut agak fleksi rendah.
Otot Ventrogluteal
Otot Dorsogluteus
Daerah dorsogluteus berada dibagian atas luar kuadran satas luar bokong,
kira-kira 5 sampai 8 cm dibawah krista iliaka. Klien dapat berbaring tengkurap
dengan jari jari kaki mengarah ke bagian tengah tubuh atau pada posisi berbaring
miring dengan tungkai atas pada panggul dan lutut. Untuk menemukan lokasi
dorso gluteus, perawat mempalpasi spina iliaka postero superior dan trochanter
mayor femur. Sebuah gditarik diantara dua pananda anatomi. Saraf garis khayal
ditarik di antara dua penanda antomi. Saraf siatik membentang pararel dan di
bawah garis. Tempat injeksi terletak di atas dan laterla terhadap garis.
Otot Deltoid
Pada beberapa orang dewasa, bayi, dan kebanyakan anak, otot deltoid
belum berkembang biak. Saraf radialis, ulnaris, dan arteri brakialais terdapat di
dalam lengan atas di sepanjanag humerus. Perawat jarang menggunakan daerah
deltoideus, kecuali tempat injeksi lain dapat diakses karena ada balutan, gips, atau
obstruksi lain.
Metode Z-Track
Setelah menyiapkan dosisi obat yang sesuai, perawat mengisap udara sebanyak
0,2 ml. Jarum kemudian harus disuntikkan ke arah bawah pada sudut 90 derajat,
sehingga udara naik kebagian atas obat menuju pengisap.
Injeksi Intradermal
Perawat biasanya memberikan injeksi intradermal ( ID) untuk uji kulit ( mis:
skrining tuberkulin dan tes alergi ). Karena keras obat intradermal disuntikkan ke
dalam dermis. Disini suplai darah lebih sedikit dan absorpsi obat semakin lambat.
Seorang klien mungkin mengalami reaksi anafilatik yang berat, jika obat terlalu
cepat masuk ke dalam sirkulasi. Untuk klien yang memiliki riwayat sejumlah
alergi, dokter seringkali melakukan uji kulit.
Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan jelas supaya
dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit.daerah ID harus bebas dari
luka dan relatif tidak berbulu.
Perawat menggunakan spuit tuberkulin atau spuit hipodermik kecil untuk uji kulit.
Sudut insersi ialah 5 sampai 15 derajat. Ketika perawat menginjeksi obat, bulatan
kecil yang menyerupai gigitan nyamuk akan muncul pada permukaan kulit.
Apabila bulatan tidak muncul atau jika tempat injeksi mengeluarkan darah setelah
jarum ditarik. Ada kemungkinan jarum masuk ke SC.
Data yang diperoleh dari suatu injeksi ID antara lain deskripsi lokasi yang tepat
dan waktu pemberian. Tempat yang diinjeksi harus “dibaca” dalam waktu yang
diresepkan.
1. Meleset ketika kembali menutup jarum dan menusuk tangan anda yang
sebelah.
2. Anda kelmbali menutup jarum dan jarum tersebut menembus tutup/
3. Tutup jarum yang sudah dupasang terlepas
4. Mencederai diri anda sendiri yang mengumpulkan kotoran yang akan
dibuang, yang ternyata berisi instrumen tajam.
5. Anda mencoba membuang terlalu banyak benda tajam pada satu waktu.
6. Anda tertusuk oleh instrumen tajam yang menonjol dari tempat
pembuanagan benda benda tajam yang terlalu penuh ketika Anda
membuang sebuah instrumen tajam .
Jarum dan insrrumen lain yang dipertimbangkan “ tajam “ selalu dibuang
kedalam wadah yang disediakan dan ditandai dengan jelas. Wadah harus anti
tusuk dan anti bocor.
Melindungi Diri Anda Dari Cedera Tertusuk Jarum
Pada tahun 1987, Pusat kontrol Penyakit mengeluarkan pedoman
komperenshif yang disebut Universal Precautions ( Kewaspadaan Universal )
tetapi tidak terbatas pada anjuran penggunaan dan pembuanagan instrumen yang
tajam dan aman. Tindakana kewaspadaan ini semata-mata berfungsi sebagai
pedoman untukl institusi dan tidak diselenggarakan oleh hukum. Pada tahun 1991,
Keamanan Kerja dan Pelayanan Kesehatan yang mengeluarkan mandat yang
membuat tindakan kewaspadaan kini dapat dilaksanakan. Tindakan kewaspadaan
kini dapat digabungkan kedalam apa yang disebut kewaspadaan standar. Yang
ytercakup dalam mandat ini ialah peraturan yang menyatakan institusi harus
menyediakan alat pelindung untuk pegawai guna untuk mencegah penularan
patogen yang ditularkan melalui darah.
Apabila perawat harus menutup kembali sebuah jarum, teknik meutup jarum
dengan satu tangan, seperti yang tertera pada Prosedur 35-4, harus digunakan.
Pemberian IV
Mencmpur obat dalam jumlah yang besar merupakan cara yang paling
aman dan mudah. Obat dilarutkan dalam cairan IV yang kompatibel dalam
voumee besar (500ml atau 1000ml) missal NaCl atau larutan laktat Ringer (RI).
Ahli farmasi menambah obat ke dalam wadah utama larutan IV untuk menjamin
aseptic. Karena obat yang tersedia tidak kental, resiko efek samping atau reaksi
fatal berkurang. Vitamin dan NaCl adalah dua tipe yang biasa ditambahkan ke
dalam cairan IV. Bahay infus ibat kontinu ialah klien dapat menderita beban
cairan sirkulasi berlebiih, jika cairan IV diinfuskan dengan ckecepatan yang
terlalu tinggi.
Bolus Intravena
Infus Volume-Terkontrol
Set pemberian volume terkontrol adalah wadah kecil (100 ampai 150 ml)
yang dipasang tepat di bawah kantong atau botol infuse utama.
Pemberian IV Piggyback
Set pnggyback adalah kantong atau botol IV kecil (50 atau 100 ml) ayng
dihubungkan dengan selang pendek yang terhubung dengan port-Y atas selang
infuse utama atau akses intermiten. Selang pinggyback ialah sebuah system tetes
mikro atau tetes makro. Karena daanya risiko cedera tertusuk jarum, perawat
harus menghindari penggunaan jarum saat menghubungkan infuse sekunder
dengan selang infuse utama secara aman.
Alat infuse yang memilki penghubung khusus yang disbut male adapter,
yang secara tradisional diselubungi sebuah diafragma karet.
Peterson dan Kirchchoff (1991) menanalisis 13 penelitian yang
membndingkan heparin sebagai larutan pembilas dan sebagai salin normal, dan
menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara prosedur membilas
menggunakan heparin dan normal salin dalam kateter intravena perifer.
Keuntungan penggunaan salin yang paling jelas sebagai larutan pembilas bukan
heparin ialah penghematan biaya yang dikeluarkan institusi.
3. Tetes Telinga
Struktur telinga dalam sangat sensitif terhadap suhu yang eksterm.
Apabila telinga atau cairan irigasi tidak diberikan pada suhuh ruangan, dapat
timbul vertigo (pusing berat) atau mual. Masuknya larutan tidak steril ke
dalam struktur telinga tengah dapat menyebabkan infeksi. Memaksa obat
masuk kedalam telinga yang tersumbat dapat menciptakan tekanan yang
menimbulkan cedera pada gendang telinga.
Struktur telinga luar pada anak bebeda dari yang dimiliki orang
dewasa. Pada bayi dan anak kecil perawat meluruskan saluran tkartilago
telinga dengan memegang daun telinga dan menariknya ke bawah dank e
belakang dengan lembut. Pada orang dewasa saluran telinga lebih panjangg
dan tersusun atas tulang di bawahnya dan diluruskan dengan menarik daun
telinga ke atas dan ke belakang. Apabila saluran telinga tidak diluruskan
dengan benar, larutan obat tidak akan mencapai bagian dalam struktur
telinga luar.
4. Tetes Hidung
Klien yang mengalami perubahan sinus hidung dapat diberi obat-
obatan dengan cara semprot (spray), tetes, atau tampon. Bentuk obat nasal
paling umum diberikan ialah semprot atau tetes dekongestan, yang dapat
digunakan untuk meredakan gejala sumbatan (kongesti) sinus dan flu.
Obat tetes nasal efektif untuk menobati infeksi sinus. Pwerdarahan
hidung berat yang biasanya diatasi dengan balutan atau tampon . tampon
diobati dengan epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi perifer, untuk
mengurangi aliran darah. Biasanya dokter memberikan tampon hidung.
8. Irigasi
Obat dapat digunakan untuk mengirigasi atau mencuci rongga tubuh
dan diangkut melalui aliran larutan. Irigasi paling seringg dilakukan
menggunakan air steril, salin, atau larutan antiseptic pada mata, telinga,
tenggorok, vagina, dan saluran kemih. Apabila ada luka pada kulit atau
mukosa, perawat menggunakan teknik antiseptic untuk melakukan irigasi.
Apanila rongga yang akan diirigasi tidak steril, misalnya saluran telinga,
vagina atau mata dapat digunakan teknik bersih. Prisp-prinsip saatt
melakukan irigasi:
a. Hindari cedera lebih lanjut pada jaringan
b. Mencegah penulran infeksi
c. Mempertahankan kenyaman klien