Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian merupakan hal yang sangat
penting bagi semua orang dalam kehidupan bermasyarakat. Karena dengan
sosialisasi kita dapat mengenal satu sama lain. Sosialisasi dapat diartikan
sebagai sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat.
Dalam melakukan sosialisasi kita harus bisa menempatkan diri kita
dalam lingkungan masyarakat. Karena manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.Maka dari itu melalui makalah
ini kami akan menjelaskan arti penting dari sosialisasi.
Di dalam bersosialisasi, kita dapat membentuk kepribadian kita. Karena
lingkungan masyarakat merupakan salah satu tempat untuk melakukan
sosialisasi. Jika lingkungan masyarakatnya baik secara otomatis berpengaruh
terhadap pembentukan kepribadian. Seperti yang kita ketahui bahwa
kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain.Beberapa manfaat yang kita dapatkan dari
sosialisasi adalah seseorang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik,
seseorang dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan harapan
masyarakat, seseorang akan lebih mengenal dirinya sendiri dalam lingkungan
sosialnya dan seseorang akan menyadari eksistensi dirinya terhadap
masyarakat di sekelilingnya. Dengan alasan tersebut maka penulis membahas
tentang “Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian”.
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Sosialisasi
Secara sederhana sosialisasi adalah sebagai sebuah proses seumur hidup
yang berkenaan dengan cara individu mempelajari hidup, norma, dan nilai
sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi
pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Adapun definisi sosialisasi
menurut para ahli antara lain:
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantuk individu-individu belajar
dan menyesuaikan diri, tentang cara hidup dan berpikir kelompoknya agar
dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3. Bruce J. Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan
membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu
maupun sebagai anggota.
B. Tujuan Sosialisasi
1. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat
tempat dia menjadi salah satu anggotanya.
2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta
mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita.
3. Membantu pengendalian fungsi organik yang dipelajari melalui latihan
mawas diri yang tepat.
4. Membiasakan individu dengan dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok
yang ada pada masyarakat.
5. Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.
6. Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal
termasul lingkungan sosial yang baru.
7. Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
8. Untuk mengetahui lingkungan sosial-budaya suatu masyarakat.
D. Tahapan Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan
melalui tahap-tahap:
1. Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga, anak-anak
mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
2. Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak
menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini
mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dsb. Dengan kata lain kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang lain jika mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran
bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak
telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-
orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri
yakni asal anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-
orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).
3. Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan
oleh peran secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-
sama. Anak mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga
dan bekerjasama dengan teman-temannya. Pada tahap ini, lawan
berinteraksi makin banyak dan mulai berhubungan dengan taman-
temannya yang sebaya di luar rumah. Bersama dengan itu, anak mulai
menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
lain, anak dapat bertenggang rasa tidak hanya dengna orang-orang yang
berinteraksi dengannya tetapi juga dengan masyarakat secara luas.
Manusia secara dewasa menyadari peraturan, kemampuan, bekerjasama
bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya menjadi mantap. Manusia
dengan perkembandan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
E. Media Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian
1. Media sosialisasi keluarga
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan
dengan anak adalah orangtua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat
dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan, anak mengenal dunia
sekitarnya, dan pola pergaulan sehari-hari. Kebijakan orangtua yang
menunjang proses sosialisasi anak-anaknya antara lain:
a. Mengusahakan agar anak-anaknya selalu berdekatan dengan
orangtuanya.
b. Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa
anak tidak merasa tertekan.
c. Mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan yang salah,
yang baik dan buruk, yang pantas dan tidak pantas.
d. Memperlakukan anak dengan baik. Untuk itu, orangtua harus dapat
berperan dengan baik.
e. Menasehati anak-anak jika melakukan kesalah atau kekeliruan.
Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:
a. Sosialisasi represif
Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:
- Menghukum perilaku yang keliru
- Hukuman dan imbalan materil
- Kepatuhan anak kepada orangtua
- Komunikasi sebagai perintah
- Komunikasi non verbal
b. Sosialisasi partisipasif
Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:
- Pemberian imbalan dan sanksi
- Hukuman dan imbalan simbolis
- Otonomi anak
- Komunikasi sebagai interaksi
- Komunikasi verbal
2. Media sosialisasi teman sepermainan
Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan
kepribadian anak, yaitu:
a. Remaja merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok
persahabatan.
b. Remaja dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
c. Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa,
takut, khawatir, tertekan, gembira yang mungkin tidak di dapatkan di
rumah.
3. Media sosialisasi sekolah
Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk
kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
ada dalam masyarakat.
4. Media sosialisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan
berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam
proses interaksi akan terjadi proses saling mempengaruhi. Pengaruh-
pengaruh itu akan menjadi bagian dari dirinya.
5. Media massa sebagai media sosialisasi
Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat
membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-
norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,
F. Jenis-Jenis Sosialisasi
1. Sosialisasi primer
Pengertian sosialisasi primer menurut Peter L Berger dan Luckmann
adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan
belajar menjadi anggota keluarga (masyarakat). Sosialisasi primer
berlangsung saat berusia 1-5 tahun atau saat belum masuk ke sekolah.
2. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat.proses dsosialisasi, yaitu proses pencabutan
identitas diri yang lama dan dilanjutkan dengan resosialisasi, yaitu
pemberian identitas baru yang didapat melalui institusi sosial.
I. Latar Belakang
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain (Gail W. Stuart, 2007). Penurunan sosialisasi dapat terjadi
pada individu yang menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain (Rowlins, 1993). Dimana individu yang
mempunyai mekanisme koping adaptif, maka peningkatan sosialisasi lebih
mudah dilakukan. Sedangkan individu yang mempunyai mekanisme kping
maladatif (skizofrenia), bila tidak segera mendapatkan terapi atau
penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih
banyak dan lebih buruk. (keliat dan Akemat, 2005) menjelaskan bahwa
untuk peningkatan sosialisasi pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan
pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Namun kenyataannya pada
saat ini di rumah sakit jiwa menur Surabaya pengaruh TAK sosialisasi
masih diragukan, hal ini disebabkan karena jumlah pasien dengan riwayat
menarik dari masih relatif banyak meskipun TAK sosialisasi sudah
dilakukan.
Hampir di seluruh dunia terdapat sekitar 450 juta (11%) orang yang
mengalami skizofrenia (ringan sampai berat) (WHO, 2006). Hasil survey
Kesehatan Mental Rumah Tangga di Indonesia menyatakan bahwa 185
orang per 1000 penduduk di Indonesia mengalami skizofrenia (ringan
sampai berat). Berdasarkan survey di rumah sakit jiwa, masalah
keperawatan yang paling banyak ditemukan adalah menarik diri (17,91 %),
halusinasi (26,37 %), perilaku kekerasan (17,41 %), dan harga diri rendah
(16,92 %) (Pikiran Rakyat Bandung, 2007).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh menarik diri pada klien
skizofrenia adalah ; 1) Kerusakan komunikasi verbal dan non verbal, 2)
Gangguan hubungan interpersonal, 3) Gangguan interaksi sosial, 4) resiko
perubahan persepsi sensori (halusinasi). Bila klien menarik diri tidak cepat
teratasi maka akan dapat membahayakan keselamatan diri sendiri maupun
orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006)
Penatalaksanaan klien dengan riwayat menarik diri dapat dilakukan
salah satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas Kelompok
sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa
dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis,yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa
dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam
kegiatan aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan
dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar peserta. Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan klien
dalam meningkatkan sosialisasi. Dari latar belakang tersebut diatas penulis
tertarik membuat penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Terapi
Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan
riwayat menarik diri.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan
sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g. Klien mampu menyampikan pendapat tentang manfaat kegiatan
tentang TAKS yang telah dilakukan.(Eko prabowo, 2014: 240)
III. Sesi yang Digunakan
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) yang digunakan
adalah sesi 5 : kemampuan pasien bercakap-cakap masalah pribadi
V. Pembagian Tugas
1. Leader
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAKS
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan
memperkenalkan dirinya.
e. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
2. Co-leader Tugas
a. Mendampingi leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang altiviatas
pasien
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah dibuat
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi
3. Fasilitator Tugas
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Memotivasi klien yang kurang aktif.
c. Memfalitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalanya terapi.
4. Observasi Tugas
a. Mengobservasi jalanya proses kegiatan
b. Mengamati serta mencatat prilaku verbal dan non-verbal pasien
selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c. Mengawasi jalanya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan. (Eko prabowo, 2014: 241-243)
VI. Pasien
1. Kriteria pasien
a. Pasien dengan isolasi sosial menarik diri dengan kondisi mulai
menunjukkan kamauan untuk melakukan interaksi interpersonal
b. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons
sesuai dengan stimulus yang diberikan.
c. Pasien yang sudah mengikuti dan lulus pada TAKS 1, 2 dan 3
2. Proses seleksi
a. Mengidentifikasi pasie yang masuk kriteria
b. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
c. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok
dan aturan main dalam kelompok (Eko prabowo, 2014: 243)
Observer Fasilitator
Klien Klien
3. Alat
a. Laptop
b. Pengeras suara
c. Musik dengan lagu yang ceria
d. Bola tenis
e. Buku catatan dan pulpen
f. Jadwal kegiatan pasien
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran/simulasi
5. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang sesuai indikasi
2) Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam
suasana ruang yang tenang dan nyaman)
b. Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menanyakan perasaan pasien hari ini
3) Menjelaskan tujuan kegiatan
4) Menjelaskan aturan main :
a) Pasien harus mengikuti dari awal sampai akhir
b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari
terapis
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Masing-masing
c. Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: musik akan dimainkan.
Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke
peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis mendapat giliran untuk menyampaikan
suatu topik yang ingin dibicarakan misalnya cara mencari teman,
setelah semua mendapat giliran. Tape akan dihidupkan lagi dan
edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis mendapat giliran untuk memilih masalah
yang ingin dibicarakan dan setelah masalah ditentukan
memberikan pendapat
2) Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tennis lalu
menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis mendapat giliran untuk menyampaikan
suatu topik yang ingin dibicarakan
3) Tulis topik pada white board. Topik yang disampaikan secara
berurutan
4) Ulangi langkah a dan b sampai semua peserta mendapat giliran
5) Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan
peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran
untuk memilih masalah yang ingin dibicarakan
6) Ulangi e sampai semuanya mendapat giliran
7) Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak
8) Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan
peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran
untuk memberi pendapat tentang topik yang telah ditentukan
9) Ulangi h sampai semua mendapatkan giliran
10) Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai
menceritakan perasannya
d. Terminasi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3) Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang masalah
pribadi
4) Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada
saat proses TAK berlangsung, khususnya pad atahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAKS sesi 5, dievaluasi kemampuan verbal pasien
menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat tentang percakapan
mengenai masalah pribadi, serta kemampuan nonverbal. (Eko
prabowo, 2014: 264-266).
1) Kemampuan verbal : menyampaikan topik
Nama pasien
No Aspek yang dinilai
1. Menyampaikan topik
dengan jelas
2. Menyampaikan topik
secara ringkas
3. Menyampaikan topik
yang relevan
4. Menyampaikan topik
secara relevan
Jumlah
5) Petunjuk :
a) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien
yang ikut TAKS
b) Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi
tanda [V] jika ditemukan pada pasien atau tanda [x] jika
tidak ditemukan
c) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai
3 atau 4 pasien mampu ; jika nila < 2 pasien dianggap belum
mampu
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien ketika
TAKS pada catatan proses keperawatan tiap pasien. Misalnya,
kemampuan menyampaikan topik masalah pribadi yang akan
dipercakapkan 3, memilih dan memberi pendapat 2, dan kemampuan
non verbal 4. Untuk itu, catatan keperawatannya adalah pasien
mengikuti TAKS sesi 5, pasien mampu menyampaikan masalah
pribadi yang ingin dibicarakan, belum mampu memilih dan memberi
pendapat, tapi non verbal baik. Anjurkan/latih pasien untuk
bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan perawat dan pasien
lain di ruang rawat (buat jadwal).(Eko prabowo, 2014: 266-268)
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App, Sc. 2014. Keperawatan Jiwa Terapi
Aktifitas Kelompok. Jakarta: EGC