You are on page 1of 156

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218
PERIODE 11 – 29 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

HERLY MEIPEN SISCA, S. Farm.


1106153220

ANGKATAN LXXV

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2012
UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218
PERIODE 11 – 29 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

HERLY MEIPEN SISCA, S. Farm.


1106153220

ANGKATAN LXXV

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah karya saya sendiri, dan semua

sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Herly Meipen Sisca, S.Farm

NPM : 1106153220

Tanda Tangan :

Tanggal : 3 Januari 2013

iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, untuk memenuhi
salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan,
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Saffarrudin, MARS. selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan PKPA.
2. Bapak Drs. Mawardinur, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Kepala Seksi
Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan
kepada penulis selama PKPA berlangsung.
3. Ibu Dra. Dyan Sulistyorini, Apt., selaku Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada
penulis selama PKPA berlangsung.
4. Ibu drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah
memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama
PKPA berlangsung.
5. Ibu drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan
yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis
selama PKPA berlangsung.
6. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS, selaku ketua Departemen Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
7. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Departemen
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama PKPA.
8. Bapak Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt., selaku pembimbing di Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan arahan dan bimbingan

v
pada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
9. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang
telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.
10. Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan di Program Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA UI atas segala ilmu pengetahuan, didikannya,
serta bantuan dan masukan selama ini.
11. Orang tua yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan finansial
kepada penulis.
12. Rekan-rekan mahasiswa Apoteker angkatan 75 yang telah berjuang bersama
dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker di Universitas
Indonesia.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak
yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Depok, 2012

Penulis

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Herly Meipen Sisca, S.Farm
NPM : 1106153220
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas tugas akhir
saya yang berjudul :

“Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur, Jl. Matraman Raya No. 218 Periode 11 – 29 Juli 2012”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 3 Januari 2013

Yang menyatakan

( Herly Meipen Sisca, S.Farm )


ABSTRAK

Nama : Herly Meipen Sisca, S.Farm


Program Studi : Apoteker – Fakultas Farmasi
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur, Jl. Matraman
Raya No. 208 Periode 11 – 29 Juli 2012

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi


Jakarta Timur bertujuan untuk mengetahui dan memahami gambaran umum suku
dinas kesehatan beserta peran dan fungsinya, memahami gambaran umum Seksi
Sumber Daya Kesehatan (SDK) dan memahami pelaksanaan tugas dan fungsi
koordinator farmasi makanan minuman (farmakmin) di lapangan, baik yang
terkait dengan perizinan maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan,
dan pengendalian sarana kesehatan pada lingkup Kota Administrasi Jakarta
Timur. Tugas khusus yang diberikan berjudul Analisis Kesesuaian Tenaga Medis,
Kefarmasian, dan Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Rumah Sakit Pada
Rumah Sakit di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Tugas khusus ini
bertujuan untuk mengetahui pemenuhan standar jumlah tenaga medis,
kefarmasian dan keperawatan oleh rumah sakit di Wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pemerintah. Metode
yang digunakan adalah melalui penelusuran literatur (studi pustaka) dari masing-
masing rumah sakit di Jakarta Timur

Kata Kunci : Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur, Seksi
Sumber Daya Kesehatan, Farmasi Makanan Minuman, Binwasdal
Tugas Umum : xi + 60 halaman; 2 lampiran
Tugas Khusus : v + 45 halaman; 7 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 9 (1990 – 2010)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 8 (1990 – 2012)

Universitas Indonesia
ABSTRACT

Name : Herly Meipen Sisca, S.Farm


Program Study : Apothecary – Faculty of Pharmacy
Title : Apothecary Internship Report in Suku Dinas Kesehatan Kota of
East Jakarta , Jl. Matraman Raya No. 208 Period 11th – 29th
July 2012

Apothecary Internship Report in Goverment Sub Office of Health in East Jakarta


aimed to know and learn common description from Goverment Sub Office of
Health along with its duties and functions, learn common description from
Health Resource Section and learn implementation of duties and functions from
Pharmaceutical Food and Beverage concerned with permission or guidance,
observation and controling (binwasdal) health facility in East Jakarta district.
Special assignment is Suitability Analysis Medical, Pharmacy, and Nursing
Hospital Classification Based On Regional Hospital in East Jakarta Municipality.
Special task aims to determine compliance with the standard number of medical,
pharmacy and nursing by the hospital in East Jakarta Administration City Region
based on criteria set by the government. The method used is through literature
searches (literature) of each hospital in East Jakarta.

Keywords : Goverment Sub Office of Health in East Jakarta District, Health


Resource Section, Pharmaceutical Food and Beverage, Binwasdal
General Assignment : xi + 60 pages; 2 appendics
Special Assignment : v + 45 pages; 7 appendics
Bibliography of general assignment : 9 (1990 – 2010)
Bibliography of special assignment : 8 (1990 – 2012)

Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA


ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR.................................................... 3
2.1 Instansi Kesehatan ............................................................................... 3
2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi ........................................... 4
2.3 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.................... 6
2.3.1 Visi dan Misi............................................................................... 6
2.3.2 Sasaran Mutu .............................................................................. 7
2.3.3 Struktur Organisasi ..................................................................... 7

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN ....... 14


3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan........................................................... 14
3.2 Dasar Hukum...................................................................................... 14
3.2.1 Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan .............................. 14
3.2.2 Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan ............................. 16
3.2.3 Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan ........... 17
3.3 Ruang Lingkup................................................................................... 18
3.3.1 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman........................ 18
3.3.2 Koordinator Tenaga Kesehatan ................................................ 36
3.3.3 Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan ............................... 46

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 50


4.1 Hasil .................................................................................................. 50
4.1.1 Koordinator Tenaga Kesehatan ................................................ 50
4.1.2 Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan ............................... 50
4.1.3 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman........................ 51
4.2 Pembahasan........................................................................................ 54
4.2.1 Koordinator Tenaga Kesehatan ................................................ 55
4.2.2 Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan ............................... 56
4.2.3 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman........................ 58

vi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 61
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 61
5.2 Saran .................................................................................................. 61

DAFTAR REFERENSI ......................................................................................62


LAMPIRAN ........................................................................................................ 65

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Monitoring Harga Obat Generik pada Sarana Pelayanan
Kesehatan di Wilayah Jakarta Timur............................................ 52
Tabel 4.2 Persentase per item hasil monitoring obat generik periode tahun
2012 pada sarana apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur.......... 52
Tabel 4.3 Persentase per Item Hasil Monitoring Obat Generik Periode
Tahun 2012 Pada Sarana Instalasi Farmasi Rumah Sakit di
Wilayah Jakarta Timur ................................................................. 53

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan struktur organisasi Dinas Kesehatan ..................................... 64


Lampiran 2. Bagan struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur..... 65

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang.
Penyelenggaraan pembangunan dalam berbagai bidang, khususnya bidang
kesehatan sedang digalakkan agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk mencapai hal tersebut, maka
diperlukan penyelenggaraan upaya kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan
No.1202 MENKES/SK/VII/2009).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintregrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Keputusan Menteri
Kesehatan No.1202 MENKES/SK/VII/2009).
Selain itu, pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009). Untuk melaksanakan tugas tersebut, pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan, terus-menerus berupaya agar pelayanan kesehatan
semakin baik kualitasnya. Dengan adanya otonomi daerah, sebagian kewenangan
dan tugas pemerintah pusat telah dilimpahkan ke pemerintah daerah.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku
Dinas Kesehatan di setiap Kotamadya yang berada di DKI Jakarta, misalnya Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Timur, yang membantu Dinas Kesehatan dalam
menjalankan dengan baik tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan
binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) upaya-upaya kesehatan di
Jakarta Timur (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150, 2009).

1 Universitas Indonesia
2

Pelayanan kesehatan tentunya dapat berjalan secara optimal dengan


adanya sumber daya manusia yang kompeten, misalnya apoteker. Oleh karena itu,
dengan adanya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, seorang calon
apoteker dapat memperoleh gambaran nyata mengenai perannya secara umum di
masyarakat dan secara khusus di Suku Dinas Kesehatan.

1.2. Tujuan
Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur,
bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker:
1. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja, tugas pokok dan fungsi dari
Suku Dinas Kesehatan Kotamadya.
2. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya
Kesehatan
3. Mengetahui dan memahami tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian terhadap tenaga kesehatan, sarana pelayanan farmasi, dan
standarnisasi mutu.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

2.1. Instansi Kesehatan


Ada beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang
kesehatan. Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi:
a. Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan
pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan.
Kementerian kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada
Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan
pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat
nasional.
b. Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150, 2009)
Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang
kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat
dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI
Jakarta.
c. Suku Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150,
2009)
Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada
tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas
yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara
teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional
kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya.

3 Universitas Indonesia
4

d. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan
organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,
dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan
derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit
Puskesmas Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang
rawat inap, 21.587 unit Puskesmas kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling
untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 76
Puskesmas Kelurahan.

2.2. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Peraturan Gubernur


Provinsi DKI Jakarta No. 150, 2009)
Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi
menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat
dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI
Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali
berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan
Masyarakat di tingkat Kotamadya,dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah
DKI Jakarta No. 10 Tahun
2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi
perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan
Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu yaitu Suku Dinas
Kesehatan.

Universitas Indonesia
5

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas


Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan
pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh
seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara
operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Suku Dinas
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas
c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan
lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan,
khusus, tradisional dan keahlian.
d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana dan Kejadian Luar
Biasa (KLB)
e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak
menular.
f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian.
g. Pelaksanaan surveilans kesehatan
h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.
i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku
Dinas.
k. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi perizinan atau
rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.
l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup
Kota Administrasi

Universitas Indonesia
6

m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan


gizi dan kesehatan masyarakat.
n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan
pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan
khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi
o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.
p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang.
q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan
r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.
s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan
fungsi Suku Dinas
t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas.

2.3. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur


2.3.1. Visi dan Misi (Sudinkes Jakarta Timur, 2011)
Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat,
Mandiri dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
adalah :
a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia (SDM).
b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim.
c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan
teknologi.
d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga
Swadaya Masyarakat dan organisasi terkait.
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

Universitas Indonesia
7

2.3.2 Sasaran Mutu (Sudinkes Jakarta Timur, 2011)


Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur adalah :
a. Binwasdal SDM Sudinkes 100 % terlaksana dengan baik, benar, dan tepat
waktu.
b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu.
c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja.
d. Pelayanan perizinan sarana kesehatan 25 hari kerja.
e. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti.
f. Kepuasan pelanggan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) minimal 2, 51
atau dalam kategori baik.

2.3.3 Struktur Organisasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150,
2009)
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari :
a. Kepala Suku Dinas
b. Subbagian Tata Usaha
c. Seksi Kesehatan Masyarakat
d. Seksi Pelayanan Kesehatan
e. Seksi Sumber Daya Kesehatan
f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
g. Subkelompok Jabatan Fungsional

2.3.3.1 Kepala Suku Dinas


Kepala Suku Dinas mempunyai tugas :
a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok
Jabatan Fungsional

Universitas Indonesia
8

c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat


Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi
pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
Suku Dinas.
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi
Suku Dinas.

2.3.3.2 Subbagian Tata Usaha


Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan.
Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
d. Melakasanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas.
f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas.
g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.
h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor
i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas
j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas.
k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan melaporkan
penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan.
l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian
Tata Usaha.

Universitas Indonesia
9

m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan


akuntabilitas) Suku Dinas.
n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian
Tata Usaha.

2.3.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat


Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas.
Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga
termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia
sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana,
pekerja wanita dan asuhan keperawatan.
d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan
dan pengendalian program kesehatan masyarakat.
e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi
f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann
masyarakat.
g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat
Kota Administrasi.
h. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi
manajemen kesehatan yang terintegrasi.
i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.
j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia
10

l. Melaporkan dan mempertanggunjawabkan pelaksanaan tugas Seksi


Kesehatan Masyarakat.

2.3.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan


Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan
mempunyai tugas:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata
laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan,
memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.
e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar
pelayanan kesehatan
f. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan
kesehatan.
g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan.
h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.
i. Melaksanakan siaga 24 jam / Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan
(Pusdaldukkes).
j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal
pelayanan kesehatan.
k. Meyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Pelayanan Kesehatan.
l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Pelayanan Kesehatan.

Universitas Indonesia
11

2.3.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan


Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi
Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya
Kesehatan mempunyai tugas:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya
c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan
minuman.
d. Memberikan rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan
dan minuman.
e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan
f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.
g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas
kesehatan terhadap standar pelayanan.
h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem
manajemen mutu.
i. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan.
j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penetapan
sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.
k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.
l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,
assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan
sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, cabang
penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri
makanan minuman rumah tangga.

Universitas Indonesia
12

n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan


persediaan cadangan obat esensial.
o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada
lingkup Kota Administrasi.
p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.
q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Sumber Daya Kesehatan.
r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber
Daya Kesehatan.

2.3.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan


Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku
Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan.
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular,
kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah
atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.
d. Melaksanakan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji.
e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit
menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.
f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis
peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa
masyarakat.
g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian
penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan

Universitas Indonesia
13

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah


(UKPD) dan atau instansi pemerintah / swasta / masyarakat.
h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan
imunisasi.
i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan
memanfaatkan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota
Administrasi.
j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.
k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan surveilans.
l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.
m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan
wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.
n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan air minum / air bersih, penyehatan makanan
dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian
radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum,
tempat kerja, tempat pengeloalaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengeloalaan
lingkungan / upaya pemantauan lingkungan.
o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang
kesehatan lingkungan.
p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Kerja.
q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.
r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan.

Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN

3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan (Gubernur Provinsi DKI Jakarta,


2009)
Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi
Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.
Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain:
a. Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan, Tenaga
Kesehatan dan Farmasi, Makanan dan Minuman selama 1 tahun
b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan
c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan
d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan dan
Minuman
e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur
f. Pemantauan Pemberantasan Sarang Nyamuk di wilayah kecamatan binaan.

3.2. Dasar Hukun


3.2.1. Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan
Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan
dan minuman adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
d. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
f. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan.

14 Universitas Indonesia
15

g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah


dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
h. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
i. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1191/Menkes/PER/VIII/2010 tentang
Penyaluran Alat Kesehatan.
j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/Menkes/PER/III/2007 tentang Apotek
Rakyat.
k. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang
Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
l. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
m. Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha
Industri Kecil Obat Tradisional.
n. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan Peraturan Menkes Nomor 167/Kab/B.VII/1972 tentang Pedagang
eceran Obat.
o. Keputusan Menteri Kesehatan No. 149/MenKes/Per/II/1998 tentang
Perubahan Atas PerMenKes No.184/MenKes/Per/II/1995 Tentang
Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.
p. Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
q. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Sarana Kesehatan.
r. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150
Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi
DKI.
s. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 58
Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta .

Universitas Indonesia
16

t. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 970
Tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran
Obat di wilayah DKI Jakarta.
u. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No. 8981
Tahun 2006 tanggal 14 Desember 2006 tentang Pemberlakuan Tatacara
Perizinan Cabang Penyalur Alat Kesehatan.
v. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No. 7687 Tahun
2002 tentang Pemberlakuan Pedoman Perizinan Sarana Farmakmin di
Provinsi DKI Jakarta.
w. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No. 0160 Tahun
2002 tentang Penyerahan Wewenang Pengurusan Perizinan Sarana Kesehatan
tertentu kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan.

3.2.2. Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan


Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai
berikut:
a. Peraturan Menteri Kesehatan No.161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan.
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1464/Menkes/per/XI/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan No.317/Menkes/Per/III/2010 tentang
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warganegara Asing di Indonesia
e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 tahun 2011 tentang Pedoman
Penelitian dan Pengembangan Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.
g. Pemerintah RI No. 48 Tahun 2009 tentang Perizinan dan Pelaksanaan Kegiatan
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu dan Teknologi yang Beresiko
Tinggi dan Berbahaya.

Universitas Indonesia
17

3.2.3. Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan


Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut
Undang-Und/ang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang
dilaksanakan di Negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan
antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut undang-
undang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah
setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang
dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi:
a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur
dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan
perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga
negara.
b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh
negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan
berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.
Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan
publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara
pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar
pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lagi oleh peraturan pemerintah.
Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan
publik yang berkulaitas bagi seluruh masyarakat.

Universitas Indonesia
18

3.3. Ruang Lingkup


Seksi ini membawahi tiga bagian, yaitu:
a. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman
b. Koordinator Tenaga Kesehatan
c. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan

3.3.1. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman


Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman mempunyai tugas:
a. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan
minuman.
b. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan
sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, cabang
penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri
makanan minuman rumah tangga.
c. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan
persediaan cadangan obat esensial.
d. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada
lingkup Kota Administrasi.

Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan


minuman di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah:
a. Apotek (apotek kerja sama, apotek profesi, apotek rakyat dari toko obat dan
depo obat/ farmasi)
b. Toko Obat
c. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)
d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)
e. Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga/
Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)

Universitas Indonesia
19

3.3.1.1 Apotek (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan
No. 1332/MenKes/SK/X/2002)
Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sedangkan, berdasarkan Peraturan
Pemerintash RI No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker.
Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Apotek Kerja sama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai apoteker
pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari
pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain).
b. Apotek Profesi, adalah apotek yang apoteker pengelola apotek (APA) juga
sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA).
c. Depo Farmasi/Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya
boleh menerima resep dari klinik tersebut.
d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat
dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat
dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak
menjual obat golongan narkotika dan psikotropika, dimana terhitung sejak
ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari
apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat.
Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker. Apoteker berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA), SIPA (Surat Izin Praktik Apoteker), dan Surat Izin Apotek
(SIA).

Universitas Indonesia
20

SIPA wajib dimiliki oleh apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian


di apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit. Selain itu SIPA juga
wajib dimiliki apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai apoteker
pendamping.
SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif
melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan nonfisik. SIA harus
diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria
perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian apoteker pengelola sarana
apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian
pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal
lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan
alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi, dan/atau terjadi karena
surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik,
yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi
perubahan pindah lokasi apotek.
Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan
bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus
mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan
kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu,
ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja
apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat
pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem
sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran
minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar
berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat
apotek.
Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan,
mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus
narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan

Universitas Indonesia
21

pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota


Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI
Jakarta sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun
sekali.
SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang
menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola
Apotek (APA).
b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.
c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-
menerus.
d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan,
dan ketentuan perundang-undangan yang lain.
e. Surat izin kerja APA dicabut.
f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan di bidang obat.

Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain
adalah:
a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan
setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap,1 (satu) rangkap di atas materai Rp.
6000,00.
b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang
disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI.
c. Fotokopi KTP DKI dari APA.
d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan
lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai
negeri.
e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung
milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua)

Universitas Indonesia
22

tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun,
bila kontrak/sewa.
f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG).
g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.
i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada
peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00.
j. Peta lokasi dan denah ruangan.
k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak
akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak
akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00.
l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang
farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00.
m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu
tanpa resep di atas materai Rp.6000,00.
n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram).
o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.
p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi.
q. Rencana jadwal buka apotek.
r. Daftar peralatan peracikan obat.
s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi.
t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika.
u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir).
v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.

Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi:


a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku
Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas
materai Rp.6000,00.
b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi
yang diterbitkan setiap tahun sekali.

Universitas Indonesia
23

c. Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi.


d. Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa min 2 tahun.
e. Denah bangunan beserta peta lokasi.
f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll.
g. Fotokopi NPWP apoteker.
h. SIK/SP apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan
surat selesai masa bakti apoteker.
i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada
apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup).
j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut
melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta.

Secara umum persyaratan Izin depo obat/farmasi:


a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku
Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas
materai Rp.6000,00.
b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku.
c. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum.
d. Fotokopi KTP DKI APA.
e. Ijasah/SIK/SP Apoteker dengan melampirkan surat selesai masa bakti
apoteker.
f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo
obat/farmasi.
g. Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi.
h. Ijazah/SIK asisten apoteker.
i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta
denah bangunan tertutup.
j. NPWP perusahaan.
k. Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun.
l. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya
(bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan.

Universitas Indonesia
24

Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus


memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping
berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti.
Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor,
dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih
dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk apoteker pengganti,
sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1 – 3 bulan,
maka harus menunjuk apoteker supervisor. (Peraturan Menteri Kesehatan No.
1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).
Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan
karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah
terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat
penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan
pembuatan berita acara.
Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat diberikan teguran
secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari
apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan
pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis
kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-
masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-
lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila
apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Peraturan Menteri Kesehatan No.
332/MenKes/SK/X/2002, 2002).

Universitas Indonesia
25

3.3.1.2 Apotek Rakyat (Dinkes Provinsi, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No


284/MenKes/PER/III/2007)
Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan
kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan
tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007,
ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah:
a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat
generik.
b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk
golongan obat keras, obat bebas terbatas , obat bebas, dan perbekalan
kesehatan rumah tangga.
c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat
dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.
d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung
jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.
e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar
ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat
dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan
pencabutan izin.
f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana
dianggap telah menjadi apotek rakyat.

Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek
sederhana (apotek rakyat) :
a. Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan
setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai
Rp.6.000,00.
b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT
c. Salinan/fotokopi KTP DKI dari APA
d. Fotokopi izin domisili dari lurah

Universitas Indonesia
26

e. Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, foto kopi
perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku
minimal 2 (dua) tahun.
f. Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko
obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp.6000,00.
g. Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi
kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas
materai Rp. 6000,00.
h. Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar.
i. Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta
patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp.6000,00.
j. Peta lokasi dan denah bangunan.
k. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran
peraturan di bidang Farmasi/obat di atas materai Rp.6000,00.
l. Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/toko obat diatas materai
Rp.6000,00.
m. Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan
penjualan obat Narkotik, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep
dari pemilik dan apoteker diatas materai Rp.6000,00.
n. Struktur organisasi apotek dan tata kerja/tata laksana.
o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri sengan SK
pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan tenaga
kerja tersebut diatas materai Rp.6000,00.
p. Surat izin kerja/surat penugasan apoteker.
q. Surat izin kerja AA/D3 Farmasi.
r. Rencana jadwal buka apotek.
s. Daftar peralatan lainnya.
t. Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi.
u. Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh
petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp.6000,00.

Universitas Indonesia
27

3.3.1.3 Toko Obat (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002)


Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di
Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau)
dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat
tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga
agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi
atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat
izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat
permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan dan
Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali
dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun
persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara
lain :
a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes
Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas
materai Rp. 6000,00.
b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat.
c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada
Menteri Kehakiman dan HAM.
d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan
e. Ijazah dan SIK AA, foto 2x3 2 lembar.
f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis
pada toko obat di atas materai Rp. 6000,00.
g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila
sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP
pemilik.
h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Universitas Indonesia
28

Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat
harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan
yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi setempat. Perubahan non fisik meliputi:
a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana
kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya).
b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat.
c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan
lokasi.
d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena
meninggal dunia maupun hal lainnya).
e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak.

Perubahan fisik meliputi:


a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat.
b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.

Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan


perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan
pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun
sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan,
penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin,
sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.

3.3.1.4 Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) (Dinkes Provinsi DKI Jakarta,
2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990)
Menurut Permenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990, Industri Kecil Obat
Tradisional (IKOT) adalah perusahaan yang memproduksi obat tradisional
dengan total aset tidak lebih dari Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak
termasuk harga tanah dan bangunan. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk
memperoleh Izin Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional, antara lain:

Universitas Indonesia
29

a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan, ditujukan


kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di
atas materai Rp. 6000,00.
b. Rencana denah bangunan industri IKOT.
c. Jadwal rencana pendirian bangunan dan pemasangan mesin produksi.
d. UUG, dengan melihat lokasi yang sesuai denah industri
e. Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

Izin Prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan mewajibkan sebagai


penanggung jawab teknis satu orang Asisten Apoteker yang bekerja penuh.
Tujuan Prinsip IKOT agar pemohon dapat langsung melakukan persiapan-
persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi
peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui sedangkan izin
IKOT berlaku selama perusahaan tersebut masih beroperasi. Persyaratan yang
harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Industri Kecil Obat Tradisional, antara
lain:
a. Permohonan izin prinsip/izin tetap dari direktur/pimpinan
perusahaan/perorangan, ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga
rangkap beserta lampirannya dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00.
b. Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk PT yang disahkan oleh Menteri
Kehakiman dan HAM.
c. Ijazah apoteker penanggung jawab teknis.
d. KTP DKI Jakarta dari penanggung jawab teknis.
e. Surat perjanjian kerjasama antara apoteker dengan pihak perusahaan di atas
materai Rp. 6000,00.
f. Undang-Undang Gangguan.
g. Peta lokasi, IMB
h. Denah ruangan produksi, kantor, gudang bahan baku, dan gudang produk
jadi.
i. Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi.
j. Peralatan dan pengolahan serta pengemasan.
k. Peralatan laboratorium.

Universitas Indonesia
30

l. Sumber daya/energi yang dipakai.


m. Jumlah tenaga kerja.
n. Nilai investasi.
o. Rencana pemasaran.
p. Buku peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan lain-lain.
q. Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, bila sewa,
lampirkan surat sewa minimal lima tahun beserta fotokopi KTP pemilik.
r. Analisis dampak lingkungan/Surat Pernyataan Pengelolahan Limbah (SPPL).
s. Peralatan pengendalian pencemaran.

Perubahan fisik maupun non fisik juga dapat terjadi pada Industri Kecil
Obat Tradisional. Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi harus
dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas
Kesehatan seksi SDK yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman
setempat. Perubahan non fisik meliputi:
a. Terjadi pergantian direktur / pimpinan sarana kesehatan IKOT (baik karena
meninggal dunia maupun hal lainnya)
b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan IKOT
c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan IKOT tanpa pemindahan lokasi
d. Terjadi pergantian penanggung jawab teknis sarana kesehatan IKOT (baik
karena meninggal dunia maupun hal lainnya)
e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan IKOT hilang atau rusak

Perubahan fisik meliputi :


a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan IKOT
b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan IKOT
c. Terjadi perluasan atau penambahan jenis produksi dari sarana kesehatan
IKOT

3.3.1.5 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)


Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha
yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran

Universitas Indonesia
31

alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.


Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang
dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana
perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin
Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh
PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun.
Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan,
reagen/produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait
komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis
penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada
manusia.
Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur
Alat Kesehatan (CPAK), antara lain:
a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan
(UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat
sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00.
b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp. 6.000,00.
c. Fotokopi izin UPAK.
d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri
Kehakiman dan HAM.
e. Denah bangunan/ruangan dari CPAK.
f. Peta lokasi CPAK.
g. SIUP CPAK.
h. NPWP CPAK.
i. UUG.
j. Domisili perusahaan.
k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa
minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP
pemilik.
l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat
pengelolaan alat kesehatan).

Universitas Indonesia
32

Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus
dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi
Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan
Minuman. Perubahan non fisik meliputi:
a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia
maupun lainnya)
b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK
c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi
d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak

Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi:


a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK
b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK
Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali
bila semua persyaratan telah dipenuhi.

3.3.1.6 Izin Toko Alat Kesehatan (Kemenkes/No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010)


Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh
perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat
kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas.
Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh izin usaha
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat
2 (dua) tahun.

Universitas Indonesia
33

Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila:


a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar
b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat
Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan
c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

3.3.1.7 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) (Dinkes Provinsi DKI Jakarta,
2002)
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan
Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki
tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual
hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat
Makanan (BPOM) RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
(SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan
pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.
b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang
pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap
keselamatan konsumen.
c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang
dihasilkan PIRT

Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu:


a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00.
b. Fotokopi KTP.
c. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.

Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara lain:


a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang
ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu)
rangkap di atas materai Rp. 6000,00.

Universitas Indonesia
34

b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya.


c. Peta lokasi, IMB.
d. Denah ruangan produksi.
e. Rancangan etiket.
f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta).
g. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.
h. Surat izin perindustrian dari Dinas/SuDin Perindustrian.
i. Data produk makanan yang akan diproduksi.
j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan
dari asal produk.
k. Status bangunan (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat , dan bila
sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP
pemilik.

Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT yaitu:


a. Pengajuan permohonan
1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah
Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi
berupa:
a) Susu dan hasil olahan.
b) Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses
dan atau penyimpanan beku.
c) Pangan kaleng.
d) Pangan bayi.
e) Minuman beralkohol.
f) Air minum dalam kemasan.
g) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh : SL,
coklat bubuk, garam yodium, AMDK, dan tepung).
h) Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM.

Universitas Indonesia
35

3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP)


dan telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Sudinkes
Kotamadya.
b. Penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan
c. Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas
Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara
bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi
penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi:
1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan
memusnahkannya serta pengawetan pangan.
2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga.
3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB).
4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan
Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan.
Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan
industri rumah tangga, misalnya:
1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga.
2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk
etika bisnis.
d. Pemeriksaan sarana produksi
Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas
Kesehatan Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT.
Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi
Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil
minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan
SPP-IRT.
e. Sertifikasi produksi pangan IRT
Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
1) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan
Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti
penyuluhan keamanan pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai

Universitas Indonesia
36

minimal satu orang tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan


keamanan pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah
memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus
menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti
penyuluhan keamanan pangan.
2) Sertifikasi produksi pangan
Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus
Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya
dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk satu
jenis pangan produk IRTP. IRTP berlaku untuk selamanya selama IRTP
tersebut masih tetap beroperasi.
f. Sistem pendataan dan pelaporan
Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudinkes Kota Administrasi setempat
melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM
atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan
Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP yang selambat-
lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan
rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan
pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudinkes Kota Administrasi setempat.

3.3.2 Koordinator Tenaga Kesehatan


Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang
proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi adalah :
a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
b. Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter
gigi spesialis)
c. Surat Izin Kerja Perawat
d. Surat Izin Kerja Perawat Gigi
e. Surat Izin Praktik Bidan
f. Surat Izin Kerja Radiografer
g. Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien

Universitas Indonesia
37

h. Surat Izin Praktik Fisioterapis


i. Surat Izin Praktik Terapis Wicara

3.3.2.1 Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Keputusan Menteri
Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011)
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga
Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga
kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan
memiliki izin kerja/praktik. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang
melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat
Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi
Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan
Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi.
Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi
Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi
Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.
Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK
dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN
(Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib
mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki
SIAA dan/atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara
mendaftar melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga
Teknis Kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Universitas Indonesia
38

STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan


mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama
lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk
memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan
permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Surat permohonan STRTTK
harus melampirkan:
a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis
Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;
b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP;
c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian;
d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki
STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm
dua lembar.
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin
tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker
pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang
melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas
distribusi/penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang
melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian
atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara
SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat
fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak
tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh
Kepala DinKes Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.

Universitas Indonesia
39

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan


kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian
dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan
dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas
produksi atau distribusi/penyaluran;
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.

Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping


harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,
kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan
SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan
diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan:
a. Fotokopi STRTTK;
b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan
pekerjaan kefarmasian;
c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis
Kefarmasian; dan
d. Pas foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.

Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan


SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua
puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

Universitas Indonesia
40

3.3.2.2 Surat Izin Praktik Dokter (Peraturan Menteri Kesehatan No.


2052/Menkes/Per/X/2011)
Praktek kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter
dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan
dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan
dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik
kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi
yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan SIP harus
mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk
memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut
meliputi:
a. Fotokopi Surat Tanda Registrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang
diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih
berlaku;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari
sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;
c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang
bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada
instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu;
d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik; dan
e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.

Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur


menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut:
a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki;
b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung; dan

Universitas Indonesia
41

c. Fotokopi KTP.
Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama
pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas.
Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan
langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas
Administrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan
apakah izin akan dibuatkan atau tidak.
Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut
diberikan SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan
paling banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan
milik pemerintah, swasta maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam
pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk
tempat praktik pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5
tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang
tercantum dalam SIP.

3.3.2.3 Surat Izin Praktik Bidan (Kepmenkes H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010)


Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
meliputi, fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik
mandiri. Setiap bidan yang menjalankan praktik wajib memiliki Surat Izin
Praktik Bidan (SIPB), kecuali bagi bidan yang menjalankan praktik pada fasilitas
pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau bidan yang menjalankan tugas
pemerintah sebagai bidan desa. Surat Izin Praktik Bidan adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan
praktik kebidanan. Untuk memperoleh SIPB, bidan harus mengajukan
permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir;
b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar; dan
e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi.

Universitas Indonesia
42

SIPB hanya diberikan untuk satu tempat praktik. Bidan dalam


menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi tempat praktik
dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan.

3.3.2.4 Surat Izin Praktik Perawat (Kepmenkes H.K. 02.02/Menkes/148/ I/2010)


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010, Perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Perawat dapat melaksanakan praktik
keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri. Perawat yang
melaksanakan praktik pada wajib memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP),
kecuali untuk perawat yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri. SIPP hanya diberikan untuk satu tempat
praktik. SIPP dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir;
b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki SIP;
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d. Pas foto berwana ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi

Pelaksanaan perizinan perawat di Suku Dinas Kesehatan Kota


Administrasi Jakarta Timur pada tahun 2011 belum dilaksanakan sesuai dengan
Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tersebut karena belum terbentuknya
Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) dan Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI) yang bertugas melaksanakan registrasi tenaga kesehatan di
setiap provinsi. MTKI dan MTKP baru terbentuk pada akhir tahun 2011. Dengan
demikian registrasi tenaga kesehatan masih dilakukan di Dinas Kesehatan dan
pemberian Surat Izin Kerja Perawat pada tahun 2011 dilaksanakan oleh Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur sesuai dengan Permenkes No.
1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

Universitas Indonesia
43

3.3.2.5 Surat Izin Kerja Perawat Gigi (Peraturan Menteri Kesehatan No.
1392/Menkes/SK/XII/2001)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1392/Menkes/SK/XII/2001 Perawat Gigi adalah setiap orang yang lulus
pendidikan perawat gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Surat Izin Kerja (SIK) adalah bukti tertulis yang diberikan kepada
perawat gigi untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di
sarana kesehatan. SIK sebagaimana dimaksud diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan
melampirkan:
a. Foto kopi ijazah pendidikan perawat gigi
b. Foto kopi SIPG (surat izin perawat gigi) yang masih berlaku
c. Surat keterangan sehat dari dokter
d. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
e. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyebutkan tanggal
mulai bekerja sebagai perawat gigi
f. Rekomendasi dari organisasi profesi ( PPGI)

SIK berlaku sepanjang SIPG belum habis masa berlakunya dan


selanjutnya dapat diperbaharui. SIPG berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui
kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK.

3.3.2.6 Surat Izin Kerja Radiografer (Peraturan Menteri Kesehatan No.


357/Menkes/Per/2006).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
357/Menkes/Per/2006 Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan akademi
penata rontgen, diploma III radiologi, pendidikan ahlimadya/akademi/diploma III
teknik radiodiagnostik dan radioterapi yang telah memiliki ijazah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Setiap radiografer untuk
menjalankan pekerjaan radiografi pada sarana pelayanan kesehatan pemerintah
maupun swasta wajib memilki Surat Izin Kerja Radiografer (SIKR). Untuk

Universitas Indonesia
44

memperoleh SIKR, maka radiografer yang bersangkutan mengajukan permohonan


kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan :
a. Fotokopi Surat Izin Radiografer (SIR) yang masih berlaku
b. Fotokopi ijazah radiografer yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara
pendidikan radiographer
c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP
d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2(dua) lembar.
e. Surat keterangan telah melaksanakan tugas dari pimpinan sarana pelayanan
kesehatan
SIK berlaku sepanjang SIR belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui. SIR berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui kembali serta
merupakan dasar untuk memperoleh SIK.

3.3.2.7 Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien (Peraturan Menteri Kesehatan No.
544/Menkes/VI/2002).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
544/Menkes/VI/2002 Refraksionis Optisien adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan refraksionis optisien minimal program pendidikan diploma, baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku. Setiap refraksionis optisien untuk melakukan
pekerjaan pada sarana kesehatan wajib memiliki SIK. SIK diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan
melampirkan :
a. Fotokopi Surat Izin Refraksionis Optisien (SIRO) yang masih berlaku
b. Surat keterangan sehat dari dokter
c. Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar
d. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan tanggal
mulai bekerja
e. Rekomendasi dari organisasi profesi
SIK berlaku sepanjang SIRO belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui kembali. SIRO berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui
serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK.

Universitas Indonesia
45

3.3.2.8 Surat Izin Praktek Fisioterapis (Peraturan Menteri Kesehatan No.


1363/Menkes/SK/XII/2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1363/Menkes/SK/XII/2001 Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan fisioterapi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak
dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan
mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi. Fisioterapis dapat melaksanakan praktek
fisioterapi pada sarana pelayanan kesehatan, praktek perorangan dan/atau
berkelompok. Fisioterapis yang melaksanakan praktek fisioterapi harus memiliki
Surat Izin Praktek Fisioterapis (SIPF). SIPF dapat diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan
melampirkan:
a. Fotokopi ijazah pendidikan fisioterapis
b. Fotokopi SIF (surai izin fisioterapis) yang masih berlaku
c. Surat keterangan sehat dari dokter
d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyatakan
tanggal mulai bekerja
f. Surat keterangan menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri SIPF
berlaku sepanjang SIF belum habis masa berlakunya dan selanjutnya dapat
diperbaharui. SIF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta
merupakan dasar untuk memperoleh SIPF.

3.3.2.9 Surat Izin Praktek Terapis Wicara (Peraturan Menteri Kesehatan No.
867/Menkes/Per/VIII/2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
867/Menkes/Per/VIII/2004 Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan terapis wicara baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terapis wicara dapat

Universitas Indonesia
46

melaksanakan praktek terapis wicara pada sarana pelayanan terapi wicara, praktek
perorangan dan/atau berkelompok. Terapis wicara yang melakukan praktek pada
sarana pelayanan terapi wicara, praktek perorangan dan/atau berkelompok harus
memiliki Surat Izin Praktek Terapis Wicara (SIPTW). SIPTW dapat diperoleh
dengan megajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat
dengan dengan tembusan kepada Ikatan Terapis Wicara yang terdekat dengan
wilayah tersebut. Permohonan tersebut diajukan dengan melampirkan :
a. Fotokopi ijazah yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan
terapis wicara
b. Fotokopi SITW yang masih berlaku
c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP
d. Surat keterangan dari pimpinan sarana yang menyatakan tanggal mulai
bekerja, untuk yang bekerja di sarana pelayanan terapi wicara
e. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar SIPTW berlaku sepanjang
SITW belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. SITW
berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk
memperoleh SIPTW.

3.3.3 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan (Sudinkes Jakarta Timur,


2011)
Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Timur adalah sebagai berikut:
a. Orientasi pada kepuasan pelanggan.
b. Perbaikan/peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and
sustainable improvement).
c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
(Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif.

Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan Binwasdal
yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur adalah sebagai berikut.

Universitas Indonesia
47

a. Binwasdal Sumber Daya Manusia (SDM) Sudinkes 100 % terlaksana secara


baik, benar, dan tepat waktu
b. Binwasdal program 100 % terlaksana secara baik, benar, dan tepat waktu
c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja
d. Pelayanan sarana kesehatan 12 hari kerja
e. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti
f. Kepuasan pelanggan 85 % dipenuhi
g. Tanggungjawab pencapaian sasaran mutu terdistribusi sampai Subbag dan
Seksi pemilik program pencapaian sasaran mutu
h. Pencapaian sasaran mutu Sistem Manajemen Mutu di Sudinkes Jaktim
dilakukan secara bertahap sesuai tabel pencapaian sasaran mutu dan dilakukan
evaluasi periodik dalam rapat-rapat tinjauan manajemen.

Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes


Jaktim sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Ada
beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan penggunaannya di
lingkungan Sudinkes Jaktim.
a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang
merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua
dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim.
b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang
merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan
dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk
seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu
seksi/subbagian saja.
c. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan
mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu
dijelaskan lebih lanjut.
d. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung
lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu.

Universitas Indonesia
48

Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan


suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem
manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum
dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut.
a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim
b. Profil Organisasi Sudin
c. Sistem Manajemen Mutu Sudin
d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu
e. Komitmen Mutu
f. Manjemen Sumber Daya
g. Realisasi Pelayanan
h. Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu

Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim


adalah sebagai berikut:
a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang dilakukan
oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan
untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk
dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam
setahun.
b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/audit yang dilakukan
oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan
sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO
9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya
implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal
satu kali dalam setahun.
c. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes
Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem
manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkah-
langkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga
implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik
lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali.

Universitas Indonesia
49

d. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya


kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua
bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan
melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima
pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti
apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis
sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat
ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan.
e. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan
pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi
sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim.

Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1 Koordinator Tenaga Kesehatan
a. Hasil analisis jumlah dan distribusi tenaga medis berdasarkan jenis dan
klasifikasi Rumah Sakit Di Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2012
menunjukkan bahwa rumah sakit yang memenuhi standar minimal jumlah
tenaga kesehatan (tenaga medis, farmasi dan keperawatan) adalah RS
Persahabatan, RSIA Hermina dan RSKO Cibubur.
b. Bedasarkan Pemenkes Permenkes No. 340 tahun 2010 semua Rumah sakit
telah memenuhi syarat standar minimal jumlah apoteker, dan berdasarkan
Permenkes No. 1197/ MENKES/SK/X/2004 Rumah sakit yang memenuhi
syarat standar minimal jumlah apoteker adalah adalah RSUP AU
Esnawan, RSIA Restu, dan RSK Jantung Binawaluya
c. Rumah sakit yang hanya memenuhi standar minimal jumlah Tenaga
Keperawatan yang ditetapkan berdasarkan jumlah tempat tidur yang
dimilikinya adalah RS. Harum, RS. Harapan Jayakarta, RS.Haji Jakarta,
Budhi Asih, RS.POLRI Sukanto, RS.Pudikkes, RS.OMNI Medical Centre,
RS. Harapan Bunda, RS. Pasar Rebo, RSIA Bunda Aliyah dan RSIA
Restu.

4.1.2 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan


a. Sistem Manajemen Mutu yang dilaksanakan berdasarkan ISO 9001:2008
telah dan terus menerus dijalankan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
untuk menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan yang
diselenggarakan oleh Sudinkes Jaktim.
b. Pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim
dilakukan lewat pelaksanaan audit internal dan surveilans, survei kepuasan
pelanggan dan tinjauan manajemen, serta berbagai pelatihan seperti
pelatihan lead auditor dan pelatihan manajemen kepuasan pelanggan.
c. Instruksi Kerja dan Quality Procedure tentang pelayanan perizinan dan
sertifikasi mengalami revisi terkait proses perizinan yang masih ditangani
50 Universitas Indonesia
51

oleh seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan salah satu aspek
mendasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 mengenai
dokumentasi.
d. Sampai saat ini penyelenggaraan PTSP pada pelayanan perizinan masih
belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan
bidan dan sarana farmasi, makanan dan minuman, berkas pemohon yang
dilakukan melalui custumer service unit PTSP kantor walikota, berkas
permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau
diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor
walikota untuk selanjutnya dapat diambil oleh pemohon.

4.1.3 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman


a. Rekapitulasi data pelaporan penggunaan psikotropika dengan Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) menunjukkan bahwa
sampai dengan Juni 2012, unit pelayanan kesehatan (UPK) di wilayah
Kota Administrasi Jakarta Timur yang melaporkan penggunaan
psikotropika pada bulan Januari 2012 sebanyak 150 dari 360 atau 41,67%.
Pada penggunaan pada bulan Februari, untuk Puskesmas Kecamatan
semuanya mengirimkan laporan penggunaan psikotropika tiap bulannya
karena Puskesmas wajib mengirimkan Laporan Penggunaan dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) tiap bulan sedangkan hanya 13 dari 34 Rumah
Sakit atau 38,23% yang melaporkan penggunaan psikoropika.
Psikotropika yang paling banyak digunakan di wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur pada bulan Januari 2012 adalah tablet Luminal 30 mg dan
pada bulan Februari 2012 juga tablet Luminal 30 mg. Lima psikotropika
yang paling banyak digunakan pada bulan Januari dan Februari 2012
adalah Luminal 30 mg, Diazepam 2 mg, Alprazolam 0.5 mg, Danalgin
Tablet, Clobazam 10 mg. Pada masing-masing UPK wilayah Kota
Administasi Jakarta Timur yang paling banyak menggunakan psikotropika
pada bulan Januari 2012 adalah Puskesmas Kecamatan Pulogadung
dengan pemakaian Diazepam 2 mg Tab yang terbanyak, RS Premier

Universitas Indonesia
52

Jatinegara dengan pemakaian Zypraz 0.25 mg Tab yang terbanyak, dan


Apotek Rini dengan pemakaian Luminal 30 mg Tab yang terbanyak.
Sedangkan untuk bulan Februari adalah Puskesmas Kecamatan Ciracas
dengan pemakaian Luminal 30 mg Tab dan RS. Premier Jatinegara dengan
pemakaian terbanyak adalah Zypraz 0.25 mg tab.
b. Berdasarkan hasil monitoring harga obat generik tahun 2012 pada 8
Apotek rakyat dan 16 IFRS diperoleh data :
 Dua apotek rakyat menjual obat generik dengan harga melebihi HET
berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 092/MENKES/SK/II/2012 yaitu
Apotek rakyat Suma Farma dan Banten Farma.(Tabel 4.1).
 Tiga belas Instalasi Farmasi Rumah Sakit menjual obat generik dengan
harga melebihi HET berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
092/MENKES/SK/II/2012 yaitu IFRS RSUD Pasar rebo, Premier
Jatinegara, Darma Nugraha, Rawamangun, Sayyidah, Yadika, Bunda
Aliyah, UKI, Bina waluya, OMNI, Harapan Jayakarta, Resti mulya,
dan Islam pondok kopi. (Tabel 4.1).
c. Pemenuhan persyaratan Harga Obat Generik berdasarkan HET
Kepmenkes RI Nomor 092/MENKES/SK/II/2012 pada sarana apotik
rakyat dan Instalasi farmasi rumah sakit di wilayah Jakarta Timur tahun
2012 diperoleh data:
i. Persentase dari 8 apotek rakyat sebanyak 99,07% item obat generik
yang dijual dengan harga memenuhi HET dan 0,93% item obat generik
dijual tidak memenuhi HET (Tabel 4.2.).
ii. Pada 16 Instalasi Farmasi RS diperoleh persentase sebanyak 68,22%
item obat generik yang dijual memenuhi HET dan 31,21% item obat
generik dijual tidak memenuhi HET (Tabel 4.3.).

Universitas Indonesia
53

Tabel 4.1. Hasil Monitoring Harga Obat Generik pada sarana pelayanan
kesehatan di wilayah Jakarta Timur
Harga sesuai HET Harga tidak sesuai
Total
No Sarana Kepmenkes RI No. Kepmenkes RI No.
Sarana
092/Menkes/SK/II/2012 092/Menkes/SK/II/2012
Jumlah % Jumlah %
1 IFRS 16 3 18,75 13 81,25
Apotek
2 6 25 2 33,3
Rakyat 8
Jumlah 24 9 43,75 15 114,55
Rata-rata 21,87 57,27

Tabel 4.2 Prosentase per item hasil Monitoring Obat Generik periode tahun
2012 pada Sarana Apotek Rakyat di wilayah Jakarta Timur
Harga sesuai Harga tidak sesuai
Kepmenkes RI No. Kepmenkes RI No.
No Sarana
092/Menkes/SK/II/2012 092/Menkes/SK/II/2012

Jumlah % Jumlah %
1 Apotek Rakyat Suma Farma 25 96,15 1 3,84
2 Apotek Rakyat Krisna Farma 30 100 0 0
3 Apotek Rakyat Banten Farma 27 96,43 1 3,57
4 Apotek Rakyat Fauzan Langkat 29 100 0 0
5 Apotek Rakyat Mandala 28 100 0 0
6 Apotek Rakyat Duta Medika 25 100 0 0
7 Apotek Rakyat Tiga Dua 25 100 0 0
8 Apotek Rakyat Tanjung Indah 20 100 0 0
Jumlah 209 2
Rata-rata 99,07 0,93

Universitas Indonesia
54

Tabel 4.3. Prosentase per item hasil Monitoring Obat Generik periode tahun 2012
pada Sarana Instalasi Farmasi Rumah Sakit di wilayah Jakarta Timur
Harga sesuai Harga tidak sesuai
Kepmenkes RI No. Kepmenkes RI No.
No Sarana 092/Menkes/SK/II/2 092/Menkes/SK/II/20
012 12
Jumlah % Jumlah %
1 RSUD Pasar rebo 17 70,83 7 20,17
2 Rumah Sakit Premier Jatinegara 8 57,14 6 42,86
3 Rumah sakit Kartika Pulomas 27 100 0 0
4 Rumah Sakit Dharma Nugraha 13 50 13 50
5 Rumah sakit Rawamangun 8 32 17 68
6 RSIA Sayyidah 0 0 21 100
7 Rumah Sakit Yadika 12 46,15 14 53,84
8 RSIA Bunda Aliyah 11 44 14 56
9 Rumah sakit UKI 15 78,95 4 21,05
Rumah Sakit Jakarta Islamic
10 Hospital 26 100 0 0
11 Rumah Sakit Bina Waluya 14 73,68 5 26,32
12 Rumah Sakit OMNI 20 76,92 6 23,08
13 Rumah Sakit Harapan Jayakarta 19 73,08 7 26,92
14 Rumah Sakit Resti Mulya 24 96 1 4
15 Rumah Sakit Budi Asih 26 100 0 0
16 Rumah Sakit Islam Pondok Kopi 26 92,86 2 7,14
Jumlah 266 117
Rata-rata 68,22 31,21

Evaluasi Binwasdal yang telah dilakukan oleh koordinator Farmasi


Makanan dan Minuman di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu yang
dilakukan di instalasi farmasi RS periode 5-14 juni 2012 dan di apotek periode
Maret 2012-April 2012, masih terdapat kekurangan-kekurangan pada sarana unit
pelayanan kesehatan yang harus diperbaiki.
Universitas Indonesia
55

4.2. Pembahasan
Suku Dinas Kesehatan baru dibentuk pada bulan Januari 2009. Suku Dinas
Kesehatan ini merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan
Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, dimana sebelumnya ke dua suku dinas ini
dipisah, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi berdasarkan Perda
No. 10 tahun 2008. Di daerah DKI Jakarta saat ini terdapat enam Suku Dinas
yang terdapat di enam wilayah yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat,
Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Pulau Seribu. Masing-masing Suku Dinas
Kesehatan dipimpin oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan serta mempunyai tugas
pokok melaksanakan perizinan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan
kesehatan dan program kesehatan masyarakat.
Salah satu seksi dalam Suku Dinas Kesehatan di Jakarta Timur yaitu
Sumber Daya Kesehatan. Berikut meliputi pembasahan mengenai hasil
pelaksanaan tugas dari seksi Sumber Daya Kesehatan:
4.2.1 Koordinator Tenaga Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009,
disebutkan bahwa Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kota Administrasi
mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga
kesehatan, menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan, serta melaksanakan
monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. Dari analisa yang dilakukan
terhadap tenaga medis dan kesesuaiannya dengan klasifikasi rumah sakit di Kota
Administrasi Jakarta Timur pada tahun 2011, didapatkan hasil bahwa Rumah
Sakit yang hampir Hasil analisis jumlah dan distribusi tenaga medis berdasarkan
jenis dan klasifikasi Rumah Sakit Di Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2012
menunjukkan bahwa rumah sakit yang memenuhi standar minimal jumlah tenaga
kesehatan (tenaga medis, farmasi dan keperawatan) adalah RS Persahabatan,
RSIA Hermina dan RSKO Cibubur.
Bedasarkan Pemenkes Permenkes No. 340 tahun 2010 semua Rumah sakit
telah memenuhi syarat standar minimal jumlah apoteker, dam berdasarkan
Permenkes No. 1197/ MENKES/SK/X/2004 Rumah sakit yang memenuhi syarat

Universitas Indonesia
56

standar minimal jumlah apoteker adalah adalah RS. Persahabatan, RSUP AU


Esnawan, RSIA Restu, RSK Jantung Binawaluya, dan RSKO Cibubur
Rumah sakit yang hanya memenuhi standar minimal jumlah Tenaga
Keperawatan yang ditetapkan berdasarkan jumlah tempat tidur yang dimilikinya
adalah RS. Harum, RS. Harapan Jayakarta, RS. Persahabatan, RS.Haji Jakarta,
Budhi Asih, RS.POLRI Sukanto, RS.Pudikkes, RS.OMNI Medical Centre, RS.
Harapan Bunda, RS. Pasar Rebo, RS. RSIA Bunda Aliyah, RSIA Restu, RSIA
Hermina Jatinegara dan RSKO Cibubur.
Analisa dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga medis yang ada
di Rumah Sakit dengan jumlah standar minimum yang ditetapkan berdasarkan
Permenkes No. 340/MENKES/PER/III/2010 dan sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian.

4.2.2 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan


Sejak 9 Agustus 2011, diberlakukan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 74 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada
Kota Administrasi yang menerangkan bahwa kegiatan pelayanan perizinan dan
non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai
ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat melalui satu pintu, yaitu
di kantor walikota. Dengan perubahan ini maka terjadi perubahan pula terhadap
alur perizinan untuk sarana dan tenaga kesehatan yang dialihkan ke Kantor
Walikota.
Telah disebutkan sebelumnya mengenai sistem pelayanan satu pintu,
Pemerintah kota Jakarta Timur sedang dalam peralihan atau percobaan menuju
sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta nomor 114 tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap
(PTSP). PTSP ini merupakan sistem dimana seluruh berkas permohonan perizinan
masuk melalui customer service yang berada di walikota, kemudian diteruskan ke
seksi atau bagian yang bersangkutan. Sistem PTSP ini menjadikan seluruh proses
perizinan terpusat di satu tempat dan diharapkan dapat mengurangi lamanya
proses perizinan. Dengan perubahan system perizinan ini maka alur perizinan dan

Universitas Indonesia
57

sertifikasi mengalami perubahan juga yang sebelumnya mengacu pada sistem satu
atap menjadi satu pintu. Dengan perubahan ini maka instruksi kerja dan prosedur
mutu perlu mengalami perubahan atau dilakukan revisi.
Namun, sampai saat ini penyelenggaraan PTSP pada pelayanan perizinan
masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan
bidan dan sarana farmasi, makanan dan minuman, berkas pemohon yang
dilakukan melalui custumer service unit PTSP kantor walikota, berkas
permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau diterbitkan. Surat izin
yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota untuk selanjutnya dapat
diambil oleh pemohon.
Salah satu tugas Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan adalah evaluasi
tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan dengan cara
mengevaluasi pelayanan perizinan yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Timur berdasarkan standar 12 hari kerja terhitung dari lengkapnya berkas
yang diperlukan untuk mendapatkan surat izin. Dengan adanya alur perizinan ini
dapat memberikan informasi tambahan mengenai tata cara perizinan tenaga dan
sarana kesehatatn dan jika pelayanan alur perizinan lebih dari 12 hari dapat
diketahui penyebab dari keterlambatan tersebut dengan melihat pada alur
perizinan.
Revisi instruksi kerja perizinan dilakukan terhadap referensi yang
digunakan dengan membandingkan peraturan yang sudah ada dan menambahkan
peraturan baru yang belum ada ke dalam instruksi kerja sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Pada instruksi kerja juga ditambahkan persyaratan yang harus
dipenuhi untuk melakukan perizinan baik untuk tenaga kesehatan maupun sarana
kesehatan.
Revisi quality procedure pelayanan perizinan dan sertifikasi dilakukan
terhadap referensi yang digunakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku saat ini dengan cara menambahkan peraturan baru yang belum
tercantum serta mengganti peraturan yang lama dengan peraturan baru ke dalam
quality procedure tersebut. Peraturan-peraturan baru tersebut melengkapi
peraturan lama yang telah ada pada referensi sebelumnya. Selain itu, revisi juga

Universitas Indonesia
58

dilakukan terhadap definisi, rincian prosedur, dan alur pelayanan perizinan yang
mengacu pada manual prosedur.
Pembuatan bagan alur perizinan menggunakan program Microsoft Office
Visio 2007 berdasarkan proses dari tiap tahap dan bentuk diagram yang ada di
program tersebut. Proses revisi Instruksi Kerja dan Quality Procedure melibatkan
koordinator terkait hingga diperoleh persetujuan dari koordinator tersebut atas
revisi yang dilakukan.

4.2.3 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman


Tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi
Sumber Daya Kesehatan Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman diantaranya
adalah melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengawasan persediaan obat dan
perbekalan kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Timur. Persediaan yang
dimaksud juga termasuk narkotika dan psikotropika.
Selanjutnya dari pengawasan psikotropika, sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, UPK wajib membuat,
menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau
pengeluaran psikotropika yang berada dalam penguasaannya. Laporan berupa
print out dan email disampaikan kepada dinas kesehatan kabupaten atau kota
tempat masing-masing unit pelayanan kesehatan tersebut berada. Laporan
direkapitulasi dalam aplikasi SIPNAP oleh dinas kesehatan kabupaten atau kota
untuk kemudian dikirimkan secara online ke dinas kesehatan provinsi dan pusat.
Untuk wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, pelaporan psikotropika
disampaikan kepada Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur Bagian Farmasi
Makanan dan Minuman Seksi Sumber Daya Kesehatan.
Hasil rekapitulasi data laporan pengunaan psikotropika menunjukkan
masih banyak UPK yang belum mengirimkan laporan penggunaan psikotropika.
Hal ini disebabkan belum adanya ketetapan waktu pelaporan psikotropika. Pada
UU No.5 Tahun 1997 hanya dinyatakan bahwa penggunaan psikotropika wajib
dilaporkan secara berkala yang mana akan diatur oleh menteri. Akan tetapi,
sampai saat ini masih belum jelas karena ada yang beranggapan tiap bulan sekali,
3 bulan sekali atau minimal 1 tahun sekali. Oleh karena itu, banyak UPK

Universitas Indonesia
59

melaporkan penggunaan narkotikanya dirapel atau sekaligus selama beberapa


bulan.
Unit Pelayanan Kesehatan puskesmas yang paling banyak menggunakan
psikotropik dapat dilihat pada bulan Januari 2012 yang paling banyak
menggunakan psikotropik yaitu PKC Pulogadung dan pada bulan Februari 2012
adalah PKC Ciracas; rumah sakit pada bulan Januari dan Februari 2012 adalah RS.
Premier Jatinegara dan apotek yang paling banyak menggunakan psikotropik pada
bulan Januari adalah apotek Rini.
Aplikasi SIPNAP masih kurang baik sebagai suatu sistem pelaporan
psikotropika. Namun, masih ada beberapa kekurangan pada aplikasi ini, antara
lain nama unit pelayanan kesehatan dan nama psikotropika yang tidak berurutan
sehingga menyulitkan pencarian ketika proses pemasukkan data serta pemasukan
nama UPK yang tidak mendeteksi nama yang mirip sehingga memugkinkan
terjadinya duplikasi nama UPK. Jumlah stok yang tidak cocok antara bulan ini
dan bulan sebelumnya, serta nama unit pelayanan kesehatan yang belum terdaftar
juga menjadi kendala dalam SIPNAP. Hal ini disebabkan ada data-data yang
belum dimasukkan ke dalam aplikasi SIPNAP karena keterbatasan jumlah sumber
daya manusia, sarana serta ada data-data yang belum dilaporkan oleh unit
pelayanan kesehatan. Pengarsipan dari laporan-laporan yang sudah diterima
sebaiknya diperbaiki karena masih ditemukan beberapa arsip yang berasal dari
bulan yang berbeda yang tercampur.
Selanjutnya, di antara tupoksi Koordinator Farmakmin berdasarkan
Peraturan Gubernur No.150 tahun 2009 yaitu melaksanakan kegiatan pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) pelayanan sarana kesehatan
kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan,
apotek, toko obat, dan industri makanan dan minuman rumah tangga, dan juga
melaksanakan kegiatan pemantauan dan monitoring harga obat generik dan
persediaan cadangan obat essensial. Dari hasil binwasdal yang dilakukan
Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman masih terdapat beberapa sarana
kesehatan yaitu instalasi farmasi rumah sakit, dan apotek yang masih terdapat
kekurangan. Untuk sarana pelayanan kesehatan yang masih belum sesuai dengan
persyaratan setelah dilakukan binwasdal, maka pihak Suku Dinas Kesehatan

Universitas Indonesia
60

Jakarta Timur dapat memberikan reward ataupun punishment terhadap sarana


pelayanan kesehatan tersebut.
Kegiatan tupoksi Koordinator Farmakmin lainnya yaitu monitoring harga
obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur, hal ini
bertujuan dapat dipantau seberapa besar dan banyaknya sarana pelayanan
kesehatan khususnya sarana pelayanan farmasi yang harga jual obat generiknya
melebihi harga eceran tertinggi yang tidak sesuai dengan Kepmenkes RI
No.092/Menkes/SK/II/2012 dalam penjualan obat generik.
Monitoring obat generik berdasarkan daftar sebanyak 30 item obat generik
yang umum digunakan oleh masyarakat dilakukan sesuai program kerja
bersamaan pemantauan pada sarana pelayanan farmasi, diantaranya Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dan Apotek Rakyat di wilayah Jakarta Timur. Pada periode
2012 terdapat 24 sarana pelayanan farmasi yang dipantau 8 diantaranya adalah
apotek rakyat dan 16 Instalasi Farmasi RS. Dari ke-24 sarana tersebut terdapat 9
sarana yang menjual obat generik sesuai dengan HET sedangkan 15 sarana
lainnya menjual obat generik melebihi HET dari 30 obat generik yang dipantau.
Untuk mengatasi hal tersebut monitoring harga obat generik sarana pelayanan
kesehatan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur sebaiknya dilakukan secara
rutin dan terhadap sarana pelayanan kesehatan yang menjual obat generik
melebihi HET perlu ditindak lanjuti dengan memberikan reward dan punishment.

Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
5.1.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur memiliki tugas dan fungsi dalam
pembinaan dan pengembangan, termasuk pengawasan dan pengendalian hal
yang berkaitan dengan kesehatan, baik di masyarakat maupun lingkungan.
5.1.2 Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
membawahi 3 (tiga) koordinator: Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman, Koordinator Tenaga Kesehatan, dan Koordinator Standardisasi
Mutu Kesehatan.
5.1.3 Tiga Koodinator di Seksi Sumber Daya Kesehatan menjalankan proses
perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap tenaga
kesehatan, sarana pelayanan farmasi, dan standarisasi mutu sesuai dengan
aturan/standar yang berlaku.

5.2. Saran
5.2.1 Setiap personel berusaha meningkatkan kinerjanya pada setiap pelaksanaan
tugas dan fungsi masing-masing, dan sesuai dengan tingkat
pendidikan/kompetensinya.
5.2.2 Peningkatan kompetensi personel dapat dilakukan dengan memperhatikan
tiga hal pokok yaitu pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
5.2.3 Implementasi sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2008 yang
telah dijalankan saat ini dengan cukup baik oleh Sudinkes Jaktim harus
dipertahankan, bahkan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

61 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN

Undang-undang No. 25 Tahun 2009. (2009). Undang-undang No. 25 Tahun 2009


tentang Pelayanan Publik Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 . (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 . (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999


tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51


Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25


Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi
sebagai Daerah Otonom Presiden RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011. (2011). Peraturan


Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007. (2007). Peraturan


Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006. (2006). Peraturan


Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin
Radiografer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004. (2004). Peraturan


Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan
Praktik Terapis Wicara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002. (2002). Peraturan


Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002. (2002) Peraturan


Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin
Kerja Refraksionis Optisien. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
62 Universitas Indonesia
63

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001. (2001). Peraturan


Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan
Izin Kerja Perawat Gigi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001. (2001). Peraturan


Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan
Izin Praktik Fisioterapis Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991. (1991).


Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang
Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990. (1990). Peraturan


Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin Usaha
Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011. (2011). Keputusan


Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010. (2011).Keputusan


Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/ I/2010 .(2011).


Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/ I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. (2003).


Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009. (2009). Peraturan Daerah DKI
Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah Jakarta:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta.

Universitas Indonesia
64

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana


Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana


Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku
Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2011). Dokumen Sistem Manajemen Mutu
Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009; Deskripsi Kerja Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Universitas Indonesia
LAMPIRAN
65

Lampiran 1. Bagan struktur organisasi Dinas Kesehatan

Universitas Indonesia
66

Lampiran 2. Bagan struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

Koord. Mutu
UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ANALISIS KESESUAIAN TENAGA MEDIS, KEFARMASIAN,


DAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KLASIFIKASI
RUMAH SAKIT PADA RUMAH SAKIT DI WILAYAH
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

HERLY MEIPEN SISCA, S. Farm


1106153220

ANGKATAN LXXV

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar belakang .............................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................3


2.1 Tenaga Kesehatan ................................................................................... 3
2.2 Sarana/ Fasilitas Kesehatan.........................................................................5
2.3 Profil Wilayah Jakarta Timur.........................................................14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................18


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ................................. 18
3.2 Metode dan Pengumpulan Data ........................................................... 18
3.3 Analisa Jumlah dan Distribusi Tenaga Medis, Kefarmasian dan
Keperawatan Berdasarkan Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit di Kota
Administrasi Jakarta Timur Perode 2012............................................ 18

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................19


4.1 Analisis Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit Khusus......... 19
4.2 Analisis Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Kelas B
......................................................................................................................22
4.3 Analisis Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA) Kelas B ................................................................................. 41
4.4 Analisis Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Khusus Bedah
Kelas B........................................................................................................46
4.5 Analisis Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit Khusus
Jantung Kelas B Timur.......................................................................... 47
4.6 Analisis Jumlah Tenaga Kesehatan di Wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur ......................................................................................... 49
4.7 Analisis Kekurangan Tenaga Kesehatan di Wilayah Kota
Administrasi Jakarta Timur................................................................... 50

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................54


5.1 Kesimpulan.................................................................................................54
5.2 Saran...............................................................................................54

DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 55


LAMPIRAN ....................................................................................................57

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Jenis Pelayanan Kesehatan


dan Sumber Daya Manusia pada Setiap Kelas Rumah Sakit Umum
................................................................................................................. 8
Tabel 2.2. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan Lainya pada Setiap Kelas Rumah Sakit Khusus Jiwa ........9
Tabel 2.3. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan Lainya pada Setiap Kelas Rumah Sakit Khusus Bedah
........................................................................................................ 10
Tabel 2.4. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis pada Setiap
Kelas Rumah Sakit Khusus Bersalin......................................................11
Tabel 2.5 Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis pada Setiap
Kelas Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak .......................................... 11
Tabel 2.6 Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis pada Setiap
Kelas Rumah Sakit Khusus Jantung.................................................... 13
Tabel 2.7. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis pada Setiap
Kelas Rumah Sakit Khusus Ketergantungan Obat............................ 13
Tabel 2.8 Daftar Rumah Sakit di Wilayah Jakarta Timur................................. 16

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan


Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Kelas A dan B di
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012 ............... 57
Lampiran 2. Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan
Tenaga Keperawatan ........................................................................ 58
Lampiran 3. Analisis Kesesuaian Tenaga Medis,Tenaga Kefarmasian dan
Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Khusus Bedah Kelas B......62
Lampiran 4. Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan
Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Khusus Ketergantungan Obat
Kelas B .............................................................................................. 63
Lampiran 5. Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan
Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas B .. 64
Lampiran 6. Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan
Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kelas
B......................................................................................................... 65
Lampiran 7. Jenis Spesialis Lainya Rumah Sakit di Wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur Tahun 2012 ...............................................................67

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dijelaskan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-undang No. 36
Tahun 2009). Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh
pemerintah bersama-sama dengan masyarakat melalui upaya-upaya dan pelayanan
kesehatan, baik pelayanan kesehatan perseorangan maupun pelayanan kesehatan
masyarakat di berbagai sarana kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta.
Salah satu sarana kesehatan yang dapat menyelenggarakan upaya dan pelayanan
kesehatan, yaitu rumah sakit.
Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, masing-masing rumah sakit dituntut untuk
memperbaiki manajemen, dan meningkatkan mutu pelayanan dan melakukan
pemberdayaan terhadap semua potensi yang ada termasuk sumber daya manusia
karena mutu pelayanan sangat tergantung pada kemampuan dan ketersediaan
sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah tenaga
kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian dan kewenangan tiap tenaga kesehatan yang bcrsangkutan
(Undang Undang No. 23 Tahun 1992).
Dalam hal ini, pemerintah berhak menetapkan standar sarana/prasarana
kesehatan dan pendayagunaan tenaga kesehatan (PP No. 25 Tahun 2000, 2000).
Kementrian Kesehatan telah menetapkan standar pelayanan kesehatan dan standar
minimal jumlah tenaga kesehatan di pusat/sarana kesehatan masyarakat terutama
rumah sakit yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
340/MENKES/PER/III/2010.
Karena itu perlu dilakukan adanya analisis mengenai kesesuaian jumlah
tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan terutama rumah sakit untuk

1 Universitas Indonesia
2

menjamin pemenuhan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Jumlah tenaga


kesehatan ini sangat menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan, dimana
tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian
fisik, tenaga keteknisian medis. Dalam tugas ini dilakukan analisis untuk tenaga
medis dan kefarmasian dimana tenaga kesehatan ini dipilih berdasarkan
kebutuhan utama yang ada di rumah sakit. Analisis dilakukan dengan cara
mengolah data-data sekunder yang telah dikumpulkan oleh Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Tenaga Kesehatan dan
dilihat kesesuaiannya dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Tugas khusus ini diharapkan dapat mempermudah Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Tenaga Kesehatan untuk
memetakan dan mengawasi ketersediaan tenaga medis dan kefarmasian disetiap
Rumah Sakit di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pemenuhan standar jumlah tenaga medis, kefarmasian
dan keperawatan oleh rumah sakit di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pemerintah.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tenaga Kesehatan


Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
mengatur tentang jenis tenaga kesehatan di Indonesia beserta persyaratan yang
berlaku, sistem pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan, standar profesi,
serta mekanisme pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan agar sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996).
Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Adapun jenis tenaga kesehatan yang diakui di Indonesia yaitu Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 1996):
a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi
b. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan
c. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker
d. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiologi kesehatan, entomologi
kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian.
e. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien
f. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasi terapis, dan
terapiswicara
g. Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,
teknisi transfusi dan perekam medis
Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan oleh
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi
seluruh masyarakat. Penempatan tenaga kesehatan dalam masa bakti dilaksanakan
dengan memperhatikan kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang
bersangkutan ditempatkan, lama penempatan, jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat, dan prioritas sarana kesehatan. Sedangkan dalam proses
3 Universitas Indonesia
4

perencanaan nasional tenaga kesehatan selain jenis pelayanan kesehatan yang


dibutuhkan masyarakat, harus diperhatikan pula faktor sarana kesehatan serta
jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996, selanjutnya
ditetapkan Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Sumber Daya Kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta
rumah sakit. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan disebutkan bahwa dalam
perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metode penyusunan yang
dapat digunakan, yaitu (Keputusan Menteri Kesehatan No.
81/Menkes/SK/I/2004):
a. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat.
b. Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan.
c. Health Service Target Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan yang didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan,
misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit.
d. Ratio Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu.
Pelaksanaan penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan, serta
melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan di Kota
Administrasi yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta merupakan tugas Seksi
Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kota Administrasi (Peraturan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 150 tahun 2009).
Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23
yang menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan wajib memilki izin dari pemerintah. Perizinan praktik tenaga kesehatan
di Provinsi DKI Jakarta diberikan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
dengan keluarnya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009. Dasar
hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia
5

a. Permenkes No. 1796/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga


Kesehatan.
b. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja
Tenaga Kefarmasian.
c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
d. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat.
e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja
Perawat Gigi.
f. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan.
g. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 tentang Registrasi dan Izin Radiografer.
h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja
Refraksionis Optisien.
i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik
Fisioterapis.
j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktik
Terapis Wicara.

2.2 Sarana/Fasilitas Kesehatan


Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996). Sedangkan yang
dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan menurut
jenisnya dibedakan menjadi fasilitas pelayanan perseorangan dan fasilitas
pelayanan masyarakat, yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah,
pemerintah daerah maupun pihak swasta. Sedangkan dalam menentukan jenis dan
jumlah fasilitas kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dengan
mempertimbangkan (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009):

Universitas Indonesia
6

a. Luas wilayah;
b. Kebutuhan kesehatan;
c. Jumlah dan persebaran penduduk;
d. Pola penyakit;
e. Pemanfaatannya;
f. Fungsi sosial; dan
g. Kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

2.2.1. Rumah Sakit


2.2.1.1. Definisi dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit, definisi Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, Rumah Sakit mempunyai
fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberianpelayanan kesehatan;
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Universitas Indonesia
7

2.2.1.2. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340/ MENKES/ PER/
III/ 2010, klasifikasi rumah sakit dapat ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan
b. Sumber Daya Manusia
c. Peralatan
d. Sarana dan Prasarana
e. Administrasi dan Manajemen
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dibagi menjadi
dua jenis, yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit
Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit,
sedangkan Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Berdasarkan Permenkes RI No. 340 Tahun 2010, Rumah Sakit Umum
diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas A, B, C dan D, sedangkan
Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C.

2.2.1.3. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit


Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340/MENKES/PER/III/2010
diuraikan tentang ketentuan tenaga kesehatan yang ada untuk tiap – tiap rumah
sakit berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan. Berikut adalah uraian dari
kriteria klasifikasi berdasarkan jumlah jenis pelayanan kesehatan dan sumber daya
manusia pada setiap kelas rumah sakit umum :
a. Kriteria Tenaga Medis Berdasarkan Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
Kriteria tenaga medis disesuaikan berdasarkan jenis dan klasifikasi rumah
sakit yang diambil dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340/ MENKES/
PER/ III/ 2010 diuraikan dalam tabel – tabel berikut ini :

Universitas Indonesia
8

Tabel 2.1. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Jenis Pelayanan Kesehatan dan
Sumber Daya Manusia pada Setiap Kelas Rumah Sakit Umum.
Jenis Pelayanan Medis dan Kriteria pada Tiap Kelas RS
No.
Sumber Daya Manusia A B C D
Jumlah tempat tidur > 400 > 200 > 100 > 50
A. Pelayanan Medis Dasar
- Jml minimal dr. Umum 18 12 9 4
- Jml minimal dr. Gigi 4 3 2 1
B. Pelayanan Spesialis Dasar 4 4 4 2
- Jml minimal dr. Sp. pada 6 3 2 1
masing-masing pelayanan
C. Pelayanan Spesialis Penunjang 5 4 2 -
- Jml minimal dr. Sp. pada 3 2 1 -
masing-masing pelayanan
D. Pelayanan Spesialis Lain 12 8 - -
- Jml minimal dr. Sp. pada 3 1 - -
masing-masing pelayanan
E. Pelayanan Sub Spesialis 13 2 - -
- Jml minimal dr. Sp. pada 2 1 - -
masing-masing pelayanan
F. Pelayanan Medis spesialis gigi 7 3 1 -
mulut
- Jml minimal dr.Sp. pada 1 1 1 -
masing – masing pelayanan
G. Sumber daya manusia RS
- Keperawatan 1:1 1:1 2:3 2:3
- Kefarmasian + + + +
- Gizi + + + +
- Keterapian fisik + + + +
- Keteknisian medis + + + +
- Kesehatan masyarakat + + + +
Sumber: Permenkes RI No. 340 Tahun 2010

Universitas Indonesia
9

Keterangan:
a. Pelayanan Spesialis Dasar, meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Anak,
Bedah, dan Obstetri dan Ginekologi
b. Pelayanan Spesialis Penunjang, meliputi Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medis, Patologi Klinik, dan Patologi Anatomi
c. Pelayanan Spesialis Lain, meliputi Mata, THT, Syaraf, Jantung dan Pembuluh
Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah
Syaraf, Bedah Plastik, Kedokteran Forensik, Akupuntur, dll.
d. Pelayanan Sub Spesialis.

Tabel 2.2. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan Lainnya pada Setiap Kelas Rumah Sakit Khusus Jiwa.
Kriteria pada Tiap Kelas RS
No. Tenaga Medis
A B C
Jumlah tempat tidur > 100 > 50 > 25
1. Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa 5 2 1
Dokter Subspesialis Kedokteran 1 - -
2.
Jiwa
3. Dokter Spesialis Saraf 1 1 -
4. Dokter Spesialis Radiologi 1 1 -
5. Dokter Spesialis Anak 1 - -
6. Dokter Spesialis Anastesi 1 - -
7. Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 1 -
8. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 1 -
9. Dokter Spesialis Rehab Medis 1 - -
10. Dokter Umum 5 3 2
11. Dokter Gigi 2 1 -
Sumber: Permenkes RI No. 340 Tahun 2010

Universitas Indonesia
10

Tabel 2.3. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan Lainnya pada Setiap Kelas Rumah Sakit Khusus Bedah.
Kriteria pada Tiap Kelas
No. Tenaga Medis RS
A B C
Jumlah tempat tidur > 100 > 50 > 25
Medis:
1. Dokter Spesialis Bedah Umum 2 1 1
2. Dokter Subspesialis Bedah Ortopedi 2 1 0
3. Dokter Subspesialis Bedah Saraf 1 0 0
4. Dokter Subspesialis Bedah Urologi 1 - -
5. Dokter Subspesialis Bedah Plastik 1 - -
6. Dokter Subspesialis Bedah Anak 2 1 -
7. Dokter Subspesialis Bedah Digestif 1 - -
8. Dokter Subspesialis Bedah Kardio-
1 - -
Toraks
9. Dokter Subspesialis Bedah Onkologi 1 - -
10. Dokter Subspesialis Bedah Vaskuler 1 - -
11. Dokter Spesialis Anestesi 3 2 1
12. Konsultan Intensive Care 2 1 -
13. Dokter Umum 5 3 1
Konsultan:
14. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 1 1
15. Dokter Spesialis Anak 1 - -
16. Dokter Spesialis Obgyn 2 1 1
17. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa 1 - -
18. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis 2 1 1
19. Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 1 1
20. Dokter Spesialis Patologi Anatomi 1 - -
21. Dokter Spesialis Radiologi 1 1 1
22. Dokter Spesialis Gizi 1 - -
Sumber: Permenkes RI No. 340 Tahun 2010

Universitas Indonesia
11

Tabel 2.4. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis pada Setiap
Kelas Rumah Sakit Khusus Bersalin.
Kriteria pada Tiap Kelas RS
No. Tenaga Medis
A B C
Jumlah tempat tidur > 100 > 50 > 25
1. Dokter Spesialis Obstetri-Ginekologi 5 3 1
2. Dokter Subspesialis Anak 3 3 1
3. Dokter Spesialis Anestesi 2 2 1
4. Dokter Spesialis Patologi Klinik 2 1 -
5. Dokter Spesialis Radiologi 2 1 -
6. Dokter Spesialis Bedah 2 1 -
7. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 1 -
8. Dokter Umum 1 - -
9. Dokter Gigi 1 - -

Sumber: Permenkes RI No. 340 Tahun 2010

Tabel 2.5. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis pada Setiap
Kelas Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak.
Kriteria pada Tiap Kelas RS
No. Tenaga Medis
A B C
Jumlah tempat tidur > 100 > 50 > 25
Medis:
1. Dokter Spesialis Obstetri-Ginekologi 4 2 1
2. Dokter Subspesialis Fetomaternal 1 - -
3. Dokter Subspesialis Obgin Sosial 1 - -
4. Dokter Subspesialis Onkologi
1 - -
Ginekologi
5. Dokter Subspesialis Uroginekologi
1 - -
Konst.
6. Dokter Subspesialis Kesehatan
1 - -
Reproduksi
7. Dokter Spesialis Anak 4 2 1

Universitas Indonesia
12

Kriteria pada Tiap Kelas RS


No. Tenaga Medis
A B C
Jumlah tempat tidur > 100 > 50 > 25
8. Dokter Subspesialis Alergi Imunologi
9. Dokter Subspesialis Endokrinologi
10. Dokter Subspesialis Gastrohepatologi
11. Dokter Subspesialis Nutrisi dan
Metabolik
12. Dokter Subspesialis Hematologi dan
Onkologi Subspes.
Subspes.
13. Dokter Subspesialis Kardiologi min 1
pilihan -
14. Dokter Subspesialis Nefrologi sesuai
min 1
15. Dokter Subspesialis Neurologi pelayanan
16. Dokter Subspesialis Gawat Darurat
17. Dokter Subspesialis Pencitraan Anak
18. Dokter Subspesialis Infeksi Tropis
19. Dokter Subspesialis Perinatologi
20. Dokter Subspesialis Respirologi
21. Dokter Subspesialis Tumbuh Kembang
Dokter Spesialis Lainnya:
22. Dokter Spesialis Bedah Anak 1 1 -
23. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis 1 1 -
24. Dokter Spesialis Mata 1 1 -
25. Dokter Spesialis THT 1 - -
26. Dokter Spesialis Kulit Kelamin 1 - -
27. Dokter Spesialis Bedah Umum 1 1 1
28. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 1 1
29. Dokter Spesialis Anestesi 1 1 1
30. Dokter Spesialis Radiologi 1 1 1
31. Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 1 -
32. Dokter Spesialis Patologi Anatomi 1 - -
Sumber: Permenkes RI No. 340 Tahun 2010

Universitas Indonesia
13

Tabel 2.6. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis pada Setiap
Kelas Rumah Sakit Khusus Jantung.
Kriteria pada Tiap Kelas RS
No. Tenaga Medis
A B C
Jumlah tempat tidur > 100 > 50 > 25
1. Dokter Spesialis Jantung 5 3 2
2. Dokter Subspesialis Jantung Klink 1 1 -
3. Dokter Subspesialis Aritmia 1 1 -
4. Dokter Subspesialis Rehab. Jantung 1 1 -
5. Dokter Subspesialis Vaskular 1 - -
6. Dokter Subspesialis Bedah Thoraks 1 - -
7. Dokter Spesialis Saraf 1 1 -
8. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 1 -
9. Dokter Spesialis Paru 1 1 1
10. Dokter Spesialis Obgin 2 1 -
11. Dokter Spesialis Patologi Klinik 2 1 -
12. Dokter Spesialis Radiologi 2 1 1
13. Dokter Spesialis Anestesia 3 2 1
14. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis 2 1 1
15. Dokter Spesialis Patologi Anatomi 2 1 1
Sumber: Permenkes RI No. 340 Tahun 2010

Tabel 2.7. Kriteria Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Tenaga Medis pada Setiap
Kelas Rumah Sakit Khusus Ketergantungan Obat.
Kriteria pada Tiap Kelas RS
No. Tenaga Medis
A B C
Jumlah tempat tidur > 100 > 50 > 25
1. Dokter Spesialis Jiwa 5 2 1
2. Dokter Subspesialis Saraf 1 1 -
Dokter Spesialis Penyakit
3. 2 1 -
Dalam
4. Dokter Spesialis Kulit dan 1 - -

Universitas Indonesia
14

Kriteria pada Tiap Kelas RS


No. Tenaga Medis
A B C
Jumlah tempat tidur > 100 > 50 > 25
Kelamin
5. Dokter Spesialis Paru 1 - -
6. Dokter Spesialis Anestesi 1 - -
7. Dokter Spesialis Radiologi 1 - -
8. Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 1 -
9. Dokter Spesialis Rehab Medis 1 - -
10. Dokter Umum 10 7 4
11. Dokter Gigi 2 1 -
Sumber: Permenkes RI No. 340 Tahun 2010

b. Kriteria Tenaga Kefarmasian Berdasarkan Jenis dan Klasifikasi Rumah


Sakit
Kriteria tenaga kefarmasian disesuaikan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit yang menyatakan bahwa 30 tempat tidur dilayani
oleh satu orang apoteker.

2.3 Profil Wilayah Jakarta Timur


Jakarta Timur merupakan salah satu Kotamadya yang berada di Daerah
Khusus Ibukota Jakarta yang terbagi dalam 10 kecamatan dengan masing-masing
kelurahannya, yaitu (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2010):
1. Kecamatan Matraman 2. Kecamatan Pulogadung
a. Kelurahan Kebun Manggis a. Kelurahan Kayu Putih
b. Kelurahan Palmeriam b. Kelurahan Jati
c. Kelurahan Kayu Manis c. Kelurahan Rawamangun
d. Kelurahan Utan Kayu Utara d. Kelurahan Pisangan Timur
e. Kelurahan Utan Kayu Selatan e. Kelurahan Cipinang
f. Kelurahan Pisangan baru f. Kelurahan Pulo Gadung
g. Kelurahan Jatinegara Kaum

Universitas Indonesia
15

3. Kecamatan Jatinegara 4. Kecamatan Duren Sawit


a. Kelurahan Kampung Melayu a. Kelurahan Pondok Bambu
b. Kelurahan Bali Mester b. Kelurahan Klender
c. Kelurahan Cipinang c. Kelurahan Duren Sawit
d. Kelurahan Cimpedak d. Kelurahan Malaka Jaya
e. Kelurahan Rawa Bunga e. Kelurahan Malaka Sari
f. Kelurahan Cipinang Muara f. Kelurahan Pondok Kopi
g. Kelurahan Cipinang Besar Utara g. Kelurahan Pondok Kelapa
h. Kelurahan Cipinang Besar Selatan
5. Kecamatan Kramat Jati 6. Kecamatan Makasar
a. Kelurahan Cawang a. Kelurahan Cipinang Melayu
b. Kelurahan Cililitan b. Kelurahan Kebon Pala
c. Kelurahan Kramat Jati c. Kelurahan Halim P. Kusuma
d. Kelurahan Batu Ampar d. Kelurahan Makasar
e. Kelurahan Bale Kambang e. Kelurahan Pinang Ranti
f. Kelurahan Kampung Tengah
g. Kelurahan Dukuh
7. Kecamatan Pasar Rebo 8. Kecamatan Ciracas
a. Kelurahan Kampung Baru a. Kelurahan Kp. Rambutan
b. Kelurahan Pekayon b. Kelurahan Susukan
c. Kelurahan Gedong c. Kelurahan Ciracas
d. Kelurahan Cijantung d. Kelurahan Kelapa 2 Wetan
e. Kelurahan Kalisari e. Kelurahan Cibubur
9. Kecamatan Cipayung 10. Kecamatan Cakung
a. Kelurahan Lubang Buaya a. Kelurahan Rawa Terate
b. Kelurahan Bambu Apus b. Kelurahan Jatinegara
c. Kelurahan Cipayung c. Kelurahan Penggilingan
d. Kelurahan Munjul d. Kelurahan Cakung Timur
e. Kelurahan Ceger e. Kelurahan Cakung Barat
f. Kelurahan Setu f. Kelurahan Ujung Menteng
g. Kelurahan Cilangkap g. Kelurahan Pulo Gebang
h. Kelurahan Pondok Rangon

Universitas Indonesia
16

Kota Administrasi Jakarta Timur memiliki 10 Puskesmas Kecamatan, 68


Puskesmas Kelurahan, dan 36 rumah sakit yang tersebar di berbagai wilayah
Jakarta Timur, yaitu:

Tabel 2.8. Daftar Rumah Sakit di Wilayah Jakarta Timur


Jumlah Klasifikasi
No. Rumah Sakit Tempat Kecamatan
Tidur
- Matraman
1. Rumah Sakit Omni International 120 Umum (B)
2. Rumah Sakit Kartika Pulomas 79 Umum (B)
3. Rumah Sakit Bersalin Alvernia - Khusus (B)
Agusta Pulo
4. Rumah Sakit Bedah Rawamangun 57 Khusus (B) Gadung
5. Rumah Sakit Persahabatan 287 Umum (B)
6. Rumah Sakit Dharma Nugraha 95 Umum (B)
7. Rumah Sakit Mediros 115 Umum (B)
8. Rumah Sakit Harapan Jayakarta 51 Umum (B)
9. Rumah Sakit Admira -
10. Rumah Sakit Ibu dan Anak 110 Khusus (B)
Hermina
11. Rumah Sakit Premier Jatinegara 280 Umum (B) Jatinegara
12. Rumah Sakit LPK Cipinang 204 Umum (B)
13. Rumah Sakit Sammarie Basra - Umum (B)
14. Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda 66 Khusus (B)
Aliyah
15. Rumah Sakit Jiwa Islam Klender 140 Khusus (B)
16. Rumah Sakit Yadika 135 Umum (B)
Duren Sawit
17. Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit 170 Khusus (A)
18. Rumah Sakit Islam Pondok Kopi 145 Umum (B)
19. Rumah Sakit Ibu dan Anak - Khusus (B)
Sayidah

Universitas Indonesia
17

20. RSIA Sekar - Khusus (B)


21. Rumah Sakit FK UKI 205 Umum (B)
22. Rumah Sakit Budi Asih 224 Umum (B)
23. Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu 27 Khusus (B) Kramat Jati
24. Rumah Sakit POLRI Sukanto 388 Umum (B)
25. Rumah Sakit Pusdikes 59 Umum (B)
26. Rumah Sakit Harum Sisma Medisa 70 Umum (B)
27. Rumah Sakit Esnawan Antariksa 133 Umum (B) Makasar
28. Rumah Sakit Haji Jakarta 250 Umum (B)
29. Rumah Sakit Pasar Rebo 275 Umum (B)
Pasar Rebo
30. Rumah Sakit Kesdam Cijantung 85 Umum (B)
31. Rumah Sakit Harapan Bunda 70 Umum (B)
32. Rumah Sakit Jantung Bina Waluya 27 Khusus (B)
Ciracas
33. Rumah Sakit Ketergantungan Obat 50 Khusus (B)
Cibubur
- Cipayung
35 Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti 108 Khusus (B)
Mulya Cakung
36 Rumah Sakit Islamic Hospital -
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2010

Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus


Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode
11 Juni – 29 Juni 2012 di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi Sumber
Daya Kesehatan, Koordinator Tenaga Kesehatan.

3.2. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang diperoleh dari seksi
Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, serta data dan
informasi dari beberapa literatur terkait.

3.3. Analisis Jumlah dan Distribusi Tenaga Medis, Kefarmasian dan


Keperawatan Berdasarkan Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit Di
Kota Administrasi Jakarta Timur Periode 2012
Data jumlah tenaga medis di suatu rumah sakit dibandingkan dengan
standar jumlah tenaga medis yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Untuk standar
minimal tenaga kefarmasian di rumah sakit menggunakan standar sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yaitu 30 tempat tidur dilayani oleh 1
orang tenaga apoteker.
Dalam tugas khusus ini jenis rumah sakit yang akan dibahas adalah jenis
rumah sakit yang terdapat di wilayah Jakarta Timur yaitu Rumah Sakit Umum
(Kelas B) dan Rumah Sakit Khusus (Kelas A dan B), meliputi RS Khusus Jiwa,
RS Khusus Bedah, RS Khusus Ketergantungan Obat, RS Ibu dan Anak, dan RS
Khusus Jantung

18 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis kesesuaian jumlah tenaga medis dilakukan berdasarkan


persyaratan dari Kementrian Kesehatan yang tercantum dalam Permenkes No.
340/ MENKES/ PER/III/2010 dan kesesuaian jumlah tenaga kefarmasian
dilakukan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Rumah sakit
diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, yaitu A. B, C dan D untuk Rumah Sakit
Umum dan kelas A,B, dan C untuk Rumah Sakit Khusus berdasarkan kriteria-
kriteria tertentu.
Di Jakarta Timur terdapat 36 rumah sakit yang tersebar di berbagai
kecamatan. Data yang diolah adalah data sekunder yang diperoleh dari seksi
Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, namun tidak
seluruh rumah sakit memiliki data-data yang lengkap mengenai tenaga kesehatan
yang mereka miliki terutama bagi rumah sakit-rumah sakit baru seperti Rumah
Sakit Bersalin Alvernia Agusta, Rumah Sakit Sekar dan Rumah Sakit Admira.
Selain itu, terdapat beberapa rumah sakit memiliki data tenaga kesehatan yang
tidak lengkap, yaitu RSIA Sammarie Basra, RSIA Islamic Hospital dan RSIA
Sayyidan sehingga analisis terhadap beberapa tenaga kesehatan tidak dapat
dilakukan.
Selanjutnya akan dibahas satu persatu mengenai ketersediaan tenaga
kesehatan di rumah sakit-rumah sakit, yang terdapat di Kota Administrasi Jakarta
Timur berdasarkan klasifikasi kelas dan jenis rumah sakitnya.

4.1. Analisis Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit Khusus di


Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur
4.1.1. Rumah Sakit Khusus Jiwa Duren Sawit
RSJ Duren Sawit termasuk klasifikasi Rumah Sakit Khusus Jiwa Kelas A
Berdasarkan Permenkes No. 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit,
khususnya mengenai jumlah tenaga medis di Rumah Sakit Khusus Jiwa Kelas A
menyatakan bahwa harus ada pelayanan kesehatan dengan rincian sebagai berikut:

19 Universitas Indonesia
20

a. Terdapat tidak kurang dari lima dokter Spesialis Kedokteran Jiwa.


b. Terdapat tidak kurang dari satu dokter Subspesialis Kedokteran Jiwa.
c. Terdapat tidak kurang dari masing-masing satu dokter Spesialis Saraf,
Radiologi, Anak, Anestesi, Patologi Klinik, Penyakit Dalam, dan Rehab Medis.
d. Terdapat tidak kurang dari lima Dokter Umum dan dua Dokter Gigi
Di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, Rumah Sakit Jiwa Duren
Sawit merupakan satu-satunya Rumah Sakit Khusus Kelas A. Secara keseluruhan,
rumah sakit ini telah memenuhi standar minimal tenaga medis yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, namun terdapat satu pelayanan medis yang
masih tidak memenuhi standar, yaitu tidak memiliki spesialis Anestesi.
Berdasarkan jumlah tempat tidur, Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit juga
tidak memenuhi persyaratan dalam hal jumlah tenaga kerfarmasian. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang menyatakan bahwa 30 tempat tidur
dilayani oleh satu orang apoteker. Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit memiliki
jumlah tempat tidur sebanyak 170 unit sehingga setidaknya harus terdapat enam
orang apoteker sedangkan hanya terdapat 4 apoteker. Oleh karena itu, Rumah
Sakit Jiwa Duren Sawit kekurangan dua orang apoteker. Perbandingan tenaga
keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1, dirumah sakit ini tidak dicantumkan
data tenaga keperawatan sehingga tidak dapat dianalisis.
Diagram data jumlah tenaga medis dan kefarmasian dapat dilihat pada
Gambar 4.1 dan data selengkapnya mengenai daftar tenaga medis dan kefarmasian
di Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
12
10
Jumlah Tenaga (orang)

8
6
4
2
0

Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.1 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di Rumah Sakit
Khusus Duren Sawit dengan standar yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
21

Selain itu RSJ Duren Sawit juga terdapat beberapa dokter spesialis yaitu
Spesialis Kulit kelamin, Mata, THT, Paru dan Gizi Klinik dapat dilihat pada

3
Jumlah Tenaga (orang)

0
Sp. KK Sp. M Sp. THT Sp. P Sp. GK

Gambar 4.2 Jumlah Spesialis lainnya di RSJ Duren Sawit

4.1.2 Rumah Sakit Khusus Jiwa Islam Klender


RSJ Islam Klender termasuk klasifikasi Rumah Sakit Khusus Jiwa Kelas B
Berdasarkan Permenkes No. 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit,
khususnya mengenai jumlah tenaga medis di Rumah Sakit Khusus Jiwa Kelas B
menyatakan bahwa harus ada pelayanan kesehatan dengan rincian sebagai berikut:
a. Terdapat tidak kurang dari dua dokter Spesialis Kedokteran Jiwa.
b. Terdapat tidak kurang dari masing-masing satu dokter Spesialis Saraf,
Radiologi, Patologi Klinik, dan Penyakit Dalam.
c. Terdapat tidak kurang dari tiga Dokter Umum dan satu Dokter Gigi
Di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender merupakan satu-satunya Rumah Sakit Khusus Kelas B. Rumah sakit ini
hanya memiliki 2 dokter spesialis jiwa dan disebutkan 11 dokter spesialis lain nya
namun tidak di sebutkan satu per satu sehingga tidak dapat di analisa
Berdasarkan jumlah tempat tidur, Rumah Sakit Jiwa Islam Klender juga
tidak memenuhi persyaratan dalam hal jumlah tenaga kefarmasian. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang menyatakan bahwa 30 tempat tidur
dilayani oleh satu orang apoteker. Rumah Sakit Jiwa Islam Klender memiliki
jumlah tempat tidur sebanyak 140 unit sehingga setidaknya harus terdapat empat

Universitas Indonesia
22

orang apoteker sedangkan hanya terdapat 1 apoteker. Oleh karena itu, Rumah
Sakit Jiwa Duren Sawit kekurangan tiga orang apoteker. Perbandingan tenaga
keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 sehingga diperlukan 140 perawat namun
yang tercantum 13 perawat.
Gambar data jumlah tenaga medis, kefarmasian dan keperawatan dapat
dilihat pada Diagram 4.3 dan data selengkapnya mengenai daftar tenaga medis
dan kefarmasian di Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit dapat dilihat pada Lampiran
4.2.

12
Jumlah Tenaga (orang)

10
8
6
4
2
0
Jiwa Saraf PD Rad PK An Umum drg Apt sp lain
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.3 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di Rumah


Sakit Khusus Islam Klender dengan standar yang ditetapkan.

4.2 Analisis Kesesuaian Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit


Umum Kelas B di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur
Berdasarkan Permenkes No. 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah
Sakit, khususnya mengenai jumlah tenaga medis di Rumah Sakit Umum Kelas B
menyatakan bahwa harus ada pelayanan medis dasar dengan rincian sebagai
berikut :
a. Terdapat 12 dokter umum dan tiga dokter gigi.
b. Terdapat empat pelayanan medis spesialis dasar (Penyakit Dalam, Obstetri dan
Ginekologi, Anak, dan Bedah) dan masing-masing pelayanan harus memiliki
minimal tiga orang dokter spesialis.
c. Terdapat lima pelayanan medis spesialis penunjang (Radiologi, Patologi
Klinik, Anastesi, Rehabilitasi Medis, dan Patologi Anatomi) dan masing-
masing pelayanan harus memiliki minimal dua orang dokter spesialis.

Universitas Indonesia
23

d. Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga


belas) pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung
dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi,
Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik. Pada
Pelayanan Medik Spesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang
dokter spesialis setiap pelayanan
e. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan
kualifikasitenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit
Di wilayah Jakarta Timur, rerdapat 21 Rumah Sakit Umum yang termasuk
kelas B antara lain, RS. Harum Sisma Medika, RS. Harapan Jayakarta, RS.
Persahabatan, RS. FK UKI, RS. Haji Jakarta, RS. Islam Pondok Kopi, RS. Budhi
Asih, RS. Yadika, RS. Dharma Nugraha, RS. POLRI Sukanto, RS. Kartika Pulau
Mas, RS. Pusdikkes, RS. Mediros, RS. OMNI Medical Center, RS. Harapan
Bunda, RSUP AU Esnawan, RS. LPK Cipinang, RS. KESDAM Cijantung, RSUD
Pasar Rebo dan RS Primer Jatinegara dan RS. Admira.Berikut ini terdapat analisis
kesesuaian tenaga medis menurut Permenkes No. 340/MENKES/PER/III/2010
dan kesesuaian tenaga kefarmasian menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.
1197/MENKES/SK/X/2004 diuraikan sebagai berikut. data selengkapnya
mengenai daftar tenaga medis dan kefarmasian di Rumah Sakit Umum dapat
dilihat pada Lampiran 4.2.

4.2.1 Rumah Sakit Harum


RS Harum memenuhi standar minimal dokter spesialis lainnya dan jumlah
tenaga keperawatan, namun tidak memenuhi standar minimal tenaga medis
spesialis dasar, yaitu kekurangan satu spesialis Penyakit Dalam dan Anak serta
dua spesialis Obstetri dan Ginekologi dan Bedah. Untuk spesialis penunjang tidak
ada rincian untuk masing–masing spesialis dan hanya mempunyai tujuh tenaga
medis spesialis penunjang sehingga masih kekurangan dua spesialis penunjang.
Rumah sakit ini juga kekurangan satu dokter gigi spesialis dokter gigi umum.
Selain itu, RS Harum juga tidak memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana
setidaknya harus ada dua apoteker untuk mengawasi 70 unit tempat tidur sehingga
masih kekurangan satu orang apoteker. Untuk jumlah tenaga keperawatan

Universitas Indonesia
24

sebanyak 131 orang sehingga telah memenuhi syarat yang ditentukan. Jenis
spesialis lainnya tidak dicantumkan dalam data sehingga tidak dapat dianalisa.

Jumlah Tenaga (orang) 25

20

15

10

0
PD OG A B Sp. P sp.lain dr drg Apt AA
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.4. Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di Rumah


Sakit Harum dengan standar yang ditetapkan.

4.2.2 Rumah Sakit Harapan Jayakarta


RS Harapan Jayakarta hanya memenuhi standar minimal tenaga Medis
untuk spesialis Obstetri Ginekologi, anak , dan Anestesi. RS Harapan Jayakarta
kekurangan dua spesialis Penyakit Dalam, satu spesialis bedah dan Radiologi,
kemudian kekurangan dua spesialis Patologi Klinik, Rehabilitasi Medis, Patologi
Anatomi serta empat dokter umum. Selain itu, RS Harapan Jayakarta juga tidak
memenuhi persyaratan jumlah apoteker untuk mengawasi 52 unit tempat tidur
hanya ada 1 apoteker. Untuk tenaga keperawatan telah memenuhi syarat dengan
jumlah 56 orang.

14
Jumlah Tenaga (orang)

12
10
8
6
4
2
0
PD OG A B RAD PK AN RM PASp. Laindr. drg Apt AA
Jumlah Tenaga Medis Dan Kefarmasian Standar

Gambar 4.5. Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di Rumah


Sakit Harapan Jayakarta dengan standar yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
25

Dari Diagram dibawah ini juga terlihat RS Harapan Jayakarta hanya


memiliki 4 jenis spesiallis lainnya yaitu spesialis Mata, Saraf, THT dan Paru. Hal
ini tidak memenuhi syarat karena minimal RS harapan Jayakarta minimal
memiliki 8 pelayanan special lainnya dengan minimal 1 orang dokter spesialis di
masing – masing pelayanan.
2.5
Jumlah Tenaga (orang)

1.5

0.5

0
Sp. M Sp. S Sp. THT Sp. P

Gambar 4.6 Jumlah Spesialis lainnya di RS Harapan Jayakarta

4.2.3 RSUP Persahabatan


Secara keseluruhan, RSUP Persahabatan telah memenuhi seluruh standar
minimal jumlah tenaga medis dan keperawatan sebanyak 638 orang,

200
180
Jumlah Tenaga (orang)

160
140
120
100
80
60
40
20
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. drg. Apt AA
Lain Sp
Jumlah Tenaga Medis dan Farmas Standar

Gambar 4.7. Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RSUP


Persahabatan. dengan standar yang ditetapkan.

Universitas Indonesia
26

20
18

Jumlah Tenaga (orang)


16
14
12
10
8
6
4
2
0
Sp. M Sp. KK Sp.KJ Sp. S Sp. THT Sp. P Sp. KG

Gambar 4.8 Jumlah Spesialis lainnya di RSUP Persahabatan

4.2.4. Rumah Sakit FK UKI


RS FK UKI memenuhi standar minimal tenaga medis untuk spesialis
Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Bedah, Radiologi, Patologi Klinik,
Anastesi, spesialis lainnya, dokter umum, dan dokter gigi spesialis. Namun RS FK
UKI kekurangan satu tenaga medis untuk spesialis Anak, dua spesialis
Rehabilitasi Medis, dua spesialis Patologi Anatomi, dan dua tenaga Medis untuk
untuk dokter gigi umum. Selain itu, RS FK UKI juga tidak memenuhi persyaratan
jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada tujuh apoteker untuk mengawasi
205 unit tempat tidur. RS FK UKI masih kekurangan apoteker sejumlah enam
orang. Data tenaga keperawatan tidak dicantumkan sehingga tidak dapat dianalisis

70
60
Jumlah Tenaga (orang)

50
40
30
20
10
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. drg. Apt AA
Jumlah Tenaga Medis dan Farmas Lain Standar
Sp

Gambar 4.9. Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian


di RS. FK. UKI dengan standar yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
27

4.5
4

JUMLAH Tenaga (orang)


3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Sp. M Sp. KK Sp.JP Sp. KJ Sp. S Sp. THT Sp. P Sp. GK

Gambar 4.10 Jumlah Spesialis lainnya di RS. FK. UKI

4.2.5 Rumah Sakit Haji Jakarta


RS Haji Jakarta memenuhi standar minimal tenaga Medis untuk semua
spesialis dasar, spesialis Radiologi, Anastesi, Rehabilitasi Medis, spesialis
lainnya, dokter umum, dokter gigi spesialis dan dokter gigi umum, serta
kekurangan satu tenaga Medis untuk Patologi Klinik. Selain itu, RS Haji Jakarta
juga tidak memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada
delapan apoteker untuk mengawasi 250 unit tempat tidur. RS FK UKI masih
kekurangan apoteker sejumlah lima orang. Untuk Tenaga keperawatan, RS. Haji
Jakarta memiliki 336 orang perawat sehingga telah memenuhi persyaratan.

30

25
Jumlah Tenaga (orang)

20

15

10

0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. drg. Apt
Lain Sp
Jumlah Tenaga Medis dan Farmas standar

Gambar 4.11 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS. Haji
Jakarta dengan standar yang ditetapkan.

Universitas Indonesia
28

4.5
4

Jumlah Tenaga (orang)


3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Gambar 4.12 Jumlah Spesialis lainnya di RS. Haji Jakarta

4.2.6 Rumah Sakit Islam Pondok Kopi


RS Islam Pondok Kopi memenuhi standar minimal untuk semua spesialis
dasar, spesialis Radiologi, Patologi Klinik, Anastesi, spesialis lainnya, dan dokter
umum. Namun rumah sakit ini kekurangan satu tenaga medis masing–masing
spesialis Obstetri dan Ginekologi, Rehabilitasi Medis, Patologi Anatomi, dokter
gigi umum dan dokter gigi. Selain itu, RS Islam Pondok Kopi juga tidak
memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada empat
apoteker untuk mengawasi 145 unit tempat tidur sehingga masih kekurangan tiga
orang apoteker Tidak tercantum data tenaga keperawatan sehingga tidak dapat
dianalisis..

18
16
Jumlah Tenaga (orang)

14
12
10
8
6
4
2
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. Apt AA
Lain
Jumlah Tenaga Medis dan Farmas Standar

Gambar 4.13Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS. Islam


Pondok Kopi dengan standar yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
29

3.5
3

Jumlah Tenaga (orang)


2.5
2
1.5
1
0.5
0
Sp. M Sp. KK Sp. KJ Sp. S Sp. THT Sp. P

Gambar 4.14 Jumlah Spesialis lainnya di RS. Islam Pondok Kopi

4.2.7 Rumah Sakit Budhi Asih


RS Budhi Asih memenuhi jumlah standar minimal tenaga Medis untuk
semua spesialis dasar, spesialis lainnya, dan dokter umum, namun kekurangan
dua dokter spesialis Patologi Klinik, dokter spesialis Rehabilitasi Medis,dua
dokter spesialis Patologi Anatomi, dua dokter gigi spesialis. Selain itu, RS Budhi
Asih juga tidak memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya harus
ada tujuh apoteker untuk mengawasi 224 unit tempat tidur. RS Budhi Asih masih
kekurangan apoteker sejumlah dua orang. Tenaga keperawatan di RS. Budhi Asih
sebanyak 256 orang sehingga telah memenuhi persyaratan.

25
Jumlah Tenaga (orang)

20

15

10

0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. Apt AA
Lain
Jumlah Tenaga Medis dan Farmas Standar

Gambar 4.15 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS. Budhi
Asih dengan standar yang ditetapkan

Universitas Indonesia
30

4.2.8 Rumah Sakit Yadika


RS Yadika memenuhi standar minimal tenaga medis spesialis Penyakit
Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Anak, Bedah, Anastesi, spesialis lain, dokter
umum dan dokter gigi umum. Rumah sakit ini kekurangan dua tenaga medis
masing–masing untuk spesialis Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi.
Selain itu, rumah sakit ini juga tidak memenuhi persyaratan jumlah apoteker,
dimana setidaknya harus ada empat apoteker untuk mengawasi 135 unit tempat
tidur sehingga masih kekurangan tiga apoteker dan dari segi jumlah tenaga
keperawatan sebanyak 126 orang sehingga masih kekurangan 9 tenaga
keperawatan.

16
14
Jumlah Tenaga (orang)

12
10
8
6
4
2
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. Apt AA
Lain
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.16 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS. Yadika
dengan standar yang ditetapkan

4.2.9 Rumah Sakit Dharma Nugraha


RS Dharma Nugraha memenuhi standar minimal tenaga medis untuk
spesialis Penyakit Dalam, spesialis Radiologi, spesialis Anastesi, spesialis
Rehabilitasi Medis, spesialis Patologi Anatomi, Spesialis Anak, spesialis Obstetri
dan Ginekologi, spesialis lainnya, dokter umum. Namun RS Dharma Nugraha
kekurangan satu dan satu spesialis Patologi Klinik. Selain itu, RS Dharma
Nugraha juga tidak memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya
harus ada tiga apoteker untuk mengawasi 95 unit tempat tidur. RS Dharma

Universitas Indonesia
31

Nugraha masih kekurangan apoteker sejumlah dua orang. Dan jumlah tenaga
keperawatan tidak dapat dianalisis karena tidak dicantumkan.

30

Jumlah Tenaga (orang) 25


20
15
10
5
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. Apt AA
Lain
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.17 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS.


Dharma Nugraha dengan standar yang ditetapkan

4.5
4
Jumlah Tenaga (orang)

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Sp. OT Sp. M Sp. KK Sp.JP Sp. KJ Sp. S Sp. THT Sp. KG

Gambar 4.18 Jumlah Spesialis lainnya di RS. Dharma Nugrraha

4.2.10 RS POLRI Sukanto


RS POLRI Sukanto memenuhi standar minimal untuk tenaga medis
spesialis dasar, Radiologi, Anastesi, Patologi Anatomi, spesialis lainnya, dokter
umum, dokter gigi spesialis dan dokter gigi umum. Rumah sakit ini kekurangan
kurangan satu tenaga medis masing–masing untuk spesialis Patologi Klinik, dan

Universitas Indonesia
32

Rehabilitasi Medis serta kekurangan 7 apoteker dan untuk tenaga keperawatan


terdapat 506 orang untuk mengawasi 388 unit tempat tidur.

45
Jumlah Tenaga (orang) 40
35
30
25
20
15
10
5
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. Apt AA
Lain
Jumlah Tenaga Medis Dan Farmasi Standar

Gambar 4.19 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS. POLRI
Sukanto dengan standar yang ditetapkan

7
6
Jumlah Tenaga (orang)

5
4
3
2
1
0
Sp. M Sp. KK Sp.JP Sp. KJ Sp. S Sp. Sp. P And BU F
THT

Gambar 4.20 Jumlah Spesialis lainnya di RS. POLRI Sukanto

4.2.11 Rumah Sakit Kartika Pulomas


RS Kartika Pulomas hanya memenuhi standar minimal tenaga Medis untuk
Obstetri dan Ginekologi, dan spesialis Anastesi. Untuk spesialis Penyakit Dalam,
Anak, dan Bedah kekurangan satu tenaga medis, sedangkan Spesialis Radiologi,
Patologi Klinik, Rehabilitasi Medis, Patologi Anatomi, kekurangan masing–
masing dua tenaga medis serta kekurangan tiga spesialis dokter gigi umum.
Rumah sakit ini kekurangan tujuh spesialis lainnya dan 7 dokter umum. Selain

Universitas Indonesia
33

itu, RS Kartika Pulomas belum memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana


ada satu apoteker untuk mengawasi 79 unit tempat tidur tapi jumlah tenaga
keperawatan sebanyak 53 sehingga masih kekurangan 26 tenaga keperawatan.

14
12
Jumlah Tenaga (orang)

10
8
6
4
2
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. Apt AA
Lain
Jumlah Tenaga Merdis dan Farmasi Standar

Gambar 4. 21 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian


di RS. Kartika Pulomas dengan standar yang ditetapkan

4.2.12 Rumah Sakit Pusdikkes


RS Pusdikkes hanya memenuhi standar minimal tenaga medis untuk
spesialis Obstetri Ginekologi, Bedah, Radiologi, spesialis lainnya, dan dokter gigi
umum. Rumah sakit ini kekurangan satu spesialis Anak dan anastesi; dua tenaga
medis masing–masing untuk spesialis Penyakit dalam, Radiologi, Patologi Klinik,
Rehabilitasi Medis, Patologi Anatomi; Selain itu, rumah sakit ini juga tidak
memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada dua
apoteker untuk mengawasi 59 unit tempat tidur sehingga masih kekurangan satu
apoteker. Dan jumlah tenaga keperawatan sebanyak 85 orang sehingga telah
memenuhi persyaratan.

Universitas Indonesia
34

20
18

Jumlah Tenaga (orang)


16
14
12
10
8
6
4
2
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. Apt AA
Lain
Jumlah Tenaga Medis Dan Farmasi Standar

Gambar 4.22 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS.


Pusddikes dengan standar yang ditetapkan
2.5

2
Jumlah Tenaga (orang0

1.5

0.5

0
Sp. M Sp. KK Sp.JP Sp. S Sp. THT Sp. P BU

Gambar 4.23 Jumlah Spesialis lainnya di RS. Pusdikkes

4.2.13 Rumah Sakit Mediros


RS Mediros memenuhi standar minimal tenaga Medis untuk spesialis Anak,
Bedah, Anestesi, spesialis lainnya, dan dokter gigi umum. Namun RS ini
kekurangan satu tenaga Medis masing–masing untuk spesialis Obstetric dan
Ginekologi, Radiologi, Patologi Klinik; kekurangan dua tenaga Medis masing–
masing untuk spesialis Penyakit dalam, Rehabilitasi Medis dan Patologi Anatomi;
serta kekurangan limadokter umum. Selain itu, rumah sakit ini juga tidak
memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada tiga
apoteker untuk mengawasi 115 unit tempat tidur sehingga masih kekurangan dua
apoteker dan jumlah tenaga kesehatan 71 sehingga masih kurang 44.

Universitas Indonesia
35

25

Jumlah Tenaga (orang)


20

15

10

0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. drg Apt AA
Lain Sp
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.24 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS.


Mediros dengan standar yang ditetapkan
3.5
3
Jumlah Tenaga (orang)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
Sp. M Sp. KK Sp. S Sp. THT

Gambar 4.25 Jumlah Spesialis lainnya di RS. Mediros

4.2.14 Rumah Sakit OMNI Medical Centre


RS OMNI Medical Centre memenuhi standar minimal untuk spesialis dasar
Radiologi, Anastesi, Patologi Anatomi, spesialis lainnya, dokter umum, dan
dokter gigi umum. Namun, RS OMNI Medical Centre masih kekurangan satu
tenaga Medis masing–masing untuk Patologi Klinik, Rehabilitasi Medis dan
dokter gigi spesialis. Selain itu, rumah sakit ini juga tidak memenuhi persyaratan
jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada empat apoteker untuk mengawasi
120 unit tempat tidur sehingga masih kekurangan dua apoteker. Data tenaga
keperawatan sejumlah 198 orang, jumlah tersebut telah memenuhi syarat.

Universitas Indonesia
36

30

25
Jumlah Tenaga (orang) 20

15

10

0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. drg Apt AA
Lain Sp
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.26 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS.


OMNI Medical Centre dengan standar yang ditetapkan

4.5
4
Jumlah Tenaga (orang)

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Sp. S Sp. THT Sp. OK

Gambar 4.27 Jumlah Spesialis lainnya di RS. OMNI Medical Centre

4.2.15 Rumah Sakit Harapan Bunda


RS Harapan Bunda memenuhi standar minimal tenaga Medis untuk semua
spesialis dasar, Radiologi, Patologi Klinik, Anestesi, Spesialis lainnya, dan dokter
gigi spesialis. Namun RS Harapan Bunda kekurangan satu Patologi Anatomi dan
Rehabilitasi Medis. Selain itu, RS Harapan Bunda juga tidak memenuhi
persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada dua apoteker untuk
mengawasi 70 unit tempat tidur sehingga masih kekurangan satu orang apoteker.
Untuk tenaga keperawatn telah memenuhi syarat sebanyak 197 orang.

Universitas Indonesia
37

50
45
40

Jumlah Tenaga (orang)


35
30
25
20
15
10
5
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. drg Apt AA
Lain Sp
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.28 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS.


Harapan Bunda dengan standar yang ditetapkan

16
14
Jumlah Tenaga (orang)

12
10
8
6
4
2
0
Sp. OT Sp. M Sp. KK Sp.JP Sp. U Sp. KJ Sp. S Sp. THT Sp. P

Gambar 4.29 Jumlah Spesialis lainnya di RS. Harapan Bunda

4.2.16 RSUPAU Esnawan


RSUPAU Esnawan hanya memenuhi standar minimal tenaga Medis untuk
spesialis Bedah, Anastesi, spesialis lainnya dan dokter umum. RSUPAU Esnawan
juga memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada empat
apoteker untuk mengawasi 133 unit tempat tidur. Rumah sakit ini kekurangan satu
tenaga medis spesialis Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Anak,

Universitas Indonesia
38

Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik; Untuk jumlah tenaga


keperawatan tidak tercantum sehingga tidak dapat di analalisis.

20
18
16
Jumlah Tenaga (orang)

14
12
10
8
6
4
2
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. drg Apt AA
Lain Sp
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.30 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di


RSUP. AU Esnawan dengan standar yang ditetapkan

2.5
Jumlah Tenaga (orang)

1.5

0.5

0
Sp. OT Sp. M Sp. KK Sp. KJ Sp. S Sp. THT Sp. P Sp. BM

Gambar 4.31 Jumlah Spesialis lainnya di RSUP. AU. Esnawan

4.2.17 Rumah Sakit RS LPK Cipinang


RS LPK Cipinang hanya memenuhi standar minimal tenaga medis untuk
Spesialis Obtetric Ginekologi, Anak dan Dokter umum. Untuk tenaga medis
lainnya tidak memenuhi syarat, yaitu kekurangan satu tenaga medis masing–
masing untuk spesialis Radiologi dan Dokter gigi; kekurangan dua tenaga medis
masing–masing untuk spesialis Penyakit dalam, Bedah, Anestesi, Patologi Klinik,
Rehabilitasi Medis, Patologi Anatomi;. Selain itu, rumah sakit ini juga tidak
Universitas Indonesia
39

memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada tujuh


apoteker untuk mengawasi 204 unit tempat tidur sehingga masih kekurangan lima
apoteker dan jumlah tenaga keperawatan tidak dapat dianalisis karena tidak
tercantum dalam data.

16
Jumlah Tenaga (orang)

14
12
10
8
6
4
2
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA Sp. dr. drg. drg Apt AA
Lain Sp
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.32 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS.


LPK Cipinang dengan standar yang ditetapkan

4.2.18 Rumah Sakit KESDAM Cijantung


RS KESDAM Cijantung hanya memenuhi standar minimal dokter umum
dan dokter gigi umum. Rumah sakit ini kekurangan satu tenaga Medis untuk
spesialis Obtetric Ginekologi, Anak, Radiologi dan Rehabilitasi Medik , dua
tenaga Medis masing–masing untuk Penyakit dalam, Bedah, Patologi Klinik,
Anastesi dan Patologi Anatomi. serta kekurangan tiga tenaga medis masing–
masing untuk spesialis Penyakit Dalam, Bedah,dan dokter gigi. Selain itu, rumah
sakit ini juga tidak memenuhi persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya
harus ada tiga apoteker untuk mengawasi 85 unit tempat tidur sehingga masih
kekurangan satu orang apoteker. Untuk tenaga keperawatan berjumlah 79
sehingga masih kekurangan 6 orang.

Universitas Indonesia
40

25

Jumlah Tenaga (orang)


20

15

10

PK
PD

RAD

drg

AA
RM

dr.

Apt
AN
OG

PA
Sp. Lain

drg. Sp
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.33 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS.


KESDAM Cijantung dengan standar yang ditetapkan

4.2.19 RSUD Pasar Rebo


RSUD Pasar Rebo hanya mencantumkan 46 spesialis dasar dan spesialis
penunjang sehingga tidak dapat dianalisis. Untuk dokter umum dan dokter gigi
telah memenuhi persyaratan. Selain itu, rumah sakit ini tidak memenuhi
persyaratan jumlah apoteker, dimana setidaknya harus ada sembilan apoteker
untuk mengawasi 275 unit tempat tidur sehingga masih kekurangan lima apoteker,
dan jumlah tenaga keperawatan 310 orang sehingga disimpulkan memenuhi
pesyaratan.

50
Jumlah Tenaga (orang)

40

30

20

10

0
Sp. Dasar & dr. drg. Sp drg Apt AA
Penunjang
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.34 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RSUD.


Pasar Rebo dengan standar yang ditetapkan

Universitas Indonesia
41

4.2.20 Rumah Sakit Premier Jatinegara


RS Premier Jatinegara memenuhi standar minimal untuk semua spesialis
dasar, Radiologi, Anastesi, Patologi Anatomi, spesialis lainnya, dokter umum,
dokter gigi spesialis dan dokter gigi umum. Rumah sakit ini hanya kekurangan
satu tenaga Medis spesialis Patologi Klinik dan dua tenaga Medis Rehabilitasi
Medis. Selain itu, rumah sakit ini juga tidak memenuhi persyaratan jumlah
apoteker, dimana setidaknya harus ada sembilan apoteker untuk mengawasi 280
unit tempat tidur sehingga masih kekurangan tujuh apoteker.

70
Jumlah Tenaga (orang)

60
50
40
30
20
10
0

Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian Standar

Gambar 4.35 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS


Premier Jatinegara dengan standar yang ditetapkan

4.3 Analisis Kesesuaian Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit


Khusus (RSK) Ibu dan Anak Kelas B di Wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur
Terdapat 6 Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) di Jakarta Timur, yaitu
RSIA Bunda Aliyah, RSIA Hermina Jatinegara, RSIA Resti Mulya, RSIA Restu,
RSIA Sammarie Basra, dan RSIA Syaidah. Menurut Permenkes No. 340 tahun
2010 rumah sakit khusus Ibu dan Anak kelas B mempunyai jumlah standar
minimal tenaga medis dengan rincian;
a. Terdapat satu tenaga medis spesialis Penyakit Dalam; dua tenaga Medis
spesialis Obstetri dan Ginekologi; dan spesialis Anak;

Universitas Indonesia
42

b. Terdapat setidaknya satu tenaga medis spesialis Bedah Umum; Bedah Anak;
Mata; Penyakit Dalam; dan Rehabilitasi Medis.
c. Terdapat setidaknya satu tenaga medis spesialis Radiologi; Patologi Klinik;
dan Anastesi.
Analisa kesesuaian tenaga medis di rumah sakit khusus Ibu dan Anak
diuraikan di bawah ini (masing-masing data dapat dilihat pada Lampiran 4.6)

4.3.1 RSIA Bunda Aliyah


RSIA Bunda Aliyah hanya memenuhi standar minimal tenaga medis, yaitu
untuk spesialis Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Anak, dan Anastesi.
Namun, rumah sakit ini masih kekurangan satu tenaga medis masing– masing
untuk spesialis Bedah , bedah Anak, Radiologi, Patologi Klinik, dan Rehabilitasi
Medis. Selain itu, rumah sakit ini tidak memenuhi persyaratan jumlah apoteker,
dimana setidaknya harus ada dua apoteker untuk mengawasi 66 unit tempat tidur
untuk jumlah tenaga keperawatan sebanyak 74 orang yang mengawasi 66 unit
tempat tidur.

25
Jumlah Tenaga (orang)

20

15

10

0
PK
PD

AA
RM

dr.
drg.sp.
B.Anak

Apt
An
OG

drg.
Mata
Rad

sp.lain

Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.36 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RSIA.


Bunda Aliyah dengan standar yang ditetapkan

Universitas Indonesia
43

4.3.2 RSIA Hermina Jatinegara


RSIA Hermina Jatinegara telah memenuhi semua standar minimal tenaga
medis dan keperawatan untuk 174 unit tempat tidur.

50
45
Jumlah Tenaga (orang)

40
35
30
25
20
15
10
5
0

drg.u…
B

PA
Mata
Rad

sp.lain
OG

Umum
PK
PD

AA
RM

drg.sp.
B.Anak

Apt
An

Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.37 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RSIA.


Hermina Jatinegara dengan standar yang ditetapkan

7
6
Jumlah Tenaga (orang)

5
4
3
2
1
0
Sp. M Sp. KK Sp.JP Sp. S Sp. THT Sp. P Sp. GKSp. OGSp. AndSp. BA

Gambar 4.38 Jumlah Spesialis lainnya di RSIA. Hermina Jatinegara

4.3.3 RSIA Resti Mulya


RSIA Resti Mulya memenuhi standar minimal tenaga medis untuk
spesialis Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Anak dan Anestesi. Namun,
rumah sakit ini kekurangan satu tenaga medis masing–masing untuk spesialis
Bedah Umum, Bedah Anak, Mata, Radiologi, Anastesi, dan Rehabilitasi Medis,.
Universitas Indonesia
44

Selain itu, RSIA Resti Mulya juga tidak memenuhi persyaratan jumlah minimal
apoteker, dimana untuk 108 unit tempat tidur setidaknya diawasi oleh dua orang
apoteker. Jumlah tenaga keperawatan 40 orang sehingga kekurangan 68.

7
Jumlah Tenaga (orang)

6
5
4
3
2
1
0

drg.um…
OG

Umum
B

PK
PD

PA

AA
RM

drg.sp.
B.Anak
Mata

Apt
Rad

An
Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar
Gambar 4.39 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RSIA.
Resti Mulya dengan standar yang ditetapkan

4.3.4 RSIA Restu


RSIA Restu memenuhi standar minimal tenaga medis untuk spesialis
Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Anak, Bedah. Namun, rumah sakit ini
masih kekurangan satu tenaga medis masing–masing untuk spesialis Bedah Anak,
Mata, Radiologi, Patologi Klinik, Anastesi, dan Rehabilitasi Medis. Selain itu,
RSIA Restu telah memenuhi persyaratan jumlah minimal apoteker, dimana untuk
27 unit tempat tidur setidaknya diawasi oleh satu orang apoteker dan jumlah
tenaga kesehatan sebanyak 34 orang.

7
Jumlah Tenaga (orang)

6
5
4
3
2
1
0
drg.um…
PK
PD

B.Anak

Apt
An
OG

PA

AA
RM

drg.sp.
Mata
Rad

sp.lain
Umum

Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.40 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RSIA.


Restu dengan standar yang ditetapkan
Universitas Indonesia
45

4.3.5 RSIA Sayyidan


RSIA Sayiddan memenuhi standar minimal tenaga Medis untuk spesialis
Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Anak, Radiologi, Patologi Klonik dan
Rehabilitasi Medik. Namun, rumah sakit ini masih kekurangan satu tenaga medis
masing – masing untuk spesialis Bedah Anak, Mata, Anastesi. Dalam analisis
pada RSIA Sayyidan tidak dilakukan analisis terhadap kesesuaian jumlah apoteker
terhadap standar, karena tidak terdapat data mengenai jumlah tempat tidur RS ini
sehingga tidak dapat dihitung jumlah standar apoteker yang dibutuhkan.

14
12
Jumlah Tenaga (orang)

10
8
6
4
2
0
PK
PD

AA
RM

drg.sp.
B.Anak

Apt
An
OG

Umum

drg.umum
B

PA
Mata
Rad

sp.lain

Jumlah Teanga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.41 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RSIA.


Sayyidan dengan standar yang ditetapkan

6
Jumlah Tenaga (orang)

5
4
3
2
1
0
Sp. M Sp. KK Sp.KJ Sp. S Sp. THT Sp. P Sp. Ort

Gambar 4.42 Jumlah Spesialis lainnya di RSIA. Sayyidan

Universitas Indonesia
46

4.3.6 RSIA Lainnya.


RSIA Sammarie Basrah, RSIA Islamic hospital, RSIA Alvernia Agusta
dan RSIA Sekar mempunyai data yang kurang lengkap sehingga analisa tidak
dapat dilakukan.

4.4 Analisis Kesesuaian Jumlah Tenaga Kesehatab pada Rumah Sakit


Khusus (RSK) Bedah Kelas B di Wilayah Kota Administrasi Jakarta
Timur
Berdasarkan Permenkes No. 340 tahun 2010 mengenai klasifikasi rumah
sakit, Rumah Sakit Khusus Bedah kelas B harus memenuhi standar minimal
tenaga medis sebagai berikut:
a. Terdapat setidaknya satu spesialis Bedah Umum, Bedah Anak, spesialis
Bedah Orthopedi.
b. Terdapat setidaknya masing-masing satu spesialis Obstetri dan
Ginekologi, konsultan Intensive Care, spesialis Penyakit Dalam.
c. Terdapat setidaknya masing-masing satu spesialis Radiologi; Patologi
Klinik; Rehabilitasi Medis; dan dua spesilais Anestesi.
d. Terdapat sedikitnya tiga dokter umum.
Di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, hanya terdapat satu RSK
Bedah, yaitu RS Bedah Rawamangun yang terletak di Kelurahan Rawamangun,
Kecamatan Pulo Gadung. Rumah sakit ini telah memenuhi standar minimal tenaga
medis.
RS Bedah Rawamangun belum memenuhi persyaratan jumlah apoteker,
dimana terdapat satu apoteker untuk mengawasi 57 unit tempat tidur. Gambar data
perbandingan jumlah tenaga medis dan kefarmasian dapat dilihat pada Gambar
4.22 dan data selengkapnya mengenai daftar tenaga medis dan kefarmasian di
Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit dapat dilihat pada lampiran 4.3.

Universitas Indonesia
47

16

Jumlah Tenaga (orang)


14
12
10
8
6
4
2
0

Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar


Gambar 4.43 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RS
Bedah Rawamangun dengan standar yang ditetapkan

8
7
Jumlah Tenaga (orang)

6
5
4
3
2
1
0
Sp. M Sp. KK Sp.JP Sp. S Sp. THT Sp. P

Gambar 4.44 Jumlah Spesialis lainnya di RS. Bedah Rawamangun

4.5 Analisis Kesesuaian Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit


Khusus (RSK) Jantung Kelas B di Wilayah Kota Administrasi Jakarta
Timur
RSK Jantung Binawaluya merupakan RSK Jantung kelas B yang satu-
satunya yang terdapat di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Menurut
Permenkes No. 340 tahun 2010 dinyatakan bahwa Rumah Sakit Khusus Jantung
Kelas B mempunyai jumlah standar minimum tenaga medis yaitu :
a. Terdapat sedikitnya tiga tenaga medis spesialis Jantung, satu spesialis
Aritmia, satu spesialis Rehabilitasi Jantung, satu spesialis Jantung Klinik.

Universitas Indonesia
48

b. Terdapat sedikitnya satu tenaga medis masing-masing untuk spesialis


Saraf, Paru, Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi
c. Terdapat setidaknya satu tenaga medis untuk spesialis Patologi Klinik,
Radiologi, Rehabilitasi Medis, Patologi Anatomi, serta dua spesialis
Anastesi.
Berdasarkan analisis data, RSK Jantung Binawaluya hanya memenuhi
standar minimal tenaga medis untuk spesialis Jantung, yaitu sebanyak delapan
spesialis Jantung; spesialis Paru,. Namun tidak terdapat tenaga medis lainnya,
yaitu untuk spesialis Aritmia Jantung, Jantung Klinik, Rehabilitasi Jantung, Saraf,
Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Patologi Klinik, Rehabilitasi Medis,
Anestesi, dan Patologi Anatomi. Untuk dokter umum, dokter gigi spesialis, dan
dokter gigi umum tidak ada persyaratan khusus untuk rumah sakit khusus jantung
di dalam Permenkes No. 340 tahun 2010, namun rumah sakit ini tetap mempunyai
empat dokter umum. Diagram data perbandingan jumlah tenaga medis dan
kefarmasian dapat dilihat pada Gambar 4.24 dan data selengkapnya mengenai
daftar tenaga medis dan kefarmasian di Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit dapat
dilihat pada Lampiran 4.5.

14
Jumlah Tenaga (orang)

12
10
8
6
4
2
0

Jumlah Tenaga Medis dan Farmasi Standar

Gambar 4.45 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RSK


Jantung Binawaluya dengan standar yang ditetapkan

Universitas Indonesia
49

4.6 Analisis Kesesuaian Jumlah Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit


Khusus (RSK) Ketergantungan Obat di Wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur
RSKO Cibubur merupakan satu-satunya rumah sakit di Jakarta Timur
yang menangani masalah ketergantungan obat. Berdasarkan Permenkes No. 340
tahun 2010 Rumah Sakit Ketergantungan Obat Kelas B mempunyai tenaga
kesehatan dengan standar minimal sebagai berikut :
a. Terdapat sedikitnya dua tenaga medis spesialis jiwa,
b. Terdapat sedikitnya satu tenaga medis masing–masing untuk spesialis
Saraf, Penyakit Dalam, Patologi Klinik dan dokter gigi umum
c. Terdapat sedikitnya tujuh dokter umum.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian jumlah tenaga medis dan
kefarmasian dengan standar minimal ketersediaan tenaga medis, RSKO Cibubur
telah memenuhi jumlah standar minimal untuk seluruh tenaga medis dan
kefarmasian yang harus ada di rumah sakit ketergantungan obat. Diagram data
perbandingan jumlah tenaga medis dan kefarmasian dapat dilihat pada Gambar
4.23 dan data selengkapnya mengenai daftar tenaga medis dan kefarmasian di
RSKO Cibubur dapat dilihat pada Lampiran 4.4.

20
18
Jumlah Tenaga (orang)

16
14
12
10
8
6
4
2
0

Jumlah Tenaga Medis dan FArmasi Standar

Gambar 4.46 Perbandingan Jumlah Tenaga Medis dan Kefarmasian di RSKO


Cibubur dengan standar yang ditetapkan

Universitas Indonesia
50

3.5
3
Jumlah Tenaga (orang) 2.5
2
1.5
1
0.5
0
Sp. KK Sp.KJ Sp. S

Gambar 4.47 Jumlah Spesialis lainnya di RSKO. Cibubur

4.7 Analisis Kekurangan Tenaga Medis, Kefarmasian dan Keperawatan di


Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur
4.7.1 Analisis Kekurangan Tenaga Medis di Wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur
Analisis kesesuaian jumlah tenaga kesehatan yang dimilikinya, tidak
seluruh rumah sakit yang terdapat di Jakarta Timur memenuhi standar minimal
tenaga kesehatan yang telah dipersyaratkan oleh Kementrian Kesehatan dalam
Permenkes No. 340/MENKES/PER/III/2010. Berdasarkan hasil rekapitulasi,
didapatkan bahwa hampir seluruh rumah sakit di wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur belum memenuhi persyaratan jumlah minimal tenaga medis.
Kriteria yang paling banyak belum terpenuhi oleh rumah sakit-rumah sakit
tersebut antara lain jumlah minimal tenaga medis untuk spesialis Patologi Klinik
dan Patologi Anatomi sebanyak 82,85% diikuti dengan spesialis Rehabilitasi
Medik diurutan kedua sebanyak 77,14%; spesialis Radiologi urutan ketiga
sebanyak 60%; dan Anastesi diurutan keempat sebanyak 57,14%. Kekurangan
jumlah tenaga medis ini disebabkan oleh masih sedikitnya sumber daya manusia
yang ada. Untuk gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada Diagram dibawah
ini :

Universitas Indonesia
51

90 82.85 82.85
77.14
80
70
60
Jumlah Tenaga (%) 60
57.14
48.38
50 42.85
37.14 40
40
30
20
10
0
PD OG A B RAD PK AN RM PA
Jenis Tenaga Medis

Gambar 4.48 Grafik Persentase Kekurangan Tenaga Medis pada Rumah Sakit di
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Menurut Permenkes No.
340 tahun 2010.

4.7.2 Analisis Kekurangan Tenaga Kefarmasian di Wilayah Kota


Administrasi Jakarta Timur
Analisis kesesuaian tenaga kefarmasian dilakukan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit yang menyatakan bahwa 30 tempat tidur dilayani
oleh satu orang apoteker. Walaupun berdasarkan Permenkes No. 340/ MENKES/
Per/ III/ 2010 terdapat ketentuan jumlah standar minimal tenaga kefarmasian,
khususnya bagi rumah sakit khusus, analisis tetap dilakukan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004.
Berdasarkan standar Permenkes No. 340/ MENKES/ Per/ III/ 2010 yang
telah ditetapkan, semua rumah sakit telah memenuhi pesyaratan standar minimal
apoteker. Namun, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1197/MENKES/SK/X/2004. hampir semua rumah sakit belum memenuhi standar
minimal jumlah Apoteker. Dari analisis diperoleh hanya terdapat 6 rumah sakit
yang memenuhi standar dari seluruh rumah sakit yang ada di Jakarta Timur yaitu
RSUP AU Esnawan, RSIA Restu, RSIA Hermina Jatinegara, RSK Jantung
Binawaluya, RS. Persahabatan dan RSKO Cibubur. Dalam analisis untuk jumlah
apoteker, terdapat 6 rumah sakit yang tidak terdapat data sehingga tidak dilakukan
Universitas Indonesia
52

analisis jumlah minimal apoteker dan tidak dimasukkan dalam perhitungan, yaitu
RS Alvernia Agusta,
Agusta RS Admira, RS Sammarie Basra, RSIA Sayidah, RSIA.
Sekar, RS. Islamic Hospital.
Hospital Untuk gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada
Diagram dibawah ini :

Grafik Persentase Jumlah Rumah Sakit yang


Kekurangan Apoteker di Wilayah Jakarta Timur

20% cukup

80 % kurang

Gambar 4.49 Grafik Persentase Kekurangan Tenaga Kefarmasian pada Rumah


Sakit di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Menurut
Keputusan Mentri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004
1197/MENKES/SK/X/2004.

4.7.3 Analisis Kekurangan Tenaga Keperawatan di Wilayah Kota


Administrasi Jakarta Timur
Analisis kesesuaian jumlah tenaga kesehatan yang dimilikinya, tidak
seluruh rumah sakit yang terdapat di Jakarta Timur memenuhi standar minimal
tenaga kesehatan yang telah dipersyaratkan oleh Kementrian Kesehatan dalam
Permenkes No. 340/MENKES/PER/III/2010. Berdasarkan hasil rekapitulasi,
didapatkan bahwa rumah sakit di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur telah
memenuhi persyaratan jumlah minimal tenaga keperawatan sebanyak 442,42 %
dan yang belum memenuhi syarat
syar sebanyak 57,58%.
Dari analisis diperoleh hanya terdapat 14 rumah sakit yang memenuhi
standar dari seluruh rumah sakit yang ada di Jakarta Timur yaitu RS. Harum, RS.
Harapan Jayakarta, RS.Persahabatan, RS.Haji Jakarta, Budhi Asih, RS.POLRI
Sukanto, RS.Pudikkes, RS.OMNI Medical Centre, RS. Harapan Bunda, RS. Pasar
Rebo, RSIA. Bunda Aliyah, RSIA Hermina Jatinegara, RSIA. Restu, dan RSKO
Cibubur.. Dalam analisis untuk jumlah tenaga keperawatan,, terdapat 6 rumah sakit
Universitas Indonesia
53

yang tidak terdapat data sehingga tidak


tidak dilakukan analisis jumlah tenaga
keperawatan dan tidak dimasukkan dalam perhitungan, yaitu RS Alvernia Agusta
Agusta,
RS Admira, RS Sammarie Basra, RSIA Sayidah, RSIA. Sekar, RS. Islamic
Hospital. Untuk gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada Diagram dibawah
ini :

Grafik Persentase Jumlah Rumah Sakit yang


Kekurangan Tenaga Keperawatan di Wilayah
Jakarta Timur 46.67%
cukup

53.33%
kurang

Gambar 4.50 Grafik Persentase Kekurangan Tenaga Keperawatan pada Rumah


Sakit di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Menurut
Permenkes No. 340 tahun 2010.

Universitas Indonesia
56

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hasil rekapitulasi dan analisis kesesuaian jumlah tenaga medis,
kefarmasian dan keperawatan berdasarkan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit Di
Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa rumah
sakit yang memenuhi standar minimal jumlah tenaga kesehatan sebesar 8,13%
yaitu RS Persahabatan, RSIA Hermina dan RSKO Cibubur.

5.2 Saran
5.2.1. Diharapkan pengiriman data mengenai tenaga kerja oleh setiap rumah
sakit menggunakan email resmi masing-masing Rumah sakit untuk
memudahkan pengumpulan data.
5.2.2 Diharapkan setiap rumah sakit untuk rutin memberikan daftar tenaga
kesehatab di awal tahun.
5.2.3 Dibuat laporan mengenai kekurangan data dan jumlah tenaga kesehatan
tiap rumah sakit, kemudian dapat disampaikan ke kementrian kesehatan
agar memberi peringatan bagi rumah sakit yang tidak memberikan data
lengkap dan belum memenuhi syarat minimal tenaga kesehatan sesuai
dengan peraturan standar. Hal ini dilakuakan dengan tujuan menjaga
kualitas pelayanan kesehatan di Wilayah Jakarta Timur

54 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Undang-undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Undang-undang No. 25 Tahun 2009. (2009). Undang-undang No. 25 Tahun 2009


tentang Pelayanan Publik Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Undang-undang No. 32 Tahun 1996. (1996). Undang-undang No. 32 Tahun 1996


tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Undang-undang No. 23 Tahun 1992. (1992). Undang-undang No. 23 Tahun 1992


tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340/MENKES/PER/III/2010. (2010).


Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004. (2004).


Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004. (2004). Keputusan


Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Sumberdaya Kesehatan Di Tingkat Provinsi,

55 Universitas Indonesia
56

Kabupaten/Kota, serta Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI
JakartaJakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2010). Profil Sumber Daya Manusia
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Edisi 2010. Jakarta: Seksi Tenaga
Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2011). Data
Tenaga Kesehatan Jakarta Timur Tahun 2007-2010. Suku Dinas
Kesehatan Jakarta

Universitas Indonesia
Lampiran 1 Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Kelas A dan B di
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012

Tenaga
Tenaga Medis Tenaga Keperawatan
Nama Kefarmasian
Jenis/
Rumah spesialis penunjang
Kelas sp. drg. drg. perawat
Sakit Jiwa Saraf PD OG A B Umum total Apt AA perawat bidan total
Rad PK An RM PA lain sp. umum gigi

Khusus/B
RSK Jiwa jumlah 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 21 1 2 TIDAK ADA DATA
Islam
Klender standar 2 1 1 1 1 1 3 1 5
keterangn 0 -1 -1 0 -1 -1 -3 -1 -4
Khusus/A
RSK Jiwa jumlah 8 1 1 2 2 0 2 1 0 1 0 17 10 1 4 42 4 9 TIDAK ADA DATA
Duren
Sawit standar 5 1 1 1 1 1 1 1 5 2 6
keterangn 3 0 0 - -1 0 0 5 2 -2

57
57
Lampiran 2 Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Umum Kelas B di Wilayah
Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012

Tenaga
Tenaga Medis Tenaga Keperawatan
Kefarmasian
Nama Jenis/
Rumah Sakit Kelas spesialis dasar SPESIALI PENUNJANG drg. Prwt
sp.lain Umum drg.sp. total Apt AA total gigi
Perawat Bidan Total
PD OG A B RAD PK AN RM PA umum
Umum/B
jumlah 1 2 1 2 7 21 14 1 2 51 1 11 12 115 16 131
RS Harum
standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 2 70
ket -2 -1 -2 -1 Tidak ada data 13 2 -2 -1 -1 41
Umum/B
RS Harapan jumlah 1 3 3 2 1 0 2 0 0 5 3 0 3 23 1 7 8 1 44 11 56
Jayakarta standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 2 51
ket -2 0 0 -1 -1 -2 0 -2 -2 -3 9 -3 0 -1 5
Umum/A
RS jumlah 8 10 6 15 6 4 5 2 2 52 176 4 11 301 9 61 68 0 638 25 663
Persahabatan standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 9 287
ket 5 7 3 12 4 2 3 0 0 44 164 1 8 0 376
Umum/B
jumlah 4 5 3 13 2 1 6 0 0 15 58 5 1 113 1 21 22 tidak ada data
RS FK UKI
standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 6
ket 1 2 0 10 2 -1 4 -2 -2 7 46 2 -2 -5
Umum/B
RS Haji jumlah 7 13 7 12 4 1 5 4 3 25 13 9 3 106 3 0 3 336 336
Jakarta standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 8 250
ket 4 10 4 9 2 -1 3 -2 1 17 1 6 0 -5 86

58
Tenaga
Tenaga Medis Tenaga Keperawatan
Nama Kefarmasian
Jenis/
Rumah spesialis dasar SPESIALI PENUNJANG
Sakit Kelas sp. drg. drg. Prwt
Umum total Apt AA total gigi
Perawat Bidan Total
PD OG A B R PK AN RM PA lain sp. umum
Umum/B
RS Islam jumlah 6 3 7 9 2 2 1 1 0 17 16 0 7 71 1 2 3 tidak ada data
Pondok
Kopi standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 4
ket 3 0 4 6 0 0 -1 -1 -2 9 4 -3 4 -3
Umum/B
RS Budhi jumlah 4 4 4 3 3 0 0 0 0 17 21 1 2 59 5 3 8 1 226 28 256
Asih standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 7 224
ket 1 1 1 0 1 -2 -2 -2 -2 9 9 -2 -1 -2 32
Umum/B
RS jumlah 5 7 5 3 1 0 3 0 0 15 6 1 7 53 1 2 3 3 100 23 126
Yadika standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 4 135
ket 2 4 2 0 -1 -2 1 -2 -2 7 -6 -2 4 -3 -9
Umum/B
RS jumlah 4 3 3 3 4 0 4 3 3 27 10 2 3 69 1 7 8 0 5 9 14
Dharma
Nugraha standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 3 95
ket 1 0 0 0 2 -2 2 1 1 19 -2 -1 0 -2 - 81
Umum/B
RS jumlah 5 7 5 15 3 1 4 1 2 32 39 12 9 135 5 18 23 7 384 25 416
POLRI
Sukanto standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 12 388
ket 2 4 2 12 1 -1 2 -1 0 26 27 9 6 -7 38

59

59
Tenaga
Tenaga Medis Tenaga Keperawatan
Nama Kefarmasian
Jenis/
Rumah spesialis dasar SPESIALI PENUNJANG
Sakit Kelas drg. Prwt
sp.lain Umum drg.sp. total Apt AA total gigi
Perawat Bidan Total
PD OG A B RAD PK AN RM PA umum
Umum/B
RS jumlah 2 7 2 2 0 0 4 0 0 1 5 1 0 24 1 7 9 0 35 18 53
Kartika
Pulomas standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 2 79
ket -1 4 -1 -1 -2 -2 2 -2 -2 -7 -7 -2 -3 -1 - 26
Umum/B
RS jumlah 1 3 2 5 3 0 1 0 0 10 19 0 3 47 1 12 13 85 85
Pusdikkes standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 2 59
ket -2 0 -1 2 1 -2 -1 -2 -2 2 7 -3 0 -1 26
Umum/B
RS jumlah 1 2 11 4 1 1 2 0 0 22 7 12 6 69 1 12 13 2 62 7 71
Mediros standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 3 115
ket -2 -1 8 1 -1 -1 0 -2 -2 14 -5 9 3 -2 -44
Umum/B
RS
OMNI jumlah 16 12 12 8 3 1 3 1 2 13 12 2 6 91 2 25 27 4 171 23 198
Medical standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 4 120
Centre
ket 13 9 9 5 1 -1 1 -1 0 5 0 -1 3 -2 78
Umum/B
RS jumlah 9 11 12 8 4 2 5 1 0 43 13 2 7 117 1 14 15 2 174 21 197
Harapan
Bunda standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 2 70
ket 6 8 9 5 2 0 3 -1 -2 35 1 -1 4 -1 127

60

60
Tenaga
Tenaga Medis Tenaga Keperawatan
Nama Kefarmasian
Jenis/
Rumah spesialis dasar SPESIALI PENUNJANG
Sakit Kelas drg. Prwt
sp.lain Umum drg.sp. total Apt AA total gigi
Perawat Bidan Total
PD OG A B RAD PK AN RM PA umum
Umum/B
RSUP AU jumlah 2 2 2 3 1 1 3 1 0 9 18 0 1 43 7 5 12 tidak ada data
Esnawan standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 4
ket -1 -1 -1 0 -1 -1 1 -1 -2 1 6 -3 -2 3
Umum/B
RS LPK jumlah 1 3 3 1 1 0 0 0 0 0 15 0 2 26 2 0 2 tidak ada data
Cipinang standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 7
ket -2 0 0 -2 -1 -2 -2 -2 -2 -8 3 -3 -1 -5
Umum/B
RS jumlah 1 2 2 1 1 0 0 1 0 2 20 0 4 34 2 9 11 2 62 15 79
KESDAM
Cijantung standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 3 85
ket -2 -1 -1 -2 -1 -2 -2 -1 -2 -6 8 -3 1 -1 -6
Umum/B
RSUD jumlah 46 21 3 3 73 4 39 43 301 301
Pasar
Rebo standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 9 275
ket Tidak ada data 9 0 0 -5 26
Umum/B
6RS jumlah 20 21 9 10 1 7 0 4 0 80 38 18 9 217 2 44 46 TIDAK ADA DATA
Premier
Jatinegara standar 3 3 3 3 2 2 2 2 2 8 12 3 3 9
ket 17 18 6 7 -1 5 -2 2 -2 72 26 15 6 -7

61

61
Lampiran 3 Analisis Kesesuaian Tenaga Medis,Tenaga Kefarmasian dan Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Khusus Bedah Kelas B di
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012

Tenaga
Tenaga Keperawatan
Kefarmasian
Nama Jenis/
Rumah Sakit kelas spesialis penunjang perawat
PD OG A B Ort sp.lain Umum drg.umum total Apt AA Total perawat bidan total
Rad PK An RM PA gigi

Khusus/B

RS Bedah jumlah 3 4 3 1 0 1 1 2 1 2 14 11 4 47 1 7 9 26 2 7 35
Rawamangun standar 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 2 57
ket 2 3 0 -1 0 0 0 0 1 8 -1 -22

62
62
Lampiran 4 Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Khusus Ketergantungan Obat
Kelas B di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012

Tenaga
Tenaga Medis tenaga keperawatan
Nama Kefarmasian
Jenis/
Rumah spesialis penunjang
Kelas perawat
Sakit JW PD OG A sp.lain Umum drg.sp. drg.umum total Apt AA total perawat Bidan Total
Rad PK An RM PA gigi

Khusus/B

RS KO jumlah 3 2 1 1 0 1 0 1 0 5 19 0 2 37 3 8 11 87 2 1 91
Cibubur standar 2 1 1 7 1 3 50
ket 1 1 0 12 1 0 41

63

63
Lampiran 5 Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas B di
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012

Tenaga
Tenaga Medis Tenaga Keperawatan
Nama Kefarmasian
Jenis/
Rumah spesialis penunjang
Kelas J R sara Par P O Umu tota Ap A Tota Perawa Perawa Bida Tota
Sakit J Ar Ra P A R P sp.lain
K j f u D G m l t A l t gigi t n l
d K n M A
Khusus/
B
RS Jantung
Binawaluy
jumlah 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 2 20 2 4 6 Tidak ada data 0
o standar 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
ket 5 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -2 -1 -1 1

64
64
Lampiran 6 Analisis Kesesuaian Tenaga Medis, Tenaga Kefarmasian dan Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kelas B di Wilayah
Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012

Tenaga medis Tenaga Kefarmasian TENAGA KEPERAWATAN


Nama
Jenis/ Spesialis dasar Spesialis penunjang
Rumah Perawat
Kelas sp.lain Umum drg.sp. drg.umum total Apt AA total Perawat bidan Total
Sakit gigi
PD OG A B B.Anak Mata Rad PK An RM PA

Umum/B
RS jumlah 1 23 9 0 0 0 0 0 4 0 0 6 6 4 4 57 1 12 14 60 0 34 74
Bunda
Aliyah standar 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 66
-
ket 0 21 7
1
-1 -1 -1 -1 3 -1 -1 8
Umum/B
RSIA jumlah 6 47 34 8 1 4 2 1 5 4 0 21 20 18 0 170 1 21 22 174 174
Hermina
Jatinegara standar 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 4 110
ket 5 45 32 7 0 3 1 1 4 3 -3 64
Umum/B
RSIA jumlah 1 3 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 1 0 15 1 4 5 27 0 13 40
Resti
Mulya standar 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 108
-
ket 0 1 1
1
-1 -1 -1 -1 0 -1 -2 - 68
Umum/B

RSIA jumlah 2 3 4 1 0 0 0 0 0 0 0 4 6 4 5 29 2 6 8 22 0 12 34
Restu standar 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 27
ket 1 1 2 0 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 7

65
65
Tenaga Medis Tenaga Kefarmasian TENAGA KEPERAWATAN
Nama
Jenis/ Spesialis dasar Spesialis penunjang
Rumah Perawat
Kelas sp.lain Umum drg.sp. drg.umum total Apt AA total Perawat bidan Total
Sakit gigi
PD OG A B B.Anak Mata Rad PK An RM PA

Umum/B
RSIA jumlah 14 4 4 7 1 12 42 3 1 4 12 0 6 18
Sammarie
Basra standar 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 Tidak ada data Tidak ada data
ket
Umum/B

RSIA jumlah 1 2 2 0 0 0 2 1 0 1 0 2 5 0 3 19 1 12 13 121 0 13 144


Syaidah standar 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 Tidak ada data Tidak ada data
ket 0 0 0 -1 -1 -1 1 0 -1 0
Umum/B
RSIA jumlah 5 4 0 3 12 1 2 3 Tidak ada data
ISLAMIC
HOSPITAL standar 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 Tidak ada data
ket

RSIA Sekar Tidak Ada Data


RSIA
Alvenia Tidak Ada Data
Agusta

66
66
Lampiran 7. Jenis Spesialis Lainya Rumah Sakit di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012

Jenis Spesialis
No Nama Rumah Sakit Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Jmlh Ket
Sp. S
PD OG A B PA PK R RM An OT M KK JP U BS KJ BP
SP lain
1 RS Harum 1 2 1 2 7 13 21

2 RS Harapan Jayakarta 1 3 3 2 0 0 1 0 2 0 1 1 14

3 RS Persahabatan 8 10 6 15 2 4 6 2 5 5 3 2 4 72

4 RS FK UKI 4 5 3 13 1 2 6 3 1 2 2 4 46

5 RS Haji Jakarta 7 13 7 12 3 1 4 4 5 2 2 1 1 2 3 67

6 RS Islam Pondok Kopi 6 3 7 9 2 2 1 1 3 3 2 3 42

7 RS Budhi Asih 4 4 4 3 3 18

8 RS Yadika 5 7 5 3 1 3 24

9 RS Dharma Nugraha 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 2 3 2 3 42

10 RS POLRI Sukanto 5 7 5 15 2 1 3 1 4 6 4 2 3 3 61

11 RS Kartika Pulomas 2 7 2 2 4 17

12 RS Pusdikkes 1 3 2 5 3 1 1 1 1 1 19
13 RS Mediros 1 2 11 4 1 1 2 2 1 3 28
RS OMNI Medical
14
Centre
16 12 12 8 2 1 3 1 3 4 2 64

67

67
Jenis Spesialis
No Nama Rumah Sakit Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp.
Sp. S
PD OG A B PA PK R RM An OT M KK JP U BS KJ BP Jmlh Ket

15 RS Harapan Bunda 9 11 12 8 2 4 1 5 4 14 4 2 1 2 6 85

16 RSUP AU Esnawan 2 2 2 3 1 1 1 3 1 2 1 1 1 21

17 RS LPK Cipinang 1 3 3 1 1 9
RS KESDAM
18
Cijantung
1 2 2 1 1 1 1 9

19 RSUD Pasar Rebo 46 0

20 RS Premier Jatinegara 20 21 29 1 0 7 1 4 2 0

21 RS Bunda Aliyah 1 23 9 4 37

22 RSIA Hermina Jatinegara 6 47 34 8 2 4 5 4 3 1 1 115

23 RSIA Resti Mulya 1 3 3 1 8


24 RSIA Restu 2 3 4 1 1 1 12
25 RSIA Sammarie Basra 14 4 18

26 RSIA Islamic Hospital 5 5


27 RSIA Syaidah 1 2 2 1 2 1 1 1 5 2 18
28 RSIA Sekar 0
29 RSIA Alvenia Agusta 0

68
68
Jenis Spesialis Jmlh Ket
No Nama Rumah Sakit Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp.
Sp. PD Sp. A Sp. R Sp. S
OG B PA PK RM An OT M KK JP U BS KJ BP

30 RS Bedah Rawamangun 3 4 3 1 2 1 1 1 2 2 1 1 22

31 RS Jantung Binawaluyo 12 8 10
32 RS KO Cibubur 2 1 1 1 1 3 1 20
33 RSK Jiwa Islam Klender 0

34 RSK Jiwa Duren Sawit 5 4 9

35 RSK Jiwa Pondok Kopi 9 9

36 RS. Admira 0

69
69
Jenis Spesialis
No Nama Rumah Sakit Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Jmlh Ket
Lain
MK THT BM KO P KL KN OK GK And BU BA Ort KG Onk

1 RS Harum 21 21

2 RS Harapan Jayakarta 1 1 2

3 RS Persahabatan 7 19 7 33

4 RS FK UKI 2 1 1 4

5 RS Haji Jakarta 3 1 2 1 1 1 4 13

6 RS Islam Pondok Kopi 2 3 5

7 RS Budhi Asih 0

8 RS Yadika 0

9 RS Dharma Nugraha 4 3 7

10 RS POLRI Sukanto 5 3 1 1 10

11 RS Kartika Pulomas 0

12 RS Pusdikkes 2 2 1 5

13 RS Mediros 1 1

14 RS OMNI Medical Centre 4 2 6

70

70
Jenis Spesialis
No Nama Rumah Sakit Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Jmlh Ket
Lain
MK THT BM KO P KL KN OK GK And BU BA Ort KG Onk

15 RS Harapan Bunda 6 3 9

16 RSUP AU Esnawan 1 1 1 3

17 RS LPK Cipinang 0

18 RS KESDAM Cijantung 0

19 RSUD Pasar Rebo 0

20 RS Premier Jatinegara 0

21 RS Bunda Aliyah 0

22 RSIA Hermina Jatinegara 2 1 6 2 1 1 13

23 RSIA Resti Mulya 0

24 RSIA Restu 1 1 2

25 RSIA Sammarie Basra 0

26 RSIA Islamic Hospital 0

27 RSIA Syaidah 2 1 1 4

71
71
Jenis Spesialis
No Nama Rumah Sakit Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Sp. Jmlh Ket
Lain
MK THT BM KO P KL KN OK GK And BU BA Ort KG Onk

28
RSIA Sekar

29
RSIA Alvenia Agusta

30 RS Bedah Rawamangun 7 7

31 RS Jantung Binawaluyo

32 RS KO Cibubur

33 RSK Jiwa Islam Klender

34 RSK Jiwa Duren Sawit 1 1

36 RS. Admira

72
72

You might also like