Professional Documents
Culture Documents
Faktor kepraktisan (kecepatan waktu dari biaya yang murah) merupakan pertimbangan
pokok dalam metode pemilihan sampel secara tidak acak ini. Meskipun demikian, kelemahan
metode ini adalah pada hasil analisis, yaitu kemampuan generalisasinya rendah.
Pemelihan sampel secara tidak acak dapat dilakukan berdasarkan kuota (jumlah tertinggi)
untuk setiap kategori dalam suatu populasi target. Misal, peneliti menentukan kuota responden
berdasarkan jenis industri, skala perusahaan, departemen fungsional atau gender pekerja. Tujuan
metode pemilihan sampel secara tidak acak berdasarkan kuota umumnya untuk menaikkan tingkat
representatif sampel penelitian.
Setiap alternatif metode pemilihan sampel mempunyai kelebihan dan kelemahan tiap – tiap.
Penentuan metode pemilihan sampel yang digunakan bergantung pada tersedianya waktu, biaya
dan tenaga. Pertimbangkan pokok yang digunakan sebagai pedoman untuk menentukan metode
pemilihan sampel adalah tujuan atau masalah penelitian.
Secara umum pengambilan sampel secara acak dilakukan dengan cara berikut
Kekurangan :
a. Harus mengetahui kondisi populasi, sehingga dapat dilakukan stratifikasi
dengan baik
b. Sulit untuk membuat kelompok yang Homogen
Pengambilan sampel dengan stratifikasi mempunyai ciri – ciri sbb :
1. Deviasi standar lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel acak
sederhana
2. Lebih efektif bila dalam distribusi populasi terdapat nilai ekstrem yang dapat
dikelompokkan sendiri
3. Setiap unit punya peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel hingga
prakiraan yang dihasilkan tidak bias
Contoh : seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan
perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap
kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus
terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik
pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di
ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer
bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya seperti di
bawah ini:
a. Siapkan “sampling frame”
b. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
c. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
d. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan
proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur
populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat
15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada
100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan
diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer,
stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur
atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam
stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua
manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5,
sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
3. Multistage random sampling (Acak Bertahap )
a. Pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi
kemudian diambil sampelnya
b. Fraksi ynag dihasilkan kemudian dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil,
kemudian diambil sampelnya.
c. Pembagian fraksi terus dilakukan sampai unit sampel yang diinginkan. Unit sampel
pertama disebut : Primary Sample Unit (PSU)
d. PSU dapat berupa fraksi besar / fraksi kecil
Keuntungan :
a. Varians yang relatif kecil untuk biaya setiap unit
b. Kontrol terhadap kesalahan tak sampling menjadi lebih baik
c. Penelitian ulang membutuhkan biaya yang relatif kecil
d. Kontrol terhadap liputan penelitian lebih mudah dilakukan
Kerugian :
a. Pada PSU besar, penggambaran terhadap populasi kurang baik
b. Pada PSU kecil, hanya dapat dilakukan bila individu dalam populasi tidak tersebar dan
transportasi mudah
Keuntungan :
a. Sampling frame tidak mutlak dibutuhkan
b. Cara ini relatif mudah dan dapat dilakukan oleh petugas lapangan
c. Cara ini sangat praktis bila populasi dalam bentuk kartu
d. Membutuhkan waktu, biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan simple
random sampling
Kerugian :
a. Setiap unit sampel tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil sbagai sampel
b. Bila terdapat kecenderungan tertentu maka cara pengambilan sampel acak sistematik
menjadi kurang sesuai
Keuntungan :
Bila pengambilan sampel acak kelompok dilakukan dengan baik, akan menghasilkan
ketepatan yang lebih baik dari pada pengambilan sampel acak sederhana
Kerugian :
Sama dengan pengambilan acak stratifikasi, tetapi mempunyai ciri yang berbeda :
a. Pada sampel acak dengan strafikasi, individu dalam satu kelompok homogen
tetapi mungkin antar kelompok berbeda
b. Pada cluster sampling, individu dalam satu kelompok bersifat heterogen, tetapi antar
kelompok tidak banyak berbeda.
Kerugian :
Memiliki keterwakilan terhadap populasi yang kurang baik bila besarnya PSU kurang
bervariasi
Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua
unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor
lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
1. Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun
tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika
seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia
harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan
12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara
acak, melainkan secara kebetulan saja.
2. Accedental Sampling
Dilakukan secara subyektif oleh peneliti ditinjau dari sudut kemudahan tempat
pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil. Cara ini sudah tidak digunakan
lagi dalam bidang kedokteran, tetapi masih digunakan dalam bidang sosial ekonomi dan
politik untuk mengetahui opini masyarakat terhadap suatu hal
3. Purposive Sampling
Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa, sehingga keterwakilannya ditentukan
oleh peneliti berdasarkan pertimbangan orang – orang yang telah berpengalaman. Cara ini
lebih baik dari pada accidental sampling dan quota sampling karena dilakukan berdasarkan
pengalaman berbagai pihak
4. Snowball Sampling
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya.
Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilainnya bisa dijadikan sampel.
Kerena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk
menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya seorang peneliti ingin
mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari
satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi
minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah
jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan
pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para
gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)