You are on page 1of 4

PATEN DUKTUS ARTERIOUS ( PDA )

DEFINISI PATEN DUKTUS ARTERIOUS PENATALAKSANAAN PATOFISIOLOGI (WOC)


1. Pemberian indometasin PDA
 Kegagalan penutupan duktus arterious (inhibitor prostaglandin).
(pembuluh arteri yang menghubungkan 2. Tindakan torakomi kiri.
aorta dengan arteri pulmonalis) pada bayi 3. Tindakan VATS (Visual-
yang berusia beberapa minggu pertama. Assisted Thoracoscopic
Patensi berkelanjutan (pembukaan) Surgery).
pembuluh darah ini menyebabkan darah 4. Penggunaan Coil untuk
mengalir dari aorta yang berketekanan menyumbat PDA.
tinggi ke arteri pulmonalis yang 5. Penutupan Duktus
bertekanan rendah sehingga terjadi pirau Arterious dengan Kateter.
kiri ke kanan (left-to-right shunt).

ETIOLOGI PATEN DUKTUS ARTERIOUS

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti


apa yang menyebabkan terjadinya Paten
Duktus Arterious (PDA) ini. Gangguan Pertukaran Gas

MANIFESTASI KLINIS PDA


Penurunan Curah
Jantung
Duktus Arterious Persisten Duktus Arterious Persisten Sedang Duktus Arterious Persisten
Kecil Timbul pada usia 2-5 tahun dengan Besar
Biasanya tidak memberi pasien mengalami kesulitan makan, Pasien sulit makan dan minum,
gejala, tekanan darah dan
menderita infeksi saluran napas, berat badan berat badan tidak bertambah.
KELOMPOK 4
tekanan nadi dalam batas
masih dalam batas normal. Anak mudah Pasien tampak dispnea atau
normal. Jantung tidak membesar. AULIA MUSTIKAWATI
Kadang teraba getaran bising di lelah namun masih mengikuti permainan. takipnea dan banyak berkeringat
sela iga II kiri sternum. Pada RR lebih cepat, nadi radialis diraba dan bila minum. Tidak teraba getaran KURNIA SAFITRI KHAZ
auskultasi terdengar bising diukur tekanan darah akan dijumpai pulsus bising sistolik, saat auskultasi
kontiniu (continous murmur, seler, TD lebih dari 40 mmHg. Teraba terdengar bising kontiniu atau
LISA
machinery murmur) yang khas getaran bising di daerah sela iga I-II hanya bising sistolik. Bising Sumber :
untuk duktus arterious persisten
parasternal kiri, serta akan terdengar bising middiastolik terdengar di apeks. Sastroasmoro, Sudigdo.1994. Kardiologi Anak. Jakarta : Binarupa
didaerah subklavikula kiri. Aksara
Pemeriksaan ekg tidak kontiniu di sela iga I-III garis parasternal Gagal jantung mungkin akan
kiri yang menjalar ke daerah sekitarnya. terjadi dan didahului infeksi Wong, Donna L.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 2.
menunjukkan adanya Jakarta : EGC
pembesaran ruang jantung . Bising middiastolik di apeks. saluran napas bawah.
DIAGNOSA 1
Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung

Batasan Karakteristik :

1. Edema
2. Keletihan
3. Murmur jantung
4. Penurunan tekanan vena sentral (central venous pressure, CVP)

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, didapatkan penurunan curah jantung dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Penurunan curah jantung dapat teratasi


2. TTV dalam rentang normal
3. Edema paru berkurang
4. Tidak ada penurunan kesadaran

Intervensi :

O :

1. Monitor TTV secara rutin.


2. Monitor disritmia jantung, termasuk gangguan ritme dan konduksi jantung.
3. Monitor abdomen jika terdapat indikasi penurunan perfusi.

N :

1. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung.


2. Pembatasan cairan dan pemberian obat-obatan.
3. Pantau dan laporkan respon anak terhadap bantuan ventilator.
4. Dokumentasi disritmia jantung.

E :

1. Instruksikan keluarga mengenai tujuuan perawatan dan bagaimana kemajuan yang akan diukur.
2. Ajarkan kepada orangtua tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi dan perawatan anak dengan baik.

C :

1. Kolaborasi pemberian obat-obatan dan antibiotik

DIAGNOSA 2
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolar – kapiler

Batasan Karakteristik :

1. Gelisah
2. Hipoksia
3. Pola pernapasan abnormal

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, didapatkan status pernapasan : pertukaran gas teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Saturasi oksigen kembali normal


2. Keseimbangan ventilasi dan perfusi

Intervensi :

O :

1. Pantai TTV
2. Monitor status pernapasan dan oksigenasi anak
3. Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan.

N :

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

E :

1. Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernapas dalam kepada anak-anak (misalnya meniup gelembung, meniup kincir,
peluit, harmonica, balon, meniup layaknya pesta, buat lomba meniup dengan ping pong, meniup bulu).
2. Ajarkan kepada orang tua teknik bernapas dalam kepada anak yang benar.

C :

1. Kolaborasi pemberian pengobatan aerosol

You might also like