You are on page 1of 21

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)


SESI 5
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian merupakan hal yang sangat
penting bagi semua orang dalam kehidupan bermasyarakat. Karena dengan
sosialisasi kita dapat mengenal satu sama lain. Sosialisasi dapat diartikan
sebagai sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat.
Dalam melakukan sosialisasi kita harus bisa menempatkan diri kita
dalam lingkungan masyarakat. Karena manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.Maka dari itu melalui makalah
ini kami akan menjelaskan arti penting dari sosialisasi.
Di dalam bersosialisasi, kita dapat membentuk kepribadian kita. Karena
lingkungan masyarakat merupakan salah satu tempat untuk melakukan
sosialisasi. Jika lingkungan masyarakatnya baik secara otomatis berpengaruh
terhadap pembentukan kepribadian. Seperti yang kita ketahui bahwa
kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain.Beberapa manfaat yang kita dapatkan dari
sosialisasi adalah seseorang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik,
seseorang dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan harapan
masyarakat, seseorang akan lebih mengenal dirinya sendiri dalam lingkungan
sosialnya dan seseorang akan menyadari eksistensi dirinya terhadap
masyarakat di sekelilingnya. Dengan alasan tersebut maka penulis membahas
tentang “Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian”.
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Sosialisasi
Secara sederhana sosialisasi adalah sebagai sebuah proses seumur hidup
yang berkenaan dengan cara individu mempelajari hidup, norma, dan nilai
sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi
pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Adapun definisi sosialisasi
menurut para ahli antara lain:
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantuk individu-individu belajar
dan menyesuaikan diri, tentang cara hidup dan berpikir kelompoknya agar
dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3. Bruce J. Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan
membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu
maupun sebagai anggota.

B. Tujuan Sosialisasi
1. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat
tempat dia menjadi salah satu anggotanya.
2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta
mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita.
3. Membantu pengendalian fungsi organik yang dipelajari melalui latihan
mawas diri yang tepat.
4. Membiasakan individu dengan dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok
yang ada pada masyarakat.
5. Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.
6. Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal
termasul lingkungan sosial yang baru.
7. Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
8. Untuk mengetahui lingkungan sosial-budaya suatu masyarakat.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi


1. Faktor intrinsik, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. Seringkali disebut dengan pembawaan atau warisan biologis.
Bentuk nyata dari faktor intrinsik ini antara lain postur tubuh, golongan
darah, bakat-bakat seni, olahraga, ketrampilan-ketrampilan, IQ atau tingkat
kecerdasan, dll.
2. Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang
individu. Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya,
tempat seorang individu hidup dan melaksanakan pergaulan dengan warga
masyarakat yang lain. Adapun kondisi faktor ekstrinsik antara lain, kondisi
lingkungan masyarakat setempat, kondisi lingkungan pergaulan, kondisi
lingkungan pendidikan, kondisi lingkungan pekerjaa, kondisi lingkungan
masyarakat luas, termasuk sebagai sarananya adalah media massa baik
media massa cetak maupun elektronik.

D. Tahapan Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan
melalui tahap-tahap:
1. Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga, anak-anak
mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
2. Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak
menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini
mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dsb. Dengan kata lain kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang lain jika mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran
bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak
telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-
orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri
yakni asal anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-
orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).
3. Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan
oleh peran secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-
sama. Anak mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga
dan bekerjasama dengan teman-temannya. Pada tahap ini, lawan
berinteraksi makin banyak dan mulai berhubungan dengan taman-
temannya yang sebaya di luar rumah. Bersama dengan itu, anak mulai
menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
lain, anak dapat bertenggang rasa tidak hanya dengna orang-orang yang
berinteraksi dengannya tetapi juga dengan masyarakat secara luas.
Manusia secara dewasa menyadari peraturan, kemampuan, bekerjasama
bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya menjadi mantap. Manusia
dengan perkembandan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
E. Media Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian
1. Media sosialisasi keluarga
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan
dengan anak adalah orangtua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat
dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan, anak mengenal dunia
sekitarnya, dan pola pergaulan sehari-hari. Kebijakan orangtua yang
menunjang proses sosialisasi anak-anaknya antara lain:
a. Mengusahakan agar anak-anaknya selalu berdekatan dengan
orangtuanya.
b. Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa
anak tidak merasa tertekan.
c. Mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan yang salah,
yang baik dan buruk, yang pantas dan tidak pantas.
d. Memperlakukan anak dengan baik. Untuk itu, orangtua harus dapat
berperan dengan baik.
e. Menasehati anak-anak jika melakukan kesalah atau kekeliruan.
Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:
a. Sosialisasi represif
Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:
- Menghukum perilaku yang keliru
- Hukuman dan imbalan materil
- Kepatuhan anak kepada orangtua
- Komunikasi sebagai perintah
- Komunikasi non verbal
b. Sosialisasi partisipasif
Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:
- Pemberian imbalan dan sanksi
- Hukuman dan imbalan simbolis
- Otonomi anak
- Komunikasi sebagai interaksi
- Komunikasi verbal
2. Media sosialisasi teman sepermainan
Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan
kepribadian anak, yaitu:
a. Remaja merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok
persahabatan.
b. Remaja dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
c. Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa,
takut, khawatir, tertekan, gembira yang mungkin tidak di dapatkan di
rumah.
3. Media sosialisasi sekolah
Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk
kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
ada dalam masyarakat.
4. Media sosialisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan
berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam
proses interaksi akan terjadi proses saling mempengaruhi. Pengaruh-
pengaruh itu akan menjadi bagian dari dirinya.
5. Media massa sebagai media sosialisasi
Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat
membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-
norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,

F. Jenis-Jenis Sosialisasi
1. Sosialisasi primer
Pengertian sosialisasi primer menurut Peter L Berger dan Luckmann
adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan
belajar menjadi anggota keluarga (masyarakat). Sosialisasi primer
berlangsung saat berusia 1-5 tahun atau saat belum masuk ke sekolah.
2. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat.proses dsosialisasi, yaitu proses pencabutan
identitas diri yang lama dan dilanjutkan dengan resosialisasi, yaitu
pemberian identitas baru yang didapat melalui institusi sosial.

G. Sosialisasi Sebagai Pembentuk Kepribadian


Kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi ketika
individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit.
1. Pengertian kepribadian
Menurut Theodore M. Newcomb seorang sosiolog berkebangsaan
Amerika (dalam soisologi suatu pengantar, soerjono soekanto, 1990)
menyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki
seseorang sebagai latar belakang dari perlakunya.
a. Roucek dan warren dalam buku mereka yang berjudul “sociology and
introduction” mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi factor-
faktor biologis, psikologi, dan sosiologis yang mendasari perilaku
seorang individu.
b. Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia (dalam bukunya
pengantar antropologi I, 1996) menyatakan kepribadian sebagai
susunan dari unsure-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah
laku atau tindakan seorang individu.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Kepribadian merupakan abstraksi dari pola perilaku,
b. Kepribadian merupakan cirri-ciri watak yang khas dan konsisten
sebagai identitas seorang individu, dan
c. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, skiap dan berbagai sifat
yang khas apabila seseorang berhubungan dengan orang lain
2. Faktor pembentuk kepribadian
Perbedaan kepribadian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut:
a. Warisan biologis, biasanya berupa bawaan ayah, ibu, nenek, dan
kakek. Pengaruh ini tampak pada intelegensi dan kematangan fisik.
b. Lingkungan alam, perbedaan iklim, topografi, dan SDA menyebabkan
manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam.
c. Lingkungan sosial, kelompok tempat bergabung seperti lingkungan
keluarga, sekolah, kerja, dan masyarakat luas, juga dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang.
d. Lingkungan budaya, perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat
dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
e. Pengalaman yang unik, kepribadian seseorang akan dipengaruhi oleh
sejumlah pengalaman yang dilalui dalam hidupnya
3. Tahapan perkembangan kepribadian sebagai hasil sosialisasi
a. Tahap pertama, Merupakan proses perkembangan kepribadian
seseorang dimulai ketika anak berusia 1-2 tahun.
b. Tahap kedua, Merupakan tahap dimana rasa ego yang sudah dimiliki
oleh seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe
pergaulan yang ada dilingkungan sekitar anak tersebut, termasuk pula
struktur tata nilai dan budayanya.
c. Tahap ketiga, Merupakan tahap kedewasaan yang berlangsung ketika
seseorang berusia antara 25-28 tahun.
4. Sosialisasi nilai dan norma dalam pembentukan kepribadian
Sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial
kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar. Nilai dan norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat diperkenalkan kepada generasi selanjutnya
melalui proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi ini, masyarakat dapat
mewariskan nilai dan norma sosial budaya pada generasi selanjutnya.
5. Tipe-tipe Kebudayaan khusus
Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar :
a. Factor kedaerahan. Di sini dijumpai kepribadian yang saling berbeda
antara individu-individu yang merupakan anggota suatu masyarakat
tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah yang tidak sama dan
dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula. Contoh
adat-istiadat melamar mempelai di Minangkabau berbeda dengan adat-
istiadat melamar mempelai di Lampung.
b. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of
life). Contoh perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan
seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota terlihat lebih berani
untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya dan sikapnya lebih
terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan
kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang dibesarkan di desa
lebih mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih banyak
mempunyai sikap menilai (sense of value).
c. Kebudayaan khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan
dijumpai lapisan sosial karena setiap masyarakat mempunyai sikap
menghargai yang tertentu pula.
d. Kebudayaan khusus atas asar agama. Agama juga mempunyai
pengaruh besar di dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Bahkan adanya berbagai madzhab di dalam satu agama pun
melahirkan kepribadian yang berbeda-beda pula di kalangan umatnya.
e. Kebudayaan berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga
memberi pengaruh besar pada kepribadian seseorang. Kepribadian
seorang dokter, misalnya, berbeda dengan kepribadian seorang
pengacara, dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan
cara-cara mereka bergaul.
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)

I. Latar Belakang
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain (Gail W. Stuart, 2007). Penurunan sosialisasi dapat terjadi
pada individu yang menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain (Rowlins, 1993). Dimana individu yang
mempunyai mekanisme koping adaptif, maka peningkatan sosialisasi lebih
mudah dilakukan. Sedangkan individu yang mempunyai mekanisme kping
maladatif (skizofrenia), bila tidak segera mendapatkan terapi atau
penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih
banyak dan lebih buruk. (keliat dan Akemat, 2005) menjelaskan bahwa
untuk peningkatan sosialisasi pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan
pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Namun kenyataannya pada
saat ini di rumah sakit jiwa menur Surabaya pengaruh TAK sosialisasi
masih diragukan, hal ini disebabkan karena jumlah pasien dengan riwayat
menarik dari masih relatif banyak meskipun TAK sosialisasi sudah
dilakukan.
Hampir di seluruh dunia terdapat sekitar 450 juta (11%) orang yang
mengalami skizofrenia (ringan sampai berat) (WHO, 2006). Hasil survey
Kesehatan Mental Rumah Tangga di Indonesia menyatakan bahwa 185
orang per 1000 penduduk di Indonesia mengalami skizofrenia (ringan
sampai berat). Berdasarkan survey di rumah sakit jiwa, masalah
keperawatan yang paling banyak ditemukan adalah menarik diri (17,91 %),
halusinasi (26,37 %), perilaku kekerasan (17,41 %), dan harga diri rendah
(16,92 %) (Pikiran Rakyat Bandung, 2007).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh menarik diri pada klien
skizofrenia adalah ; 1) Kerusakan komunikasi verbal dan non verbal, 2)
Gangguan hubungan interpersonal, 3) Gangguan interaksi sosial, 4) resiko
perubahan persepsi sensori (halusinasi). Bila klien menarik diri tidak cepat
teratasi maka akan dapat membahayakan keselamatan diri sendiri maupun
orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006)
Penatalaksanaan klien dengan riwayat menarik diri dapat dilakukan
salah satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas Kelompok
sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa
dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis,yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa
dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam
kegiatan aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan
dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar peserta. Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan klien
dalam meningkatkan sosialisasi. Dari latar belakang tersebut diatas penulis
tertarik membuat penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Terapi
Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan
riwayat menarik diri.

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan
sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g. Klien mampu menyampikan pendapat tentang manfaat kegiatan
tentang TAKS yang telah dilakukan.(Eko prabowo, 2014: 240)
III. Sesi yang Digunakan
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) yang digunakan
adalah sesi 5 : kemampuan pasien bercakap-cakap masalah pribadi

IV. Waktu dan Tempat


Hari / Tanggal :
Jam : 10.00-selesai
Tempat :
Jumlah Peserta : 5 orang
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (15 menit)
Penutup (5 menit)

V. Pembagian Tugas
1. Leader
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAKS
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan
memperkenalkan dirinya.
e. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
2. Co-leader Tugas
a. Mendampingi leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang altiviatas
pasien
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah dibuat
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi
3. Fasilitator Tugas
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Memotivasi klien yang kurang aktif.
c. Memfalitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalanya terapi.
4. Observasi Tugas
a. Mengobservasi jalanya proses kegiatan
b. Mengamati serta mencatat prilaku verbal dan non-verbal pasien
selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c. Mengawasi jalanya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan. (Eko prabowo, 2014: 241-243)

VI. Pasien
1. Kriteria pasien
a. Pasien dengan isolasi sosial menarik diri dengan kondisi mulai
menunjukkan kamauan untuk melakukan interaksi interpersonal
b. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons
sesuai dengan stimulus yang diberikan.
c. Pasien yang sudah mengikuti dan lulus pada TAKS 1, 2 dan 3
2. Proses seleksi
a. Mengidentifikasi pasie yang masuk kriteria
b. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
c. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok
dan aturan main dalam kelompok (Eko prabowo, 2014: 243)

VII. Susunan Pelaksaan


1. Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
a. Leader :
b. Co. Leader :
c. Fasilitator :
d. Observasi :
e. Operator :
2. Pasien peserta TAKS sebagai berikut :
Pasien peserta TAKS ini diambil dari pasien yang menarik diri diruang
WK, Jumlah peserta TAKS adalah 5 orang.

VIII. Tata tertib dan Antisipasi Masalah


1. Tata Tertib pelaksanaan TAKS
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai.
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAKS dimulai.
c. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
d. Peseta Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
TAKS berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan .
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai.
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAKS telah
habis,sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan
meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
kepada anggota.
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAKS
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
1) Panggil nama klien
2) Tanya alasan klien meninggalkan permainan
3) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih
2) Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut
3) Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut. (Eko prabowo, 2014).

IX. Proses TAKS 5: Kemampuan Pasien Bercakap-Cakap Masalah Pribadi


1. Tujuan
Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi dengan orang lain.
2. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dan melingkar

Klien Leader Co Leader Klien

Observer Fasilitator

Klien Klien

Fasilitator Klien Fasilitator

3. Alat
a. Laptop
b. Pengeras suara
c. Musik dengan lagu yang ceria
d. Bola tenis
e. Buku catatan dan pulpen
f. Jadwal kegiatan pasien
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran/simulasi
5. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang sesuai indikasi
2) Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam
suasana ruang yang tenang dan nyaman)
b. Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menanyakan perasaan pasien hari ini
3) Menjelaskan tujuan kegiatan
4) Menjelaskan aturan main :
a) Pasien harus mengikuti dari awal sampai akhir
b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari
terapis
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Masing-masing
c. Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: musik akan dimainkan.
Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke
peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis mendapat giliran untuk menyampaikan
suatu topik yang ingin dibicarakan misalnya cara mencari teman,
setelah semua mendapat giliran. Tape akan dihidupkan lagi dan
edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis mendapat giliran untuk memilih masalah
yang ingin dibicarakan dan setelah masalah ditentukan
memberikan pendapat
2) Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tennis lalu
menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis mendapat giliran untuk menyampaikan
suatu topik yang ingin dibicarakan
3) Tulis topik pada white board. Topik yang disampaikan secara
berurutan
4) Ulangi langkah a dan b sampai semua peserta mendapat giliran
5) Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan
peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran
untuk memilih masalah yang ingin dibicarakan
6) Ulangi e sampai semuanya mendapat giliran
7) Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak
8) Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan
peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran
untuk memberi pendapat tentang topik yang telah ditentukan
9) Ulangi h sampai semua mendapatkan giliran
10) Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai
menceritakan perasannya
d. Terminasi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3) Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang masalah
pribadi
4) Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada
saat proses TAK berlangsung, khususnya pad atahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAKS sesi 5, dievaluasi kemampuan verbal pasien
menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat tentang percakapan
mengenai masalah pribadi, serta kemampuan nonverbal. (Eko
prabowo, 2014: 264-266).
1) Kemampuan verbal : menyampaikan topik
Nama pasien
No Aspek yang dinilai
1. Menyampaikan topik
dengan jelas
2. Menyampaikan topik
secara ringkas
3. Menyampaikan topik
yang relevan
4. Menyampaikan topik
secara relevan
Jumlah

2) Kemampuan verbal : memilih topik


Nama pasien
No Aspek yang dinilai
1. Memilih topik dengan
jelas
2. Memilih topik secara
ringkas
3. Memilih topik yang
relevan
4. Memilih topik secara
relevan
Jumlah

3) Kemampuan verbal : memberi pendapat


Nama pasien
No Aspek yang dinilai
1. Memberi pendapat
yang jelas
2. Memberi pendapat
secara ringkas
3. Memberi pendapat
yang relevan
4. Memberi pendapat
secara spontan
Jumlah
4) Kemampuan non verbal :
Nama pasien
No Aspek yang dinilai
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir
Jumlah

5) Petunjuk :
a) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien
yang ikut TAKS
b) Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi
tanda [V] jika ditemukan pada pasien atau tanda [x] jika
tidak ditemukan
c) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai
3 atau 4 pasien mampu ; jika nila < 2 pasien dianggap belum
mampu
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien ketika
TAKS pada catatan proses keperawatan tiap pasien. Misalnya,
kemampuan menyampaikan topik masalah pribadi yang akan
dipercakapkan 3, memilih dan memberi pendapat 2, dan kemampuan
non verbal 4. Untuk itu, catatan keperawatannya adalah pasien
mengikuti TAKS sesi 5, pasien mampu menyampaikan masalah
pribadi yang ingin dibicarakan, belum mampu memilih dan memberi
pendapat, tapi non verbal baik. Anjurkan/latih pasien untuk
bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan perawat dan pasien
lain di ruang rawat (buat jadwal).(Eko prabowo, 2014: 266-268)
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Medikal Book

Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App, Sc. 2014. Keperawatan Jiwa Terapi
Aktifitas Kelompok. Jakarta: EGC

You might also like