You are on page 1of 16

LAPORAN RESUME KASUS

Tn. D DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


DI RUANG HEMODIALISA (HD) RS DR SLAMET
GARUT

Ditujukan untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun oleh :
ANNISA AULIA SUCI
220110140090

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
I. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian CKD
CKD (Chronic Kidney Disease) atau penyakit ginjal kronik adalah
kerusakan ginjal atau penurunan GFR (Glomerular Filtration Rate)
kurang dari 60 mL/min/1,7m2 selama minimal 3 bulan. Kerusakan ginjal
adalah setiap kelainan patologis atau penanda kerusakan ginjal, termasuk
kelainan darah, urin atau studi pencitraan (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2017). Sedangkan penurunan GFR adalah
kondisi aliran plasma dari glomerulus ke ruang bowman selama periode
tertentu mengalami penurunan dan nilai GFR menjadi ukuran utama untuk
menilai fungsi ginjal (Kaufman & Knohl, 2018).
GFR diketahui dari hasil tes kreatinin darah, usia, ukuran tubuh dan
jenis kelamin. Hasil dari estimasi laju filtrasi glomerulus membantu dalam
menentukan stadium penyakit ginjal yang dialami dan perawatan yang
dapat diberikan sehingga memperlambat atau menghentikan
perkembangannya. Pada orang dewasa nilai GFR normal adalah lebih dari
90. Berikut adalah tabel rata-rata nilai GFR berdasarkan usia (National
Kidney Foundation, 2017).
Usia Estimasi rata-rata GFR
20-29 116
30-39 107
40-49 99
50-59 93
60-69 85
70+ 75

Pengukuran GFR memiliki beberapa metode, salah satunya adalah


dengan formula Cockcroft-Gault, yaitu :

GFR = (140-umur) x BB/kreatinin serum x 72 (x 0,85 jika wanita)


2. Etiologi
Berbagai faktor dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik.
Penyakit seperti diabetes dan tekanan darah tinggi adalah yang paling
banyak menyebabkan CKD. Diabetes adalah kondisi dimana kadar
glukosa tinggi, kemudian kondisi ini menyebabkan filter ginjal rusak dan
tidak dapat menyaring urin dengan baik. Tanda utama yang dapat terlihat
dari CKD akibat diabetes adalah adanya protein (albumin) dalam urin yang
seharusnya tidak membiarkan albumin mengalir dari darah ke urin.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh
darah ginjal dan mengurangi kemampuan untuk menyaring urin dengan
baik. Limbah atau cairan ekstra yang seharusnya keluar bersama urin
menjadi terkumpul dalam pembuluh darah yang selanjutnya semakin
meningkatkan tekanan darah (National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney Diseases, 2014).
Selain itu penyebab lain yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit ginjal kronik, yaitu :
 Penyakit Ginjal Polikistik (PKD), kelainan genetik dalam
bentuk banyak kista yang tumbuh di ginjal
 Infeksi
 Obat beracun bagi ginjal
 Penyakit yang menyerang seluruh tubuh, seperti diabetes dan
lupus nephritis.
 Glumerulonefritis IgA
 Sindrom Goodpasture, sistem kekebalan tubuh mengalami
gangguan dengan menyerang sel dan organnya sendiri
 Keracunan logam berat, seperti keracunan timbal
 Kondisi genetik langka, sindrom alport
 Sindrom uremik hemolitik pada anak-anak
3. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi : Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test ): ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit : Klorida, kalium, kalsium
2. Urin
- Urin rutin
- Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO

4. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialisis
- Peritoneal dialisis, yaitu dialisis yang menggunakan lapisan pada
perut untuk menyaring darah. lapisan ini disebut membran
peritoneal dan bertindak sebagai ginjal buatan. Dialisis jenis ini
memiliki kelebihan antara lain dapat dilakukan di rumah dan dapat
dilakukan secara mandiri.
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin dialiser. Pembuluh darah yang diambil
dari tubuh bisa melalui :
 Femura: melalui pangkal paha
 AV fistule : diambil dari pembuluh darah di lengan / tangan
Hemodialisa memiliki beberapa keuntungan, antara lain waktu
dialisis yang lebih singkat, resiko kesalahan kecil, serta
dilakukan di ruangan khusus HD sehingga membangun interaksi
antar sesama pasien. Akan tetapi hemodialisa juga memberikan
kerugian, antara lain penurunan fungsi ginjal yang tersisa secara
cepat, ketergantungan pasien dengan mesin hemodialisa, resiko
tinggi kehilangan darah selama hemodialisa, akses vaskuler
yang menyebabkan infeksi dan trombosis, resiko terjadi
hipotensi dan kram otot, pembatasan asupan cairan dan diet lebih
ketat, kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan
eritropoietin lebih tinggi.
c) Operasi transplantasi ginjal
Tindakan ini berupa menggantikan ginjal pasien dengan ginjal yang
baru yang didapatkan dari donor. Donor ginjal bisa diambil dari
keluarga / kerabat, sukarelawan, maupun pasien meninggal yang telah
menandatangani donor ginjal sebelumnya. Transplantasi ginjal
memudahkan pasien dalam beraktifitas, karena seakan mempunyai
ginjal baru dan tidak perlu melakukan dialisis lanjutan. Akan tetapi,
pada beberapa kasus ditemukan penolakan tubuh terhadap ginjal baru,
sehingga ginjal tidak dapat bertahan lama, dan pasien harus
mengkonsumsi immunosupresan secara rutin seumur hidup.

II. LAPORAN KASUS


1. Identitas Pasien
Nama pasien : Tn. D
Umur : 25 Tahun
No rekam medis : 01026213
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Sindanggalih, Tarogong Kidul
Status : Menikah
Tanggal pengkajian : Sabtu, 2 Maret 2019
Diagnosa medis : Chronic Kidney Diseases dengan Hipertensi

2. Pengkajian
a. Alasan masuk rumah sakit : Pasien menjalani
hemodialisa 2 kali/minggu
b. Keluhan utama saat ini : Lemas, edema
c. Riwayat penyakit sebelumnya : Hipertensi
d. Riwayat penyakit keturunan :-
e. Riwayat obat-obatan : Amlodifin, Furosemid, As.
Folat, Eminolon
f. Pegkajian fisik :
Kepala : tidak terdapat lesi, kantung mata (+)
Leher : tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan pada tiroid
Dada : simetris (+), ronchi (-), wheezing (-),
pembengkakan (-).
Abdomen : bentuk cembung, tidak ada lesi.
Genitalia : tidak ada keluhan, tidak terdapat lesi.
Ekstremitas : terdapat edema pada kaki
g. Pengkajian psikologis : Pasien menerima kondisi dan mendapat
dukungan dari keluarga.

3. Fase Pre Hemodialisa


a. Dialisis
Dialisis ke : 56 kali
Re-use : 4 kali
b. Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : Edema
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 200/100 mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Respirasi : 28x/menit
 Suhu : 36°C
 Berat badan pre HD : 64 Kg
4. Fase Intra Hemodialisa
a. Keluhan utama saat ini : Lemas dan pusing
b. Dialisis
 Mulai : 12.00 WIB
 UF Target : 3500 ml
 Lama dialisa : 4 jam
 QB : 210/menit
 Akses :
c. Heparinisasi
 Awal : 2000 unit
 Continue : 1000 unit/jam
5. Fase Post Hemodialisa
a. Keluhan utama saat ini :
Subyek : Lemas, sedikit pusing
Obyek : Konjungtiva anemis, pergerakan berkurang

b. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 190/90 mmHg
 Nadi : 70x/menit
 Respirasi : 22 x/menit
 Suhu : 36,5°C
 Berat badan : 63 Kg

c. Waktu Dialisis

 Selesai : 16.00 WIB


 UF Goal : 3500 mL
 Pengurangan BB : 1 Kg

III. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 DS : Pasien mengatakan badan CKD Kelebihan volume cairan
terasa lemas, pusing dan bengkak b.d mekanisme peredaran
di kaki darah/cairan tidak efektif
Kerusakan
DO : glomerulus
Edeme ekstremitas bawah (+)
Ascites (+)
Penurunan GFR

Aktivasi Mekanisme
RAA

Retensi Natrium dan


Air

Cairan Ekstraseluler
meningkat

Edema
2. DS : CKD Ketidakpatuhan diet cairan
Klien mengatakan sering merasa berhubungan dengan respon
haus dan tidak menjaga asupan tubuh terhadap penyakit
cairan Edema
DO :
Intake Cairan = 600 cc/ hari
Output Cairan = 0 cc/ hari Pembatasan asupan
Edema ekstremitas bawah (+) cairan
Ascites (+)

Muncul respon
sering haus
Tidak patuh dalam
menjaga asupan
cairan

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme peredaran


darah atau cairan tidak efektif.
2. Ketidakpatuhan diet cairan berhubungan dengan respon tubuh terhadap
penyakit.

V. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Kelebihan Setelah 1. Kaji adanya 1. Pasien dengan gagal
volume cairan dilakukan tanda kelebihan ginjal kronis akan
berhubungan tindakan cairan: edema mengalami
dengan keperawatan ekstremitas, penurunan laju
mekanisme selama 1x4 edema filtrasi glomerulus,
peredaran jam, kelebihan periorbital, akibatnya akan
darah atau volume cairan asites, suara menyebabkan
cairan tidak dapat teratasi paru ronchi, gangguan ginjal.
efektif ditandai dengan kriteria distensi vena Laju filtrasi
dengan hasil: jugularis, BB glomerulus akan
DS: - Terbebas meningkat menimbulkan
- Pasien dari edema dalam waktu kerusakan ekskresi.
mengeluh kaki cepat 2. Retensi cairan pada
kaki dan perut - Bunyi napas pasien ginjal dapat
bengkak tetap bersih 2. Monitor berat meningkatkan BB.
- BB post HD badan pasien 3. Hemodialisa
DO: mendekati dan bandingkan merupakan terapi
- Edema kaki BB kering dengan BB pengganti ginjal
+/+ kering dimana darah akan
- Asites (+) ditarik masuk ke
3. Kolaborasi: dalam dialiser dan
hemodialisa di sana akan terjadi
perpindahan zat sisa
4. Ajarkan metabolisme
manajemen
nyeri : teknik melalui membran
relaksasi napas semipermeabel.
dalam saat 4. Teknik relaksasi
dilakukan napas dalam dapat
penusukan membantu
mengurangi
5. Monitor TTV: persepsi pasien
TD, HR, RR, terhadap nyeri yang
suhu selama dirasakan.
dan sesudah 5. Hemodialisa
kegiatan menarik darah
hemodialisa keluar dari tubuh
berlangsung sehingga respon
syok mungkin saja
6. Melakukan terjadi. TTV akan
perawatan di memperlihatkan
area luka tanda-tanda syok.
penusukan: 6. Area luka
dikompresi, penusukan (AV-
dijaga untuk Fistula) pasien
tetap bersih dan merupakan area
ditutup luka terbuka yang
sangat
memungkinkan
terjadinya infeksi
dan darah yang
keluar dapat
memancar.
2. Ketidakpatuhan Setelah 1. Kaji latar 1. Latar belakang
diet cairan dilakukan belakang pendidikan pasien
berhubungan tindakan pendidikan akan mempengaruhi
dengan respon keperawatan pasien seberapa banyak
tubuh terhadap selama 1x4 informasi dapat
penyakit, jam, 2. Jelaskan ditangkap oleh
ditandai ketidakpatuhan mengapa rasa pasien. Selain itu
dengan: terhadap haus bisa pengkajian latar
DS: cairan pasien muncul pada belakang
- Pasien merasa bisa teratasi pasien dengan pendidikan pasien
haus dengan kriteria gagal ginjal perlu dikaji untuk
- Pasien hasil: menentukan bahasa
mengaku - Pasien 3. Ajarkan yang digunakan
minum memahami bagaimana cara agar lebih mudah
banyak air penyebab mengatasi rasa dimengerti.
(lebih banyak mengapa haus tanpa 2. Rasa haus muncul
dari anjuran) terasa haus harus meminum akibat produksi
banyak air ADH pada ginjal
DO: - Pasien - Ganti gelas dan kondisi
- Edema kaki mengetahui minum dengan hipernatremi
+/+ cara gelas yang 3. Pasien gagal ginjal
- Asites (+) menangani lebih kecil harus melakukan
- Sulit bergerak haus - Mengemut es retriksi cairan
- Terjadi batu sebanyak 500-600
peningkatan - Bekukan ml/hari. Kepatuhan
BB cairan yang diet cairan ini akan
akan diminum berdampak pada
menjadi kondisi fisik. Ketika
beberapa pasien tidak patuh
bongkahan es maka tanda
- Ganti cara kelebihan cairan
minum bukan akan muncul.
dengan Sedangkan
meneguk kelebihan cairan
tetapi dengan yang dibiarkan akan
menyeruput sangat berbahaya,
- Hindari apalagi jika sudah
makanan sampai pada edema
tinggi natrium paru dan distensi
dan lemak vena jugularis.
- Makan Untuk itu, pasien
permen perlu trik untuk
“keras” mengontrol rasa
berperisa hausnya. Untuk
mint, lemon, mengatasi rasa
dan asam haus, pasien bisa
karena dapat cara-cara yang telah
melubrikasi disebutkan.
oral
- Jaga 4. Motivasi dari tenaga
kebersihan kesehatan terutama
oral untuk perawat akan
mencegah meningkatkan
kondisi mulut angka kepatuhan
kering pasien terhadap diet
- Kunyah cairan karena
permen karet tenaga kesehatan
untuk menjaga terutama perawat
mulut dianggap memiliki
terhindar dari pengetahuan lebih
xerostomia terkait penyakit
sehingga
4. Motivasi terus kecenderungan
pasien untuk pasien akan lebih
patuh terhadap mempercayai
diet cairan anjuran dari tenaga
kesehatan.
VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu Diagnosa Implementasi Respon Paraf
Selasa, 2 1 - Kaji adanya tanda kelebihan cairan: edema ekstremitas, Terdapat edema di kaki
edema periorbital, asites, suara paru ronchi, distensi dan ascites
Maret 2019
vena jugularis, BB meningkat dalam waktu cepat
Terjadi peningkatan
- Monitor berat badan pasien dan bandingkan dengan BB BB
kering
Klien masih dalam
- Kolaborasi: hemodialisa kondisi baik. Hanya
mengeluhkan sedikit
- Ajarkan manajemen nyeri: dengan teknik relaksasi pusing
napas dalam saat dilakukan penusukan
Klien dapat melakukan
- Monitor TTV: TD, HR, RR, suhu selama dan sesudah teknik relaksasi napas
kegiatan hemodialisa berlangsung dalam dengan baik

- Melakukan perawatan di area luka penusukan: Terjadi perubahan pada


dikompresi, dijaga untuk tetap bersih dan ditutup tekanan darah klien

Tidak terdapat respon


perdarahan lama dan
bengkak pada area
penusukan
2 - Jelaskan mengapa rasa haus bisa muncul pada pasien Klien dapat memahami
dengan gagal ginjal penjelasan perawat

- Ajarkan bagaimana cara mengatasi rasa haus tanpa Klien mengerti dan
harus meminum banyak air bersedia untuk
membatasi asupan
- Ganti gelas minum dengan gelas yang lebih kecil cairan

- Ganti cara minum bukan dengan meneguk tetapi Klien bersedia untuk
dengan menyeruput mengganti gelas
minum
- Jaga kebersihan oral untuk mencegah kondisi mulut
kering Klien menerima saran
dari perawat
- Motivasi terus pasien untuk patuh terhadap diet cairan
Klien rajin untuk
melakukan oral
hygiene

Klien mengatakan akan


lebih memperhatikan
asupan cairan
VII. EVALUASI KEPERAWATAN
No
Tgl Catatan Paraf
Dx
1 2 Maret 2018 S : Klien mengeluh lemas, pusing dan bengkak pada kaki dan perut
O:
Edema ekstremitas bawah (+)
Asites (+)
Terjadi peningkatan BB
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

2 2 Maret 2018 S:
- Pasien memahami alasan merasa haus
- Pasien mengetahui cara mengurangi haus
O: Pasien dapat menjawab pertanyaan perawat mengenai penyebab
haus dan cara menanganinya
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi bila motivasi menjaga asupan cairan pada pasien
menurun
DAFTAR PUSTAKA
Kaufman, D. P. & Knohl S. J. (2018). Physiology, Glomerular Filtration Rate
(GFR). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK50/
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. (2014). High
Blood Pressure & Kidney Disease. https://www.niddk.nih.gov/health-
information/kidney-disease/high-blood-pressure
National Kidney Foundation. (2017). Estimated Glomerular Filtration Rate.
https://www.kidney.org/atoz/content/gfr
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2017). Situasi Penyakit
Ginjal Kronis. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

You might also like