You are on page 1of 8

Atau masalah penelitian).

Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen –


elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan. Misal, jika peneliti ingin
mengetahui informasi yang diberkaitan dengan perusahaan, peneliti dapat memilih para manajer
sebagai sampel penelitian.

Faktor kepraktisan (kecepatan waktu dari biaya yang murah) merupakan pertimbangan
pokok dalam metode pemilihan sampel secara tidak acak ini. Meskipun demikian, kelemahan
metode ini adalah pada hasil analisis, yaitu kemampuan generalisasinya rendah.

Pemilihan Sampel Berdasarkan Kuota (Quota Sampling)

Pemelihan sampel secara tidak acak dapat dilakukan berdasarkan kuota (jumlah tertinggi)
untuk setiap kategori dalam suatu populasi target. Misal, peneliti menentukan kuota responden
berdasarkan jenis industri, skala perusahaan, departemen fungsional atau gender pekerja. Tujuan
metode pemilihan sampel secara tidak acak berdasarkan kuota umumnya untuk menaikkan tingkat
representatif sampel penelitian.

Setiap alternatif metode pemilihan sampel mempunyai kelebihan dan kelemahan tiap – tiap.
Penentuan metode pemilihan sampel yang digunakan bergantung pada tersedianya waktu, biaya
dan tenaga. Pertimbangkan pokok yang digunakan sebagai pedoman untuk menentukan metode
pemilihan sampel adalah tujuan atau masalah penelitian.

7.9 Metode Pengambilan Sampel / Teknik Sampling

Teknik Pengambilan Sampel

1. Teknik Pengambilan Sampel Secara Acak (Random Sampling)


Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah
memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan sampel nama “sampling
frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen
populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang
orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi
penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar
semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama,
NIM, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya.. Dari
daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya
adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah
tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus
mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap seperti Kabupaten, Kecamatan, Desa,
Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama
lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu
sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel.
Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau undian.
Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya
tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak”
atau “random” itu sendiri.

Secara umum pengambilan sampel secara acak dilakukan dengan cara berikut

1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana


Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan
bersifat umum.
Keuntungan :
a. Ketetapan yang tinggi dan setiap unit sampel mempunyai probabilitas yang sama
untuk diambil sebagai sampel
b. Sampling error dapat ditentukan secara kuantitatif
Kerugian :
Bila tidak terdapat daftar unit dasar (sampling frame) dan populasi yang tersebar/populasi
yang sangat luas dengan prasarana jalan yang tidak menunjang pengambilan sampel sulit
dilaksanakan/ membutuhkan tenaga,waktu, biaya yang sangat besar. Teknik
Pelaksanaannya seperti berikut.
Dilakukan dengan dua cara, tergantung besarnya populasi.
a. Populasi kecil : dengan undian (lotre)
b. Populasi besar : dengan tabel bilangan random sampling (cara lain dengan gulungan
kertas)
Contoh : Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang
miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama
perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-
perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel
secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya seperti dibawah:
a. Susun “sampling frame”
b. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
c. Tentukan alat pemilihan sampel
d. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

2. Stratified Random Sampling (Acak Stratifikasi)


a. Bila populasi dibagi menjadi beberapa strata, dimana setiap strata adalah homrgen,
sedangkan antar strata terdapat sifat yang berbeda
b. Bila pengambilan sampel setiap strata dilakukan dengan simple random sampling,
dan dengan proporsi yang sama disebut : Proportionate stratified simple random
sampling
Keuntungan :
Ketetapan lebih tinggi dengan simpangan baku yang lebih kecil dibandingkan dengan
simple random sampling, terutama bila pengambilan sampel dilakukan secara proporsional

Kekurangan :
a. Harus mengetahui kondisi populasi, sehingga dapat dilakukan stratifikasi
dengan baik
b. Sulit untuk membuat kelompok yang Homogen
Pengambilan sampel dengan stratifikasi mempunyai ciri – ciri sbb :
1. Deviasi standar lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel acak
sederhana
2. Lebih efektif bila dalam distribusi populasi terdapat nilai ekstrem yang dapat
dikelompokkan sendiri
3. Setiap unit punya peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel hingga
prakiraan yang dihasilkan tidak bias

Contoh : seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan
perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap
kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus
terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik
pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di
ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer
bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya seperti di
bawah ini:
a. Siapkan “sampling frame”
b. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
c. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
d. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.

Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan
proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur
populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat
15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada
100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan
diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer,
stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur
atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam
stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua
manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5,
sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
3. Multistage random sampling (Acak Bertahap )
a. Pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi
kemudian diambil sampelnya
b. Fraksi ynag dihasilkan kemudian dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil,
kemudian diambil sampelnya.
c. Pembagian fraksi terus dilakukan sampai unit sampel yang diinginkan. Unit sampel
pertama disebut : Primary Sample Unit (PSU)
d. PSU dapat berupa fraksi besar / fraksi kecil

Keuntungan :
a. Varians yang relatif kecil untuk biaya setiap unit
b. Kontrol terhadap kesalahan tak sampling menjadi lebih baik
c. Penelitian ulang membutuhkan biaya yang relatif kecil
d. Kontrol terhadap liputan penelitian lebih mudah dilakukan

Kerugian :
a. Pada PSU besar, penggambaran terhadap populasi kurang baik
b. Pada PSU kecil, hanya dapat dilakukan bila individu dalam populasi tidak tersebar dan
transportasi mudah

4. Systematic Random Sampling (Acak Sistematik )


Pengambilan sampel acak dilakukan secara berurutan dengan interval tertentu
Besarnya interval (i) dapat ditentukan dengan membagi populasi (N) dengan jumlah yang
diinginkan : I = N/n

Keuntungan :
a. Sampling frame tidak mutlak dibutuhkan
b. Cara ini relatif mudah dan dapat dilakukan oleh petugas lapangan
c. Cara ini sangat praktis bila populasi dalam bentuk kartu
d. Membutuhkan waktu, biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan simple
random sampling

Kerugian :
a. Setiap unit sampel tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil sbagai sampel
b. Bila terdapat kecenderungan tertentu maka cara pengambilan sampel acak sistematik
menjadi kurang sesuai

5. Cluster Random Sampling (Acak Kelompok )


a. Bila akan mengadakan penelitian dengan mengambil kelompok unit dasar sebagai
sampel, Dapat juga dilakukan dengan membagi populasi studi
b. Populasi studi menjadi beberapa bagian (blok) sebagai cluster dan dilakukan
pengambilan sampel kelompok (cluster) tsb

Keuntungan :
Bila pengambilan sampel acak kelompok dilakukan dengan baik, akan menghasilkan
ketepatan yang lebih baik dari pada pengambilan sampel acak sederhana

Kerugian :
Sama dengan pengambilan acak stratifikasi, tetapi mempunyai ciri yang berbeda :
a. Pada sampel acak dengan strafikasi, individu dalam satu kelompok homogen
tetapi mungkin antar kelompok berbeda
b. Pada cluster sampling, individu dalam satu kelompok bersifat heterogen, tetapi antar
kelompok tidak banyak berbeda.

6. Probability Proportionate to Size (PPS)


a. Merupakan variasi dari pengambilan sampel bertingkat dengan pemilihan PSU yang
dilakukan secara proporsional.
b. Biasanya digunakan bersama dengan cara pengambilan sampel yang lain
1. Sangat bermanfaat bila besarnya PSU sangat bervariasi
2. Akan menghasilkan varian yang lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan
sampel acak sederhana serta mengurangi biaya pengumpulan data

Kerugian :
Memiliki keterwakilan terhadap populasi yang kurang baik bila besarnya PSU kurang
bervariasi

Teknik Pengambilan Sampel Secara Tidak Acak (Non Random Sampling)

Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua
unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor
lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.

1. Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun
tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika
seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia
harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan
12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara
acak, melainkan secara kebetulan saja.
2. Accedental Sampling
Dilakukan secara subyektif oleh peneliti ditinjau dari sudut kemudahan tempat
pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil. Cara ini sudah tidak digunakan
lagi dalam bidang kedokteran, tetapi masih digunakan dalam bidang sosial ekonomi dan
politik untuk mengetahui opini masyarakat terhadap suatu hal
3. Purposive Sampling
Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa, sehingga keterwakilannya ditentukan
oleh peneliti berdasarkan pertimbangan orang – orang yang telah berpengalaman. Cara ini
lebih baik dari pada accidental sampling dan quota sampling karena dilakukan berdasarkan
pengalaman berbagai pihak
4. Snowball Sampling
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya.
Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilainnya bisa dijadikan sampel.
Kerena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk
menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya seorang peneliti ingin
mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari
satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi
minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah
jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan
pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para
gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)

You might also like