Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2.1.1.1 Taksonomi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Ascoridida
Genus : Ascaris
2.1.1.2 Morfologi
pemeriksaan tinja penderita, dapat ditemukan telur cacing. Ada tiga bentuk telur
yang mungkin ditemukan, yaitu telur sudah dibuahi (fertilized eggs), berbentuk
bulat atau oval dengan dinding telur yang kuat, terdiri dari 3 lapis. Telur yang
mengalami dekortikasi adalah telur yang dibuahi, akan tetapi kehilangan
albuminoidnya. Telur yang tidak dibuahi (unfertilized eggs), mungkin dihasilkan
oleh betina yang tidak subur atau terlalu cepat dikeluarkan oleh betina yang subur.
Telur ini berdinding tipis dan akan tenggelam dalam larutan garam jenuh.7
2.1.1.3 Patofisiologi
Penyakit terjadi pada sebagian kecil dari individu yang terinfeksi, dapat menjadi
suatu masalah klinis karena insiden tinggi askariasis. Morbiditas dapat terinfestasi
selama migrasi larva yang melalui paru-paru atau dihubungkan dengan adanya
cacing dewasa di usus halus. Patogenisasi askariasis belum diketahui walaupun
mungkin dilibatkan fenomena hipersensitivitas. Cacing dewasa dapat
menimbulkan penyakit dengan menyumbat usus atau cabang-cabang saluran
empedu dan dengan mempengaruhi nutrisi hospes.8
2.1.2.1 Taksonomi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Genus : Trichuris
2.1.2.2 Morfologi
Manusia merupakan hospes definitif dari Trichuris trichiura. Cacing ini terutama
dapat ditemukan di sekum dan appendiks, tetapi juga dapat ditemukan di kolon
dan rektum dalam jumlah yang besar. Cacing cambuk tidak membutuhkan hospes
perantara untuk tumbuh menjadi bentuk infektif.3
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm.
Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang
seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina
bentuknya membulat tumpul, sedangkan pada cacing jantan melingkar dan
terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum
dengan satu spikulum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke
dalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap
hari antara 3.000-20.000 butir. Telur berbentuk seperti tempayan dengan semacam
penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna
kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.7
Telur yang keluar bersama tinja merupakan telur dalam keadaan belum matang
(belum membelah) dan tidak infektif. Telur ini perlu pematangan pada tanah
10
selama 3-5 minggu sampai terbentuk telur infektif yang berisi embrio di
dalamnya. Manusia mendapat infeksi jika telur yang infektif ini tertelan.
Selanjutnya di bagian proksimal usus halus, telur menetas, keluar larva, menetap
selama 3-10 hari. Setelah dewasa, cacing akan turun ke usus besar dan menetap
dalam beberapa tahun. Jelas sekali bahwa larva tidak mengalami migrasi dalam
sirkulasi darah ke paru-paru.3
2.1.2.3 Patofisiologi
Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dapat juga ditemukan di
dalam kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing ini tersebar
diseluruh kolon dan rektum, kadang-kadang terlihat pada mukosa rektum yang
mengalami prolapsus akibat mengejanya penderita sewaktu defikasi. Cacing ini
memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus hingga terjadi trauma yang
menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat pelekatnya dapat
menimbulkan perdarahan. Disamping itu cacing ini menghisap darah hospesnya
sehingga dapat menyebabkan anemia.8
11
Infeksi cacing cambuk yang ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang
jelas atau sama sekali tanpa gejala. Sedangkan infeksi cacing cambuk yang berat
dan menahun terutama pada anak menimbulkan gejala pada anak seperti diare,
disenteri, anemia, berat badan menurun dan kadang-kadang terjadi prolapsus
rectum. Infeksi cacing cambuk yang berat juga sering disertai dengan infeksi
cacing lainnya atau protozoa. Diagnosa dibuat dengan menemukan telur didalam
tinja.9
2.1.3.1 Taksonomi
a. Necator americanus
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Strongylida
Famili : Uncinariidae
Genus : Necator
12
b. Ancylostoma duodenale
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Strongylida
Famili : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma
2.1.3.2 Morfologi.
Manusia merupakan hospes definitif dari cacing tambang. Cacing ini
hidup dalam usus halus terutama di daerah jejunum. Pada infeksi berat, cacing
dapat tersebar sampai ke kolon dan duodenum. Cacing dewasa hidup di rongga
usus halus dengan mulut yang besar melekat pada mukosa dinding usus.3
2.1.3.3 Patofisiologi
Lesi yang disebabkan oleh cacing tambang dapat terjadi selama migrasi
infeksi atau mungkin terkait dengan adanya cacing dewasa pada usus kecil.
Daerah gatal atau dermatitis akibat dari invasi larva kulit dan selanjutnya respons
radang. Lesi paru ringan yang serupa dengan lesi yang diuraikan pada ascariasis
dapat terjadi selama migrasi larva dalam paru. Adanya cacing dewasa pada usus
kecil menyebabkan anemia dan hipoalbuminaria. Keparahan anemia cacing
tambang dihubungkan dengan intensitas infeksi dan keseimbangan besi hospes.
Kehilangan darah bervariasi menurut spesies cacing tambang (0,03-0,3 m
darah/cacing/hari), infeksi Ancylostoma duodenale menyebabkan kehilangan yang
lebih besar dari pada Necator americanus.7
Gejala klinis karena infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak
bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi
kerja menurun, dan anemia (anemia hipokrom micrositer). Disamping itu juga
terdapat eosinophilia.6
2.2.1.1 Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Papavorales
Genus : Brassica
2.2.2.1 Taksonomi
Phylum : Spermatophyta
Ordo : Dicotyledoneae
Subclass : Angiospermae
Genus : Lactuca
rendah daripada berat jenis telur dan jika berat jenis larutan pengapung ditambah
maka akan menyebabkan kerusakan pada telur.13
18
Kebersihan pasar
Sayuran di jual di pasar
Pemeriksaan
laboratorium dengan
metode pengendapan
2.6 Hipotesis
Adanya telur Soil Transmithed Helminths di pasar Tradisional Kota Jambi.