Professional Documents
Culture Documents
RUPTUR UTERI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
RULYANIS
SRI HARTINA HM
ISLAMIAH
BUNGA LESTARI
A. ARDIANSYAH
A. M ABD WAHAB BR
KEPERAWATAN B
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
RUPTUR UTERI
A. Definisi
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
2009)
B. Etiologi
uterus
C. Patofisiologi
Pada saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi, dinding
korpus uteri atau SAR menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi
lebih kecil. Akibatnya tubuh janin yang menempati korpus uteri terdorong ke
bawah dan ke dalam SBR. SBR menjadi lebih lebar karena dindingnya
menjadi lebih tipis karena tertarik ke atas oleh kontraksi SAR yang kuat,
segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian terbawah janin tidak dapat
atau kepala janin besar) maka volume korpus yang tambah mengecil pada
saat his harus diimbangi oleh perluasan SBR ke atas. Dengan demikian,
lingkaran retraksi fisiologi (physiologic retraction ring) semakin meninggi
ring) lingkaran patologik ini di sebut lingkaran Bandl (ring van Bandl). SBR
terus menerus tertarik ke arah proksimal, tetapi tertahan oleh serviks dan his
berlangsung kuat terus menerus tetapi bagin terbawah janin tidak kunjung
turun ke bawah melalui jalan lahir, lingkaran retraksi makin lama semakin
meninggi dan SBR semakin tertarik ke atas sembari dindingnya sangat tipis
hanya beberapa milimeter saja lagi. Ini menandakan telah terjadi ruptur
imminens dan rahim yang terancam robek pada saat his berikut berlangsung
dinding SBR akan robek spontan pada tempat yang tertipis dan terjadilah
perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada luas robekan yang terjadi dan
Ketika terjadi robekan, pasien merasa amat nyeri seperti teriris sembilu
dalam perutnya, dan his yang terakhir itu sekaligus mendorong tubuh janin.
Ruptura uteri yang tidak sampai ikut merobek perimetrium terjadi pada
bagian samping dan dekat kandung kemih. Di sini dinding serviks yang
meregang karena ikut tertarik kadang-kadang bisa ikut robek. Robekan pada
terdapat di dalam ligamentum latum. Jika robekan terjadi pada bagian dasar
perdarahan yang banyak dan di dalam parametrium di pihak yang robek, akan
terbentuk hematoma yang besar dan menimbulkan syok yang sering kali fatal.
Batas antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut lingkaran
Bandl. Lingkaran Bandl ini dianggap fisiologik bila terdapat 2-3 jari di atas
Ruptur uteri terutama disebabkan oleh peregangan yang luar biasa dari
uterus. Sedangkan kalau uterus telah cacat, mudah dimengerti karena adanya
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
1. Dramatis
a. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak
d. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah
ibu
i. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak
ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
2. Tenang
E. Klasifikasi
persalinan.
F. Pemeriksaan Penunjang
abdomen
adanya ekstrusi janin. Fundus uteri dapat terkontraksi dan erat dengan
regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami
hebat.
darah. HB < 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan anemia berat.
6. Urinalisis : hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.
(Manuaba : 2009)
G. Penatalaksanaan
antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah
baiknya
3. Konserfati
adalah :
H. Komplikasi
1. Gawat janin
2. Syok hipovolemik, terjadi kerena perdarahan yang hebat dan pasien tidak
3. Sepsis, yaitu infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana
ruptur uteri telah terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami
yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang luas dan
anak hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan
mendalam.
2013)
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, J., & Mose,J. 2015. Obstetri intervensi. Jakarta : Agung Seto
Pertama.Jakarta : Unicef
Manuaba, Ida Gede, dkk. 2009. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan
normal (4 kali kunjungan) disebuah pusat kesehatan didekat rumah sakit ini
selama kehamilan, yang dimulai pada usia 20 minggu kehamilan. Dia memiliki
riwayat kelahiran pervaginam 5 tahun yang lalu dengan bobot badan lahir bayi
sebesar 2800 gram, dan 3 tahun yang lalu pasien ini mengalami persalinan
dengan bayi meninggal dunia, penyebab kematian bayi dan berat lahir bayi tidak
belum dilakukan. Semua kehamilan berasal dari ayah yang sama. Pasien tidak
Pada beberapa hari sebelum masuk di rumah sakit, di usia kehamilan yang
masuk rumah sakit terjadi perdarahan pervagina secara tiba-tiba yang disertai
nyeri yang parah dan diikuti dengan penghentian kontraksi yang progresif.
Pada pemeriksaan awal, pasien dinyatakan sadar dengan kondisi pucat dan
lemah. Tekanan darah 60/30 mm Hg dengan denyut nadi 112 denyut permenit
dan lemah, RR 28x/Menit dengan irama cepat. Membran mukosa kering dan
konjungtiva putih. Perut buncit tidak teratur. Pada bagian perut yang teraba
adanya janin, bunyi jantung janin tidak terdengar, ada pergeseran perut kusam,
dan adanya sensasi perut. Hematokrit 12%. Cairan infus diserap dengan cepat.
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 27 Tahun
Agama: Nasrani
Nama : Tn. X
Umur : 30 Tahun
Agama: Nasrani
2. Riwayat kesehatan
pervagina secara tiba-tiba yang disertai nyeri yang parah dan diikuti
rumah sakit ini selama kehamilan, yang dimulai pada usia 20 minggu
lalu dengan bobot badan lahir bayi sebesar 2800 gram, dan 3 tahun
pembedahan.
3. Analisa Data
dengan penghentian
dan pucat
DS: Pasien merasa lemas Darh ke otak
Hipoksia
Anemis
Lemas, pucat
persalinannya
Kebutuhan O2 Meningkat
Takikardi
Sesak / Takipnea
4. Pemeriksaan Fisik
a. Observasi
Kesadaran : menurun
TD : 60/30 mmHg
Wajah : pucat
c. Abdomen
1) Perut buncit tidak teratur. Pada bagian perut yang teraba adanya
d. Genitalia
e. Ekstremitas
a. B1 (Breath)
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Auskultasi
b. B2 (Blood)
Pada pemeriksaan Palpasi nadi pasien: 112 x/menit dan lemah, dan pada
mengalami Anemia.
c. B3 (Brain)
kepala Akut.
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
perut yang teraba adanya janin, bunyi jantung janin tidak terdengar, ada
tiba yang disertai nyeri yang parah dan diikuti dengan penghentian
f. B6 (Bone)
rupture uteri
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
Kriteria hasil:
b. Hb normal (12-14g/dl)
c. TTV normal (T: 120/80 mmHg, RR: 20x/menit, S: 37,5 C, Nadi : 80-
100 x/memit)
No Intervensi Rasional
darah. hilang.
dalam tubuh
ibu.
jam
Kriteria hasil:
100 x/menit)
c. Klien tampak rileks
No Intervensi Rasional
yang dirasakan.
4. Rasional Beri posisi yang nyaman posisi yang nyaman dapat menghindari
mekanis
Kriteria Hasil : Tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah pasien
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau adanya pucat dan Mengumpulkan dan menganalisis
nafas
terpasang ventilator
pola pernapasan
No Intervensi Rasional
malaise)
mencuci tangan)
infeksi
No Intervensi Rasional
persalinan
tidakdiketahui
cemasnya cemas
yang tepat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
(inkomplit) (Cunningham,2005)
persalinan yang tidak tepat , Kelainan letak dan implantasi, plasenta contoh
B. Saran
yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid. Bila hasil
1. Tindakan segera yang dilakukan pada saat terjadi kasus rupture uteri untuk
a. Memberantas syok
b. Histerektomi total
c. konserfati
d. pemberian antibiotika
kecuali…
4. Salah satu factor resiko terjadinya rupture uteriakibat kehamilan lebih dari 5
a. Nullipara
b. Multipara
c. Grande multipara
d. Grande primipara
e. Primipara
5. Diagnose prioritas yang dapat diangkat pada pasien rupture uteri yaitu :
a. Nyeri akut
b. Resiko infeksi
c. Ansietas
d. Syok Hipovolemik