You are on page 1of 29

LAPORAN AKHIR

DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

BAB VIII
PERENCANAAN BANGUNAN
PENGAMBILAN

8.1. UMUM
Pertimbangan ekonomis maka pada studi ini dipilih drop inlet yang dilengkapi
dengan fasilitas pintu darurat di tengah terowongan dengan menggunkan
konstruksi shaft tegak. Sebagai dasar pemilihan bangunan penyadap ini adalah
dengan memperbandingkan tipe-tipe bangunan penyadap dengan kondisi-kondisi
yang ada, sebagai berikut:

Tabel 8. 1. Tipe-Tipe Bangunan Penyadap

Pertimbangan Sadap miring Sadap Menara Drop inlet


Daya dukung Memenuhi
Memenuhi Memenuhi
pondasi
Tidak
Kurang menyulitkan
Tidak
menguntungkan, karena berupa
menyulitkan
karena shaft tegak
Perletakan karena yang
membutuhkan
bersandar pada
fasilitas jembatan langsung
tebing. menerobos ke
yang panjang.
terowongan.
Kurang mantap,
Cukup mantap Kurang
karena berdiri
karena mantap,
Stabilitas bebas, dengan
bersandar pada karena berdiri
konstruksi cukup tinggi,
dinding batuan bebas
(kurang stabil
yang keras
terhadap gempa)
Memungkinkan Memungkinkan Hanya 1
Model
pengoperasian pengoperasian lubang inlet.
Pengoperasian
lebih dari 1 inlet lebih dari 1 inlet
Relatif lebih
Lebih besar dari Lebih besar dari kecil dari tipe
Total produksi (air tipe drop inlet, dari tipe drop yang lain,
yang dapat karena bisa inlet, karena bisa karena faktor
dimanfaatkan) lebih dari satu lebih dari satu tampungan
inlet. inlet. mati.

Relatif lebih Relatif lebih


Harga konstruksi Relatif murah
mahal mahal

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-1
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

Pertimbangan Sadap miring Sadap Menara Drop inlet


Membutuhkan
Relatif lebih Lebih mudah
Pengerjaan tingkat presisi
mudah dari tipe dari tipe
konstruksi yang cukup lainnya
sadap miring
tinggi.
Lebih mudah, Relatif lebih
karena mudah merepotkan, Tidak
dijangkau dan adanya jembatan membutuhkan
Pengoperasian dan pengendalian
tidak pelayanan yang
Pemeliharaan pada saat
memerlukan panjang, juga
fasilitas menambah dioperasikan.
tambahan beban O&P

Satu-satunya kelemahan dari tipe drop inlet adalah pemanfaatan tampungan air
waduk yang tidak maksimal, sehingga manfaat bendungan tidak sebesar apabila
menggunakan dua tipe lainnya. Dengan memperhatikan kelemahan serta
kelebihan masing-masing pilihan maka dipilih tipe sadap menara yang
dimodifikasi, disamping alasan tersebut diatas ada salah satu alasan yang juga
krusial yaitu proses pluging yang akan dilakukan memakan waktu yang lebih lama
dari waktu naiknya air sehingga dibutuhkan mekanisme pintu yang dapat
menghalangi air masuk di terowongan.
Secara keseluruhan bangunan pengambilan ini terdiri dari bangunan sadap
tenggelam yang didepanya dilindungi oleh trashrack, terowongan pengambilan
yang posisi sejajar di atas terowongan pengelak, shaft tegak di antara bangunan
pengambilan dan terowongan miring yang akan menyambung dengan terowongan
pengelak. Saluran pembawa memanfaatkan terowongan pengelak yang ada dan
akan dilengkapi dengan steel conduit dengan diameter 1.3 m sepanjang 380 m.
Semua bangunan yang disebutkan diatas terletak pada tebing sebelah kiri terletak
sebelum bangunan pelimpah.
Bangunan sadap dan terowongan pengambilan diletakkan sejajar terhadap
alinyemen terowongan pengelak. Terowongan pengambilan yang ambangnya
terletak pada El. 223.20 m dengan dimensi 2.2 m.
a. Terowongan Pengambilan
Terowongan pengambilan berupa tapal kuda terbuat dari beton bertulang
yang dilengkapi dengan saringan jeruji (fixed trash rack) dengan dimensi 2.2
m. Saringan jeruji yang akan digunakan berbentuk miring dengan kemiringan
75 0 dengan jarak antar jeruji sekitar 8.0 cm.
b. Shaft Tegak
Shaft tegak difungsikansebagai tempat bangunan pengatur berupa pintu baja
(vertical slide gate) dengan dimensi 2.2 x 2.2 m yang dilengkpai dengan stop
log dan lubang inpeksi, dengan dimensi 6.0 x 6.00 m.

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-2
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

c. Terowongan Miring
Terowongan miring dengan dimensi 2.2 x 2.2 m dengan bentuk lingkaran
merupakan penghubung dengan terowongan pengelak, pada pertemuan
dengan terowongan pengelak ini diselubungi dengan penyumbat beton
sekunder sepanjang 10 m.
d. Terowongan Pembawa
Terowongan pengelak yang ada dimanfaatkan sebagai terowongan pembawa
aliran.Dengan berganti fungsi dari terowongan pengelak menjadi terowongan
pembawa aliran maka dilakukan penyumbatan (plugging) di beberapa ruas
terowongan, penyumbatan ini ditempatkan di bagian hulu dan bagian tengah
terowongan.Penyumbatan pada bagian hulu dimaksudkan untuk menyumbat
aliran dari arah hulu terowongan dan sebagai pembentuk transisi dari
pertemuan antara shaft tegak dengan terowongan untuk selanjutnya bagian
ini disebut “Penyumbat Depan”. Penyumbat beton ini berjarak 147.95mdari as
bendungan dengan panjang 8.00 m. Pada bagian tengah juga dipasang
penyumbat beton sepanjang 30.00 m digunakan sebagai pembentuk transisi
dari saluran pembawa pada terowongan dengan diameter 6.80 m ke pipa baja
berdiameter 1.3 m, penyumbat beton ini akan menyelimuti pipa baja
sepanjang 30.00m berada pada as bendungan, selanjutnya penyumbat ini
disebut “Penyumbat Sekunder”. Batas luar dari beton penyumbat tersebut
akan digrouting guna mengisi celah yang ada antara dinding terowongan
dengan beton penyumbat.

8.2. DATA TEKNIS


Pengambilan:
Elevasi ambang : EL. 223m
Pintu Pengambilan : vertical slide gate
Dimensi Pintu Pengambilan : 2.2 x 2.2 m
Fasilitas Pengeluaran:
Hollow cone valve
Diameter : 1.20m
Elevasi as titik tengah : 184.20 m
Tinggi Muka Air di Waduk
Muka Air Normal : EL. 246.8 m
Muka Air Rendah : EL. 224.2m

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-3
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

8.3. PERHITUNGAN HIDROLIKA BANGUNAN PENYADAP


8.3.1 Kapasitas Terowongan Pengambilan
Kapasitas terowongan pengambilan direncanakan untuk mengalirkan debit
kebutuhan sebesar 6.8 m3/dt dan pada kondisi emergency harus bisa melewatkan
debit dengan kapasitas 21 m3/dt. Tipe aliran pada saluran pengelak dibagi menjadi
2 kondisi, yaitu aliran bebas (free flow) dan aliran tekan (pressure flow) :
Hasil perhitungan untuk kondisi aliran bebasdan tertekan disajikan pada Tabel
berikut:
Tabel 8. 2. Perhitungan Hidrolika Aliran Dalam Terowongan Kondisi Aliran Bebas
- Free Flow

Dimensi terowongan tapal kuda :


Diameter = 2.2 m jumlah = 1
Slope dasar saluran = 0.00099 1010
Koef.kekasaran Manning = 0.02

Debit
No. d/D d A/D2 A Qn Q Qc Qc Fr Keterangan terpakai
8/3 1/2 5/2
d S D Q
2 3
(m) (m) (m ) ( m /det ) ( m3/det ) (-) ( m3/det )

1 0.05 0.11 0.0209 0.1012 9.4000 0.0411 0.0217 0.1558 0.26 sub kritis 0.04
2 0.10 0.22 0.0585 0.2831 6.6600 0.1848 0.0879 0.6310 0.29 sub kritis 0.18
3 0.15 0.33 0.1012 0.4898 5.2100 0.4263 0.1953 1.4020 0.30 sub kritis 0.43
4 0.20 0.44 0.1451 0.7023 4.1500 0.7312 0.3312 2.3776 0.31 sub kritis 0.73
5 0.25 0.55 0.1919 0.9288 3.4000 1.0862 0.4926 3.5363 0.31 sub kritis 1.09
6 0.30 0.66 0.2393 1.1582 2.8600 1.4858 0.6777 4.8651 0.31 sub kritis 1.49
7 0.35 0.77 0.2878 1.3930 2.4500 1.9199 0.8854 6.3562 0.30 sub kritis 1.92
8 0.40 0.88 0.3370 1.6311 2.1300 2.3831 1.1148 8.0030 0.30 sub kritis 2.38
9 0.45 0.99 0.3867 1.8716 1.8780 2.8765 1.3652 9.8006 0.29 sub kritis 2.88
10 0.50 1.10 0.4366 2.1131 1.6670 3.3816 1.6361 11.7454 0.29 sub kritis 3.38
11 0.55 1.21 0.4865 2.3547 1.4900 3.8972 1.9294 13.8509 0.28 sub kritis 3.90
12 0.60 1.32 0.5359 2.5938 1.3390 4.4169 2.2479 16.1374 0.27 sub kritis 4.42
13 0.65 1.43 0.5843 2.8280 1.2060 4.9248 2.5936 18.6191 0.26 sub kritis 4.92
14 0.70 1.54 0.6312 3.0550 1.0870 5.4087 2.9702 21.3227 0.25 sub kritis 5.41
15 0.75 1.65 0.6758 3.2709 0.9790 5.8553 3.3853 24.3027 0.24 sub kritis 5.86
16 0.80 1.76 0.7175 3.4727 0.8790 6.2445 3.8534 27.6631 0.23 sub kritis 6.24
17 0.85 1.87 0.7554 3.6561 0.7860 6.5636 4.4063 31.6323 0.21 sub kritis 6.56
18 0.90 1.98 0.7884 3.8159 0.6960 6.7690 5.1256 36.7961 0.18 sub kritis 6.77
19 0.95 2.09 0.8146 3.9427 0.6070 6.8190 6.3157 45.3397 0.15 sub kritis 6.82
20 1.00 2.20 0.8293 4.0138 0.4940 6.3633 0.0000 0.0000

Sumber : Hasil Perhitungan

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-4
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

Tabel 8. 3. Perhitungan Hidrolika Aliran Dalam Terowongan Kondisi Aliran Tekan


Dimensi terowongan tapal kuda :
Diameter = 2.2 m Q = C d. A . V
R hidrolik = 0.55 m
jumlah = 1  1 / 2
 D
L terowongan = 101 m  H  L Sin   
Slope = 0.00099  2
Teta = 0.0567 V  2g  n2 L 
 1  Ke  4 
n Manning = 0.02  
 R3 
Dh = 0.5 m 45

No. H Ki Kb Ko Kf Sf Sin( teta ) V A Q

(m) (-) (-) (-) (-) (-) (-) ( m/det ) ( m2 ) ( m3/det )

1 2.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 3.75 4.01 15.06
2 3.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 4.33 4.01 17.39
3 3.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 4.84 4.01 19.45
4 4.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 5.31 4.01 21.30
5 4.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 5.73 4.01 23.01
6 5.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 6.13 4.01 24.60
7 5.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 6.50 4.01 26.09
8 6.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 6.85 4.01 27.50
9 6.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 7.19 4.01 28.84
10 7.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 7.51 4.01 30.13
11 7.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 7.81 4.01 31.36
12 8.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 8.11 4.01 32.54
13 8.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 8.39 4.01 33.68
14 9.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 8.67 4.01 34.79
15 9.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 8.93 4.01 35.86
16 10.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 9.19 4.01 36.90
17 10.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 9.44 4.01 37.91
18 11.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 9.69 4.01 38.89
19 11.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 9.93 4.01 39.85
20 12.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 10.16 4.01 40.79
21 12.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 10.39 4.01 41.71
22 13.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 10.61 4.01 42.60
23 13.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 10.83 4.01 43.48
24 14.00 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 11.05 4.01 44.34
25 14.50 0.50 0.50 1.00 0.09 2.09 0.0010 11.26 4.01 45.19
Sumber : Hasil Perhitungan

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-5
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

Tabel 8. 4. Rating Curve Terowongan Pengambilan

No. H Q No. H Q
3 3
(m) ( m /det ) (m) ( m /det )

1 0.11 0.04 22 4.50 23.01


2 0.22 0.18 23 5.00 24.60
3 0.33 0.43 24 5.50 26.09
4 0.44 0.73 25 6.00 27.50
5 0.55 1.09 26 6.50 28.84
6 0.66 1.49 27 7.00 30.13
7 0.77 1.92 28 7.50 31.36
8 0.88 2.38 29 8.00 32.54
9 0.99 2.88 30 8.50 33.68
10 1.10 3.38 31 9.00 34.79
11 1.21 3.90 32 9.50 35.86
12 1.32 4.42 33 10.00 36.90
13 1.43 4.92 34 10.50 37.91
14 1.54 5.41 35 11.00 38.89
15 1.65 5.86 36 11.50 39.85
16 1.76 6.24 37 12.00 40.79
17 1.87 6.56 38 12.50 41.71
18 2.50 15.06 39 13.00 42.60
19 3.00 17.39 40 13.50 43.48
20 3.50 19.45 41 14.00 44.34
21 4.00 21.30 42 14.50 45.19
Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 8. 1. Rating Curve Terowongan Pengambilan

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-6
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

8.3.2 Kehilangan Tekanan


Kehilangan-kehilangan yang terjadi pada saluran pembawa ini meliputi:
- Kehilangan akibat saringan jeruji
- Kehilangan di terowongan pembawa
- Kehilangan pada pintu pengambilan
- Kehilangan akibat perubahan bentuk
- Kehilangan di belokan
- Kehilangan akibat geser
- Kehilangan pada pipa baja
- Kehilangan di katup.
Kehilangan tinggi dari Inlet sampai dengan outlet dihitung sebagai berikut:
a. Kehilangan akibat saringan jeruji
4
t 3 2
V1
h1 =   sin     = 2.34 x 0.966 x (12/80)4/3 x 12/2x9.8 = 0.009 m
b 2g

Dimana,
h1 : Kehilangan tekan pada Trash Rack (m)

 : Koefisien bentuk penghalang (2.34, bujur sangkar)

 : Kemiringan Trasch Rack (450)


t : Ketebalan penghalang (12 mm)
b : Jarak kosong tiap penghalang (80 mm)
V1 : Rata-rata kecepatan sebelum melalui Trash Rack (1 m/s)
b. Kehilangan Tekanan Akibat Gesekan pada Terowongan
2
L5 V5
h5 = f5 = 0.014 x 104/2.2 x 1.7902/2x9.8 = 0.145 m
D5 2 g

Di mana,
h5 : Kehilangan Tekan akibat Gesekan (m)
f5 : Koefisien Kehilangan akibat Gesekan = 124.5 x n2/D54/3 x D5
= 124.5 x 0.0122/2.24/3 x 2.2 = 0.014
n : Koefisien Kekasaran beton (0.014, beton)
L5 : Panjangterowongan ( 104.0 m)
D5 : Diameterterowongan (2.2 m)
V5 : Kecepatan Aliran = Q/A5 = 6.80/3.799 = 1.790 (m/s)

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-7
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

A5 : Luas Aliran di pintu masuk = D52/4 =  x 2.22/4 = 3.799 (m2)

c. Kehilangan pada pintu pengambilan


2
V
h3 = f3 3 = 0.1 x 1.792/2x9.8 = 0.010 m
2g
Dimana,
h2 : Kehilangan tekan pada pintu pengambilan (m)
f2 : Koefisien kehilangan pada pintu pengambilan (0.1)
V2 : Kecepatan aliran = Q2A2 = 6.8/4.84 = 1.41 (m/s)
Q : Debit aliran keluar (6.80 m3/s)
A2 : Luas aliran di pengambilan = b x h = 2.2 x 2.2 = 4.84 (m2)
d. Kehilangan akibat belokan 1
2
V4
H4 = f4 = 0.5 x 1.792/2x9.8 = 0.082 m
2g

Dimana,
h4 : Kehilangan Tekan pada Belokan (m)
f4 : Koefisien Kehilangan Tekan pada Belokan (0.5)
V4 : Kecepatan Aliran = Q/A4 = 6.80/3.799 = 1.79 (m/s)

A4 : Luas Aliran = D42/4 =  x 6.82/4 = 3.799 (m2)


D4 : Diameterterowongan (2.2 m)
e. Kehilangan Tekanan pada Terowongan Miring
2
L5 V5
h5 = f5 = 0.019 x 45.2/2.2 x 1.792/2x9.8 = 0.063 m
D5 2 g

Di mana,
h5 : Kehilangan Tekan akibat Gesekan (m)
f5 : Koefisien Kehilangan akibat Gesekan = 124.5 x n2/D54/3 x D5
= 124.5 x 0.0122/2.24/3 x 2.2 = 0.019
n : Koefisien Kekasaran Beton (0.014)
L5 : Panjangterowongan ( 45.2 m)
D5 : Diameterterowongan (2.2 m)
V5 : Kecepatan Aliran = Q/A5 = 6.80/3.799 = 1.79 (m/s)

A5 : Luas Aliran di pintu masuk = D52/4 =  x 2.22/4 = 3.799 (m2)

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-8
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

f. Kehilangan akibat belokan 2


2
V6
H6 = f6 = 0.5 x 1.792/2x9.8 = 0.082 m
2g
Dimana,
h4 : Kehilangan Tekan pada Belokan (m)
f4 : Koefisien Kehilangan Tekan pada Belokan (0.5)
V4 : Kecepatan Aliran = Q/A4 = 6.80/3.799 = 1.79 (m/s)

A4 : Luas Aliran = D42/4 =  x 6.82/4 = 3.799 (m2)


D4 : Diameterterowongan (2.2 m)
g. Kehilangan perubahan bentuk 1
2 2
V2 V1
H7 = f7 (  ) = 0.163 m
2g 2g

Dimana,
h7 : Kehilangan Tekan pada perubahan bentuk (m)
f7 : KoefisienKontraksi (0.1)

A1 : Luas Aliran = D42/4 =  x 6.82/4 = 36.298 (m2)

A2 : Luas Aliran = D42/4 =  x 2.22/4 = 3.799 (m2)


V1 : Kecepatan Aliran = Q/A1 = 6.80/36.298 = 0.187 (m/s)
V2 : Kecepatan Aliran = Q/A2 = 6.80/3.799 = 1.79 (m/s)
h. Kehilangan Tekanan pada Terowongan Horisontal
2
L8 V8
h8 = f8 = 0.013 x 91.0/6.8 x 0.1872/2x9.8 = 0.0003 m
D8 2 g

Di mana,
h8 : Kehilangan Tekan akibat Gesekan (m)
f8 : Koefisien Kehilangan akibat Gesekan = 124.5 x n2/D54/3 x D5
= 124.5 x 0.0122/6.84/3 x 6.8 = 0.013
n : Koefisien Kekasaran Beton (0.014)
L8 : Panjangterowongan ( 91.0 m)
D8 : Diameterterowongan (6.8 m)
V8 : Kecepatan Aliran = Q/A8 = 6.80/3.799 = 0.187 (m/s)

A8 : Luas Aliran di pintu masuk = D52/4 =  x 6.82/4 = 36.298 (m2)

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-9
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

i. Kehilangan perubahan bentuk 2


2 2
V2 V1
H9 = f9 (  ) = 1.339 m
2g 2g

Dimana,
h9 : Kehilangan Tekan pada perubahan bentuk (m)
f9 : KoefisienKontraksi (0.1)

A1 : Luas Aliran = D42/4 =  x 6.82/4 = 36.298 (m2)

A2 : Luas Aliran = D42/4 =  x 1.32/4 = 1.327 (m2)

V1 : Kecepatan Aliran = Q/A1 = 6.80/36.298 = 0.187 (m/s)


V2 : Kecepatan Aliran = Q/A2 = 6.80/1.327 = 5.126 (m/s)

j. Kehilangan Tekanan Akibat Gesekan pada Pipa Konduit


2
L V
h10 = f10 6 6 = 0.016 x 470.00/1.3 x 5.2762/2x9.8 = 6.453 m
D 6 2g

Di mana,
h10 : Kehilangan Tekan akibat Gesekan (m)
f10 : Koefisien Kehilangan akibat Gesekan = 124.5 x n2/D104/3 x D10
= 124.5 x 0.0122/1.34/3 x 1.3 = 0.016
n : Koefisien Kekasaran Pipa (0.012, pipa baja)
L10 : Panjangpipa intake utama(381.00 m)
D10 : Diameter pipa intek utama (1.3 m)
V10 : Kecepatan Aliran = Q/A6 = 6.80/1.327 = 5.126 (m/s)

A10 : Luas Aliran di pintu masuk = D102/4 =  x 1.32/4 = 1.327 (m2)


k. Kehilangan Tinggi Tekan pada Pintu Hollow Cone
2
V
h11 = f11 7 = 0.06 x 6.0162/2x9.8 = 0.111 m
2g

Dimana,
h7 : Kehilangan Tinggi Tekan pada Pintu Hollow Cone (m)
f7 : Koefisien Kehilangan pada pintu hollow jet (0.06)
V7 : Kecepatan aliran = Q/A7 = 6.80/1.130 = 6.016 (m/s)

A7 : Luasaliran = D72/4 =  x 1.22/4 = 1.130 (m2)


D7 : Diameter pipa hollow cone (1.2 m)

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-10
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

Sehinga kehilangan total adalah : 8.46 Untuk Emergency Release dan 8.35
untuk PLTA.
8.3.3 Perhitungan Hidrolika Aliran yang Melalui Fasilitas Pengeluaran
Aliran pada saluran pembawa (mulai dari intake sampai pipa pesat) akan
dikeluarkan melalui fasiltas pengeluaran yang terdiri dari katup hollow jet yang
mengatur debit pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan air baku
pada daerah di hilir bendungan, serta untuk pengurasan.
a. Kapasitas Debit Katup Hollow Cone
Besarnya debit aliran yang akan keluar melalui katup hollow jet dihitung
dengan pendekatan persamaan berikut ini,

Q = C A  [2g (H-hL)]
dimana,
Q = Debit
C = koefisien debit (0.8 pada saat full opening)
A = luaspenampang
H = tinggi tekan total
hL = kehilangan tinggi tekan total
b. Pemilihan Tipe Gate Valve
Gate valveyang direncanakan sebagai berikut :
1. Gate valve untuk rencana PLTM : Hollow Jet (HJET)
Qdesain = 6.80 m3/dt
2. Gate valve untuk rencana emergency : Hollow Jet (HJET)
Qdesain = 7.0 m3/dt
c. Perhitungan Dimensi Gate Valve
1. Gate Valve Untuk PLTM
Debit desain, Q = 6.8 m3/dt
Diameter gate valve, D = 1.2 , DN 1200
Luas penampang gate valve, Agv = 1.13 m2
Head Efektif pada MOL = 32.35 m
Kecepatan aliran, V = (2g Heff)1/2 = 25.19 m/dt
Koefisien debit gate valve, Cd = 0.8
Debit Outflow, Q = Cd. A . V = 22.83 m3/dt > 6.8 m3/dt, OK

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-11
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

2. Gate valve untuk emergency


Debit desain, Q = 21.0 m3/dt
Diameter gate valve, D = 1.20 , DN 1200
Luas penampang gate valve, Agv = 1.13 m2
Head Efektif pada MOL = 32.35 m
Kecepatan aliran, V = (2g Heff)1/2 = 25.19 m/dt
Koefisien debit gate valve, Cd = 0.8
Debit Outflow, Q = Cd. A . V = 22.83 m3/dt > 21.0 m3/dt, OK

8.3.4 Pengosongan Waduk


Pada suatu kondisi tertentu dibutuhkan pengurasan waduk, yang dimaksud dengan
pengurasan disini adalah menurunkan muka air waduk dengan segera, dari muka
air tinggi (MAW) EL. 246.80 sampai pada muka air rendah (MAR) EL. 224.20 m
(menjaga kondisi aliran tetap pada kondisi aliran tekan). Pengurasan waduk ini
menggunakan satu pintu saja yaitu melalui hollow jet valve
Luas genangan pada EL. 246.8 m (A1) = 21,070,546.85 m2
Luas genangan pada EL. 224.2m (A2) = 4,404,724.03 m2
Apabila pengurasan waduk menggunakan hollow jet, maka waktu yang dibutuhkan
untuk menurunkan muka air tinggi (MAW) EL. 246.8 sampai pada muka air rendah
(MAR) EL. 224.2 m dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
fA dh + I = fQ dt
dimana,
Q = Debit Outflow Hollow Jet
A = Fungsi Tampungan
I = Inflow konstan (7.0 m3/dt)
Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan muka air tinggi (MAW) EL.
246.80 m sampai pada muka air rendah (MAR) EL. 224.20 m adalah 11.34 hari,
detail perhitungan pengurasan dapat dilihat pada tabel 8.5 dibawah ini.

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-12
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

Tabel 8. 5. Perhitungan Waktu Pengosongan Bendungan Lau Simeme


Jumlah Pintu n= 1 unit
Diameter pintu D = 1.20 m Hollow jet DN 1200
Kehilangan energi x= 5%
Prosentase bukaan pintu P = 100%
Koefisien debit Cd = 0.013 P0.864 = Cd = 0.69
2
Luas bukaan pintu A* = 1.13 m
Rumus kecepatan aliran di pintu V = { 2 g Heff }1/2
Rumus debit pengaliran di pintu Q = Cd. A . V
Elevasi dasar intake, Elev.Int = 224.20 m
Elevasi dasar outlet, Elev.Out = 184.00 m
Total kehilangan energi = 8.46 m

EMAW Inflow Volume Volume Interval Tinggi air Tinggi air Kehilangan Heff Kecepatan Debit Waktu Waktu Kecepatan Bukaan
konstan Inflow pada volume rata-2 rata-2 energi aliran Outflow Outflow Outflow surut pintu
konstan EMAW i EMAW (i+1 - i) dari elev.inlet dari CL elev.out di pintu
3 3 3 3
(m) ( m /det ) (m ) (m ) (m ) (m) (m) (m) (m) ( m/det ) ( m3/det ) ( jam ) ( hari ) ( m/jam ) (%)

246.8 7.00 - 21,070,546.8


243.8 7.00 992,833.9 17,501,618.7 3,568,928.1 21.1 60.7 8.5 52.2 32.0 25.2 39.40 1.64 0.08 100.00%
240.8 7.00 1,168,420.5 14,416,721.6 3,084,897.2 18.1 57.7 8.5 49.2 31.1 24.4 46.37 1.93 0.06 100.00%
237.8 7.00 1,108,633.9 11,835,772.0 2,580,949.6 15.1 54.7 8.5 46.2 30.1 23.7 43.99 1.83 0.07 100.00%
234.8 7.00 1,058,874.9 9,481,428.0 2,354,344.0 12.1 51.7 8.5 43.2 29.1 22.9 42.02 1.75 0.07 100.00%
231.8 7.00 889,489.1 7,734,010.1 1,747,417.9 9.1 48.7 8.5 40.2 28.1 22.1 35.30 1.47 0.08 100.00%
228.8 7.00 801,446.3 6,191,049.3 1,542,960.8 6.1 45.7 8.5 37.2 27.0 21.2 31.80 1.33 0.09 100.00%
224.2 7.00 899,759.0 4,404,724.0 1,786,325.3 2.3 41.9 8.5 33.4 25.6 20.1 35.70 1.49 0.13 100.00%

Outflow maksimum 25.2 m3/det


3
Vol.Inflow 6,919,457.6 m Kebutuhan waktu untuk pengosongan waduk 11.44 hari

Keterangan :
Normal Water Level NWL = 246.8 m Kecepatan surut rata-rata = 0.0841 m/jam
Elevasi dasar intake Elev.Int = 224.2 m

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-13
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

8.4. PERHITUNGAN KONSTRUKSI BANGUNAN PENGAMBILAN


8.4.1. Umum

Drop inlet dibangun bersamaan dengan pemabngunan terowongan pengelak,


setelah pembangunan bendungan selesai akan dilakukan penutupan bagian
depan terowongan pengelak dengan pintu baja dan plugging sekunder Peta
situasi, potongan memanjang dan melintang saluran intake ditunjukkan pada
gambar 8.2.
Perencanaan struktur terowongan dilakukan berdasarkan analisis shell beton
bertulang menggunakan program bantu untuk analisis struktur.
8.4.2. Parameter Perencanaan

Angka perencanaan yang digunakan untuk menganalisa struktur bangunan


pengambilan menggunakan nilai sebagai berikut :
a. Properti Material
Parameter material yang digunakan adalah sebagai berikut :

 t = 1.800 t/m3

 d = 1.796 t/m3

 sat = 2.111 t/m3


 Sudut geser dalam = 39.79o
 Kohesi (C) = 8.65 t/m2
 qultimate = 500.60 t/m2
b. Modulus Elastisitas dan Rasio Poisson

Poisson Ratio Beton, C = 0.3

Modulus Elastisitas Beton, Ec = 4700  fc’

= 4700  22.5 MPa

= 22294 Mpa = 222940 kg/cm2

Poisson Ratio Baja, S = 0.25

Modulus Elastisitas Baja, Es = 2.1 .106 kg/cm2


c. Tegangan Izin Beton
Mutu beton fc’ = 20.5 MPa = 225 kg/cm2
Tegangan tekan leleh beton = 225 kg/cm2

Tegangan geser leleh beton = 1/6  fc’ = 0.79 Mpa


= 7.90 kg/cm2

Tegangan torsi leleh beton = 1/24  fc’ = 0.197 Mpa

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-14
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

= 1.97 kg/cm2
d. Tegangan Izin Baja
Mutu baja fy (deform/ulir) = 340 Mpa = 3400 kg/cm2
Mutu baja fy (polos) = 240 Mpa = 2400 kg/cm2
Tegangan leleh baja polos (plastis) = 2400 kg/cm2
Tegangan ijin tarik baja (elastis) = 0.667 fy = 0.667 . 240 Mpa
= 160 Mpa = 1600 kg/cm2
Tegangan ijin tekan baja (elastis) = 1600 kg/cm2
8.4.3. Koefisien Tekanan Tanah

Koefisien tekanan tanah


Tanah Kondisi Normal

cos 2 (   )
Ka = 2
 sin(    )  sin(    ) 
cos   cos(   )  1 
2

 cos(   )  cos(   ) 

1
Kp =
Ka
dimana :

 = berat isi tanah

Pa = tekanan tanah aktif

 = sudut geser dalam dari material pondasi (39.790)

 = sudut antara permukaan bangunan dengan bidang vertikal 3

 = sudut antara kemiringan timbunan dengan bangunan

 = sudut geser antara tanah dan permukaan dinding penahan untuk


kondisi Normal 
didapatkan :
Ka = 0,388
Kp = 2,576
Tanah Kondisi Gempa

cos 2 (   0   )
Kae = 2
 sin(    )  sin(    0   ) 
cos  0  cos   cos(     0 )  1 
2

 cos(     0 )  cos(   ) 

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-15
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

1
Kpe =
Kae
dimana :

 = tan-1 . Kh

 = sudut geser antara tanah dan permukaan dinding penahan untuk


kondisi Gempa d = 0,5 f
didapatkan :
Kae = 0,497
Kpe = 1,343
8.4.4. Beban Rencana

a. Terowongan Pengambilan
Didalam analisa pembebanan pada struktur terowongan ditinjau 2 (dua) keadaan :
a. Keadaan I : berfungsi sebagai konduit pengelak, setelah konstruksi
selesai, saluran kosong, air di hulu waduk kosong. Di analisa
terhadap kondisi normal dan gempa.
b. Keadaan II : berfungsi sebagai terowong pembawa (waterway), saluran
konduit terisi. Di analisa terhadap kondisi normal dan
gempa.
 Beban Rencana
(1) Beban Sendiri

Berat saluran beton = [A x c ]/B


= [4,02x 2,4]/3,0
= 3,214 t/m'
(2) Beban Batuan (Hp) = 0,7 [ B + H] (Deere)
= 0,7 [ 3,0 + 3,0]
= 4,20 m

Tekanan Batuan (Pv) = [Hp x sat]

= [4,20 x 2,11]
= 8,862 t/m'
 Tekanan tanah pada dinding terowongan

  (sudut geser) = 39,790


Tanah Kondisi Normal

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-16
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

cos 2 (   )
Ka = 2
 sin(    )  sin(    ) 
cos   cos(   )  1 
2

 cos(   )  cos(   ) 

Keterangan :
ø = sudut geser dalam dari material urugan
θ = sudut antara permukaan bangunan dengan bidang vertikal
α = sudut antara kemiringan timbunan dengan bangunan
δ = sudut geser antara tanah dan permukaan terowongan untuk kondisi
Normal δ = 1/3 ø
Sehingga didapatkan :
Ka = 0.344
Tanah Kondisi Gempa

cos 2 (   0   )
Kae = 2
 sin(    )  sin(    0   ) 
cos 0  cos   cos(     0 )  1 
2

 cos(     0 )  cos(   ) 

Dimana :
Kh
θ0 = tan-1 ( )
1-Kv

δ = sudut geser antara tanah dan permukaan terowongan untuk kondisi


Gempa δ = 0,5 ø
Sehingga didapatkan :
Kae = 0.372
 Beban tanah yang Bekerja pada Dinding Samping
Kondisi Normal :
Qt1 = Pv x Ka
= 8.862 x 0.344
= 3,049 t/m2

Qt2 = (Pv + sat x ht) x Ka


= (8.862 + 2.11 x 3.0) x 0.344
= 5,226 t/m2
Kondisi Gempa :
Qt1 = Pv x Kae
= 8.862 x 0.372

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-17
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

= 3,297 t/m2

Qt2 = (Pv + sat x ht) x Ka


= (8.862 + 2.11 x 3.4) x 0.372
= 5,651 t/m2
 Tekanan Air dalam terowongan

Pw = w x h

= 1 x 2,2
= 2,2 t/m2

Berikut pola pembebanan terowongan pengambilan

Berat sendiri 3.214


Beban tanah 1.940

2.330 2.330

2,2 m

3.994 3.994

Tekanan Tekanan
tanah tanah
Reaksi Pondasi

Gambar 8. 2. Pola Pembebanan pada Terowongan Pengambilan

Gambar 8. 3. Pemodelan Struktur pada Terowongan Pengambilan

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-18
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

b. Shaft Intake
Pembebanan pada bangunan shaft pintu darurat antara lain :
1. Kondisi Kosong

 Beban sendiri bangunan shaft pintu


q = 16.989 ton/m2

 Beban pintu
q = 1.063 ton/m2

 Beban rumah pintu


q = 0.275 ton/m2

 Tekanan Tanah Aktif


q = 0,5 x γt x h2 x ka = 26.38 ton/m2

 Tekanan Tanah Pasif


q = 0,5 x γt x h2 x kp = 186.47 ton/m2

 Reaksi Pondasi
q = Wstruktur / (BxL) = 62.22 ton/m2
2. Kondisi Selesai Konstruksi NWL

 Beban sendiri bangunan shaft pintu


q = 8.643 ton/m2

 Beban pintu
q = 1.063 ton/m2

 Beban air
q = 2.20 ton/m2

 Beban rumah pintu


q = 0.275 ton/m2

 Tekanan Tanah Aktif Normal


q = 0,5 x γt x h2 x ka = 23.72 ton/m2

 Tekanan Tanah Aktif Gempa


q = 0,5 x γt x h2 x ka = 31.31 ton/m2

 Reaksi Pondasi
q = Wstruktur / (BxL) = 23.61 ton/m2

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-19
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

Ws Ws

P1 P1

P2 P2

Ww

Gambar 8. 4. Pola Pembebanan pada Shaft Intake

Gambar 8. 5. Pemodelan Struktur Shaft Intake

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-20
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

8.4.5. Analisa Statika

Untuk mendapatkan gaya dalam, yaitu M, D dan N tanpa melalui proses


komputasi yang rumit dan perkalian matriks yang panjang, digunakan paket
program bantu jadi dalam bidang analisis struktur (structural analysis software)
yaitu paket program terkenal SAP2000 oleh Berkeley University Inc. dan
STAADPro 2000 oleh Research Engineers, Inc.
Output yang dihasilkan akan relatif sama dengan metode elemen hingga
konvensional karena memang software yang ada menggunakan metode elemen
hingga yang telah disempurnakan.
Untuk desain bangunan pengambilan ini digunakan SAP 2000 dengan analisis
pelat (shell analysis).
1. Hasil Perhitungan Momen Terowongan Pengambilan
Tabel 8. 6. Tabel Ringkasan Momen Maksimum Terowongan Intake
KONDISI Momen max
Normal-kosong 20793 kgm
Gempa-kosong 21005 kgm
Mmax 21005 kgm

Hasil bidang momen tidak berbentuk bidang satu arah tetapi berbentuk ruang.
Besaran gaya ditunjukkan dengan luasan bidang kontur tegangan.

24
24 21
21 18
18 15
15 12
12 9
9 6
6 3
3 0
0 -3
-3 -6
-6 -9
-9 -12
-12 -15
-15 -18
-18 -21
-21

(a) (b)

Gambar 8. 6. Diagram Bidang Momen terowongan pengambilan (a) Mx (b)


My
Selanjutnya nilai momen hasil perhitungan di atas digunakan sebagai masukan
pada perhitungan kebutuhan luas tulangan dengan menggunakan kesetimbangan
gaya pada pelat beton bertulang.
f’c = 18.5 MPa

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-21
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

fy = 340 MPa
Mu = 21005 kg.m
b = 100 cm = 1000 mm
h = 40 cm
d’ = 10 cm
d = 40 – 10 = 300 cm = 300 mm
ρmin = 1.4/fy = 0.00412
𝑀𝑢
Rn = = 2.917
Ø .𝑏.𝑑2
𝑓𝑦
m = = 21.622
0,85 𝑓𝑐
1 2.𝑚.𝑅𝑛
ρ = 𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
) = 0.00957

Karena ρ>ρmin, maka digunakan ρ


As = ρ . b . d
= 0.5. 0.00957 . 1000 . 300
= 1435,61 mm2
= 14.35 cm2
Digunakan D22 – 200 = 19.01cm2
Tulangan bagi =
= 0.0035 . 1000 . 300
= 502.46 mm2
= 5.02 cm2
Digunakan D16 - 200 = 10.05cm2

2. Hasil Perhitungan Bangunan Shaft Intake


Tabel 8. 7. Tabel Ringkasan Momen Maksimum pada Shaft Intake

KONDISI Momen max


Normal-kosong 104748.2 kgm
Gempa-kosong 113494.7 kgm
Mmax 113494.7 kgm

Hasil bidang momen tidak berbentuk bidang satu arah tetapi berbentuk ruang.
Besaran gaya ditunjukkan dengan luasan bidang kontur tegangan.

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-22
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

(a) (b)
Gambar 8. 7. Diagram Bidang Momen Shaft Pintu pengambilan (a) Mx (b) My
Selanjutnya nilai momen hasil perhitungan di atas digunakan sebagai masukan
pada perhitungan kebutuhan luas tulangan dengan menggunakan kesetimbangan
gaya pada pelat beton bertulang.
f’c = 18.5 MPa
fy = 340 MPa
Mu = 113494.7 kg.m
b = 100 cm = 1000 mm
h = 100 cm
d’ = 10 cm
d = 100 – 10 = 900 cm = 900 mm
ρmin = 1.4/fy = 0.00412
𝑀𝑢
Rn = = 1.751
Ø .𝑏.𝑑2
𝑓𝑦
m = = 21.621
0,85 𝑓𝑐
1 2.𝑚.𝑅𝑛
ρ = 𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
) = 0.00548

Karena ρ>ρmin, maka digunakan ρ


As = ρ . b . d
= 0.00548 . 1000 . 900
= 2463,96 mm2
= 24.63 cm2

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-23
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

Digunakan D25 – 200 = 33.03cm2


Tulangan bagi =
= 0.0025 . 1000 . 900
= 1125 mm2
= 11.25 cm2
Digunakan D19 - 200 = 14.18cm2

8.5. SUMBAT BETON (PLUGING)


8.5.1. Panjang Pluging

Beton plugging dilaksanakan setelah ditetapkannya waktu plugging, yaitu setelah


pekerjaan main dam, spillway dan intake selesai.
Pekerjaan ini maksudnya menyumbat penampang terowongan pengelak
secara penuh ataupunsebagian, dengan beton. Sumbat beton sekunder terletak
di antara pertemuan terowongan miring bangunan pengambilan dengan
terowongan pengelak sepanjang 10 m dan pluging utama terletak sejajar dengan
inti kedap bendungan direncanakan sepanjang 30 m.
Untuk perhitungan panjang pluging bisa dijelaskan pada perhitungan berikut :

Material Plugging direncanakan Beton K225


Beton K300, fc = 300 kg/cm2
= 2,942.00 N/cm2
2
= 2.94 kN/cm
2
= 29,419.95 kN/m
= 29.42 Mpa

fs = t = 1/6 * fc1/2
= 0.90 Mpa
= 904.00 kPa
2
= 904.00 kN/m

2
tijin = t p = 2.89 % * fc = 850.24 kN/m
850,236.56 N/m2
0.85 Mpa
8.67 kgf/cm2
2
86,700.00 kgf/m

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-24
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

MAB = 251.86 m
El dasar inlet terowongan = 191 m
Tinggi Terowongan = 6.8 m
Lebar Terowongan = 6.8 m
Luas Terowongan = 38.25 m2
Tinggi Tekan di atas plungging = 67.66 m
Tinggi Tekan di dasar plungging = 60.86 m
Tinggi Tekan Rata2 = 64.26 m
2
Percepatan gravitasi bumi, g = 9.81 m/det
Massa jenis air r w = 1,000.00 kg/m3
Berat jenis air w
3
= 9,810.00 N/m
Berat jenis air beton
3
= 23,544.00 N/m
2
Tekanan hidrostatik (p1) = 663,744.60 N/m
2
Tekanan hidrostatik (p2) = 597,036.60 N/m
2
P rerata = 1/2 (p1+p2) = 630,390.60 N/m
Gaya pendorong (DF = p rerata * A) = 24,112,440.45 N
Koefisien geser friksi, m = 0.7
Compressive strength beton, fc = 29.42 Mpa
Shear strength beton ijin, t p = 850,236.56 N/m2

Tabel 8. 8. Perhitungan Panjang Plugging


Tinggi Tekan Rerata = 64.26 m
Dimensi Terowongan = 6.8 m
Panjang Gaya Gaya Gaya Gaya Faktor
Plugging Pendorong Kuat Geser Berat Penahan Keamanan
Beton Plugging Beton Plugging
L DF R = m.B.t.L W = A . beton . L R+W SF
(m) (Newton) (Newton) (Newton) (Newton)
6 24,112,440.45 25,115,307.65 5,403,348.00 30,518,655.65 1.27
7 24,112,440.45 29,301,192.25 6,303,906.00 35,605,098.25 1.48
8 24,112,440.45 33,487,076.86 7,204,464.00 40,691,540.86 1.69
10 24,112,440.45 41,858,846.08 9,005,580.00 50,864,426.08 2.11
15 24,112,440.45 62,788,269.11 13,508,370.00 76,296,639.11 3.16
20 24,112,440.45 83,717,692.15 18,011,160.00 101,728,852.15 4.22
25 24,112,440.45 104,647,115.19 22,513,950.00 127,161,065.19 5.27
26 24,112,440.45 108,832,999.80 23,414,508.00 132,247,507.80 5.48
30 24,112,440.45 125,576,538.23 27,016,740.00 152,593,278.23 6.33

Direncanakan panjang plugging depan 10 m


Direncanakan panjang plugging utama 30 m

8.5.2. Metode Pelaksanaan Pluging

Pekerjaan pluging memiliki panjang 30 m yang terletak pada jalur kedap


bendungan. Untuk pelaksanaannya dibagi menjadi 3 blok masing-masing
sepanjang 10 m. Sebelum dilakukan pengecoran permukaan beton terowongan

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-25
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

pengelak di bobok agar mengelupas untuk membuat permukaan yang kasar,


setelah disemprot untuk pembersihan agar permukaan beton yang lama bisa
menyatu dengan beton yang baru saat pluging. Langkah selanjutnya adalah
memasang bekisting dilanjutkan dengan memasang pipa grouting dan pipa
pendingin. Pipa pendingin berfungsi untuk mempertahankan temperatur Beton K-
300 agar tidak terlalu panas, yang bisa menimbulkan crack, mekanisme
pengendalian panas dengan mengalirkan air dingin kedalam pipa pendingin
tersebut.
Pengecoran dilakukan dari arah hilir terowongan pengelak dengan 5 tahap
pengecoran untuk setiap bloknya, dengan dimensi terowongan 6.8 m maka untuk
setiap tahap mempunyai ketinggian tidak lebih dari 1.5 m, pengecoran dilakukan
dengan bantuan concrete pump dengan jarak jangkuan 100 m, untuk membatu
pengecoran truck mixer bisa masuk ke dalam terowongan sejauh 250 m. Sehingga
jarak jangkauan conrete pump tidak terlalu jauh sehingga bisa mengurasi resiko
pengerasan beton di dalam pipa conrete pump. Sebelum aktivitas pengecoran di
mulai di pasang blower untuk mensuplai udara segar ke dalam terowongan, juga
di siapkan penerangan dan air bersih untuk pembersihan lokasi. Untuk menjamin
pasokan beton maka akan dibuat bacthing plant khusus pluging di dekat outlet
terowongan pengelak.
Bekisting sudah disiapkan terlebih dahulu dengan ukuran sesuai dengan diameter
terowongan pengelak dan tahapan pengecoran sehingga diperlukan 5 set
bekisting yang masing masing mempunyai ukuran yang sesuai dengan lokasinya.
Sebelum dilakukan pengecoran sesuai dengan standar peraturan yang berlaku
dilakukan uji slump dan uji kuat mutu beton terlebih dahulu terhadap formula
desain yang digunakan untuk pengecoran. Tahap pengecoran di lakukan tiap 2
hari sekali dengan tinggi beton tidak lebh dari 1.5 m, dengan panjang tiap blok
pluging 10,0 m
Blok 1 ketinggian 0-1.5 m hari ke 1, dengan volume beton diperkirakan sebesar
76.09 m3.
Off hari ke 2
Blok 1 ketinggian 1.5-2.8 m hari ke 3, dengan volume beton diperkirakan sebesar
85.10 m3.
Off hari ke 4
Blok 1 ketinggian 2.8-4.1 m hari 5, dengan volume beton diperkirakan sebesar
87.95 m3.
Off hari ke 6
Blok 1 ketinggian 4.1-5.4 m hari ke 7, dengan volume beton diperkirakan sebesar
80.42 m3.
Off hari ke 8

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-26
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

Blok 1 ketinggian 5.4-6.8 m hari ke 9, dengan volume beton diperkirakan sebesar


53.89 m3.
Demikian seterusnya sampai blok 3 sehingga dibutuhkan waktu sekitar 29 hari
untuk pluging utama

Gambar 8. 8. Tahapan pengecoran pluging Lau Simeme


Untuk kontrol suhu di dalam beton ditanam thermometer yang dihubungkan
dengan kabel, contact grouting dilakukan untuk menutup celah celah yang masih
terlihat melalui pipa grouting, dilakukan pada suhu beton berkisar 280 c atau sama
dengan suhu beton terowongan pengelak.
Untuk mengantisipasi celah atau rongga pada beton yang sudah di cor dilakukan
pengisian dengan backfill grouting, pelaksanaan backfill grouting dilakukan
sebelum beton mengeras sehingga joint diantara keduanya akan lebih baik.

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-27
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

Gambar 8. 9. Denah dan Potongan Memanjang Intake

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-28
LAPORAN AKHIR
DETAIL DESAIN BENDUNGAN LAU SIMEME DI KAB. DELI SERDANG

PT. WAHANA ADYA KSO


PT. TEKNIKA CIPTA KONSULTAN Bab VIII-29

You might also like