You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

RUPTUR UTERI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

RULYANIS

SRI HARTINA HM

ISLAMIAH
BUNGA LESTARI

A. ARDIANSYAH

A. M ABD WAHAB BR

KEPERAWATAN B

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR UTERI

A. Definisi

Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat

dilampauinya daya regang miomentrium. Perdarahan yang terjadi dapat

keluar melalui vagina atau ke intraabdomen. (Kemenkes RI. 2013)

Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau

dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral. (Manuaba :

2009)

B. Etiologi

1. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus

uterus

2. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau

persalinan yang lama

3. Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan

pada segmen bawah uterus ) (Manuaba : 2009)

C. Patofisiologi
Pada saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi, dinding

korpus uteri atau SAR menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi

lebih kecil. Akibatnya tubuh janin yang menempati korpus uteri terdorong ke

bawah dan ke dalam SBR. SBR menjadi lebih lebar karena dindingnya

menjadi lebih tipis karena tertarik ke atas oleh kontraksi SAR yang kuat,

berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi yang membatasi kedua

segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian terbawah janin tidak dapat

terdorong karena sesuatu sebab yang menahannya (misalnya panggul sempit

atau kepala janin besar) maka volume korpus yang tambah mengecil pada

saat his harus diimbangi oleh perluasan SBR ke atas. Dengan demikian,
lingkaran retraksi fisiologi (physiologic retraction ring) semakin meninggi

ke arah pusat melewati batas fisiologi menjadi patologi (pathologic retraction

ring) lingkaran patologik ini di sebut lingkaran Bandl (ring van Bandl). SBR

terus menerus tertarik ke arah proksimal, tetapi tertahan oleh serviks dan his

berlangsung kuat terus menerus tetapi bagin terbawah janin tidak kunjung

turun ke bawah melalui jalan lahir, lingkaran retraksi makin lama semakin

meninggi dan SBR semakin tertarik ke atas sembari dindingnya sangat tipis

hanya beberapa milimeter saja lagi. Ini menandakan telah terjadi ruptur

imminens dan rahim yang terancam robek pada saat his berikut berlangsung

dinding SBR akan robek spontan pada tempat yang tertipis dan terjadilah

perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada luas robekan yang terjadi dan

pembuluh darah yang terputus.

Ketika terjadi robekan, pasien merasa amat nyeri seperti teriris sembilu

dalam perutnya, dan his yang terakhir itu sekaligus mendorong tubuh janin.

Apabila robekannya cukup luas, tubuh janin sebagian atau seluruhnya

terdorong ke luar rongga rahim dan masuk ke rongga peritoneum. Melalui

robekan tersebut, usus dan omentum terkadang masuk ke dalamnya sehingga


bisa mencapai vagina dan bisa diraba pada waktu periksa dalam.

Ruptura uteri yang tidak sampai ikut merobek perimetrium terjadi pada

bagian rahim yang longgar hubungannya dengan peritoneum yaitu pada

bagian samping dan dekat kandung kemih. Di sini dinding serviks yang

meregang karena ikut tertarik kadang-kadang bisa ikut robek. Robekan pada

bagian samping bisa sampai melukai pembuluh-pembuluh darah besar yang

terdapat di dalam ligamentum latum. Jika robekan terjadi pada bagian dasar

ligamnetum latum, arteria rahim atau cabang-cabangnya bisa terluka disertai

perdarahan yang banyak dan di dalam parametrium di pihak yang robek, akan

terbentuk hematoma yang besar dan menimbulkan syok yang sering kali fatal.
Batas antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut lingkaran

Bandl. Lingkaran Bandl ini dianggap fisiologik bila terdapat 2-3 jari di atas

simphysis, Bila meninggi maka kita harus waspada terhadap kemungkinan

adanya rahim uteri mengancam.

Ruptur uteri terutama disebabkan oleh peregangan yang luar biasa dari

uterus. Sedangkan kalau uterus telah cacat, mudah dimengerti karena adanya

lokus minoris resistans. (Manuaba : 2009)

D. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.

1. Dramatis

a. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat

memuncak

b. Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri

c. Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )

d. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah

menurun dan nafas pendek ( sesak )

e. Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu


f. Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul

g. Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen

ibu

h. Bagian janin lebih mudah dipalpasi

i. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak

ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar

j. Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping

janin ( janin seperti berada diluar uterus ). (Kemenkes RI : 2013)

2. Tenang

a. Kemungkinan terjadi muntah


b. Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen

c. Nyeri berat pada suprapubis

d. Kontraksi uterus hipotonik

e. Perkembangan persalinan menurun

f. Perasaan ingin pingsan

g. Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )

h. Perdarahan vagina ( kadang-kadang )

i. Tanda-tanda syok progresif

j. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau

kontraksi mungkin tidak dirasakan

k. DJJ mungkin akan hilang (Kemenkes RI : 2013)

E. Klasifikasi

1. Berdasarkan lapisan dinding rahim

a. Ruptur uteri inkomplit

Keadaan robekan pada rahim dimana terjadi lapisan dimana lapisan

serosa atau perimetrium masih utuh.

b. Ruptur uteri komplit


Keadaan robekan pada rahim dimana terjadi pada ketiga lapisan

dinding rahim dan telah terjadi hubungan langsung antara rongga

amnion dan rongga peritoneum

2. Berdasarkan penyebab terjadinya

a. Ruptur uteri spontan

Keadaan robekan pada rahim karena kekuatan his semata.

b. Ruptur uteri violenta

Keadaan robekan pada rahim yang di sebabkan ada manipulasi

tenaga tambahan lain seperti induksi, atau stimulasi partus dengan


oksitosin atau yang sejenis atau dorongan yang kuat pada fundus dalam

persalinan.

c. Ruptur uteri traumatika

Keadaan robekan pada rahim yang di sebabkan oleh trauma pada

abdomen seperti kekerasan dalam rumah tangga dan kecelakaan lalu

lintas. (Manuaba : 2009)

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Umum. Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari

kehilangan darah akut, biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan intra

abdomen

2. Pemeriksaan Abdomen. Sewaktu persalinan, kontur uterus yang

abnormal atau perubahan kontur uterus yang tiba-tiba dapat menunjukkan

adanya ekstrusi janin. Fundus uteri dapat terkontraksi dan erat dengan

bagian-bagian janin yang terpalpasi dekat dinding abdomen diatas fundus

yang berkontraksi. Kontraksi uterus dapat berhenti dengan mendadak dan

bunyi jantung janin tiba-tiba menghilang. Sewaktu atau segera melahirkan,

abdomen sering sangat lunak, disertai dengan nyeri lepas mengindikasikan


adanya perdarahan intraperitoneum

3. Pemeriksaan Pelvis. Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami

regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami

ekstrusi ke dalam rongga peritoneum. Perdarahan pervaginam mungkin

hebat.

4. Laparoscopy : untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan

bentuk panggul / pelvis.

5. Pemeriksaan laboratorium. : HB dan hematokrit untuk mengetahui batas

darah HB dan nilai hematikrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan

darah. HB < 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan anemia berat.
6. Urinalisis : hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.

(Manuaba : 2009)

G. Penatalaksanaan

Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum

penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika,

antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah

melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi :

1. Histerektomi baik total maupun sub total

2. Histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit sebaik-

baiknya

3. Konserfati

4. F : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang cukup.

Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya

adalah :

1. Keadaan umum penderita

2. Jenis ruptur incompleta atau completa


3. Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak rata

dan sudah banyak nekrosis

4. Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim

5. Perdarahan dari luka : sedikit, banyak

6. Umur dan jumlah anak hidup

7. Kemampuan dan ketrampilan penolong (Effendi : 2015)

H. Komplikasi

1. Gawat janin
2. Syok hipovolemik, terjadi kerena perdarahan yang hebat dan pasien tidak

segera mendapat infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya

dalam waktu cepat digantikan dengan tranfusi darah.

3. Sepsis, yaitu infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana

ruptur uteri telah terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami

berbagai manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam

keadaan yang demikian pasien tidak segera memperoleh terapi antibiotika

yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang luas dan

menjadi sepsis pasca bedah.

4. Kecacatan dan morbiditas.

a. Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus belum punya

anak hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan

mendalam.

b. Kematian maternal/perinatal yang menimpa sebuah keluarga

merupakan komplikasi sosial yang sulit mengatasinya. (Kemenkes RI.

2013)
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, J., & Mose,J. 2015. Obstetri intervensi. Jakarta : Agung Seto

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan

Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Edisi

Pertama.Jakarta : Unicef

Manuaba, Ida Gede, dkk. 2009. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan

Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC


STUDY KASUS

Seorang wanita Ny. Y berusia 27 tahun dengan gravida 3, para 2, dirawat di

rumah sakit Pelamonia TK II Makassar karena nyeri perut berat selama

persalinannya, dengan penghentian kontraksi.

Kondisi kesehatan pasien baik. Pasien juga menerima perawatan kehamilan

normal (4 kali kunjungan) disebuah pusat kesehatan didekat rumah sakit ini

selama kehamilan, yang dimulai pada usia 20 minggu kehamilan. Dia memiliki

riwayat kelahiran pervaginam 5 tahun yang lalu dengan bobot badan lahir bayi

sebesar 2800 gram, dan 3 tahun yang lalu pasien ini mengalami persalinan

dengan bayi meninggal dunia, penyebab kematian bayi dan berat lahir bayi tidak

diketahui, otopsi tidak dilakukan. Ultrasonografi (USG) selama kehamilan ini

belum dilakukan. Semua kehamilan berasal dari ayah yang sama. Pasien tidak

memiliki riwayat penyakit atau prosedur pembedahan. Pasien juga tidak

melakukan sirkumsisi. Pasien tinggal didaerah pedesaan terpencil di Kab Takalar

dan tinggal bersama suami dan anak-anaknya.

Pada beberapa hari sebelum masuk di rumah sakit, di usia kehamilan yang

telah mencukupi untuk melahirkan, persalinan spontan dimulai dirumahnya


dengan dibantu oleh seorang dukun beranak. Sekitar 24 jam sebelum masuk

rumah sakit, dia mulai aktif mendorong/mengedan. Sekitar 3 jam sebelum

masuk rumah sakit terjadi perdarahan pervagina secara tiba-tiba yang disertai

nyeri yang parah dan diikuti dengan penghentian kontraksi yang progresif.

Pasien kemudian dibawa ke rumah sakit.

Pada pemeriksaan awal, pasien dinyatakan sadar dengan kondisi pucat dan

lemah. Tekanan darah 60/30 mm Hg dengan denyut nadi 112 denyut permenit

dan lemah, RR 28x/Menit dengan irama cepat. Membran mukosa kering dan

konjungtiva putih. Perut buncit tidak teratur. Pada bagian perut yang teraba

adanya janin, bunyi jantung janin tidak terdengar, ada pergeseran perut kusam,
dan adanya sensasi perut. Hematokrit 12%. Cairan infus diserap dengan cepat.

Setelah 30 menit kedatangan pasien dilakukan sebuah prosedur.


ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesis

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. Y

Umur : 27 Tahun

Alamat: Kab. Takalar

Pekerjaan: Ibu rumah tangga

Agama: Nasrani

b. Identitas Suami Pasien

Nama : Tn. X

Umur : 30 Tahun

Alamat: Kab. Takalar

Pekerjaan: Karyawan Swasta

Agama: Nasrani

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang


Sekitar 3 jam sebelum masuk rumah sakit terjadi perdarahan

pervagina secara tiba-tiba yang disertai nyeri yang parah dan diikuti

dengan penghentian kontraksi yang progresif

b. Riwayat Penyakit dahulu

Kondisi kesehatan pasien baik. Pasien juga menerima perawatan

kehamilan normal (4 kali kunjungan) disebuah pusat kesehatan didekat

rumah sakit ini selama kehamilan, yang dimulai pada usia 20 minggu

kehamilan. Dia memiliki riwayat kelahiran pervaginam 5 tahun yang

lalu dengan bobot badan lahir bayi sebesar 2800 gram, dan 3 tahun

yang lalu pasien ini mengalami persalinan dengan bayi meninggal


dunia, penyebab kematian bayi dan berat lahir bayi tidak diketahui,

otopsi tidak dilakukan.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit atau prosedur

pembedahan.

3. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DO: Adanya perdarahan Perdarahan Syok Hipovolemik

Pervagina dan Anemis

DS: Pasien mengatakan Darah ke perifer

banyak keluar darah secara

tiba-tiba yang disertai nyeri TD Menurun

yang parah dan diikuti

dengan penghentian

kontraksi yang progresif

DO: Pasien terlihat lemas Perdarahan Nyeri Akut

dan pucat
DS: Pasien merasa lemas Darh ke otak

Hipoksia

Anemis

Lemas, pucat

DO: Adanya tanda rupture Bayi terdorong ke rahim Nyeri akut

uteri yaitu : Perut buncit

tidak teratur, pada bagian Robekannya meluas


perut yang teraba adanya

janin, bunyi jantung janin Kontraksi meningkat

tidak terdengar, ada

pergeseran perut kusam, dan Nyeri Abdomen

adanya sensasi perut

DS: Pasien mengatakan

nyeri perut berat selama

persalinannya

DO: Pernafasan pasien Perdarahan Pola Nafas tidak

tampak dangkal dan cepat Efektif

RR : 28×menit) Darah ke perifer menurun

DS: Pasien mengeluh sesak

Kebutuhan O2 Meningkat

Jantung bekerja keras

Takikardi

Sesak / Takipnea

4. Pemeriksaan Fisik

a. Observasi

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : menurun

TD : 60/30 mmHg

Nadi : 112 x/menit

RR : 28x/menit cepat dan dangkal

CRT : >2 detik, anemis


b. Kepala dan leher

Rambut : tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.

Mata : konjungtiva anemis, sklera putih, pupil midriasis

Wajah : pucat

Dada : pergerakan seimbang

Payudara : konsistensi normal, hiperpigmentasi areola mamae

terlihat, puting menonjol, simetris

c. Abdomen

1) Perut buncit tidak teratur. Pada bagian perut yang teraba adanya

janin, bunyi jantung janin tidak terdengar, ada pergeseran perut

kusam, dan adanya sensasi perut.

2) perdarahan pervagina secara tiba-tiba yang disertai nyeri yang parah

dan diikuti dengan penghentian kontraksi yang progresif.

d. Genitalia

Perdarahan pervagina secara tiba-tiba

e. Ekstremitas

Edema (-), varises (-)


5. Pemeriksaan diagnsotik

a. Gol darah O rhesus (+)

b. HB: 11,5 (12-16 gr/dl )

c. Hematokrit: 12 % (Perempuan : 37-43 %)

6. Pemeriksaan ROS (Review of System) :

a. B1 (Breath)

1) Inspeksi

Pada pemeriksaan awal, pasien dinyatakan sadar dengan kondisi

pucat dan lemah. Tekanan darah 60/30 mm Hg dengan pernapasan


28x/menit dangkal dan cepat , membran mukosa kering dan

konjungtiva putih, perut buncit tidak teratur.

2) Palpasi

Nadi: 112 x/menit dan lemah

Pada bagian perut yang teraba adanya janin

3) Auskultasi

Bunyi jantung janin tidak terdengar

b. B2 (Blood)

Pada pemeriksaan Palpasi nadi pasien: 112 x/menit dan lemah, dan pada

pemeriksaan lab darah pasien dinyatakan Hematokrit 12% dan pasien

mengalami Anemia.

c. B3 (Brain)

Pasien mengalami perdarahan hebat yang mengakibatkan darah menuju

otak menurun sehingga beresiko anemis dan pasien mengalami Nyeri

kepala Akut.

d. B4 (Bladder)

Air kencing mengandung darah (karena kandung kencing teregang atau


tertekan).

e. B5 (Bowel)

Pada Pemeriksaan abdomen : Perut buncit tidak teratur, pada bagian

perut yang teraba adanya janin, bunyi jantung janin tidak terdengar, ada

pergeseran perut kusam, dan adanya sensasi perut.

Selain itu pasien juga mengalami perdarahan pervagina secara tiba-

tiba yang disertai nyeri yang parah dan diikuti dengan penghentian

kontraksi yang progresif.

f. B6 (Bone)

Ekstremitas atas dan bawah


1) Ujung-ujung ekstremitas teraba dingin karena perdarahan akibat

rupture uteri

2) Tidak ada oedema.

3) Refleks patella tidak di lakukan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Syok Hipovolemik b.d Perdarahan pervagina

2. Nyeri akut b.d Pusing dan Lemas, nyeri abdomen

3. Pola nafas Tidak efektif b.d sesak

4. Resiko infeksi b.d Robekan Kecil pada Kandung Kemih

5. Ansietas b.d Urine bercampur darah

C. Intervensi

1. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

Tujuan: Dalam waktu 1×24 jam volume cairan seimbang

Kriteria hasil:

a. CRT <2 detik

b. Hb normal (12-14g/dl)

c. TTV normal (T: 120/80 mmHg, RR: 20x/menit, S: 37,5 C, Nadi : 80-
100 x/memit)

No Intervensi Rasional

1. Kolaborasi pemberian transfusiMengganti volume cairan tubuh yang

darah. hilang.

2. Pantau intake dan output Dengan mengetahui intake dan output

cairan diketahui keseimbangan cairan

dalam tubuh

3. Setelah 24 jam anjurkan untukMinum yang sering dapat menambah

minum tiap jam pemasukan cairan melalui oral.

3. Kolaborasi pemberian cairan infuse pemberian cairan infus dapat mengganti


jumlah cairan elektrolit yang terbuang,

sehingga dapat mencegah keadaan yang

lebih buruk pada ibu.

4. Pantau TTV serta tanda-tandatekanan darah turun, suhu meningkat,

dehidrasi dan nadi meningkat merupakan tanda-

tanda dehidrasi dan hipovolemia. Dan

dengan mengobservasi tanda-tanda

kekurangan cairan dapat diketahui

sejauh mana kekurangan cairan pada

ibu.

2. Nyeri akut b.d Pusing dan Lemas, nyeri abdomen

Tujuan: Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang setelah 1x24

jam

Kriteria hasil:

a. Skala nyeri (0-3) dari (1-10)

b. TTV normal (T: 120/80 mmHg,RR : 20x/menit, S : 37.5 C, Nadi 80-

100 x/menit)
c. Klien tampak rileks

d. Kemajuan persalinan baik

No Intervensi Rasional

1. Tentukan sifat, lokasi dan durasiMembantu dalam mendiagnosa dan

nyeri, kaji kontraksi uterus,memilih tindakan

hemoragic dan nyeri tekan abdomen

2. Observasi tanda-tanda vital setiap 8perubahan tanda-tanda vital terutama

jam suhu dan nadi merupakan salah satu

indikasi peningkatan nyeri

3. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi dapat membuat klien


teknik relaksasi merasa sedikit merasa lebih nyaman

dan distraksi dapat mengalihkan

perhatian klien terhadap nyeri sehingga

dapat membantu mengurangi nyeri

yang dirasakan.

4. Rasional Beri posisi yang nyaman posisi yang nyaman dapat menghindari

penekanan pada area yang nyeri.

Kolaborasi pemberian analgetik

5. Berikan lingkungan yang nyaman,Teknik relaksasi dapat mengalihkan

tenang dan aktivitas (relaksasi)perhatian dan mengurangi rasa nyeri.

untuk mengalihkan nyeri

6. Kuatkan dukungan sosial/ dukunganDengan kehadiran keluarga akan

keluarga. membuat klien nyaman, dan dapat

mengurangi tingkat kecemasan dalam

melewati persalinan, klien merasa

diperhatikan dan perhatian terhadap


nyeri akan terhindari

7. Kolaborasi Pemberian narkotik, sedative, analgesik

pemberian narkotik, sedative, dapat mengurangi nyeri hebat.

analgesik sesuai instruksi dokter

3. Pola nafas Tidak efektif b.d sesak

Tujuan : Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventiklator

mekanis

Kriteria Hasil : Tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah pasien

dalam rentang normal

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau adanya pucat dan Mengumpulkan dan menganalisis

sianosis data pasien untuk memastikan

kepatenan jalan napas dan pertukaran

gas yang adekuat

2. Kaji kebutuhan insersi jalan Memantau status pernapasan

nafas

3. Observasi dan Memelihara serta mencegah

dekomentasikan ekspansi dada komplikasi yang berhubungan

bilateral pada pasien yang dengan penggunaannya

terpasang ventilator

4. Informasikan kepada pasien Memfasilitasi kepatenan jalan napas

dan keluarga tentang teknik

relaksasi untuk memperbaiki

pola pernapasan

5. Berikan obat (misal : Mengatasi kesulitan bernafas dan

bronkodilator) sesuai dengan meningkatkan aliran udara

program dan protocol

6. Tenangkan pasien selama Merelaksasi dan menenangkan

periode gawat napas pasien

7. Anjurkan napas dalam melalui Merelaksasi dan menenangkan

abdomen selama periode pasien serta memperlambat frekuensi

gawat napas pernapasan

8. Atur posisi pasien semifowler Mengoptimalkan pernafasan pasien

4. Resiko infeksi b.d Robekan Kecil pada Kandung Kemih

Tujuan : Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur

skrining dan pemantauan


Kriteria Hasil : Penyembuhan luka : Tingkat regenerasi sel dan jaringan

setelah penutupan luka secara sengaja

No Intervensi Rasional

1. Pantau tanda dan gejala infeksiMengidentifikasi adanya infeksi

(misalnya: suhu tubuh, denyut

jantung, drainase, penampilan luka,

sekresi, penampilan urine, suhu

kulit, lesi kulit, keletihan, dan

malaise)

2. Instruksikan untuk menjagaMencegah infeksi pada pasien yang

hygiene personal untuk melindungiberesiko

tubuh dari infeksi (misalnya,

mencuci tangan)

3. Jelaskan pada pasien dan keluargaMembantu pasien dan keluarga untuk

mengapa sakit dan terapimemahami segala sesuatu yang dapat

meningkatkan risiko terhadapmeningkatkan risiko terhadap infeksi

infeksi

4. Ajarkan kepada pengunjung untuk Menimalkan penyebaran dan penularan

mencuci tangan sewaktu masuk danagens infeksius

meninggalkan ruang pasien

5. Berikan antibiotic bila di Menimalkan penyebaran dan

perlukan penularan agens infeksius

6. Batasi jumlah pengunjung Menimalkan penyebaran dan

penularan agens infeksius

5. Ansietas b.d Urine bercampur darah

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan

mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.


Kriteria Hasil : Pasien dapat mengatasi rasa cemasnya

No Intervensi Rasional

1. Kaji respon psikologis klienPersepsi klien mempengaruhi intensitas

terhadap perdarahan paskacemasnya

persalinan

2. Kaji respon fisiologis klienPerubahan tanda vital menimbulkan

( takikardia, takipnea, gemetar ) perubahan pada respon fisiologis

3. Perlakukan pasien secara kalem,Memberikan dukungan emosi

empati, serta sikap mendukung

4. Berikan informasi tentangInformasi yang akurat

perawatan dan pengobatan dapat mengurangi cemas dan takut yang

tidakdiketahui

5. Bantu klien mengidentifikasi rasa Ungkapan perasaan dapat mengurangi

cemasnya cemas

6. Kaji mekanisme koping yang Cemas yang berkepanjangan dapat

digunakan klien dicegah dengan mekanisme koping

yang tepat.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ruptur uteri adalah robekan yang dapat langsung terhubung dengan

rongga peritonium (komplet) atau mungkin di pisahkan darinya oleh


peritoneum viseralis yang menutupi uterus oleh ligamentum latum

(inkomplit) (Cunningham,2005)

Faktor Predisposisi lainnya yang dapat mengakibatkan Rupture Uteri yaitu

: Multiparitas / grandemultipara, Pemakaian oksitosin untuk induksi/stimulasi

persalinan yang tidak tepat , Kelainan letak dan implantasi, plasenta contoh

pada plasenta akreta, plasenta inkreta/plasenta perkreta, Kelainan bentuk

uterus umpamanya uterus bikornis, Hidramnion.

B. Saran

Pada penanganan Ruptur uteri tersebut di harapkan terutama dalam

pencegahan terhadap infeksi . Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan

antibiotika spektrum luas. Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia/luka

yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid. Bila hasil

anamnesis tidak dapat memastikan perlindungan terhadap tetanus, berikan

serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5 ml IM .


Soal…

1. Tindakan segera yang dilakukan pada saat terjadi kasus rupture uteri untuk

mencegah komplikasi yang lebih lanjut adalah…

a. Memberantas syok

b. Histerektomi total

c. konserfati

d. pemberian antibiotika

2. Dibawah ini merupakan manifestasi klinis rupture uteri secara dramatis,

kecuali…

a. Perdarahan pervagina dalam jumlah sedikit

b. Bagian janin lebih mudah dipalpasih

c. Perasaan ingin pingsan

d. Peningkatan kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri

3. Sebutkan penyebabkan terjadinya rupture uteri violenta…

a. Karena terjadinya nyeri hebat

b. Karena kekuatan His semata

c. Karena adanya trauma abdomen


d. Karena adanya manipulasi tenaga lain seperti induksi dan sejenis

dorongan yang kuat pada fundus saat persalinan

4. Salah satu factor resiko terjadinya rupture uteriakibat kehamilan lebih dari 5

kali melahirkan bayi baik hidup ataupun meninggal, disebut…

a. Nullipara

b. Multipara

c. Grande multipara

d. Grande primipara

e. Primipara

5. Diagnose prioritas yang dapat diangkat pada pasien rupture uteri yaitu :
a. Nyeri akut

b. Resiko infeksi

c. Ansietas

d. Syok Hipovolemik

e. Pola nafas tidak efektif

You might also like