You are on page 1of 57

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1. UMUM
Bab ini menjelaskan garis besar metode pelaksanaan yang direkomendasikan untuk
pekerjaan utama sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dan spesifikasi. Selain
itu juga disebutkan pekerjaan persiapan dan segala fasilitas yang menunjang
pelaksanaan pekerjaan pembangunan Bendungan Bulango Ulu.
Metode pelaksanaan dan urutan pekerjaan direncanakan berdasarkan jenis
pekerjaan dan waktu yang telah ditentukan untuk pelaksanaannya, dengan
pertimbangan bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan maksimal, sesuai dengan
keadaan cuaca dan kondisi geologi yang ada, kondisi topografi di lapangan dan
metode yang umum dipergunakan.

3.2. KONDISI DASAR


Untuk menganalisa metode pelaksanaan dan urutan pekerjaan, telah
dipertimbangkan kondisi dasar, data dan asumsi yang diambil sebagaimana item
sebagai berikut.
3.2.1. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pelelangan, termasuk prakualifikasi untuk pekerjaan ini yang dilaksanakan
sebelum pelaksanaan pekerjaan, yaitu setelah selesainya pengaturan keuangan
(biaya pekerjaan).
2. Pelaksanaan pekerjaan, termasuk pekerjaan persiapan, yang diselesaikan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.
3.2.2. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan
Tahap pelaksanaan pekerjaan Bendungan Bulango Ulu dibagi dalam 4 (empat)
tahapan, yang nantinya disesuaikan dengan metode pengelakan air sungai.
Tahap pertama, diprioritaskan pada pekerjaan persiapan dalam pelaksanaan
pekerjaan, yang meliputi pembebasan tanah, penyiapan kantor lapangan, barak
kerja, penyediaan air bersih dan sanitasi, penyediaan sarana penerangan, sarana
telekomunikasi, dan laboratorium lapangan. Sebelumnya, pekerjaan galian harus
diselesaikan untuk pembuatan jalan masuk yang akan dilewati oleh alat berat pada
tahapan pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
Tahap kedua, sementara pekerjaan jalan dilanjutkan, pekerjaan konstruksi harus
sudah dimulai, meliputi pekerjaan galian dan steel support pada terowongan
pengelak, pekerjaan galian pada cofferdam, pekerjaan dewatering, pekerjaan galian
pada bendungan utama, pekerjaan galian pada pelimpah, dilanjutkan dengan
grouting, drainasi, dan shotcrete, serta pekerjaan tulangan dan bekisting, ruang
operasional, rock bolt dan drainasi pada bangunan pengambilan (intake).
Tahap ketiga, melanjutkan pembangunan bendungan pengelak dan bendungan
utama, pekerjaan pembetonan dan urugan kembali pada bangunan pengambilan
(intake), pekerjaan pipa pesat dan melaksanakan pekerjaan hidromekanikal yang
meliputi pengadaan dan fabrikasi.
Tahap keempat, melanjutkan pembangunan bendungan utama yang meliputi
pekerjaan timbunan, pemasangan instrumentasi, dan perkerasan puncak
bendungan, melanjutkan pekerjaan hidromekanikal, pembangunan bangunan
penunjang, pekerjaan listrik, pelaksanaan plugging pada terowongan pengelak, dan
pembuatan powerhouse. Dan terakhir adalah impounding (penggenangan waduk).
3.2.3. Hari Dapat Bekerja Pada Pelaksanaan Pekerjaan
Data curah hujan di lokasi pekerjaan diketahui dari curah hujan harian di Stasiun
Hujan Dulamayo. Berdasarkan analisa, musim kering dimulai bulan April sampai
degan bulan Agustus, sedangkan musim hujan dimulai bulan September sampai
bulan Maret.
Perkiraan jumlah hari untuk dapat bekerja pada pekerjaan ini dianalisa berdasarkan
data curah hujan harian, yang dicatat pada Stasiun Hujan Dulamayo. Curah hujan
bulanan Stasiun Hujan Dulamayo disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Curah Hujan Bulanan di Stasiun Dulamayo
Bulan 0 - 2 mm 2 - 5 mm 5 - 10 mm 10 - 30 mm > 30 mm
Jan 16 5 4 7 3
Peb 18 7 2 7 2
Mar 23 2 6 6 4
Apr 20 1 3 6 3
Mei 17 2 3 3 4
Jun 12 2 2 7 2
Jul 11 2 2 6 2
Ags 13 3 3 2 2
Sep 12 2 2 3 1
Okt 14 3 2 4 1
Nov 18 5 3 5 3
Des 19 7 7 5 4
Untuk pekerjaan tanah, khususnya pekerjaan timbunan dilaksanakan secara
menerus baik itu musim hujan maupun musim kemarau, dimana pada musim hujan
disesuaikan dengan kondisi curah hujan yang turun, yaitu harus dihentikan apabila
curah hujan yang terjadi lebih dari 3 mm. Sedangkan pekerjaan beton harus
dihentikan apabila curah hujan yang terjadi lebih dari 10 mm.
Jumlah hari untuk setiap pekerjaan, dinyatakan dalam koefisien, yang diperkirakan
sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Jumlah Hari Dapat Bekerja


Berdasarkan analisa kondisi yang dijabarkan diatas, maka jumlah hari dalam 1
(satu) tahun agar bisa bekerja untuk setiap pekerjaan adalah sebagai berikut.
1. Pekerjaan timbunan tanah : 150 hari
2. Pekerjaan timbunan filter : 197 hari
3. Pekerjaan galian tanah : 212 hari
4. Pekerjaan beton : 241 hari
3.2.4. Koefisien Konversi Volume Tanah
Volume tanah selalu berubah sesuai dengan perlakuan yang diterimanya. Tanah
terbagi menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu :
1. Tanah Asli, tanah yang belum mendapat perlakuan apa apa dari manusia, seperti
tanah perbukitan yang belum terjamah.
2. Tanah Lepas, tanah yang sudah mendapatkan perlakuan dari manusia, seperti
tanah hasil penggalian.
3. Tanah Padat, tanah yang telah dipadatkan baik secara manual maupun
menggunakan bantuan peralatan.
Perkiraan / asumsi koefisien konversi volume tanah disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.3. Koefisien Konversi Volume Tanah
Kondisi Kondisi Tanah Rencana
Jenis Tanah Tanah
Eksisting Asli Lepas Padat
Tanah Asli 1,00 1,11 0,95
Pasir Tanah Lepas 0,90 1,00 0,86
Tanah Padat 1,05 1,17 1,00
Tanah Liat Tanah Asli 1,00 1,25 0,90
Berpasir / Tanah Lepas 0,80 1,00 0,72
Tanah Biasa Tanah Padat 1,11 1,39 1,00
Tanah Asli 1,00 1,25 0,90
Tanah Liat Tanah Lepas 0,70 1,00 0,63
Tanah Padat 1,11 1,59 1,00
Tanah Asli 1,00 1,18 1,08
Tanah Campur
Tanah Lepas 0,85 1,00 0,91
Kerikil
Tanah Padat 0,93 1,10 1,00
Tanah Asli 1,00 1,13 1,03
Kerikil Tanah Lepas 0,88 1,00 0,91
Tanah Padat 0,97 1,10 1,00
Tanah Asli 1,00 1,42 1,29
Kerikil Kasar Tanah Lepas 0,70 1,00 0,91
Tanah Padat 0,77 1,10 1,00
Pecahan Tanah Asli 1,00 1,65 1,22
Padas / Tanah Lepas 0,61 1,00 0,74
Batuan Lunak Tanah Padat 0,82 1,35 1,00
Pecahan Tanah Asli 1,00 1,70 1,31
Granit / Batuan Tanah Lepas 0,59 1,00 0,77
Keras Tanah Padat 0,76 1,30 1,00
Kondisi Kondisi Tanah Rencana
Jenis Tanah Tanah
Eksisting Asli Lepas Padat
Tanah Asli 1,00 1,75 1,40
Pecahan Batu Tanah Lepas 0,57 1,00 0,80
Tanah Padat 0,71 1,24 1,00
Tanah Asli 1,00 1,80 1,30
Batuan Hasil
Tanah Lepas 0,56 1,00 0,72
Peledakan
Tanah Padat 0,77 1,38 1,00
sumber : P2HSPP Suplemen P.5

3.2.5. Produksi Alat Rata - Rata Tiap Jam


Material tanah diambil dari borrow area yang ada di sekitar daerah genangan
dengan jarak maksimum 4,0 km dari lokasi tapak bendungan. Material filter halus
diambil dari quarry di hulu tapak bendungan dengan jarak maksimum 4,0 km dan
material kerikil diambil dengan jarak 500 meter sampai dengan 4,0 km dari hilir
lokasi tapak bendungan pada alur Sungai Mongilo, sedangkan material batuan
untuk timbunan bendungan diambil dari quarry di hulu tapak bendungan yang
berjarak sekitar 1,0 - 4,0 km dari lokasi tapak bendungan berupa batuan diorit.
Agregat kasar dan halus untuk campuran beton diambil dari produk alat pemecah
batu di quarry genangan, yang berlokasi  4,0 km dari lokasi tapak bendungan.
Jarak dan sumber material disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.4. Jarak Borrow Area dan Quarry Area
Jarak
No. Lokasi
(km)
1. Borrow area lempung diambil dari bagian hulu tapak bendungan di 1,0 - 4,0
areal genangan.
2. Filter halus diambil dari quarry genangan. 1,0 - 4,0
3. Kerikil untuk zona transisi diambil dari quarry genangan. 1,0 - 4,0
4. Random galian pondasi diambil dari bekas galian pondasi tapak 0,0 - 2,0
bendungan.
5. Timbunan random batu diambil dari quarry genangan. 1,0 - 4,0
6. Bahan rip - rap diambil dari quarry genangan. 1,0 - 4,0
7. Agregat beton diambil dari quarry genangan. 1,0 - 4,0
Selanjutnya material - material tersebut disimpan di stockpile untuk diproses terlebih
dahulu sebelum ditempatkan di daerah timbunan atau digunakan sebagai agregat
campuran beton. Produksi rata - rata ini dihitung berdasarkan kondisi lapangan dan
koefisien dari konversi volume tanah. Sedang jarak angkut rata - rata dapat
diasumsikan pada tabel berikut.

Tabel 3.5. Jarak Angkut Rata - Rata


Jarak Angkut
Asal - Tujuan
No. Material Rata - Rata
Material
(m)
1 Cofferdam
- Galian ke spoil bank 1000
- Timbunan Inti dari borrow area 2000
- Timbunan Filter Halus dari stockpile 2000
- Timbunan Batu dari quarry 2000
- Rip - rap dari quarry 2000
2 Bendungan
- Galian Main Dam ke spoil bank 1000
- Timbunan Inti dari borrow area 2000
- Galian Batu ke spoil bank 1000
- Timbunan Filter Halus dari stockpile 2000
(zona 2a)
- Timbunan Filter Kasar dari stockpile 2000
(zona 2b)
- Timbunan Batu dari quarry 2000
- Rip - rap dari quarry 2000
3 Spillway / Pelimpah
- Galian ke spoil bank 1000
- Timbunan Random dari stockpile 2000
- Agregat Beton dari quarry 2000
3.2.6. Pemilihan Pemakaian Alat Berat dan Metode Pelaksanaan
Untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor yang terpilih harus membuat
rencana kerja pelaksanaan dan peralatan berat yang digunakan berdasarkan
pertimbangannya sendiri.
Untuk mendapatkan masa pelaksanaan yang efisien, diperlukan sistem
pelaksanaan menggunakan peralatan konvensional maupun menggunakan alat -
alat berat dengan mempertimbangkan besarnya beban pekerjaan, jadwal
pelaksanaan dan kondisi di lapangan.

Gambar 3.1. Bagan Alir Penentuan Metode Pelaksanaan

3.2.7. Bahan - Bahan Bangunan


Bahan - bahan bangunan yang digunakan sebagai bagian utama dari konstruksi
tubuh bendungan dan bendungan pengelak adalah :
1. Timbunan Inti (Zona 1) » Lempung (Clay)
Material zona inti kedap air (zona 1) merupakan material galian dari tempat
pengambilan tanah (borrow area) seperti ditunjukkan pada gambar, kecuali
apabila ditunjuk oleh direksi.
Pada pekerjaan pembangunan Bendungan Bulango Ulu, material timbunan inti
kedap air (zona 1) diperoleh dari borrow area yang terletak di hulu bendungan.
Kebutuhan timbunan inti kedap air (Zona 1) diperkirakan sebesar 528.093,66 m3
(timbunan inti bendungan utama dan cofferdam).
Alat yang digunakan meliputi :
a. Excavator PC 200, untuk loading hasil galian maupun menggali quarry.
b. Bulldozer, untuk membersihkan lapisan permukaan.
c. Dump Truck, untuk mengangkut hasil galian ke spoil bank maupun stockpile.
2. Timbunan Filter Halus (Zona 2a) » Pasir (Sand)
Material yang digunakan untuk zona filter halus berasal dari endapan alluvial
sungai yang didapat dari borrow area atau dari galian pondasi bendungan,
material batuan atau batuan lapuk yang berasal dari galian bangunan pelimpah
atau struktur lainnya, atau dari tempat yang telah disetujui lainnya dan diproses
melalui penghancuran, pembagian kelas dan pencucian sebagaimana perlu
untuk mendapatkan gradasi yang diperlukan dan sudah ditetapkan.
Material harus bersih, tidak berkohesi terutama terdiri dari pasir dan kerikil
dengan ukuran butir maksimum 20 (dua puluh) cm dan harus mengandung lebih
kecil dari fraksi ayakan No. 200 dalam jumlah kurang dari 5 (lima) % dan lebih
besar dari fraksi ayakan No.4 (4.76 mm) dalam jumlah kurang dari 35 (tiga puluh
lima) %.
Pada pekerjaan pembangunan Bendungan Bulango Ulu, material timbunan filter
halus (zona 2a) diperoleh dari quarry genangan yang kemudian disimpan di
stockpile. Kebutuhan timbunan filter halus diperkirakan sebesar 237.047,36 m3
(timbunan filter halus bendungan utama dan cofferdam).
Alat yang digunakan meliputi :
a. Stone Crusher, untuk memecah batu dengan kapasitas 25 m3 per jam.
b. Wheel Loader, untuk mengangkut hasil crushing dan mixing.
c. Dump Truck, untuk mengangkut material ke spoil bank maupun stockpile.

3. Timbunan Transisi (Zona 2b) » Kerikil (Gravel)


Material yang digunakan untuk zona transisi berasal dari endapan alluvial sungai
yang didapat dari borrow area atau dari galian pondasi bendungan, material
batuan atau batuan lapuk yang berasal dari galian bangunan pelimpah atau
struktur lainnya, atau dari tempat yang telah disetujui lainnya dan diproses
melalui penghancuran, pembagian kelas dan pencucian sebagaimana perlu
untuk mendapatkan gradasi yang diperlukan dan sudah ditetapkan.
Material harus bersih, tidak berkohesi terdiri dari andesit dengan ukuran butiran
maksimum 40 (empat puluh) cm dan harus mengandung lebih kecil dari fraksi
ayakan No.200 dalam jumlah kurang dari 2 (dua) % dan lebih kecil dari fraksi
ayakan No.4 (4.76 mm) dalam jumlah kurang dari 30 (tiga puluh)%.
Pada pekerjaan pembangunan Bendungan Bulango Ulu, material timbunan filter
kasar / transisi (zona 2b) diperoleh dari quarry genangan yang kemudian
disimpan di stockpile. Kebutuhan timbunan filter kasar / transisi diperkirakan
sebesar 213.801,03 m3 (timbunan filter kasar / transisi bendungan utama dan
cofferdam).
Alat yang digunakan meliputi :
a. Stone Crusher, untuk memecah batu dengan kapasitas 25 m3 per jam.
b. Wheel Loader, untuk mengangkut hasil crushing dan mixing.
c. Dump Truck, untuk mengangkut material ke spoil bank maupun stockpile.
4. Timbunan Random Batu (Zona 3) » Random Batu (Rock Random)
Material untuk zona isian batu pada timbunan bendungan harus diperoleh dari
tempat quarry atau daerah lain yang disetujui oleh direksi dan harus berupa
campuran batu yang cukup keras, awet, batu bergradasi baik, bongkahan dan
kerikil dengan ukuran partikel maksimum lebih kecil dari 100 (seratus) cm.
Material harus berupa campuran pilihan yang mempunyai ukuran partikel
maksimum 100 (seratus) cm, lebih besar fraksi ayakan No.4 (4,76 mm) diatas 80
(delapan puluh) % dan lebih kecil fraksi ayakan No.200 (0,074 mm) lebih kecil
dari 1 (satu) %.
Material timbunan filter random batu diperoleh dengan cara blasting maupun
galian dari quarry genangan yang kemudian disimpan di stockpile. Kebutuhan
timbunan random batu diperkirakan sebesar 3.326.660,73 m3 (timbunan random
batu bendungan utama dan cofferdam).
Alat yang digunakan meliputi :
a. 1 set alat peledakan meliputi CRD, detonator, bahan peledak (bila diperlukan)
b. Excavator dan Breaker
c. Dump Truck
d. Excavator PC 400
5. Timbunan Rip - rap (Zona 4) » Batu (Rock)
Material untuk rip - rap harus diperoleh dari tempat quarry atau daerah lain yang
disetujui oleh direksi dan harus berupa campuran batu yang cukup keras, awet,
batu bergradasi baik, bongkahan dan kerikil dengan ukuran partikel maksimum
lebih kecil dari 100 (seratus) cm. Material harus berupa campuran pilihan yang
mempunyai ukuran partikel maksimum 100 (seratus) cm, lebih besar fraksi
ayakan No.4 (4,76 mm) diatas 80 (delapan puluh) % dan lebih kecil fraksi ayakan
No.200 (0,074 mm) lebih kecil dari 1 (satu) %.
Material timbunan rip - rap diperoleh dengan cara blasting dari quarry genangan
yang kemudian disimpan di stockpile. Kebutuhan timbunan rip - rap diperkirakan
sebesar 100.523,63 m3 (timbunan rip - rap bendungan utama dan cofferdam).
3.2.8. Lokasi Stockpile dan Spoil Bank
1. Stockpile
Stockpile direncanakan terletak di hulu bendungan utama, sekitar area
genangan, dengan jarak kira - kira 500 m sampai dengan 1000 m dari tapak
bendungan, dengan tinggi timbunan diperkirakan setinggi 4 m.
2. Spoil Bank
Spoil bank yang direncanakan merupakan curah yang dalam dan terletak di sisi
jalan menuju ke arah bendungan dari desa terdekat.

3.3. VOLUME PEKERJAAAN


Volume pekerjaan yang diperlukan untuk pembangunan ini telah dihitung dari
gambar perencanaan.
3.4. PEKERJAAN PERSIAPAN DAN FASILITAS PELAKSANAAN
3.4.1. Gambaran Umum
Dasar perencanaan dari pekerjaan persiapan dan fasilitas pelaksanaan yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi struktur permanen akan digambarkan di
bagian ini. Pekerjaan ini meliputi mobilisasi peralatan dan tenaga, pembebasan
lahan, jalan masuk, sistem penyediaan listrik, sistem penyediaan air, sistem
telekomunikasi, crushing plant, screening plant dan batching plant.
Untuk pelaksanaan sistem pengelak aliran sungai direncanakan mulai pertengahan
bulan ke empat sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Bangunan
sementara dan pemasangan peralatan konstruksi, termasuk crushing plant,
screening plant dan concrete batcher plant dibangun pada awal bulan ke - 4 (empat)
tahun pertama.
3.4.2. Jalan Masuk (Jalan Akses)
Jalan akses menuju lokasi rencana bendungan merupakan jalan yang sudah ada
(eksisting) dengan kondisi bervariasi mulai dari rusak sampai baik. Lebar bahu jalan
pada jalan eksisting berkisar antara 3,5 m sampai 5 m, dan disekitarnya terdapat
perumahan penduduk / perkampungan. Setelah perumahan penduduk /
perkampungan terakhir, jalan menuju lokasi rencana bendungan merupakan jalan
pada tipikal di daerah perbukitan.
Konstruksi jalan masuk / jalan akses direncanakan sejauh 500 m. Proses
pembangunan dimulai dengan pembersihan lahan (clearing dan grubbing) untuk
kemudian dibuang ke spoil bank sejauh 1 km. Kemudian dilanjutkan dengan
penggalian sedalam 0,5 m menggunakan excavator, dimana material hasil galian
berupa 22.500 m3 galian tanah dan 2.500 m3 galian batu dibuang ke spoil bank
dengan jarak 1 - 2 km. Hamparan lapisan subgrade agregat kelas A setebal 15 cm
diratakan menggunakan bulldozer, dengan volume 600 m3 menjadi lapisan dasar,
dilanjutkan dengan lapisan kedua berupa lean mean concrete menggunakan beton
K-125 setebal 10 cm dengan volume 300 m3. Lapisan paling atas berupa perkerasan
rigid pavement menggunakan beton K-300, dengan ketebalan 25 cm dengan
volume 750 m3. Tebing disisi jalan dilapisi dengan shotcrete setebal 10 cm dengan
perkuatan steel wiremesh yang dipancang menggunakan rockbolt kedalam tebing.
Untuk mengurangi tekanan air pada lapisan perkuatan dinding tebing, dipasang
weep hole / lubang drainase yang terbuat dari pipa PVC di setiap jarak 1 m.
Pembangunan Bendungan Bulango Ulu juga memerlukan relokasi jalan sejauh 14,3
km. Proses pembangunan jalan relokasi ini serupa dengan pembangunan jalan
masuk / jalan akses. Proses pembangunan dimulai dengan pembersihan lahan
(clearing dan grubbing) untuk kemudian dibuang ke spoil bank sejauh 1 km.
Kemudian dilanjutkan dengan penggalian sedalam 0,5 m menggunakan excavator,
dimana material hasil galian berupa 321.750 m3 galian tanah dan 57.200 m3 galian
batu dibuang ke spoil bank dengan jarak 0,5 - 1 km. Hamparan lapisan subgrade
agregat kelas A setebal 15 cm dengan volume 12.870 m3 menjadi lapisan dasar,
dilanjutkan dengan lapisan kedua berupa lean mean concrete menggunakan beton
K-125 setebal 10 cm dengan volume 8,580 m3. Lapisan paling atas berupa
perkerasan rigid pavement menggunakan beton K-300, dengan ketebalan 25 cm
dengan volume 21.450 m3. Tebing disisi jalan dilapisi dengan shotcrete setebal 10
cm dengan perkuatan steel wiremesh yang dipancang menggunakan rockbolt
kedalam tebing. Untuk mengurangi tekanan air pada lapisan perkuatan dinding
tebing, dipasang weep hole / lubang drainase yang terbuat dari pipa PVC di setiap
jarak 1 m.
3.4.3. Bangunan Sementara
Bangunan sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan direncanakan terletak di
bagian hulu sekitar 200 m dari lokasi tapak bendungan. Kantor PU / direksi keet
seluas 120 m2 dan kantor kontraktor seluas 300 m2 terletak berdekatan dengan
barak kerja seluas 300 m2. Selain bangunan utama tersebut harus dibangun pula
laboratorium lapangan, crushing plant, screen plant, batching plant. Sementara
lokasi parkir alat berat direncanakan disekitar rencana saluran pengelak. Total luas
bangunan sementara diperkirakan sekitar 1.420 m2, dengan total kebutuhan luas
tanah seluas 2.840 m2. Bangunan - bangunan ini dilengkapi dengan jaringan listrik
dan jaringan air bersih untuk menunjang aktivitas para pekerja pembangunan
Bendungan Bulango Ulu.
Tabel 3.6. Luas Bangunan Sementara dan Kebutuhan Luas Tanah
Luas Luas
No. Keterangan Bangunan Tanah
(m2) (m2)
1. Kantor PU / Direksi Keet 120 240
2. Kantor Kontraktor 300 600
3. Barak Kerja 300 600
Sub Total 1 720 1.440
4. Concrete Batcher Plant 100 200
5. Crushing Plant 200 400
6. Screen Plant 100 200
7. Laboratorium dan Lain - Lain 300 600
Sub Total 2 700 1400
Total 1.420 2.840
Pembebasan tanah diperlukan untuk bangunan sementara dan fasilitas
pelaksanaan yang diatur oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat dalam ijin pelaksanaannya, di lokasi tapak bendungan termasuk
pembebasan tanah untuk daerah genangan. Kebutuhan luas tanah untuk konstruksi
bangunan sementara diperkirakan seluas 2.840 m2.
3.4.4. Sistem Penyediaan Listrik
Sumber listrik untuk kebutuhan penerangan bangunan dan penunjang aktivitas para
pekerja, serta beberapa proses pengujian material konstruksi bersumber dari PT.
PLN dengan spesifikasi 380 V, 50 Hz, 3 phase, 4 kw, 33 kVA. Selain kebutuhan
diatas, listrik dari PT. PLN juga digunakan untuk keperluan sistem kontrol pada
panel penggerak motor.

Sumber tenaga listrik lainnya bersumber dari mesin diesel, yang terdiri dari 2 (dua)
buah mesin generator diesel yang masing - masing berkapasitas 80 kVA, dimana
salah satu mesin tersebut digunakan sebagai cadangan. Sistem pengoperasiannya
mengaplikasikan sistem interlock dengan listrik yang bersumber dari PT. PLN,
sehingga apabila listrik dari PLN mengalami gangguan, secara otomatis sistem
mengganti suplai listrik ke generator diesel. Kegunaan utama generator diesel
hanya untuk mengoperasikan motor - motor penggerak pintu bendungan.

Tabel 3.7. Kebutuhan Penerangan Gedung


No. Keterangan Kapasitas
(VA)
1. Barak Kerja 3.500
2. Kantor PU / Direksi Keet 2.200
3. Kantor Kontraktor 3.500
4. Rumah Diesel Generator 1.300
5. Rumah Pintu Pengeluaran 3.500
6. Rumah Pintu Pengambilan 1.300
7. Mushola dan Rumah Jaga 900
8. Laboratorium dan Bengkel 3.500
9. Rumah Dinas (2 unit) 3.500
Sub Total 23.200
10. Penerangan Jalan 6.600
Sub Total 6.600
Total 29.800
3.4.5. Sistem Penyediaan Air
Ketersediaan air di lokasi pekerjaan mutlak dijaga kontinuitasnya, karena sangat
erat kaitannya dengan keberhasilan pelaksanaan pembangunan Bendungan
Bulango Ulu. Sistem penyediaan air untuk pelaksanaan kontruksi memanfaatkan air
di hulu tapak bendungan, dengan cara menampung air dari Sungai Mongilo,
kemudian dengan bantuan pompa dialirkan kedalam tandon untuk kemudian
dialirkan lagi menuju titik di lokasi yang membutuhkan air, atau langsung dialirkan
menuju titik di lokasi pekerjaan yang membutuhkan air tanpa harus ditampung di
tandon.
Sedangkan air bersih untuk kebutuhan sanitasi dan peribadatan menggunakan air
Sungai Mongilo yang dialirkan ke bak saringan pasir lambat sebagai media filtrasi,
untuk kemudian air yang sudah relatif bersih tersebut dialirkan kedalam tandon
dengan bantuan pompa, lalu dari tandon dialirkan melalui jaringan pipa ke bangunan
- bangunan tempat dimana para personil beraktivitas. Setelah dibangun bendungan
pengelak, air diambil dari outlet terowongan pengelak dengan bantuan pompa.
Untuk kebutuhan konsumsi, air yang digunakan adalah air dalam kemasan yang
lebih terjamin kebersihannya / lebih higienis.
3.4.6. Sistem Telekomunikasi
Komunikasi yang baik dan berlangsung 2 (dua) arah antara personil kontraktor dan
personil Balai Wilayah Sungai Sulawesi II, sebagai pemilik pekerjaan, diperlukan
untuk keberhasilan pelaksanaan pekerjaan pembangunan Bendungan Bulango Ulu.
Untuk menunjang kebutuhan diatas, diperlukan sistem telekomunikasi yang baik
dan handal. Lokasi pekerjaan yang relatif jauh dari area pemukiman membuat
komunikasi menggunakan layanan PT. Telkom tidak memungkinkan, sehingga
dapat menggunakan layanan jaringan operator selular, menggunakan telepon
satelit, dan jaringan radio amatir milik ORARI.
Untuk komunikasi antar personel kontraktor, baik yang bertugas di lapangan
maupun dalam ruangan, dapat menggunakan handy talky (HT) yang diperkuat
dengan repeater link, sehingga bisa menjangkau seluruh area lokasi pekerjaan.
3.4.7. Batching Plant, Chrushing Plant, dan Screening Plant
Concrete Batching Plant adalah unit produksi yang berfungsi untuk mencampur atau
memproduksi bahan baku beton ready mix atau beton cair siap pakai dalam skala
besar. Crushing Plant adalah unit produksi yang berfungsi untuk menghasilkan
material / agregat dengan ukuran yang sesuai kebutuhan, melalui proses
pemecahan material yang ukurannya lebih besar. Screening Plant adalah unit yang
berfungsi untuk memisahkan material hasil produksi crushing plant sesuai dengan
ukurannya. Hasil penyaringan kemudian digunakan sebagai material input unit
Concrete Batching Plant.
Concrete Batching Plant, Chrushing Plant dan Screening Plant ditempatkan dan
siap dioperasikan pada bulan ke - 4 (empat) setelah pekerjaan dimulai. Untuk
efisiensi pekerjaan, penempatan perlengkapan tersebut harus di dekat Aggregate
Plant. Mutu beton yang diharapkan dari hasil produksi perlengkapan tersebut terdiri
dari 3 kelas yaitu :
1. Mutu beton K-275, dengan memakai ukuran agregat maksimum 10 mm
2. Mutu beton K-225, dengan memakai ukuran agregat maksimum 25 mm
3. Mutu beton K-175, dengan memakai ukuran agregat maksimum 25 mm
4. Mutu beton K-175, dengan memakai ukuran agregat maksimum 40 mm
5. Mutu beton K-125, dengan memakai ukuran agregat maksimum 25 mm
6. Mutu beton K-125, dengan memakai ukuran agregat maksimum 40 mm

3.5. METODE PELAKSANAAN


3.5.1. Umum
Metode pelaksanaan yang diusulkan telah dipersiapkan dengan pertimbangan
jadual pelaksanaan yang paling efisien diperhitungkan dari musim hujan dan
peralatan yang ada. Sistem pengelak sungai yang digunakan berupa terowongan
pengelak.
Metode pelaksanaan untuk pekerjaan utama diuraikan di bawah ini, sedang urutan
pelaksanaannya dijabarkan pada tabel 3.8.
Tabel 3.8. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
3.5.2. Sistem Pengelak Sungai
Terowongan pengelak adalah sebuah tembusan dibawah permukaan tanah atau
bukit yang berfungsi sebagai pengalihan aliran sungai selama pelaksanaan
pekerjaan bendungan. Terowongan umumnya tertutup diseluruh sisi kecuali
dikedua ujungnya (inlet dan outlet) yang terbuka pada lingkungan luar (galian
terbuka). Pekerjaan tersebut dilaksanakan pada waktu dimulainya pekerjaan
konstruksi sampai pada saat terowongan pengelak ditutup dengan sumbat beton
(plugging), saat pengisisan waduk dimulai. Penentuan ukuran dari terowongan
pengelak sangat erat hubungannya dengan penentuan tinggi cofferdam. Makin kecil
bangunan pengelak maka diperlukan cofferdam yang lebih tinggi.
Terowong pengelak Bendungan Bulango Ulu berjenis tapal kuda modifikasi, dengan
panjang terowongan 477,0 m, dan diameter terowongan 7,0 m. Tahapan
pelaksanaan bangunan pengelak dijabarkan sebagai berikut.
1. Pekerjaan Persiapan
Tahapan ini mempersiapkan semua kebutuhan penunjang pelaksanaan
kontruksi bangunan pengelak, yaitu :
a. Jaringan Listrik (Power Supply)
b. Jaringan Air (Water Supply)
c. Kompresor Udara (Air Compressor)
d. Sistem Ventilasi (Ventilation System) dan Blower
e. Sistem Drainase (Drainage System)
f. Mesin Bor (Leg Drill)
g. Steel Support / Steel Legging
h. Perlengkapan Spray Mortar dan Rock Anchor
i. Bahan Peledak, Instrumentasi dan Pengamanannya
2. Pekerjaan Pembersihan (Clearing & Grubbing).
Pembersihan lahan dilaksanakan terhadap material - material yang dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan, di lokasi pekerjaan struktur, sesuai dengan
cakupan pekerjaan dalam kontrak pekerjaan, seperti rumput / semak, pohon -
pohon beserta akarnya, ataupun sampah - sampah serta tanah humus, untuk
dibuang ke tempat yang sudah ditentukan. Setelah pekerjaan clearing dan
grubbing selesai, dilanjutkan dengan pekejaan stripping yaitu pengupasan tanah
permukaan dengan kedalaman maksimal 30 cm. Pekerjaan ini melibatkan para
pekerja biasa yang disertai dengan penggunaaan peralatan seperti excavator,
bulldozer, dump truck, chainsaw (gergaji mesin). Lahan yang dibersihkan pada
tahapan ini seluas 18.150 m2.
Gambar 3.2. Bagan Alir Pembersihan Lahan
Tahapan pekerjaan clearing dan grubbing :
a. Mobilisasi peralatan dan tenaga kerja.
b. Pengukuran dan setting out lokasi yang akan di - clearing.
c. Mengajukan gambar kerja dan kuantitas pekerjaan kepada pengawas / direksi
/ konsultan untuk mendapat persetujuan.
d. Pelaksanaan pekerjaan pembersihan dimulai secara keseluruhan meliputi
pepohonan, bangunan (bila ada), tanaman, semak belukar dan sebagainya
sesuai dengan spesifikasi teknis, lalu membuang hasil pembersihan lahan ke
lokasi tertentu yang telah ditentukan oleh pengawas / direksi / konsultan.
e. Hasil pekerjaan pembersihan lahan akan ditinjau oleh pengawas / direksi /
konsultan untuk dibandingkan dengan spesifikasi teknis, dan kemudian diberi
ijin untuk melanjutkan ke tahapan berikutnya.
f. Pelaksanaan pekerjaan stripping dengan ketebalan maksium 30 cm, lalu
mengumpulkan hasil stripping ke lokasi tertentu yang telah ditentukan oleh
pengawas / direksi / konsultan.
3. Pekerjaan Galian Tanah.
Lingkup pekerjaan galian ini adalah penggalian dan pengangkutan semua
material baik yang dipergunakan (suitable) kembali maupun yang tidak
digunakan (unsuitable), termasuk penanganan, pengangkutan ke lokasi
penumpukan / pembuangan, pembentukan dan perapihan galian sesuai alur,
elevasi, kemiringan dan ukuran yang tercantum dalam gambar. Pekerjaan galian
dilakukan oleh operator, serta diawasi oleh pengawas dan juru ukur yang
berpengalaman. Supaya hasil galian benar - benar sesuai alur, elevasi,
kemiringan dan ukuran yang diinginkan, juru ukur akan memasang bow plank
pada interval jarak tertentu sebagai acuan. Peralatan yang digunakan seperti
excavator, dump truck, total station, dan alat bantu. Volume tanah yang digali
dan dibuang ke spoil bank sebesar 3.525 m3.

Gambar 3.3. Bagan Alir Galian Tanah


Tahapan pekerjaan galian tanah :
a. Mobilisasi peralatan dan tenaga kerja.
b. Pasang patok pada interval jarak tertentu dengan elevasi, ukuran dan
kemiringan sesuai dengan gambar kerja.
c. Penggalian dilaksanakan berpedoman pada patok / bow plank yang dipasang
juru ukur.
d. Hasil galian diangkut dan dibuang ke lokasi yang telah disetujui.
e. Hasil pekerjaan galian akan ditinjau oleh pengawas / direksi / konsultan untuk
dibandingkan dengan gambar kerja serta spesifikasi teknis, dan kemudian
diberikan ijin untuk melanjutkan tahapan kerja berikutnya.
f. Hasil galian diperiksa ulang menggunakan total station untuk kemudian
dirapikan apabila terdapat bagian yang kurang sesuai.
4. Pekerjaan Galian Batu Terbuka.
Pekerjaan galian batu sangat berbeda dengan pekerjaan galian tanah biasa.
Lingkup pekerjaan galian ini adalah penggalian, pembelahan (penghancuran)
dan pengangkutan semua material baik yang dipergunakan kembali maupun
yang tidak digunakan, termasuk penanganan, pengangkutan kelokasi
penumpukan / pembuangan, pembentukan dan perapihan galian sesuai alur,
elevasi, kemiringan dan ukuran yang tercantum dalam gambar. Tahapan
pekerjaan dilakukan oleh operator, dan diawasi oleh konsultan pengawas dan
juru ukur yang berpengalaman. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan bantuan alat
mekanis seperti excavator plus breaker, dump truck, total station, dan alat bantu.
Volume galian batu yang digali dan disimpan ke stockpile sebesar 31.725 m3.
Tahapan pekerjaan galian batu :
a. Mobilisasi peralatan dan tenaga kerja.
b. Pasang patok pada interval jarak tertentu dengan elevasi, ukuran dan
kemiringan sesuai dengan gambar kerja.
c. Penggalian dilaksanakan berpedoman pada patok / bow plank yang dipasang
juru ukur.
d. Hasil galian batu diangkut ke lokasi stockpile.
e. Hasil pekerjaan galian batu akan ditinjau oleh pengawas / direksi / konsultan
untuk dibandingkan dengan gambar kerja serta spesifikasi teknis, dan
kemudian diberikan ijin untuk melanjutkan tahapan kerja berikutnya.
f. Hasil galian diperiksa ulang menggunakan total station untuk kemudian
dirapikan apabila terdapat bagian yang kurang sesuai.
5. Pekerjaan Proteksi Portal Terowongan (Inlet dan Outlet).
Pekerjaan proteksi portal dilaksanakan setelah pekerjaan galian terbuka selesai
dilaksanakan. Pekerjaan proteksi portal berfungsi untuk menjaga stabilitas dan
mencegah slope dari kerusakan iklim. Pekerjaan ini meliputi pelapisan tebing
inlet dan outlet dengan shotcrete setebal 10 (sepuluh) cm, dengan volume
18.225,66 m2.

Bukit

Bangunan Portal Terowongan Terowongan

Gambar 3.4. Ilustrasi Bangunan Proteksi Portal Terowongan


6. Pekerjaan Galian Tertutup (Terowongan).
Pekerjaan ini merupakan salah satu kegiatan inti dari keseluruhan pekerjaan
saluran pengelak. Lingkup pekerjaan ini adalah penggalian dengan metode
peledakan (blasting) dan pengangkutan semua material hasil peledakan
(blasting) kelokasi stockpile. Secara umum cara pelaksanaan pekerjaan galian
dengan cara peledakan meliputi siklus sebagai berikut.

Gambar 3.5. Siklus Pekerjaan Galian Metode Blasting


a. Survey dan staking out
Tahapan ini bertujuan untuk mengukur dimensi dan memastikan elevasi tanah
asli pada area yang akan digali, serta memberikan marking sebagai batasan
penggalian.
b. Setting out lubang - lubang bor
Pada tahapan ini pola lubang - lubang bor dibuat dan disesuaikan dengan
jenis batuan dan fragmentasi batuan yang dapat diangkut oleh alat berat, serta
pemanfaatan kembali hasil material penggalian.

Gambar 3.6. Ilustrasi Pola Lubang Bor


c. Drilling
Pekerjaan pemboran (drilling) adalah pekerjaan pembuatan lubang untuk
pengisian bahan peledak pada proses pekerjaan peledakkan (blasting).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pekerjaan drilling yaitu sifat batuan,
durabilitas batuan (ketahanan batuan terhadap cuaca dan air), umur dan
kondisi mesin bor, keterampilan operator, dan geometri pemboran.
Kedalaman lubang bor ditentukan berdasarkan professional judgment dari
master blaster dan ahli geologi. Semakin jelek kondisi batuan yang artinya
keadaan batuan lunak dan memiliki rating rendah maka kedalaman dan
jumlah lubang akan semakin sedikit. Lamanya pemboran juga tergantung dari
jenis batuannya. Jika batuan keras maka proses pemboran bisa berlangsung
dengan cepat sebaliknya bila batuan lembek, contoh claystone, proses
pemboran memakan waktu yang lebih lama karena bisa saja terjadi slip. Alat
yang digunakan dalam pelaksanaan ini adalah leg drill dan crawler rock drill.
d. Charging dan Blasting
Charging adalah pekerjaan pengisian bahan peledak (dynamite) kedalam
lubang hasil dari pengeboran. Pengisian volume bahan peledak dikontrol
menggunakan PF (powder factor), yaitu perbandingan dari volume rencana
blasting dan jumlah bahan peledak yang digunakan (kg/m3).
Gambar 3.7. Ilustrasi Pekerjaan Charging
Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini tergantung dari berapa lubang
yang diisi bahan peledak dan kecepatan juru ledak dalam pelaksanaan
charging itu sendiri. Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan charging ± 1 - 2
jam.
Blasting adalah pekerjaan melepas dan memecah batuan dengan
menggunakan bahan peledak sehingga didapatkan bentuk yang diinginkan
dengan ukuran material yang mudah diangkut dan dibuang dengan peralatan
yang tersedia. Pekerjaan ini dilakukan oleh ahli peledakan yang disebut
dengan istilah Master Blasting dengan dibantu oleh beberapa orang
anggotanya yang disebut Helper.
Bahan peledak yang digunakan berjenis power gel yang diberi aksesoris
berupa kabel non - electric (nonel) dan detonating - cord. Nonel dan
detonating-cord dirangkai untuk disambungkan ke blasting machine.
Sebelumnya kekuatan seluruh rangkaian dites menggunaan ohm meter agar
kekuatannya tidak melebihi kapasitas blasting machine. Selain diberi power
gel, lubang ledak pun diberi stemming, yaitu berupa pasir atau lempung yang
dipadatkan dan dimasukan ke dalam kantung plastik yang berfungsi sebagai
bantalan bahan peledak.
Pada pekerjaan ini dibutuhkan penanganan khusus dan metode pelaksanaan
yang tepat agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Hal ini dikarenakan bahan yang
digunakan adalah bahan peledak yang berbahaya dan membutuhkan
penanganan khusus oleh tim ahli atau tim blasting. Pada saat pelaksanaan
peledakkan, tim blasting harus memiliki KIM (Kartu Ijin Meledakkan).
Pelaksanaan peledakan diusahakan pada waktu istirahat, sehingga tidak
mengganggu aktivitas yang lain, yaitu pada waktu istirahat antara jam 12.00 -
13.00 WIB dan jam 17.00 - 18.00 WIB.
e. Ventilating
Ventilating adalah penghembusan udara segar dari blower. Hal ini dilakukan
untuk membersihkan udara dalam terowongan dari asap - asap atau gas - gas
yang timbul karena peledakan. Pemberian udara segar kedalam terowongan
bertujuan agar pekerja tidak kekurangan oksigen atau udara bersih mengingat
didalam terowongan memungkinkan adanya gas - gas beracun yang
berbahaya bagi kesehatan pekerja. Semakin dalam terowong yang telah digali
maka semakin banyak pula udara yang dibutuhkan oleh para pekerja maka
semakin besar pula kapasitas blower yang harus digunakan.

Gambar 3.8. Ilustrasi Sistem Ventilasi


f. Scaling, Chipping, dan Mucking
Scaling adalah kegiatan yang bertujuan untuk membersihkan face tunnel dari
bebatuan atau sisa - sisa dari bebatuan labil yang berpotensi jatuh akibat
proses blasting, untuk membentuk penampang face tunnel sesuai dengan
detail desain dan untuk mencegah adanya reruntuhan batuan yang dapat
membahayakan keselamatan pekerja. Pekerjaan ini menggunakan excavator
dengan hydraulic breaker.
Chipping adalah pekerjaan meratakan bagian - bagian terowongan yang tidak
hancur setelah peledakkan. Pekerjaan ini menggunakan jack hammer dengan
kombinasi air compressor. Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan scaling.
Mucking adalah proses pembersihan material hasil peledakkan, untuk
kemudian diangkut ke lokasi stockpile. Peralatan yang digunakan adalah
wheel loader, excavator, dan dump truck.
Pada tahapan pekerjaan galian tertutup ini, volume yang digali dengan metode
blasting dan material hasil ledakannya diangkut ke stockpile sebesar 48.260 m3.
7. Pekerjaan Proteksi / Penyangga Awal Terowongan
Sesaat setelah penggalian terowongan, pemasangan penyangga awal
terowongan dibutuhkan untuk mencegah terjadinya keruntuhan didalam
terowongan, karena sekali saja batuan mengalami keruntuhan maka keruntuhan
susulan akan sulit untuk dicegah lagi. Penyangga awal didalam terowongan ini
menggunakan shotcrete yang diperkuat dengan wire mesh atau bisa juga
diperkuat dengan rockbolt dan steel support berupa besi baja H - Beam, untuk
selanjutnya dilaksanakan penyangga permanen, yaitu lining concrete.
Shotcrete adalah pekerjaan penyemprotan pada dinding galian, berupa
campuran yang proporsional antara portland cement, agregat kasar dan halus,
air dan zat admixture, yang ditempatkan dengan menggunakan udara
bertekanan melalui spray nozzle, sehingga terbentuk beton yang keras.
Kemudian dilakukan pemasangan wire mesh, yaitu jala kawat berukuran 10 x 10
cm diameter 5 (lima) mm, yang berfungsi sebagai sistem penyangga sementara.
Shotcrete second layer dilakukan setelah rock bolt, wire mesh dan steel rib frame
terpasang. Shotcrete second layer berfungsi untuk melapisi dinding terowongan
dengan ketebalan ± 5 (lima) cm.
Dalam pembuatan adukan untuk shotcrete ada dua syarat yang saling
berlawanan, dan harus dipenuhi, yaitu kemampuan ditembakkan (shootability),
dan kemampuan dipompa (pumpability). Shootability adalah kemampuan adukan
untuk menempel pada permukaan hingga ketebalan tertentu, dan tidak
mengelupas. Pumpability adalah kemampuan adukan untuk mengalir seperti
cairan, sehingga mudah dipompa. Untuk memenuhi syarat shootability, adukan
yang ideal adalah adukan dengan kekentalan tinggi, sedangkan untuk
pumpability membutuhkan adukan yang berkemampuan alir baik, dan kekentalan
rendah. Untuk menghasilkan shotcrete yang sempurna jarak antara face tunnel
dan nozzle adalah 1 - 1,5 m.
8. Pemasangan Rock Bolt dan Steel Support
Pemasangan rock bolt adalah pekerjaan yang bertujuan untuk merapatkan
formasi batuan yang diprediksi masih saling terpisah pada dinding terowongan
tekan dan untuk memperkuat koneksi antara lapisan beton dengan batuan
dinding di dalam terowong, dengan memasukan besi besi baja ulir diameter 25
mm dengan panjang 3 m ke dalam dinding terowong yang telah di bor. Pekerjaan
ini dilakukan setelah shotcrete lapis pertama.
Untuk perekat antara batuan dan baja ulir digunakan sica - rocon. Penggunaanya
yaitu dengan cara merendam sica - rocon terlebih dahulu di dalam air lalu
dimasukan ke dalam lubang yang akan dipasangi rock bolt dengan
menggunakan stick yang terbuat dari pipa.
Steel Rib adalah pemasangan besi baja yang digunakan sebagai sistem
penyangga pada galian terowongan. Bentuk dan ukuran dari steel support
bervariasi tergantung dari penggunaannya dan jarak antar steel support yang
berbeda, tergantung dari kondisi batuan. Dalam pekerjaan ini steel support yang
digunakan berupa besi baja H - Beam berdimensi 125 x 125 x 6,5 x 9.
Untuk mengunci steel support agar tidak terjadi pergeseran tempat digunakan
feet lock yang berbentuk huruf “L” dengan panjang 1 meter dan bengkokan di
ujungnya yang berukuran 8 cm, selain itu untuk menyambungkan steel support
satu dengan steel support yang lainnya digunakan steel connector yang terbuat
dari baja dengan diameter 25 (dua puluh lima) mm dan panjang yang disesuaikan
dengan jarak antar steel support itu sendiri dimana pada proyek terowongan ini
jaraknya adalah per 1 (satu) meter.
9. Pekerjaan Beton (Lining Concrete)
Setelah pelaksanaan penggalian selesai, maka dilaksanakan pekerjaan
pembetonan terowongan. Pelaksanaannya dilakukan secara segmen demi
segmen masing - masing 10 meter. Satu segmen terdiri dari bagian lantai,
dinding dan bagian atas. Pelaksanaan pengecoran dimulai dari beberapa
segmen lantai dulu kemudian selanjutnya susul menyusul dengan bagian
dinding, lalu bagian atas. Tahapan pelaksanaan pekerjaan pembetonan
terowongan pengelak dijabarkan sebagai berikut.
a. Pekerjaan Lantai Kerja
Setelah pekerjaan galian, dilakukan penyiapan lantai kerja dengan mutu beton
K-225 tebal 20 (dua puluh) cm. Pekerjaan lean concrete dilaksanakan sesuai
dengan panjang pekerjaan terowongan pengelak. Lebar pengecoran lean
concrete harus ditambah untuk ruang kerja sebagai dudukan bekisting.
Pekerjaan pemasangan bekisting ditepi memanjang dan melintang yang
berfungsi sebagai pembatas pengecoran, bekisting yang digunakan dari plat
baja dengan rangka besi siku.
Pekerjaan lean concrete dikerjakan secara manual dan pemadatannya
menggunakan concrete vibrator, dimana selama proses pengerasan tidak
boleh dilewati kendaraan yang dapat merusak permukaan. Peralatan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan lantai kerja adalah unit batching
plant, concrete vibrator, mixer truck.

Gambar 3.9. Ilustrasi Pekerjaan Lantai Kerja


b. Pemasangan Pembesian
Pembesian untuk terowongan pengelak terdiri dari besi ulir dengan diameter
sesuai gambar kerja. Pemasangan pembesian ini dilaksanakan sesuai desain
dengan jumlah dan jarak pembesian sesuai dengan yang ditentukan.
Pemasangan pembesian diikat dengan kawat bendrat sedemikian rupa
sehingga tidak mudah bergeser ataupun berubah posisi / lepas. Pekerjaan
pemasangan besi tulangan setelah pelaksanaan pekerjaan lantai kerja
selesai. Pekerjaan pembesian menggunakan alat bantu seperti bar cutter, bar
bender, gunting besi, genset, flatbed truck.
c. Pemasangan Bekisting
Bekisting bisa dipasang setelah besi selesai dipasang dan diinspeksi oleh
konsultan pengawas. Untuk menjaga selimut beton, maka pada besi terluar
dipasang beton decking dengan ketebalan sesuai desain selimut beton yang
ditentukan. Bekisting yang dipasang menggunakan plat baja tebal 4 (empat)
mm atau tego film tebal 18 (delapan belas) mm dan dipasang secara manual
dengan bantuan crane dengan handtools oleh tukang terampil. Peralatan
yang dibutuhkan dalam tahapan pekerjaan ini adalah flatbed truck, crane,
gergaji, dan alat bantu lainnya.
d. Pekerjaan Pengecoran
Setelah formwork diinspeksi dan dicek dimensi, selimut beton dan
vertikalitasnya, selanjutnya dilakukan pekerjaan pengecoran menggunakan
concrete pump. Proses pengecoran pada kolom dilaksanakan dalam
beberapa tahapan cor. Setelah pengecoran tahap pertama selesai, kemudian
dilanjutkan pemasangan bekisting tahap berikutnya, kemudian dicor, begitu
seterusnya sampai elevasi top yang ditentukan pada gambar.
Pada tiap sambungan cor diperlukan pengasaran permukaan sambungan
yang bertujuan untuk membuang lapisan - lapisan air semen, kotoran ataupun
lapisan beton yang tidak padat pada permukaan sambungan. Permukaan
beton di - chipping hingga kasar dan mencapai lapisan beton yang padat
(sound concrete). Pada sambungan cor dipasang waterstop W 320 mm, untuk
mencegah rembesan air atau kebocoran air pada beton, terutama pada
bagian yang banyak berhubungan dengan air, misalnya dinding penahan
tanah seperti pada dinding terowongan pengelak. Tahapan pekerjaan
pengecoran ini membutuhkan peralatan seperti batching plant, mixer truck,
concrete pump, concrete vibrator, dan alat bantu lainnya.
e. Pembongkaran Bekisting
Setelah beton berumur minimal 2 hari, bekisting dapat dibongkar setelah
ditinjau dan mendapatkan ijin dari pengawas / direksi / konsultan. Pelepasan
bekisting dimulai dari baris paling atas. Langkah pertama adalah mur dan plat
washer dibuka untuk satu deret klam dinding, kemudian diturunkan dan
disimpan untuk digunakan kembali. Lakukan sampai semua klam dinding
terlepas semua. Setelah itu pipa support, jack base, dan balok perangkai
dapat dilepas dengan hati - hati. Setelah proses pembongkaran selesai,
permukaan beton di - finishing. Pembongkaran bekisting menggunakan alat
kunci pas dan linggis.
f. Curing
Curing beton adalah proses merawat beton agar beton tidak terlalu cepat
kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton,
segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting tercapai.
Tujuan curing beton memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk
bahan tambahan atau pengganti supaya dapat berlangsung secara optimal
sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya
tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban
yang terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga dapat menyebabkan retak.
Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk curing / perawatan beton di
lapangan, antara lain :
- Membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya selalu
lembab selama perawatan (dapat menggunakan sistem sprinkler untuk
kepraktisan).
- Merendam beton dengan air (dengan penggenangan permukaan beton).
- Membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan penguapan air
(misal terpal, plastik, dan lain - lain).
- Menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi
penguapan air dan dibasahi secara berkala (misal dengan plastik berpori
atau non woven geotextile dan disiram secara berkala selama perawatan).
- Menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing compound).
Metoda dan lama pelaksanaan curing bergantung pada hal berikut :
- Jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan, termasuk bahan
tambahan atau pengganti yang dipakai.
- Jenis atau tipe dan luasan elemen struktur yang dilaksanakan.
- Kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan.
- Penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik
beton (28 (dua puluh delapan) hari atau kurang atau lebih, tergantung dari
spesifikasi yang ditentukan oleh konsultan perencana / desain)
Kualitas dan durasi / lama pelaksanaan curing / perawatan beton berpengaruh
pada hal berikut :
- Mutu / kekuatan beton (strength)
- Keawetan struktur beton (durability)
- Kekedapan air beton (water - tightness)
- Ketahanan permukaan beton, misal terhadap keausan (wear resistance)
- Kestabilan volume, yang berhubungan dengan susut atau pengembangan
(volume stability : shrinkage and expansion)
10. Grouting
Grouting adalah suatu proses dimana cairan bubur semen atau bubur grouting,
yang terdiri dari campuran semen plus aditif dan lempung di - injeksikan dengan
tekanan kedalam rongga, pori, rekahan dan retakan batuan melalui lubang bor,
yang selanjutnya cairan tersebut dalam waktu tertentu akan menjadi padat
secara fisika maupun kimiawi, sehingga mampu menyumbat atau mengisi kekar,
retakan, rekahan atau lubang - lubang bawah tanah (goa) atau void. Pekerjaan
ini dimaksudkan untuk mengisi rongga yang kosong antara puncak dinding beton
cor dengan dinding tanah hasil galian, yang secara umum memang sulit untuk
bisa terisi penuh dengan material beton cor pada saat pengecoran. Metode
grouting dinilai cocok untuk memperbaiki pondasi bawah permukaan yang lebih
dalam 10 (sepuluh) m hingga 100 (seratus) m tanpa melakukan penggalian dan
cukup dengan pengeboran dari permukaan pondasi.

Gambar 3.10. Bagan Alir Pekerjaan Grouting


Tahapan pekerjaan grouting adalah :
a. Pengeboran (Drilling)
Pengeboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor putar (rotary drill)
dengan diameter lubang 45 (empat puluh lima) mm hingga 65 (enam puluh)
mm. Diameter 45 - 55 mm untuk grouting konsolidasi dan grouting tirai,
sedangkan 55 - 65 mm untuk eksplorasi bor inti.
b. Pencucian Lubang Bor (Washing)
Pencucian lubang bor dilakukan untuk membersihkan lubang dari kotoran bor,
menggunakan air bertekanan 1 kg/cm2. Pencucian dilakukan terus menerus
hingga air bilas terlihat bersih.
c. Pemasangan Penyekat (Packer Setting)
Panjang grouting tergantung pada kondisi batuan, sehingga penyekat yang
digunakan bisa berupa packer karet, packer udara / tiup, hingga screw
expansion packer.
d. Pengujian Tekanan Air (Water Pressure Test)
Pengujian tekanan atau dapat juga disebut lugeon test dilakukan dengan
memasukkan air bertekanan 1 - 10 kg/cm2 kedalam lubang pengujian,
bertujuan untuk mendapatkan nilai lugeon dari deformasi batuan. Nilai lugeon
adalah suatu angka yang menunjukkan berapa liter air yang bisa merembes
kedalam formasi batuan sepanjang satu meter selama periode satu menit,
dimana nilai lugeon dapat memberikan informasi mengenai sifat aliran dalam
batuan dan sifat batuan itu sendiri terhadap aliran air yang melaluinya. Jika
nilai K kurang dari 1 lugeon, maka pekerjaan grouting tidak perlu dilakukan.
e. Penyuntikan Bubur Semen (Mortar Grout Injection)
Komposisi campuran bubur semen (mortar grout) disesuaikan dengan tujuan
grouting itu sendiri. Terdapat 6 (enam) tipe grouting, dengan tujuan akhir yang
berbeda, yaitu :
- Sementasi Penembusan / Penetrasi (Penetration Grouting)
Grouting penetrasi (penetration grouting) meliputi pengisian retakan,
rekahan atau kerusakan pada batuan, rongga pada pori - pori tanah serta
media porus lainnya. Tujuan grouting penetrasi adalah untuk mengisi ruang
pori (rongga), tanpa merubah formasi serta konfigurasi maupun volume
rongga. Grouting jenis ini dapat dilakukan untuk tujuan penguatan formasi,
menghentikan aliran air yang melaluinya, maupun kombinasi keduanya.
Grouting penetrasi dapat meningkatkan kohesi tanah.
- Sementasi Pemadatan (Compaction Grouting)
Grouting pemadatan dilakukan dengan cara meng - injeksikan material
grouting sangat kaku (stiff) pada tekanan tinggi kedalam tanah. Grouting
pemadatan merupakan mekanisme perbaikan yang bertujuan untuk
meningkatkan daya dukung tanah. Karena volume struktur pori tanah
berkurang, maka permeabilitasnya juga akan berkurang. Meskipun begitu,
grouting pemadatan tidak dapat sepenuhnya mencegah terjadinya
rembesan.
- Sementasi Rekahan (Fracture Grouting)
Grouting rekahan dilakukan pada rekahan hidrolik yang terdapat pada
tanah, dengan fluida suspensi atau grouting slurry, untuk menghasilkan
hubungan antar lensa grouting dan memberikan penguatan kembali
(reinforcement). Umumnya grouting rekahan digunakan pada tanah
dengan permeabilitas rendah. Grouting rekahan dapat dilakukan pada
beberapa jenis tanah, terutama sangat baik pada tanah lempung.
- Sementasi Campuran / Jet (Mixing / Jet Grouting)
Grouting jet dilakukan dengan cara mengikis tanah menggunakan jet
bertekanan tinggi dan injeksi serentak kedalam tanah yang terganggu
dengan jet monitor. Grouting tipe ini juga dapat digunakan untuk melakukan
penyemenan di sekeliling tiang atau pondasi.
- Sementasi Isi (Fill Grouting)
Semua rongga yang dihasilkan secara alami maupun buatan, kadang -
kadang membutuhkan suatu pengisian atau penutupan. Pada jaman
dahulu, pengisian dilakukan menggunakan peralatan yang sama dengan
alat grouting tipe lainnya. Saat ini, grouting isi dilakukan menggunakan
peralatan khusus dengan campuran concrete atau mortar.
- Sementasi Vakum (Vacuum Grouting)
Umumnya pekerjaan grouting dilakukan dengan cara mendorong material
grouting kedalam formasi dengan tekanan tinggi. Akan tetapi, pada kondisi
tertentu hasilnya tidak memuaskan. Oleh karena itu, vakum digunakan
untuk menyedot material grouting masuk kedalam bagian yang mengalami
kerusakan. Kerusakan tersebut harus diisolasi dari tekanan barometrik
terlebih dahulu, sehingga dengan kondisi yang vakum, material grouting
akan tersedot dan tertarik ke dalam kerusakan tersebut.
f. Inspeksi Pekerjaan (Inspection)
Pemeriksaan hasil grouting dilakukan dengan membuat check hole pada titik
yang dipilih dan biasanya di bor miring agar mewakili zona grouting.
Pengambilan contoh inti (core sampling) untuk melihat secara visual
efektivitas penetrasi grouting dan dapat diperiksa dengan membubuhkan
phenolptalein 0.1 n. Warna merah muda adalah tanda penetrasi semen.
Pengujian permeabilitas setelah grouting dengan water pressure test atau
lugeon test. Tekanan diatur seperti uji permeabilitas secara naik dan turun,
yaitu bervariasi 1 - 3 - 5 - 7 - 10 - 7 - 5 - 3 - 1 kg/cm2, tergantung kondisi batuan.
g. Penyumbatan Lubang Bor (Grout Hole Plugging)
Setelah semua tahapan dilaksanakan, lubang bor grouting dapat ditutup
dengan campuran semen 1 PC : 2 PP.
Grouting konsolidasi dimaksudkan untuk menambah daya dukung tanah pondasi
saluran pengelak. Pada pekerjaan ini, volume pekerjaan grouting konsolidasi
sebesar 6.930 m. Grouting tirai bertujuan untuk mengurangi aliran air di bawah
saluran pengelak (seepage), memperkecil adanya tekanan air keatas (up lift
pressure). Pada pekerjaan ini, volume pekerjaan grouting tirai sebesar 4.800 m.
11. Dinding Diafragma
Dinding diafragma atau slurry wall adalah suatu konstruksi dinding beton
bertulang yang dibuat dengan cara slurry trenching yaitu mengisikan beton pada
galian trench (parit) yang sudah dibuat lebih dahulu dan diisi dengan slurry
bentonite sebagai stabilisator dinding galian, kemudian diisi dengan beton
setelah kurungan dinding dipasang. Pada pekerjaan ini dinding diafragma
terletak di hulu temporary coverdam, didekat inlet dan outlet saluran pengelak.
Dinding diafragma mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
a. Secara teori dapat dilaksanakan dalam berbagai macam jenis tanah dan
berbagai kedalaman, tanpa memperhatikan air tanah. Kedalaman praktis
dibatasi hanya oleh kemampuan mesin saja.
b. Suatu dinding diafragma dimungkinkan dapat memenuhi tugas dari sheeting
(lembar dinding penahan), water proofing (kedap air), load bearing (pemikul
beban). Karena fungsi ini dapat dipikul hanya oleh satu jenis struktur yaitu
dinding diafragma dalam satu operasi pelaksanaan, berarti penghematan
waktu dan uang.
c. Setiap fase pelaksanaan dilaksanakan dengan mekanisasi, sehingga upah
buruh minimal dan produktifitas tinggi.
d. Dibandingkan dengan pemancangan sheet pile yang menggunakan hammer
pengendali, maka sistem dinding diafragma tidak menimbulkan getaran dan
tidak berisik.
e. Dalam lingkungan yang telah padat dengan bangunan, serta jarak yang
terbatas antar bangunan, sistem dinding diafragma adalah solusi yang_tepat.
Tahapan kontruksi dinding diafragma dijabarkan sebagai berikut.
a. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan yang perlu dipersiapkan mencakup pembangunan instalasi
pencampuran (mixing) dan desanding / recycling slurry bentonite serta
pembuatan guide wall, berupa berupa beton dengan tulangan ringan yang
dipasang di sepanjang sisi atas rencana dinding diafragma. Fungsi dari guide
wall adalah :
- Mengendalikan arah galian parit.
- Memudahkan pelaksanan galian.
- Memperkuat dinding galian dalam mendukung peralatan gali yang bekerja
diatasnya.
- Memungkinkan dilakukan kegiatan pekerjaan didekat bibir galian.
b. Penggalian Parit (Trench)
Dalam pembuatan parit terdapat beberapa metoda yang dipakai, pada
pekerjaan ini parit (trench) dibuat dengan cara pengeboran (drilling), caranya
dengan membuat lubang pada 2 (dua) ujung panel, kemudian alat drill
memotong tanah diantara kedua ujung sampai dengan dasar parit. Setelah
parit selesai digali, parit dibersihkan dari lumpur dan kotoran lainnya, untuk
selanjutnya dilapisi dengan slurry bentonite dengan kerapatan 1.250 - 1.280
kg/m3 yang bertujuan untuk membantu stabilitas dinding parit.
c. Pemasangan Panel
Dimensi panel yang dipasang pada parit disesuaikan dengan kedalaman
lapisan kedap air dan rembesan yang diijinkan. Panel dipasang menggunakan
bantuan crane, satu persatu berurutan mulai ujung ke ujung, dimana setiap
sambungan antar panel diamankan menggunakan water stop untuk
mencegah rembesan.
d. Pembetonan
Sebelum tahapan pembetonan dilaksanakan, diperlukan pemasangan
kurungan tulangan baja yang benar - benar kaku / rigid untuk menghindari
perubahan bentuk. Kurungan tulangan ini dapat dibuat ditempat atau
menggunakan produk fabrikasi.
Setelah pemasangan kurungan selesai dilaksanakan, pengecoran beton siap
dimulai. Beton sebagai penguat dan pengaku struktur dinding diafragma harus
memenuhi syarat - syarat adukan beton segar sebagai berikut :
- Adukan beton segar harus dapat mengalir melalui pipa tremie akibat gaya
gravitasi.
- Beton segar harus cukup kohesif untuk menghindari segregasi dan
bledding.
- Pengikatan awal setting time tidak boleh terlalu cepat, harus diperhitungkan
sampai penuangan beton selesai.
Pada waktu mengalirkan beton ke dalam parit tidak memerlukan vibrator untuk
meratakan adukannya, tetapi dibiarkan mengalir sendiri melalui pipa tremie
dan akan mengisi parit mulai dari dasar parit sampai ke atas. Diameter pipa
tremie tergantung pada lebar parit dan besarnya aggregat maksimum. Apabila
pada pengadukan beton ada ketidaksempurnaan pengadukan, maka akan
terjadi penyumbatan pada tremie dan bercampurnya beton dengan slurry.
Hal - hal lain yang perlu diperhatikan pada bahan campuran beton adalah :
- Agregat
Kecenderungan terjadinya segregasi beton dapat dikurangi dengan
membatasi ukuran agregat maksimum sebesar 25 mm. Agregat yang
digunakan harus bergradasi baik. Kemampuan alir dan kemudahan
pengerjaan dapat tingkatkan dengan menggunakan agregat berbentuk
mendekati bulat (rounded) seperti material endapan sungai.
- Kandungan udara
Kandungan udara (air entrainment) dapat meningkatkan kemudahan
pengerjaan, tetapi juga akan mengurangi kekuatan beton. Umumnya,
campuran beton menggunakan kandungan udara sebesar 4 - 7 %.
- Retarder
Unsur pelambat (retarder), digunakan untuk mencegah pengerasan beton
yang terlalu cepat, atau memperlambat pengerasan beton ketika dijumpai
kondisi yang sulit untuk pengecoran beton. Dalam pelaksanaannya, sering
digunakan super plastisizers untuk memperlambat waktu pengerasan,
sekaligus lebih mempermudah pengerjaan beton, dan juga mengurangi
retakan pada dinding beton.
- Semen
Untuk beton dinding halang, biasanya digunakan semen tipe I dan bila
perlu dapat digunakan semen tipe II atau tipe V.
Kuat desak beton yang disarankan untuk dinding diafragma antara 210 kg/cm2
sampai 315 Kg/cm2. Pada pekerjaan ini volume pekerjaan dinding diafragma
sebesar 8.500 m untuk bagian hulu dan 13.000 m untuk bagian hilir.
12. Temporary Cofferdam
Cofferdam sementara dikonstruksi setelah pembangunan saluran pengelak dan
dinding diafragma selesai dilaksanakan. Pembangunan cofferdam sementara
bertujuan untuk pengalihan sungai sementara sebelum cofferdam permanen
dibangun. Berikut ini merupakan tahapan pembangunan cofferdam sementara.
a. Galian Tanah
Lingkup pekerjaan galian ini adalah penggalian dan pengangkutan semua
material baik yang dipergunakan (suitable) kembali maupun yang tidak
digunakan (unsuitable), termasuk penanganan, pengangkutan ke lokasi
penumpukan / pembuangan, pembentukan dan perapihan galian sesuai alur,
elevasi, kemiringan dan ukuran yang tercantum dalam gambar. Pekerjaan
galian dilakukan oleh operator, serta diawasi oleh pengawas dan juru ukur
yang berpengalaman. Supaya hasil galian benar - benar sesuai alur, elevasi,
kemiringan dan ukuran yang diinginkan, juru ukur akan memasang bow plank
pada interval jarak tertentu sebagai acuan. Peralatan yang digunakan seperti
excavator, dump truck, total station, dan alat bantu. Volume tanah yang digali
dan dibuang ke spoil bank sebesar 10.700 m3.
Tahapan pekerjaan galian tanah :
- Mobilisasi peralatan dan tenaga kerja.
- Pasang patok pada interval jarak tertentu dengan elevasi, ukuran dan
kemiringan sesuai dengan gambar kerja.
- Penggalian dilaksanakan berpedoman pada patok / bow plank yang
dipasang juru ukur.
- Hasil galian diangkut dan dibuang ke lokasi yang telah disetujui.
- Hasil pekerjaan galian akan ditinjau oleh pengawas / direksi / konsultan
untuk dibandingkan dengan gambar kerja serta spesifikasi teknis, dan
kemudian diberikan ijin untuk melanjutkan tahapan kerja berikutnya.
- Hasil galian diperiksa ulang menggunakan total station untuk kemudian
dirapikan apabila terdapat bagian yang kurang sesuai.
b. Timbunan Random Batu
Material timbunan random batu untuk cofferdam sementara, didatangkan dari
stockpile dengan jarak maksimum 1 km, kemudian dipadatkan dengan
bantuan vibro roller. Timbunan random batu dilakukan selapis demi selapis
dengan ketebalan ± 20 cm, mulai ujung sungai sampai dengan ujung sungai
lainnya. Volume timbunan random batu yang diambil dari stockpile dan
dihamparkan ke lokasi cofferdam sementara sebesar 58.779 m3.
Tahapan pelaksanaan timbunan random batu :
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Material timbunan dihampar dengan ketebalan ± 30 cm, lapis demi lapis
dengan menggunakan bulldozer.
- Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan bantuan vibro roller untuk
mencapai kepadatan yang direncanakan.
- Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
- Hasil penimbunan diperiksa ulang menggunakan total station untuk
kemudian dirapikan apabila terdapat bagian yang kurang sesuai.
3.5.3. Bendungan Pengelak
Bendungan pengelak permanen (main cofferdam) dikonstruksikan setelah pengelak
sementara (temporary cofferdam) selesai dilaksanakan. Pengelak permanen ini
merupakan bangunan yang menyatu dengan Bendungan Utama. Puncak
bendungan pengelak hulu ada pada elevasi + 66,00 m dengan tinggi 16,00 m.
Material timbunan pengelak terdiri dari beberapa zona, dengan spesifikasi tertentu,
yang mempunyai kemampuan berbeda - beda untuk dialiri air rembesan, yakni :
1. Zona 1 : timbunan inti
2. Zona 2a : timbunan filter halus
3. Zona 3 : timbunan random batu
4. Zona 4 : timbunan rip - rap
Semua material timbunan diatas nantinya menyatu dengan timbunan tubuh
bendungan utama.
1. Zona 1 (Lempung / Clay)
Material zona inti kedap air (zona 1) merupakan material galian dari tempat
pengambilan tanah (borrow area) seperti ditunjukkan pada gambar, kecuali
apabila ditunjuk oleh direksi. Pada pekerjaan pembangunan Bendungan Bulango
Ulu, material timbunan inti kedap air (zona 1) diperoleh dari borrow area yang
terletak di hulu bendungan. Kebutuhan volume untuk material zona 1 sebesar
94.736,10 m3.
Tahapan pelaksaan timbunan dijabarkan sebagai berikut.
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Setelah lapisan pondasi bersih dari kotoran khususnya pada lokasi inti,
dilakukan penimbunan dengan tanah lempung setebal 10 - 15 cm untuk
lapisan perekat (contact zone) termasuk pada bagian lereng bukit dan
dipadatkan. Apabila tidak dilaksanakan dengan alat berat pemadatan dapat
dilakukan dengan tamping rammer namun ketebalannya dikurangi dan harus
dilakukan dengan hati - hati.
- Material timbunan dihampar dengan ketebalan ± 20 cm lapis demi lapis
dengan menggunakan bulldozer.
- Material tanah lempung harus dibasahi dengan menggunakan tangki air
apabila moisture content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture content
terlalu tinggi, untuk mencapai moisture content yang optimum.
- Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller atau sheep foot roller
untuk mencapai kepadatan yang direncanakan.
- Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah dump truck, bulldozer, water
tank, excavator, vibro roller, sheep foot roller, tamping rammer, dan pompa air.
2. Zona 2a (Pasir / Sand)
Material yang digunakan untuk zona filter halus berasal dari endapan alluvial
sungai yang didapat dari borrow area atau dari galian pondasi bendungan,
material batuan atau batuan lapuk yang berasal dari galian bangunan pelimpah
atau struktur lainnya, atau dari tempat yang telah disetujui lainnya dan diproses
melalui penghancuran, pembagian kelas dan pencucian sebagaimana perlu
untuk mendapatkan gradasi yang diperlukan dan sudah ditetapkan.
Material harus bersih, tidak berkohesi terutama terdiri dari pasir dan kerikil
dengan ukuran butir maksimum 20 (dua puluh) cm dan harus mengandung lebih
kecil dari fraksi ayakan No. 200 dalam jumlah kurang dari 5 (lima) % dan lebih
besar dari fraksi ayakan No.4 (4.76 mm) dalam jumlah kurang dari 35 (tiga puluh
lima) %.
Pada pekerjaan pembangunan Bendungan Bulango Ulu, material timbunan filter
halus (zona 2a) diperoleh dari quarry genangan yang kemudian disimpan di
stockpile dengan jarak 2000 m, sebelum digunakan. Kebutuhan volume untuk
material zona 1 sebesar 34.481,05 m3.
Tahapan pelaksaan timbunan dijabarkan sebagai berikut.
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Setelah lapisan pondasi bersih dari kotoran, dilakukan penimbunan dengan
tanah lempung setebal 10 - 15 cm untuk lapisan perekat (contact zone)
termasuk pada bagian lereng bukit dan dipadatkan. Apabila tidak
dilaksanakan dengan alat berat pemadatan dapat dilakukan dengan tamping
rammer namun ketebalannya dikurangi dan harus dilakukan dengan hati -
hati.
- Material timbunan dihampar dengan ketebalan ± 30 cm lapis demi lapis
dengan menggunakan bulldozer.
- Material pasir harus dibasahi dengan menggunakan tangki air apabila
moisture content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture content terlalu
tinggi, untuk mencapai moisture content yang optimum.
- Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller atau sheep foot roller
untuk mencapai kepadatan yang direncanakan.
- Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah dump truck, bulldozer, water
tank, excavator, vibro roller, sheep foot roller, tamping rammer, dan pompa air.
3. Zona 3 (Random Batu / Rock)
Material untuk zona isian batu pada timbunan bendungan harus diperoleh dari
tempat quarry atau daerah lain yang disetujui oleh direksi dan harus berupa
campuran batu yang cukup keras, awet, batu bergradasi baik, bongkahan dan
kerikil dengan ukuran partikel maksimum lebih kecil dari 100 (seratus) cm.
Material harus berupa campuran pilihan yang mempunyai ukuran partikel
maksimum 100 (seratus) cm, lebih besar fraksi ayakan No.4 (4,76 mm) diatas 80
(delapan puluh) % dan lebih kecil fraksi ayakan No.200 (0,074 mm) lebih kecil
dari 1 (satu) %.
Material timbunan filter random batu diperoleh dengan cara blasting maupun
galian dari quarry genangan yang kemudian disimpan di stockpile. Kebutuhan
timbunan random batu diperkirakan sebesar 492,444.17 m3.
Tahapan pelaksaan timbunan dijabarkan sebagai berikut.
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Setelah lapisan pondasi bersih dari kotoran, dilakukan penimbunan dengan
tanah lempung setebal 10 - 15 cm untuk lapisan perekat (contact zone)
termasuk pada bagian lereng bukit dan dipadatkan. Apabila tidak
dilaksanakan dengan alat berat pemadatan dapat dilakukan dengan tamping
rammer namun ketebalannya dikurangi dan harus dilakukan dengan hati -
hati.
- Material timbunan dihampar dengan ketebalan ± 30 cm lapis demi lapis
dengan menggunakan bulldozer.
- Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller untuk mencapai
kepadatan yang direncanakan.
- Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah dump truck, bulldozer,
excavator, dan vibro roller.
4. Zona 4 (Rip - rap / Rock)
Material untuk rip - rap harus diperoleh dari tempat quarry atau daerah lain yang
disetujui oleh direksi dan harus berupa campuran batu yang cukup keras, awet,
batu bergradasi baik, bongkahan dan kerikil dengan ukuran partikel maksimum
lebih kecil dari 100 (seratus) cm. Material harus berupa campuran pilihan yang
mempunyai ukuran partikel maksimum 100 (seratus) cm, lebih besar fraksi
ayakan No.4 (4,76 mm) diatas 80 (delapan puluh) % dan lebih kecil fraksi ayakan
No.200 (0,074 mm) lebih kecil dari 1 (satu) %.
Material timbunan rip - rap diperoleh dengan cara blasting dari quarry genangan
yang kemudian disimpan di stockpile. Kebutuhan timbunan rip - rap diperkirakan
sebesar 21,091.31 m3.
Tahapan pelaksaan timbunan dijabarkan sebagai berikut.
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Material timbunan dihampar dan direkatkan dengan bucket excavator atau
hand placing.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah dump truck, bulldozer, dan
excavator.
3.5.4. Bendungan Utama
Bendungan Utama direncanakan tipe urugan zonal dengan inti di tengah sampai ke
lereng hulu, filter, transisi, timbunan random dan rip-rap, dan elevasi puncak El.
104,00, dengan panjang puncak bendungan 300,00 m dan lebar puncak 11,00 m.
Timbunan mempunyai 4 (empat) zona terdiri dari timbunan inti (zona 1), timbunan
filter (zona 2a), timbunan transisi (zona 2b), timbunan random batu (zona 3), dan
timbunan rip - rap (zona 4).
1. Pekerjaan Pembersihan (Clearing & Grubbing).
Pembersihan lahan dilaksanakan terhadap material - material yang dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan, di lokasi pekerjaan struktur, sesuai dengan
cakupan pekerjaan dalam kontrak pekerjaan, seperti rumput / semak, pohon -
pohon beserta akarnya, ataupun sampah - sampah serta tanah humus, untuk
dibuang ke tempat yang sudah ditentukan. Setelah pekerjaan clearing dan
grubbing selesai, dilanjutkan dengan pekejaan stripping yaitu pengupasan tanah
permukaan dengan kedalaman maksimal 30 cm. Pekerjaan ini melibatkan para
pekerja biasa yang disertai dengan penggunaaan peralatan seperti excavator,
bulldozer, dump truck, chainsaw (gergaji mesin). Lahan yang dibersihkan pada
tahapan ini seluas 52.556,17 m2.
Tahapan pekerjaan clearing dan grubbing :
a. Mobilisasi peralatan dan tenaga kerja.
b. Pengukuran dan setting out lokasi yang akan di - clearing.
c. Mengajukan gambar kerja dan kuantitas pekerjaan kepada pengawas / direksi
/ konsultan untuk mendapat persetujuan.
d. Pelaksanaan pekerjaan pembersihan dimulai secara keseluruhan meliputi
pepohonan, bangunan (bila ada), tanaman, semak belukar dan sebagainya
sesuai dengan spesifikasi teknis, lalu membuang hasil pembersihan lahan ke
lokasi tertentu yang telah ditentukan oleh pengawas / direksi / konsultan.
e. Hasil pekerjaan pembersihan lahan akan ditinjau oleh pengawas / direksi /
konsultan untuk dibandingkan dengan spesifikasi teknis, dan kemudian diberi
ijin untuk melanjutkan ke tahapan berikutnya.
f. Pelaksanaan pekerjaan stripping dengan ketebalan maksium 30 cm, lalu
mengumpulkan hasil stripping ke lokasi tertentu yang telah ditentukan oleh
pengawas / direksi / konsultan.
2. Galian Tanah
Lingkup pekerjaan galian ini adalah penggalian dan pengangkutan semua
material baik yang dipergunakan (suitable) kembali maupun yang tidak
digunakan (unsuitable), termasuk penanganan, pengangkutan ke lokasi
penumpukan / pembuangan, pembentukan dan perapihan galian sesuai alur,
elevasi, kemiringan dan ukuran yang tercantum dalam gambar. Pekerjaan galian
dilakukan oleh operator, serta diawasi oleh pengawas dan juru ukur yang
berpengalaman. Supaya hasil galian benar - benar sesuai alur, elevasi,
kemiringan dan ukuran yang diinginkan, juru ukur akan memasang bow plank
pada interval jarak tertentu sebagai acuan. Peralatan yang digunakan seperti
excavator, dump truck, total station, dan alat bantu. Volume tanah yang digali
dan dibuang ke spoil bank sebesar 1.406.721,58 m3.
Tahapan pekerjaan galian tanah :
a. Mobilisasi peralatan dan tenaga kerja.
b. Pasang patok pada interval jarak tertentu dengan elevasi, ukuran dan
kemiringan sesuai dengan gambar kerja.
c. Penggalian dilaksanakan berpedoman pada patok / bow plank yang dipasang
juru ukur.
d. Hasil galian diangkut dan dibuang ke lokasi yang telah disetujui.
e. Hasil pekerjaan galian akan ditinjau oleh pengawas / direksi / konsultan untuk
dibandingkan dengan gambar kerja serta spesifikasi teknis, dan kemudian
diberikan ijin untuk melanjutkan tahapan kerja berikutnya.
f. Hasil galian diperiksa ulang menggunakan total station untuk kemudian
dirapikan apabila terdapat bagian yang kurang sesuai.
3. Galian Batuan
Pekerjaan galian batu sangat berbeda dengan pekerjaan galian tanah biasa.
Lingkup pekerjaan galian ini adalah penggalian, pembelahan (penghancuran)
dan pengangkutan semua material baik yang dipergunakan kembali maupun
yang tidak digunakan, termasuk penanganan, pengangkutan kelokasi
penumpukan / pembuangan, pembentukan dan perapihan galian sesuai alur,
elevasi, kemiringan dan ukuran yang tercantum dalam gambar. Tahapan
pekerjaan dilakukan oleh operator, dan diawasi oleh konsultan pengawas dan
juru ukur yang berpengalaman. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan bantuan alat
mekanis seperti excavator plus breaker, dump truck, total station, dan alat bantu.
Volume galian batu yang digali dan dibuang sebesar 468.907,19 m3.
4. Perbaikan Pondasi (Grouting)
Batuan dasar pada daerah parit inti akan diperbaiki dengan sub - curtain grouting,
curtain grouting dan consolidation grouting sampai dicapai kekuatan / strength
dan kehampaan air / water tightness yang disyaratkan. Consolidation grouting
dilaksanakan untuk menambal celah - celah, sambungan atau retakan lainnya
pada pondasi batuan, dengan menggunakan semen grouting yang diinjeksikan /
dimasukkan dengan grouting bertekanan rendah.
Tahapan pekerjaan grouting adalah :
a. Pengeboran (Drilling)
Pengeboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor putar (rotary drill)
dengan diameter lubang 45 (empat puluh lima) mm hingga 65 (enam puluh)
mm. Diameter 45 - 55 mm untuk grouting konsolidasi dan grouting tirai,
sedangkan 55 - 65 mm untuk eksplorasi bor inti.
b. Pencucian Lubang Bor (Washing)
Pencucian lubang bor dilakukan untuk membersihkan lubang dari kotoran bor,
menggunakan air bertekanan 1 kg/cm2. Pencucian dilakukan terus menerus
hingga air bilas terlihat bersih.
c. Pemasangan Penyekat (Packer Setting)
Panjang grouting tergantung pada kondisi batuan, sehingga penyekat yang
digunakan bisa berupa packer karet, packer udara / tiup, hingga screw
expansion packer.
d. Pengujian Tekanan Air (Water Pressure Test)
Pengujian tekanan atau dapat juga disebut lugeon test dilakukan dengan
memasukkan air bertekanan 1 - 10 kg/cm2 kedalam lubang pengujian,
bertujuan untuk mendapatkan nilai lugeon dari deformasi batuan. Nilai lugeon
adalah suatu angka yang menunjukkan berapa liter air yang bisa merembes
kedalam formasi batuan sepanjang satu meter selama periode satu menit,
dimana nilai lugeon dapat memberikan informasi mengenai sifat aliran dalam
batuan dan sifat batuan itu sendiri terhadap aliran air yang melaluinya. Jika
nilai K kurang dari 1 lugeon, maka pekerjaan grouting tidak perlu dilakukan.
e. Penyuntikan Bubur Semen (Mortar Grout Injection)
Komposisi campuran bubur semen (mortar grout) disesuaikan dengan tujuan
grouting itu sendiri. Terdapat 6 (enam) tipe grouting, dengan tujuan akhir yang
berbeda, yaitu :
- Sementasi Penembusan / Penetrasi (Penetration Grouting)
Grouting penetrasi (penetration grouting) meliputi pengisian retakan,
rekahan atau kerusakan pada batuan, rongga pada pori - pori tanah serta
media porus lainnya. Tujuan grouting penetrasi adalah untuk mengisi ruang
pori (rongga), tanpa merubah formasi serta konfigurasi maupun volume
rongga. Grouting jenis ini dapat dilakukan untuk tujuan penguatan formasi,
menghentikan aliran air yang melaluinya, maupun kombinasi keduanya.
Grouting penetrasi dapat meningkatkan kohesi tanah.
- Sementasi Pemadatan (Compaction Grouting)
Grouting pemadatan dilakukan dengan cara meng - injeksikan material
grouting sangat kaku (stiff) pada tekanan tinggi kedalam tanah. Grouting
pemadatan merupakan mekanisme perbaikan yang bertujuan untuk
meningkatkan daya dukung tanah. Karena volume struktur pori tanah
berkurang, maka permeabilitasnya juga akan berkurang. Meskipun begitu,
grouting pemadatan tidak dapat sepenuhnya mencegah terjadinya
rembesan.
- Sementasi Rekahan (Fracture Grouting)
Grouting rekahan dilakukan pada rekahan hidrolik yang terdapat pada
tanah, dengan fluida suspensi atau grouting slurry, untuk menghasilkan
hubungan antar lensa grouting dan memberikan penguatan kembali
(reinforcement). Umumnya grouting rekahan digunakan pada tanah
dengan permeabilitas rendah. Grouting rekahan dapat dilakukan pada
beberapa jenis tanah, terutama sangat baik pada tanah lempung.
- Sementasi Campuran / Jet (Mixing / Jet Grouting)
Grouting jet dilakukan dengan cara mengikis tanah menggunakan jet
bertekanan tinggi dan injeksi serentak kedalam tanah yang terganggu
dengan jet monitor. Grouting tipe ini juga dapat digunakan untuk melakukan
penyemenan di sekeliling tiang atau pondasi.
- Sementasi Isi (Fill Grouting)
Semua rongga yang dihasilkan secara alami maupun buatan, kadang -
kadang membutuhkan suatu pengisian atau penutupan. Pada jaman
dahulu, pengisian dilakukan menggunakan peralatan yang sama dengan
alat grouting tipe lainnya. Saat ini, grouting isi dilakukan menggunakan
peralatan khusus dengan campuran concrete atau mortar.
- Sementasi Vakum (Vacuum Grouting)
Umumnya pekerjaan grouting dilakukan dengan cara mendorong material
grouting kedalam formasi dengan tekanan tinggi. Akan tetapi, pada kondisi
tertentu hasilnya tidak memuaskan. Oleh karena itu, vakum digunakan
untuk menyedot material grouting masuk kedalam bagian yang mengalami
kerusakan. Kerusakan tersebut harus diisolasi dari tekanan barometrik
terlebih dahulu, sehingga dengan kondisi yang vakum, material grouting
akan tersedot dan tertarik ke dalam kerusakan tersebut.
f. Inspeksi Pekerjaan (Inspection)
Pemeriksaan hasil grouting dilakukan dengan membuat check hole pada titik
yang dipilih dan biasanya di bor miring agar mewakili zona grouting.
Pengambilan contoh inti (core sampling) untuk melihat secara visual
efektivitas penetrasi grouting dan dapat diperiksa dengan membubuhkan
phenolptalein 0.1 n. Warna merah muda adalah tanda penetrasi semen.
Pengujian permeabilitas setelah grouting dengan water pressure test atau
lugeon test. Tekanan diatur seperti uji permeabilitas secara naik dan turun,
yaitu bervariasi 1 - 3 - 5 - 7 - 10 - 7 - 5 - 3 - 1 kg/cm2, tergantung kondisi batuan.
g. Penyumbatan Lubang Bor (Grout Hole Plugging)
Setelah semua tahapan dilaksanakan, lubang bor grouting dapat ditutup
dengan campuran semen 1 PC : 2 PP
Volume pekerjaan perbaikan pondasi (grouting) ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 3.9. Volume Pekerjaan Perbaikan Pondasi

Beton K - 225 tipe A (Grout Cap) m3 11.849,82


Besi Tulangan Ulir kg 1.303.480,41
Pemboran Lubang Konsolidasi
m 8.960,00
(kedalaman 0 m - 10 m)
Pemboran Lubang Curtain Grouting
m 11.690,00
(kedalaman 0 m - 10 m)
Pemboran Lubang Curtain Grouting
m 9.180,00
(kedalaman 10 m - 20 m)
Pemboran Lubang Curtain Grouting
m 6.111,00
(kedalaman 20 m - 30 m)
Pemboran Lubang Curtain Grouting
m 3.232,50
(kedalaman > 30 m)
Grouting (material dan operasional) ton 3.133,88
Water Pressure Test (1 tekanan) test 1.200,00
Pemboran Inti untuk Pilot & Check Hole (coring)
m 1.210,00
(kedalaman 0 m - 10 m)
Pemboran Inti untuk Pilot & Check Hole (coring)
m 960,00
(kedalaman 10 m - 20 m)
Pemboran Inti untuk Pilot & Check Hole (coring)
m 660,00
(kedalaman 20 m - 30 m)
Pemboran Inti untuk Pilot & Check Hole (coring)
m 350,00
(kedalaman > 30 m)
Lugeon Test (7 tekanan) test 260,00
Pengadaan Diamond Bit Double Corbeat (76 mm)
bh 127,20
NX Size, Check Hole Coring
Pengadaan Diamond Bit Double Corbeat (46 mm)
bh 979,34
LMNC, Curtain Grouting

5. Timbunan Bendungan Utama


Material timbunan pengelak terdiri dari beberapa zona, dengan spesifikasi
tertentu, yang mempunyai kemampuan berbeda - beda untuk dialiri air
rembesan, yakni :
a. Zona 1 : timbunan inti
b. Zona 2a : timbunan filter halus
c. Zona 2b : timbunan transisi
d. Zona 3 : timbunan random batu
e. Zona 4 : timbunan rip - rap
Pekerjaan timbunan untuk Bendungan Utama meliputi :
a. Zona 1 (Lempung / Clay)
Material zona inti kedap air (zona 1) merupakan material galian dari tempat
pengambilan tanah (borrow area) seperti ditunjukkan pada gambar, kecuali
apabila ditunjuk oleh direksi. Pada pekerjaan pembangunan Bendungan
Bulango Ulu, material timbunan inti kedap air (zona 1) diperoleh dari borrow
area yang terletak di hulu bendungan. Kebutuhan volume untuk material zona
1 sebesar 433.357,56 m3. Tahapan pelaksaan timbunan dijabarkan sebagai
berikut.
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Setelah lapisan pondasi bersih dari kotoran khususnya pada lokasi inti,
dilakukan penimbunan dengan tanah lempung setebal 10 - 15 cm untuk
lapisan perekat (contact zone) termasuk pada bagian lereng bukit dan
dipadatkan. Apabila tidak dilaksanakan dengan alat berat pemadatan
dapat dilakukan dengan tamping rammer namun ketebalannya dikurangi
dan harus dilakukan dengan hati - hati.
- Material timbunan dihampar dengan ketebalan ± 20 cm lapis demi lapis
dengan menggunakan bulldozer.
- Material tanah lempung harus dibasahi dengan menggunakan tangki air
apabila moisture content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture
content terlalu tinggi, untuk mencapai moisture content yang optimum.
- Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller atau sheep foot
roller untuk mencapai kepadatan yang direncanakan.
- Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah dump truck, bulldozer,
water tank, excavator, vibro roller, sheep foot roller, tamping rammer, dan
pompa air.
b. Zona 2a (Pasir / Sand)
Material yang digunakan untuk zona filter halus berasal dari endapan alluvial
sungai yang didapat dari borrow area atau dari galian pondasi bendungan,
material batuan atau batuan lapuk yang berasal dari galian bangunan
pelimpah atau struktur lainnya, atau dari tempat yang telah disetujui lainnya
dan diproses melalui penghancuran, pembagian kelas dan pencucian
sebagaimana perlu untuk mendapatkan gradasi yang diperlukan dan sudah
ditetapkan.
Material harus bersih, tidak berkohesi terutama terdiri dari pasir dan kerikil
dengan ukuran butir maksimum 20 (dua puluh) cm dan harus mengandung
lebih kecil dari fraksi ayakan No. 200 dalam jumlah kurang dari 5 (lima) % dan
lebih besar dari fraksi ayakan No.4 (4.76 mm) dalam jumlah kurang dari 35
(tiga puluh lima) %.
Pada pekerjaan pembangunan Bendungan Bulango Ulu, material timbunan
filter halus (zona 2a) diperoleh dari quarry genangan yang kemudian disimpan
di stockpile dengan jarak 2000 m, sebelum digunakan. Kebutuhan volume
untuk material zona 1 sebesar 202.566,31 m3. Tahapan pelaksaan timbunan
dijabarkan sebagai berikut.
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Setelah lapisan pondasi bersih dari kotoran, dilakukan penimbunan dengan
tanah lempung setebal 10 - 15 cm untuk lapisan perekat (contact zone)
termasuk pada bagian lereng bukit dan dipadatkan. Apabila tidak
dilaksanakan dengan alat berat pemadatan dapat dilakukan dengan
tamping rammer namun ketebalannya dikurangi dan harus dilakukan
dengan hati - hati.
- Material timbunan dihampar dengan ketebalan ± 30 cm lapis demi lapis
dengan menggunakan bulldozer.
- Material pasir harus dibasahi dengan menggunakan tangki air apabila
moisture content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture content terlalu
tinggi, untuk mencapai moisture content yang optimum.
- Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller atau sheep foot
roller untuk mencapai kepadatan yang direncanakan.
- Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah dump truck, bulldozer,
water tank, excavator, vibro roller, sheep foot roller, tamping rammer, dan
pompa air.
c. Zona 2b (Kerikil / Gravel)
Material yang digunakan untuk zona transisi berasal dari endapan alluvial
sungai yang didapat dari borrow area atau dari galian pondasi bendungan,
material batuan atau batuan lapuk yang berasal dari galian bangunan
pelimpah atau struktur lainnya, atau dari tempat yang telah disetujui lainnya
dan diproses melalui penghancuran, pembagian kelas dan pencucian
sebagaimana perlu untuk mendapatkan gradasi yang diperlukan dan sudah
ditetapkan.
Material harus bersih, tidak berkohesi terdiri dari andesit dengan ukuran
butiran maksimum 40 (empat puluh) cm dan harus mengandung lebih kecil
dari fraksi ayakan No.200 dalam jumlah kurang dari 2 (dua) % dan lebih kecil
dari fraksi ayakan No.4 (4.76 mm) dalam jumlah kurang dari 30 (tiga puluh)%.
Pada pekerjaan pembangunan Bendungan Bulango Ulu, material timbunan
filter kasar / transisi (zona 2b) diperoleh dari quarry genangan yang kemudian
disimpan di stockpile. Kebutuhan timbunan filter kasar / transisi diperkirakan
sebesar 213.801,03 m3.
Tahapan pelaksaan timbunan dijabarkan sebagai berikut.
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Setelah lapisan pondasi bersih dari kotoran, dilakukan penimbunan dengan
tanah lempung setebal 10 - 15 cm untuk lapisan perekat (contact zone)
termasuk pada bagian lereng bukit dan dipadatkan. Apabila tidak
dilaksanakan dengan alat berat pemadatan dapat dilakukan dengan
tamping rammer namun ketebalannya dikurangi dan harus dilakukan
dengan hati - hati.
- Material timbunan dihampar dengan ketebalan ± 30 cm lapis demi lapis
dengan menggunakan bulldozer.
- Material pasir harus dibasahi dengan menggunakan tangki air apabila
moisture content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture content terlalu
tinggi, untuk mencapai moisture content yang optimum.
- Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller atau sheep foot
roller untuk mencapai kepadatan yang direncanakan.
- Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah dump truck, bulldozer,
water tank, excavator, vibro roller, sheep foot roller, tamping rammer, dan
pompa air.
d. Zona 3 (Random Batu / Rock)
Material untuk zona isian batu pada timbunan bendungan harus diperoleh dari
tempat quarry atau daerah lain yang disetujui oleh direksi dan harus berupa
campuran batu yang cukup keras, awet, batu bergradasi baik, bongkahan dan
kerikil dengan ukuran partikel maksimum lebih kecil dari 100 (seratus) cm.
Material harus berupa campuran pilihan yang mempunyai ukuran partikel
maksimum 100 (seratus) cm, lebih besar fraksi ayakan No.4 (4,76 mm) diatas
80 (delapan puluh) % dan lebih kecil fraksi ayakan No.200 (0,074 mm) lebih
kecil dari 1 (satu) %.
Material timbunan filter random batu diperoleh dengan cara blasting maupun
galian dari quarry genangan yang kemudian disimpan di stockpile. Kebutuhan
timbunan random batu diperkirakan sebesar 2.834.216,56 m3. Tahapan
pelaksaan timbunan dijabarkan sebagai berikut.
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Setelah lapisan pondasi bersih dari kotoran, dilakukan penimbunan dengan
tanah lempung setebal 10 - 15 cm untuk lapisan perekat (contact zone)
termasuk pada bagian lereng bukit dan dipadatkan. Apabila tidak
dilaksanakan dengan alat berat pemadatan dapat dilakukan dengan
tamping rammer namun ketebalannya dikurangi dan harus dilakukan
dengan hati - hati.
- Material timbunan dihampar dengan ketebalan ± 30 cm lapis demi lapis
dengan menggunakan bulldozer.
- Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller untuk mencapai
kepadatan yang direncanakan.
- Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah dump truck, bulldozer,
excavator, dan vibro roller.
e. Zona 4 (Rip - rap / Rock)
Material untuk rip - rap harus diperoleh dari tempat quarry atau daerah lain
yang disetujui oleh direksi dan harus berupa campuran batu yang cukup
keras, awet, batu bergradasi baik, bongkahan dan kerikil dengan ukuran
partikel maksimum lebih kecil dari 100 (seratus) cm. Material harus berupa
campuran pilihan yang mempunyai ukuran partikel maksimum 100 (seratus)
cm, lebih besar fraksi ayakan No.4 (4,76 mm) diatas 80 (delapan puluh) %
dan lebih kecil fraksi ayakan No.200 (0,074 mm) lebih kecil dari 1 (satu) %.
Material timbunan rip - rap diperoleh dengan cara blasting dari quarry
genangan yang kemudian disimpan di stockpile. Kebutuhan timbunan rip - rap
diperkirakan sebesar 79.432,32 m3. Tahapan pelaksaan timbunan dijabarkan
sebagai berikut.
- Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer.
- Material timbunan dihampar dan direkatkan dengan bucket excavator atau
hand placing.
- Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan excavator.
Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah dump truck, bulldozer,
dan excavator.
6. Pekerjaan Puncak Bendungan
Puncak bendungan biasanya dipergunakan untuk jalan inspeksi, maka
penyelesaiannya adalah seperti pada pembuatan jalan, yaitu ditimbun dengan
base corse dan sub - base corse dan dilapisi dengan asphalt. Tahapan pelaksaan
pekerjaan puncak bendungan dijabarkan sebagai berikut.
a. Lapis Pondasi Atas (LPA)
Lapis Pondasi Atas jalan merupakan lapisan struktur utama di atas Lapis
Pondasi Bawah, pada pekerjaan ini merupakan timbunan bendungan utama.
Pembangunan Lapis Pondasi Atas terdiri dari pengadaan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, penyiraman dengan air, dan pemadatan
agregat batu atau kerikil alami pilihan dalam Lapis Pondasi Atas, di atas satu
Lapis Pondasi Bawah pada pekerjaan ini merupakan timbunan bendungan
utama. Volume pekerjaan ini sebesar 502,25 m3. Metode pelaksanaan
pekerjaan ini dijabarkan sebagai berikut.
- Agregat ditempatkan pada lokasi di atas Lapis Pondasi Bawah yang sudah
disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan penghamparan
dan pemadatan ketebalan yang diperlukan.
- Agregat dihampar dengan tangan oleh pekerja atau dengan motor grader
sampai satu campuran yang merata, dengan batas kelembaban yang
optimum.
- Agregat harus dihampar dalam lapisan yang tidak melebihi ketebalan 20
cm, dalam satu cara sehingga kepadatan maksimum yang telah ditetapkan
dapat dicapai.
b. Lapis Resap Pengikat
Lapis resap pengikat umumnya adalah aspal dengan penetrasi 80/100 atau
penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan
berkisar antara 0,4 sapai dengan 1,3 liter/ m2 untuk lapis pondasi agregat
kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m2 untuk pondasi tanah semen. Setelah
pengeringan selama 4 sampai 6 jam, bahan pengikat harus telah meresap
kedalam lapis pondasi. lapis resap pengikat yang berlebih dapat
mengakibatkan pelelehan (bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya
bidang geser, untuk itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan pasir dan
dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti aspal. Volume pekerjaan ini sebesar
3.013,50 liter.
Metode pelaksanaan pekerjaan ini dijabarkan sebagai berikut.
- Pemasangan lapis resap pengikat menggunakan alat asphalt distributor.
Asphalt distributor adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi dengan
aspal, pompa, dan batang penyemprot. Umumnya truk dilengkapi juga
dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal dan juga penyemprot
tangan (hand sprayer). Hand sprayer digunakan untuk daerah - daerah
yang sulit dicapai dengan batang penyemprot.
- Sebelum dilakukan pemasangan harus dipastikan bahwa daerah yang
akan disemprot bebas dari kotoran dan debu - debu. lalu asphalt distributor
harus dikalibrasikan terlebih dahulu, seperti sudut nosel, ketinggian dan
kecepatan kendaraan. Ketinggian batang penyemprot diatur sedemikian
rupa disesuaikan dengan jarak nosel agar diperoleh penyemprotan yang
tumpang tindih sebanyak 2 - 3 kali. penyemprotan dilakukan secara merata
sepanjang jalan.
c. Lapis Perkerasan AC - BC
Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan aus
(Wearing Course) dan di atas lapisan pondasi (Base Course). Lapisan ini tidak
berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan
kekauan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu
lintas yang akan diteruskan ke lapisan di bawahnya yaitu Base dan Sub Grade
(Tanah Dasar). Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah
stabilitas. Volume pekerjaan ini sebesar 2.511,25 m2.
Metode pelaksanaan pekerjaan ini meliputi penyiapan bahan di base camp,
pencampuran bahan agregat dengan aspal, pengiriman sampai lokasi
pekerjaan, penghamparan dan pemadatan. AC - BC dibuat di base camp
sesuai dengan spesifikasi kemudian dituangkan diatas dumptruck lalu hasil
penuangan ditutup dengan terpal untuk menahan suhu AC - BC tetap stabil
lalu dikirm kelokasi pekerjaan yang telah siap peralatan mekanik seperti
finisher alat penghampar dan alat - alat pemadat. Bahan dituang ke bak
finisher dari dumptruck, finisher menghampar campuran aspal panas ke
permukaan lapis pondasi pada ketebalan diatas rata - rata ketebalan padat
dan hasil penggelaran didiamkan pada suhu yang telah ditetapkan kemudian
dipadatkan dengan mesin gilas roda besi, penggilasan sedemikian rupa
hingga mendapatkan kerataan dan kepadatan yang ditetapkan dan akhir
pemadatan menggunakan mesin gilas roda karet demikian seterusnya
pekerjaan dilakukan atas arahan dari Direksi pekerjaan serta tentunya kami
telah mengajukan hasil pengujian bahan Campuran Aspal Panas serta ijin
kerja kepada konsultan pengawas dan direksi lapangan
7. Pekerjaan Instrumentasi Bendungan
Pekerjaan instrumentasi pada bendungan berupa instalasi peralatan – peralatan
yang digunakan untuk memonitor kondisi bendungan, sehingga bisa dideteksi
kemungkinan - kemungkinan yang terjadi seperti tingkat rembesan air,
penurunan timbunan dan sebagainya. Pada pekerjaan pembangunan
Bendungan Bulango Ulu instrumen yang dipasang meliputi :
Tabel 3.10. Instrumentasi di Bendungan Bulango Ulu
Stand Pipe Piezometer set 9 ,00
Alat Baca Stand Pipe bh 1 ,00
Papan Duga Air (Peil Schale) m 50 ,00
Rumah Instrumentasi unit 1 ,00
Inklinometer set 4 ,00
Alat Baca Inklinometer dan Kelengkapannya set 1 ,00
Piezometer Pondasi Tipe Vibrating Wire set 16 ,00
Multilayer Settlement (Vertikal Setlement) set 5 ,00
Sumur Observasi set 12 ,00
ARR dan Klimatologi Lengkap. set 1 ,00
Bench Mark (Bm) set 5 ,00
Patok Geser di Puncak Bendungan set 8 ,00
Patok Geser di Hilir Bendungan set 8 ,00
Bangunan V-Nocth set 3 ,00
Alat Ukur Muka Air Otomatis (AWLR) set 1 ,00
Pekerjaan Penangkal Petir ls 1 ,00
Strong Motion Accelerograph set 3 ,00
Seismograph set 1 ,00
Total Stress set 1 ,00
Panel Utama Digital set 1 ,00

Semua peralatan instrumentasi ini kecuali alat ukur deformasi eksternal


dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan timbunan tubuh bendungan.
Pemasangan instrumentasi dilaksanakan secara bertahap, mengikuti progres
pelaksanaan pekerjaan timbunan tubuh bendungan.
Beberapa fungsi dari instrumen tersebut adalah :
a. Multilayer settlement point ditanam pada permukaan pondasi dan dalam
timbunan untuk mengetahui terjadinya settlement / penurunan pondasi dan
timbunan.
b. Piezometer yang dipasang dalam timbunan clay core (inti bendungan) dan
dalam pondasi untuk mengetahui besarnya void pressure dan rembesan
(seepage) dalam tubuh bendungan dan pondasi.
c. V-Notch untuk mengukur debit rembesan yang dipasang di kaki bendungan.

3.5.5. Bangunan Pelimpah Samping/Side Spillway


Bangunan Spillway direncanakan dengan tipe Pelimpah Samping tanpa pintu,
dengan panjang ambang 75,00m dan panjang total 469,45 m. Elevasi puncak
ambang adalah El. 437,00, dengan lebar saluran samping 15,00- 30,00 m, lebar
saluran peluncur 25,00 m. Panjang peredam energi 60,00 m. Jangka waktu
pelaksanaan side spillway secara keseluruhan direncanakan selama 15 (limabelas)
bulan, dimulai bulan ke 4 (empat) tahun pertama.
a. Galian
Total volume galian Spillway diperkirakan sekitar 361.788,42 m3 yang terdiri
dari galian batu sebanyak 126.625,95 m3 dan galian tanah sebanyak
235.162,47. Rencana pekerjaan galian dilaksananakan selama 7 (tujuh) bulan
dimulai bulan ke 5 (lima) tahun pertama. Pekerjaan galian dilaksanakan
bersamaan dengan pekerjaan galian sistem pengelak.
Pekerjaan galian biasa dilaksanakan dengan menggunakan
3
Excavator/Backhoe 1,2 m dan Bulldozer 21 ton. Sedangkan galian batuan
dilaksanakan dengan menggunakan Hammer Pick Air dan Buldozer 21 ton.
Setelah pekerjaan tanah biasa selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan galian
batuan keras. Material galian diangkat dengan Excavator/Backhoe 1,2 m3 ke
Dump Truck 10 ton untuk diangkut ke spoil bank atau ke stockpile yang letaknya
sekitar 500 m di hilir lokasi bendungan.
Material galian pilihan, digunakan sebagai urugan random, diangkut ke
stockpile.
b. Pekerjaan Beton
Volume beton yang diperlukan seluruhnya untuk bangunan Side Spillway
diperkirakan sekitar 25.505,15 m3 dan rencana pelaksanaannya selama 11
(sebelas belas) bulan dimulai bulan ke 8 (delapan) tahun ke pertama.
Beton diproduksi dengan batcher plant untuk beton , yang dipasang dekat lokasi
bendungan, diangkut ke lokasi penempatan beton dengan Agitator Truck 3,2
m3. Rencana penempatan beton terbanyak per hari sekitar 45 m3/hari.
Pekerjaan beton dilakukan dengan Concrete Pump. Segera setelah beton
ditempatkan, beton dipadatkan dengan menggunakan Vibrator 60 mm, untuk
menghindari celah-celah.
Juga, permukaan beton akan dibasahi dengan dipercik atau dengan karung
basah.
c. Urugan
Volume material urugan kembali diperkirakan sebesar 11.402 m3 dan batu
kosong pada saluran pengeluaran diperkirakan sekitar 1200,00 m3. Rencana
pelaksanaannya urugan kembali diperkirakan sekitar 3 (tiga) bulan dimulai
bulan ke 8 (delapan) tahun ke dua (2) yang terletak sepanjang tembok sebelah
kiri dan kanan. Sedangkan pelaksanaan rip-rap diperkirakan sekitar 4 (empat)
bulan dimulai pada bulan ke 4 (empat) tahun ke dua (2) setelah selesai
pelaksanaan pasangan batu pada dinding saluran pengeluaran.
Material urugan diangkut dengan Dump Truck 10 ton, disebar dengan Bulldozer
21 ton dan dipadatkan dengan Vibrating Roller 10 ton per lapisan.
3.5.6. Bangunan Pengambilan/Intake
A. Drop Inlet
Tipe : Drop Inlet
Dimensi bukaan atas : 5,00 m L x 5,00 m T
Dimensi bukaan bawah : 4,00 m L x 1,50 m T
Tinggi bangunan : 23,70m
Elevasi Intake : EL. 223,00 m
Pelaksanaan pekerjaan bangunan pengambilan/intake direncanakan selama 4
(empat) bulan dimulai pada awal bulan ke 4 (empat) tahun kedua, bersamaan
dengan pelaksanaan galian Inlet dan Outlet. Urutan Pelaksanaan pekerjaan dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Pekerjaan di mulai dengan instalasi pembesian di workshop setelah itu
dilanjutkan dengan pemasangan posisi pembesian menggunakan mobil crane.
2. Pemasangan bekisting dilakukan setelah instalasi pembesian selesai
dilakukan, Bekisting harus diperkuat dengan sabuk tie rod untuk mengikat
secara horisontal dengan jarak tiap 1 m vertikal ke atas. Dilanjutkan dengan
instalasi push pull prop dan kickers brace yang dibautkan ujungnya pada wedge
head piece dan base plate pada masing masing ujungnya.
3. Setelah semua terpasang cek vertikalitas dengan menggunakan theodolit
4. Pengecoran dapat dilakukan setelah dilakukan uji slump, pengecoran dilakukan
dengan menuang beton ready mix pada concrete bucket dengan kapasitas 1
m3, kemudian concrete bucket diangkat oleh mobil crane menuju lokasi
pengecoran. Dilokasi pengecoran tutup concrete bucket di buka dan beton
dituang ke dalam bekisting melalui pipa tremie. Tinggi jatuh penuangan beton
disyaratkan tidak melebihi 1.5 m untuk menghindari agregat kasar terlepas dari
adukan beton. Proses pengecoran dilakukan tiap layer dengan layer berkisar
1.5 m sampai elevasi yang telah ditentukan. Pengecoran dibagi dalam 3 section
dengan section pertama setinggi 8.0 m dengan volume beton diperkirakan
264.00 m3, section kedua setinggi 13.70 m volume beton diperkirakan 341.95
m3 , dan section terakhir (3) yang berfungsi sebagai kepala drop inlet dengan
volume beton diperkirakan sebesar 145.44 m3.
5. Pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan conrete vibrator, pada saat
pemadatan conrete vibrator diusahakan tidak berinteraksi dengan bekisting dan
tulangan.
6. Pada saat akan melanjutkan sambungan beton , beton lama disiram terlebih
dahulu dengan calbond (super bonding agent).
7. Setelah umur beton telah tercukupi dilakukan pemasangan trashrack diatas
drop inlet.
B. Shaft Tunnel Pintu Darurat
1. Pekerjaan shaft tunnel dilakukan setelah lokasi shaft tunnel telah selesai
pekerjaan terowongan pengelak yang ada di bawah nya.
2. Pekerjaan selanjutnya adalah pembersihan lokasi shaft tunnel dan perataan
lokasi shaft tunnel menggunakan buldozer kapasitas 15 ton.
3. Setelah selesai dilakukan pembersihan dilakukan pekerjaan scaling
menggunakan theodolit dan area kerja dipasang dengan rambu rambu pada
sisi terluarnya.
4. Menyiapkan mobil crane /tower crane kapasitas 30 ton, crane digunakan untuk
menurunkan mini excavator, pekerja, dan mengangkut hasil galian ke atas.
5. Menyiapkan pekerjaan dewatering dengan pompa sentrifugal kapasitas 2.0 lt/dt
dengan head maksimal 70 m, menyiapkan sistim air suply dan electricity untuk
pekerjaan shotcrete.
Pekerjaan galian sampai elevasi 253.50 menggunakan excavator pc 800 yang
dilengkapi breaker untuk galian batu, hasil galian diangkut ke dalam dump truck
dan di bawa ke spoil bank, elevasi ini merupakan leveling kerja dalam
pembuatan shaft tunnel, volume pekerjaan sampai pada level ini, untuk galian
tanah diperkirakan sebesar 129.540,96 m3, galian batu diperkirakan sebesar
86.360,64 m3. Setelah tercapai level + 253.50 m maka dilanjutkan galian shaft
tunnel sampai kedalaman 6 m dengan masih menggunakan PC 800, setelah
kedalaman 6.00 m penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator PC
80 yang diturunkan ke dalam lubang shaft tunnel menggunakan mobile crane
penggalian dibantu dengan semi manual menggunakan jack hammer untuk
daerah yang sulit dijangkau oleh excavator. Hasil galian dipindah secara
manual oleh pekerja pada bucket kapasitas 0.8 m3 yang diangkat oleh Crane
ke permukaan (dump truck) yang selanjutnya akan membawa hasil galian ke
stock pile. Setiap kedalaman 3 m diberi steel rib wf 200 x 200 untuk perkuatan
tebing dan juga untuk batas steel wire mesh. Setelah itu dilakukan shotcrete
dengan ketebalan 5 cm dan dilanjutkan dengan pemasangan rock bolt
sepanjang 3 m dengan jumlah 8 buah tiap penampang, proses di ulang sampai
mencapai kedalaman level + 197.30 m. Volume Pekerjaan galian batu pada
shaft tunnel diperkirakan sebesar 5.114,47 m3. Volume pekerjaan shotcrete
diperkirakan sebesar 1.863,19 m2 dan pekerjaan rock bolting diperkirakan
sebanyak 152 buah.
Estimasi waktu penggunaan mobil crane pada pengangkatan hasil galian bisa
dijelaskan sebagai berikut.
1 Kapasitas Bucket 0.8 m3
2 Perhitungan Waktu Angkat
a. Hoisting 1.2 menit
b. Slewing 0.3 menit
c. Landing 0.2 menit
Total 1.7 menit
3 Perhitungan Waktu Kembali
a. Hoisting 0.2 menit
b. Slewing 0.2 menit
c. Landing 0.6 menit
Total 1 menit
4 Waktu Bongkar Muat
a. Waktu Muat 3 menit
b. Waktu Bongkar 0.3 menit
5 Total siklus
Waktu Muat 3 menit
Waktu Angkat 1.7 menit
Waktu Bongkar 0.3 menit
Waktu Kembali 1 menit
6 menit
6 Perhitungan produksi
Volume 8.00 m3/jam
64.00 m3/hari

6. Pengecoran dapat dilakukan setelah dilakukan uji slump, pengecoran dilakukan


dengan menuang beton ready mix pada concrete bucket dengan kapasitas 0.80
m3, kemudian concrete bucket diangkat oleh crane menuju lokasi pengecoran.
Dilokasi pengecoran tutup concrete bucket di buka dan beton dituang ke dalam
bekisting melalui pipa tremie. Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan tidak
melebihi 1.5 m untuk menghindari agregat kasar terlepas dari adukan beton.
Proses pengecoran dilakukan tiap layer dengan layer berkisar 1.5 m sampai
elevasi yang telah ditentukan. Pengecoran dibagi dalam 6 section dengan
section pertama setinggi 7.5 m (Tipe D-C) dengan volume beton diperkirakan
474.72 m3, section kedua setinggi 10,00 m (Tipe B1) volume beton diperkirakan
532.17 m3 , section ketiga setinggi 10.00 m (Tipe B2) dengan volume beton
diperkirakan 532.17 m3, section keempat setinggi 10.00 m (Tipe B3) dengan
volume beton diperkirakan sebesar 532.17 m3, section kelima dengan tinggi
8.90 m (tipe B3) dengan volume beton diperkirakan 473.63 m3 dan section
terakhir (60) dengan tinggi 10.00 m (Tipe A-A’) dengan volume beton
diperkirakan sebesar 945.05 m3. Estimasi waktu penggunaan mobil crane pada
proses pengecoran bisa dijelaskan sebagai berikut.
1 Kapasitas Bucket 0.8 m3
2 Perhitungan Waktu Turun
a. Hoisting 0.2 menit
b. Slewing 0.3 menit
c. Landing 1.2 menit
Total 1.7 menit
3 Perhitungan Waktu Kembali
a. Hoisting 0.6 menit
b. Slewing 0.2 menit
c. Landing 0.3 menit
Total 1.1 menit
4 Waktu Bongkar Muat
a. Waktu Muat 4 menit
b. Waktu Bongkar 4 menit
5 Total siklus
Waktu Muat 4 menit
Waktu Angkat 1.7 menit
Waktu Bongkar 4 menit
Waktu Kembali 1.1 menit
10.8 menit
6 Perhitungan produksi
Volume 4.44 m3/jam
35.56 m3/hari

7. Pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan conrete vibrator, pada saat


pemadatan conrete vibrator diusahakan tidak berinteraksi dengan bekisting dan
tulangan.
8. Pada saat akan melanjutkan sambungan beton , beton lama disiram terlebih
dahulu dengan calbond (super bonding agent).
9. Setelah umur beton telah tercukupi dilakukan pembangunan rumah pintu.
C. Pluging
Pekerjaan pluging dilaksanakan setelah selesainya semua pekerjaan bangunan
utama, pluging digunakan untuk menutup bagian yang terbuka dari bidang kontak
antara lapisan beton bagian dalam dengan permukaan beton terowongan pengelak.
Pluging pada bendungan lau simeme terdiri dari dua yaitu pluging di depan drop
inlet sepanjang 8 m dan pluging ditengah terowongan pengelak yang sejajar dengan
As Bendungan sepanjang 30 m.
Spesisemen diinjeksikan melalui sistem pipa spesisemen untuk ditempelkan di
dalam beton dan melalui lubang pipa baja yang disediakan.
Sistem grouting pipa pada penyumbat beton dalam terowongan pengelak terdiri dari
headers pembawa, headers pembalik, vent headers dan vent headers pembalik,
semua menjadi pipa baja, dan dari pipa anak tangga baja yang mana
menghubungkan pembawa headers untuk spesisemen outlet dan vent headers
untuk membuat alur. Valves harus dipasang pada ujung semua headers.
Sebelum pelaksanaan grouting, semua pipa dan bagian yang terbuka sepanjang
kontak sambungan harus secara menyeluruh dicuci dengan air bersih yang disuntik
melalui pembawa headers di bawah suatu tekanan yang tidak lebih dari tekanan
maksimum yang diijinkan. Penekanan air harus tetap berada di dalam pipa, dan jika
kebocoran air ditemukan pada permukaan dari penutup atau pada tempat lain. Air
harus dibuang habis sebelum grouting dimulai.
Konsentrasi dari spesisemen yang akan digunakan dengan perbandingan antara
2:1 sampai 1,4:1 ratio massa dari air dan semen. Pekerjaan ini diselesaikan dalam
1.0 bulan.
3.5.7. Pekerjaan Hidromekanikal
Pemasangan pekerjaan Hidromekanikal dilakukan selama 20 (dua puluh) bulan
yang dimulai pada bulan September tahun ke 2 (dua).
Pekerjaan Hidromekanikal terdiri dari :
1. Saringan Sampah Pintu Pengambilan (Intake Trashrack)
2. Pipa Konduit Keluaran
3. Pintu Terowong Pengelak
4. Pintu Tailrace
5. Katup Kupu-kupu
6. Katup hollow Jet
7. Turbin
8. Tailrace Gate
Perlengkapan tersebut akan didesain, difabrikasi pada bulan Juli tahun ke dua (2),
dikirim dan tiba di lapangan untuk masing-masing pekerjaan pada bulan September
tahun ke tiga (3).
Pemasangan perlengkapan tersebut direncanakan selesai pada akhir bulan April
tahun ke empat (4).
3.5.8. Jalan Masuk
Pelaksanaan peningkatan jalan masuk direncanakan mulai pada bulan Pebruari
tahun pertama dan selesai pada akhir bulan mei tahun pertama.
Karena bangunan lama masih di fungsikan sebagai jalan umum, maka maka
diharapkan semua kegiatan tidak mengganggu fasilitas yang ada, maka tahap awal
pekerjaan pelebaran dan drainase harus di selesaikan terlebih dahulu.
Galian tanah biasa dan galian batu lapuk dilaksanakan dengan menggunakan
Excavator/Backhoe kapasitas 1,2 m3 dan Bulldozer kapasitas 21,0 ton untuk
mengumpulkan dan menggaru. Material galian diangkat dengan Excavator/Backhoe
kapasitas 1,2 m3 ke dalam Dump Truck kapasitas 10 ton untuk diangkut ke Spoil
bank atau ke stock pile untuk material yang masih dapat digunakan.
3.5.9. Gedung dan Pelengkapnya
Gedung yang diperlukan antara lain Gardu Pandang, Mushola, Pos Jaga dan
Rumah Dinas, Rumah Generator dan Kantor Proyek
3.5.10. Pekerjaan Listrik
Pekerjaan listrik meliputi penyediaan listrik yang disuplai dan dipasang oleh PLN.
Penyediaan generator dengan mesin diesel diperlukan pula untuk keperluan
cadangan tenaga listrik apabila sewaktu-waktu aliran listrik PLN padam. Pekerjaan
listrik ini juga termasuk penyediaan dan pemasangan untuk lampu, tiang, kabel
tanam, kotak panel dan pondasi peralatan yang diperlukan.

Gambar 3.1 Lokasi Borrow Area dan Quarry Bendungan Lau Simeme
Gambar 3.2 Lokasi Stock Pile Bendungan Lau SImeme

You might also like