You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI
RSJP Dr. SOEROYO MAGELANG

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa

Oleh:

HARISKA JOKO SRIYANTO

P17420613059

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2015
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN

Defisit perawatan diri : higiene adalah keadaan dimana individu


mengalami kegagalan kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan
aktivitas kebersihan diri (Carpenito, 1977)

Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan
terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Aziz
R., 2003)

Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri menurut Nanda-I (2012),jenis perawatan


diri terdiri dari :

a. Defisit perawatan diri : mandi


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri

2. ETIOLOGI

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perawatan diri kurang


(higiene) antara lain:
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif dan keterampilan.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas menurun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya.

b. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/ lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. ( Depkes, 2000)

3. MANIFESTASI KLINIK

Adapun tanda dan gejala deficit perawatan diri adalah sebagai berikut:

a. Mandi / hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkanatau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi
makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram toiletatau kamar kecil.

( Fitria, 2009)

4. AKIBAT

Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan


(Budiana K, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Jilid 2). Gangguan pemeliharaan
kesehatan ini bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa terjadi infeksi kulit (scabies,
panu, kurap) dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena
kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit orofecal (karena hygiene
BAB/BAK sembarangan) dan lain-lain.

5. PENATALAKSANAAN

Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) tindakan mandiri keperawatan


pada pasien dengan defisit perawatan diri yaitu:

a. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri


b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
c. Membantu pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri
d. Menjelaskan cara makan yang baik
e. Membantu pasien mempraktikan cara makan yang baik
f. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
g. Membantu pasien mempraktikan cara eliminasi yang baik
h. Menjelaskan cara berdandan
i. Membantu pasien mempraktikan cara berdandan
j. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

6. POHON MASALAH

Gangguan pemeliharaan kesehatan Akibat

Defisit perawatan diri : mandi, berhias Coreproblem

Isolasidiri : manarikdiri Penyebab

(Sumber : Keliat, 2006)


7. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Masalah Keperawatan
1) Data subyektif
 Klien mengatakan dirinya malas mandi
 Klien mengatakan malas makan
 Klien mengatakan tidak tahu cara membersihkan WC setelah
BAB/BAK
2) Data Obyektif
 Ketidakmampuan mandi dan membersihkan diri ; kotor, berbau
 Ketidakmampuan berpakaian; pakaian sembarangan
 Ketidakmampuan BAB / BAK secara mandiri : BAB / BAK
sembarangan

b. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri

c. Fokus Intervensi Keperawatan

Tujuan Umum :

Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan


kebersihan diri.

Tujuan Khusus :

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Kriteria Evaluasi :
1) Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat
2) Wajah cerah, tersenyum
3) Mau berkenalan
4) Ada kontak mata
5) Menerima kehadiran perawat
6) Bersedia menceritakan perasaannya

Intervensi :

1) Berikan salam setiap berinteraksi


2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan
3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien
6) Buat kontrak interaksi yang jelas
7) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
8) Penuhi kebutuhan dasar klien
TUK II : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri

Kriteria Evaluasi :

Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan,


mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah
penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik
2) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih
3) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri
4) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri
5) Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri
6) Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri
7) Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi
dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum
tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat

Kriteria Evaluasi :

Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun
dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan
merapikan penampilan

Intervensi :
1) Motivasi klien untuk mandi
2) Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar
3) Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari
4) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut
5) Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi
6) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri
seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri

Kriteria Evaluasi :

Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara
rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap
hari, penampilan bersih dan rapi

Intervensi :

Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri

Kriteria Evaluasi :

Klien selalu tampak bersih dan rapi

Intervensi :

Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri

Kriteria Evaluasi :

Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan


diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam
menjaga kebersihan diri

Intervensi :

1) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga


kebersihan diri
2) Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami
di RS
3) Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS
4) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri klien
5) Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan
diri
6) Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri
7) Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain

B. STRATEGI PELAKSANAAN
Pertemuan ke 1
1. Kondisi klien : kondisi klien nampak kotor dan kumal
2. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri
3. Tujuan menggunakan (TUK/TUM)
TUM : klien dapat mandiri dalam perawatan diri
TUK :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien mengetahui pentingnya perawatan diri
c. Klien mengetahui cara - cara melakukan perawatan diri
d. Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat
e. Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri
4. SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
a. Fase orientasi
1) Evaluasi / validasi
a) Perasaan klien saat ini
b) Kondisi klien saat ini
c) Latihan sebelumnya

“Selamat pagi, kenalkan saya perawat S”

”Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”

”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 08.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang
akan merawat T”

“Dari tadi saya lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”

” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”

” Berapa lama kita berbicara? 20 menit ya....? Mau dimana...? disini aja ya”

b. Kerja
1) Melaksanakan topik yang di sepakati

2) Di tulis secara singkat, jelas dan sistematis

“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa
kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang
tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa
muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb”

“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir
rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan
berdandan?”

(Contoh untuk pasien laki-laki)

“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa gunanya
cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu,
dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya.

“Berapa kali T makan sehari?

”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah
makan.”

“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita


kencing dan berak harus di WC, Nah... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa
membersihkan pakai air dan sabun”.

“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu
kita persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi,
shampo dan sabun serta sisir”.

”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, saya akan membimbing T


melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil
shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus
sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram
dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari
arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus,
lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih
lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai
baju dan sisir rambutnya dengan baik.”

c. Terminasi

1) Evaluasi

a) Subjektif

b) Objektif

2) Rencana tindak lanjut

3) Kontrak pertemuan selanjutnya

“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T sebutkan lagi
apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”

”Bagaimana perasaan T setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan


diri tadi ? Sekarang coba T ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”

”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...? dua kali pagi dan sore,
Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nah... lakukan ya T..., dan beri
tanda kalau sudah dilakukan misalnya M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B
(bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukani? Baik
besok lagi kita latihan berdandan, oke? Pagi-pagi sehabis makan ya....”

“ Assalamu’alaikum”

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. dan Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Fitria, N., 2009, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Maramis, 2008, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Yosep, 2010, Keperawatan jiwa.(Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama.

Stuart, G.W. and Laraia, 2005, Principles and Praktice of Psychiatric Nursing, St. Louis:
Mosby Year B

You might also like