Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Lokasi Pekerjaan
1.7. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam pekerjaan Rencana Program Konservasi
Sumber Mata Air Wendit terbagi menjadi 2 bagian, yaitu metode
pengumpulan data dan tahapan pelaksanaan.
1.7.1. Metode Pengumpulan Data
Metodologi yang digunakan dalam pengumpulan data untuk menunjang
pekerjaan Rencana Program Konservasi Sumber Mata Air Wendit dapat
dilihat pada tabel berikut :
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1. PP Prov. Jawa Timur Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Airtanah
Konservasi airtanah mengacu pada berbagai kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah, salah satunya adalah PP Prov. Jawa Timur
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Airtanah. Dalam kebijakan
disebutkan bahwa, pengelolaan airtanah pada basis cekungan airtanah yang
berlandaskan pada kebijakan dan strategi pengelolaan airtanah. Pengelolaan
airtanah diselenggarakan berlandaskan pada prinsip keseimbangan antara
upaya konservasi dan pendayagunaan airtanah. Perencanaan konservasi
airtanah bertujuan untuk menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung,
dan fungsi airtanah. Penetapan zona konservasi airtanah disusun berdasarkan
data dan informasi hasil kegiatan inventarisasi. Zona konservasi airtanah
diklasifikasikan menjadi :
1. Zona perlindungan airtanah yang meliputi daerah imbuhan airtanah.
2. Zona pemanfaatan airtanah yang meliputi zona aman, rawan, kritis, dan
rusak.
Kegiatan konservasi airtanah dilakukan secara menyeluruh pada cekungan
airtanah yang mencakup daerah imbuhan dan daerah lepasan airtanah,
melalui :
1. Perlindungan dan pelestarian airtanah yang dilakukan melalui :
a. Menjaga daya dukung dan fungsi daerah imbuhan airtanah.
b. Menjaga daya dukung akuifer.
c. Memulihkan kondisi dan lingkungan airtanah pada zona kritis dan rusak.
2. Pengawetan airtanah.
3. Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran, yang dilakukan
dengan cara :
a. Mencegah pencemaran airtanah.
b. Menanggulangi pencemaran airtanah.
c. Memulihkan kualitas airtanah yang tercemar.
1. Zona Aman pada akuifer kedalaman > 40 m bawah muka tanah (bmt).
Pengambilan airtanah dibatasi maksimum 500 m3/hari/sumur. Airtanah
pada akuifer kedalaman < 40 m bmt hanya diperuntukan bagi keperluan
rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan/sumur.
Lokasinya berada pada Kecamatan Lawang, Singosari, Karangploso,
Jabung, Tumpang, Poncokusumo, Wajak, Turen, Dampit, Tirtoyudo dan
Ampelgading.
2. Zona Aman pada akuifer kedalaman > 40 m bawah muka tanah (bmt).
Pengambilan airtanah dibatasi maksimum 300 m3/hari/sumur. Airtanah
pada akuifer kedalaman < 40 m bmt hanya diperuntukan bagi keperluan
rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan/sumur.
Berada pada Kecamatan Kalipare, Pagak, Bantur, Gedangan,
Sumbermanjing Wetan, Dampit dan Kota Malang.
3. Zona Aman pada akuifer kedalaman > 40 m bawah muka tanah (bmt).
Pengambilan airtanah dibatasi maksimum 200 m3/hari/sumur. Airtanah
pada akuifer kedalaman < 40 m bmt hanya diperuntukan bagi keperluan
rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan/sumur.
Berada pada lokasi Kecamatan Sumberpucung, Kepanjen, Pakisaji,
Gondanglegi, Pagelaran, dan Bululawang.
4. Zona Aman pada akuifer kedalaman > 40 m bawah muka tanah (bmt).
Pengambilan airtanah dibatasi maksimum 100 m3/hari/sumur. Air tanah
pada akuifer kedalaman < 40 m bmt hanya diperuntukan bagi keperluan
rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan/sumur.
Berada pada Kecamatan Pakis, Tajinan, Bululawang, Turen, Gondanglegi,
Pagelaran dan Kota Malang.
5. Zona Aman pada akuifer kedalaman > 40 m bawah muka tanah (bmt).
Pengambilan airtanah dibatasi maksimum 50 m3/hari/sumur. Airtanah
pada akuifer kedalaman < 40 m bmt hanya diperuntukan bagi keperluan
rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan/sumur.
Lokasinya berada di Kecamatan Kalipare, Pagak, Bantur, Gedangan dan
Sumbermanjing Wetan.
6. Zona Aman, khusus diperuntukan bagi sumber baku air bersih perkotaan.
Pengambilan airtanah untuk keperluan industri dapat dipertimbangan
2.7. Review Renstra dan Masterplan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 - 2019
2.7.1. Visi dan Misi Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur
Visi Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur adalah “Pengelolaan Energi dan
Sumberdaya Mineral yang Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan
untuk Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur”. Dengan visi tersebut, maka
2.8. Review Renstra dan Masterplan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Timur
Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur memiliki visi agar
“Terwujudnya Pengelolaan Sumber Daya Air yang Meyeluruh, Terpadu dan
Berwawasan Lingkungan untuk Mendukung Jawa Timur Lebih Sejahtera”.
Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan beebrapa misi, strategi dan
kebijakan yang mendukung pengembangan pengelolaan sumber daya air.
2.9. Review Renstra dan Masterplan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan
Pemukiman
Arah kebijakan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pemukiman Provinsi
Jawa Timur mengacu pada arahan kebijakan RPJMN 2015 – 2019, yaitu
pengembangan wilayah Pulau Jawa - Bali. Salah satu arahan kebijakan dan
strategi dalam pengembangan Pulau Jawa - Bali adalah pengembangan
kawasan perkotaan dan pedesaan melalui penguatan Sistem Perkotaan
Nasional (SPN). Pengembangan kawasan perkotaan dan pedesaan dilakukan
dengan meningkatkan efisiensi pengelolaan kawasan perkotaan
metropolitan, yang salah satunya dalam rencana adalah KEK Singosari.
Pengembangan KEK Singosari meliputi rencana pengembangan infrastruktur
sumberdaya air. Salah satu programnya adalah pengembangan sarana /
prasarana air baku Sumber Wendit.
BAB III
PROFIL WILAYAH
8. Desa Sumberpasir
3.2. Iklim
Kawasan Sumber Wendit dipengaruhi iklim yang karakternya sama dengan
iklim Kabupaten Malang. Sebagaimana pada umumnya di Indonesia,
Kabupaten Pasuruan memiliki iklim tropis. Sebagian besar bulan dalam
setahun memiliki curah hujan signifikan dengan musim kemarau relatif lebih
lama dibanding musim hujan. Berdasarkan data iklim tahun data tahun 2017,
suhu udara rata - rata relatif sedang berkisar antara 22,3 - 24,5 ºC.
Kelembaban udara rata - rata 72 - 86%. curah hujan rata - rata bulanan
berkisar 0.1 - 411 mm. Curah hujan terendah terjadi pada Bulan Agustus,
sedangkan pada Bulan November adalah puncak hujan.
27
Laporan Antara
sebagai sentra produksi tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kedelai
dengan diikuti pengelolaan tanah dan tanaman yang tepat. Dengan karakter
jenis tanah tersebut, pada kawasan Sumber Wendit dan sekitarnya, dapat
kita jumpai beragam pemanfaatan lahan, mulai dari sawah, kebun, tanaman
tahunan, selain itu diantaranya juga kita temukan pepohonan permanen.
3.5. Geologi
Jenis batuan induk merupakan salah satu faktor yang menentukan
kemampuan daya dukung tanah terhadap beban di atasnya. Kondisi geologi
di wilayah Kabupaten Malang, khususnya di Kecamatan Pakis terdiri dari
berbagai macam batuan induk, antara lain meliputi :
1. Tufa Malang (Qvtm) di permukaan didominasi oleh sebaran tufa yang
keadaannya melapuk menengah - tinggi. Tufa; putih keabuan-coklat
terang, berbutir pasir halus-kasar, terdiri dari komponen mineral hitam,
oksida besi dan kaca gunung api, setempat mengandung kerikil batuan
andesitik dan batu apung serta mengandung sisa tumbuhan, kurang padu,
mudah pecah, tebal lapisan 2,00 - 5,00 m. Tebal tanah pelapukan
umumnya 1,00 - 2,80 m, berupa lanau lempungan,coklat kemerahan,
teguh, plastisitas sedang - tinggi, di beberapa tempat nilai penetrometer
saku (qu) 2,00 - 2,80 kg/cm2 dan nilai tekanan konus 13,00 - 25,00 kg/cm2.
Secara umum formasi ini mempunyai tingkat kekuatan tanah dan batuan
rendah.
2. Endapan Gunung Api Buring (Qpvb) di permukaan didominasi oleh sebaran
batu pasir tufaan, berselingan dengan konglomerat. Batu pasir tufaan;
umumnya melapuk tinggi-menengah, kuning kecoklatan, berbutir pasir
halus-kasar, berkomponen felspar, batu apung dan kaca gunung api,
kurang padu, mudah hancur. Konglomerat; umumnya melapuk tinggi-
menengah, kuning keabuan, berbutir pasir kasar-kerakal, membundar
tanggung, berkomponen andesit, basal, batu apung, kuarsa dan kaca
gunung api, masa dasar tufa pasiran kasar, kurang padu, mudah lepas-agak
padat. Tebal singkapan 0,20 - 1,00 m. Secara umum formasi ini
mempunyai tingkat kekuatan tanah dan batuan rendah Tanah pelapukan
dari batuan umumnya berupa lanau pasiran setempat kerikilan, kalabu
3.6. Hidrologi
Mata Air / Sumber Wendit termasuk dalam ekosistem Daerah Aliran Sungai
Brantas. Kali Brantas dengan luas DAS 11.947 km2 mengalir mulai dari Kota
Batu, mengelilingi Gunung Kelud, hingga kemudian bermuara di Selat Madura
/ Laut Jawa. Selain Sumber Wendit, di wilayah Kecamatan Pakis juga
terdapat sumber besar lainnya, yaitu Sumber Gentong dan Sumber Wendit
Lanang, yang saat ini dimanfaatkan untuk kawasan rekreasi.
3.7. Kependudukan
Data kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat diperlukan
dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena penduduk merupakan
obyek sekaligus subyek pembangunan. Fungsi obyek bermakna penduduk
menjadi target dan sasaran pembangunan yang dilakukan oleh penduduk,
dan fungsi subyek bermakna penduduk adalah pelaku tunggal dari sebuah
pembangunan. Kedua fungsi tadi diharapkan berjalan seiring dan sejalan
secara integral.
Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk akhir tahun, jumlah Penduduk
Kecamatan Pakis pada tahun 2017 tercatat sebesar 160.763 jiwa dengan
tingkat kepadatan 2.998 orang/km2. Komposisi penduduk menurut jenis
kelamin menunjukkan bahwa 50,36 persen adalah penduduk laki-laki dan
49,64 persen adalah penduduk perempuan dengan angka sex ratio sebesar
100,00 persen.
3.9. Kesehatan
Pembangunan sektor kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan
yang berlangsung, bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus
diimbangi dengan penyediaan sarana kesehatan sebagai tempat rujukan
bilamana masyarakat mengalami gangguan kesehatan. Sarana kesehatan
tersebut berupa penyediaan sarana rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu, posyandu dan lain - lain. Kemudian sebagai penunjang adalah
pengadaan tenaga kesehatan.
3.10. Agama
Beragamnya agama yang dianut oleh masyarakat menggambarkan toleransi
kehidupan beragama. Penduduk Kecamatan Pakis menganut berbagai
keyakinan yang hidup berdampingan secara damai. Seperti halnya agama
yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia, penduduk Kecamatan
Pakis sebagian besar memeluk agama Islam yaitu 149.650 jiwa. Berikutnya
agama Kristen 2.615 jiwa serta agama Katolik 1.254 jiwa.
Sarana yang dimiliki untuk menunjang kehidupan beragama terlihat dari
banyaknya sarana ibadah. Sejalan dengan banyaknya penganut agama
Islam, jumlah sarana ibadah terbanyak adalah masjid dan surau / langgar
yang dapat dijumpai pada setiap desa di Kecamatan Pakis. Jumlah masjid
BAB IV
ANALISA
antara batuan lulus dan tidak lulus air, batas pemisah air tanah, dan
batas yang terbentuk oleh struktur geologi yang meliputi antara lain
kemiringan lapisan batuan, lipatan, dan patahan.
2. Mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam suatu
system pembentukan air tanah. Daerah “imbuhan airtanah” merupakan
kawasan lindung airtanah, di daerah tersebut airtanah tidak untuk
didayagunakan, sedangkan daerah lepasan airtanah secara umum dapat
didayagunakan, dapat dikatakan sebagai kawasan budidaya airtanah.
Pada umumnya Cekungan Airtanah (CAT) di Indonesia terdiri atas akuifer
bebas (unconfined aquifer) dan akuifer tertekan (confined aquifer).
Akuifer bebas merupakan akuifer jenuh air (saturated). Lapisan
pembatasnya yang merupakan aquitard dilapisan atasnya, batas di lapisan
atas berupa muka airtanah. Sedangkan akuifer tertekan (confined aquifer)
merupakan aquifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan
lapisan bawah yang kedap air (aquiclude) dan tekanan airnya lebih besar
dari tekanan atmosfer (Kodoatie dan Sjarief, 2010).
4.1.3. Daerah Imbuhan (Recharge Area) dan Daerah Lepasan (Dischage Area)
Daerah imbuhan airtanah adalah daerah resapan air yang mampu
menambah airtanah secara alamiah pada cekungan airtanah (PP No. 43
Tahun 2008). Pengertian lain mengatakan bahwa daerah imbuhan
(recharge area) adalah suatu kawasan pokok yang menyediakan kecukupan
airtanah (groundwater). Daerah imbuhan alami yang baik adalah daerah
dimana proses perkolasi air permukaan berlangsung secara baik sehingga
sampai menjadi airtanah tanpa halangan (California Water Plan Update,
2009). Apabila fungsi daerah imbuhan tidak berfungsi dengan layak, maka
boleh jadi tidak akan ada airtanah yang dapat disimpan atau digunakan.
Perlindungan terhadap daerah imbuhan ini diperlukan beberapa langkah
agar tetap berfungsi dengan berfungsi dengan baik dengan cara sebagai
berikut :
1. Memastikan bahwa daerah yang cocok atau sesuai sebagai daerah
imbuhan dipertahankan fungsinya daripada mengubahnya sebagai
prasarana umum (urban infrastructure) seperti bangunan atau jalan.
2. Zona perlindungan II
Daerah perlindungan yang bertujuan untuk melindungi sumber air dari
bahaya pencemaran bakteri pathogen yang dapat menyebabkan degradasi
kualitas air, dengan luas yang diperhitungkan berdasarkan jarak tempuh
bakteri colli selama 50 hari ke sumber air, dengan radius 200 meter.
3. Zona perlindungan III
Daerah perlindungan yang bertujuan untuk melindungi sumber air dari
pencemaran kimiawi dan radioaktif yang tidak dapat mengalami degradasi
dalam waktu singkat, dengan luas yang ditentukan berdasarkan luas
tangkapan air.
41
Zona Prinsip Kecamatan Kondisi Aturan
Konservasi Eksisting Pengendalian
Terdapat beberapa desa / Sumur resapan dan biopori
kelurahan yang merupakan Bangunan pencegahan bencana longsor dan
bagian dari zona imbuhan. banjir
Terdapat lahan pertanian Sarana dan prasarana umum
berupa sawah, ladang dan Pertahanan dan keamanan
perkebunan. Memberikan perhatian dan pengawasan
terhadap semua larangan di zona II dan zona III
pada tabel 4.1.
Zona Pemanfaatan Pakis, Singosari, Zona pemanfaatan merupakan Melakukan kegiatan konservasi, diantaranya
Kota Malang kawasan pemukiman dan bukan Ruang Terbuka Hijau
merupakan daerah imbuhan Sumur resapan dan biopori
Terdapat juga beberapa Buffer kawasan industri
42
Laporan Antara
tektonik, dan topografi, seperti akuifer yang terdiri dari pasir dan kerikil di
lembah yang dikelilingi oleh lapisan kedap air atau akuifer yang terdiri dari
batu kapur karstified yang menempati posisi topografi rendah, dipisahkan
oleh sesar normal dari batu kristal yang mengalir oleh aliran permukaan
menuju akuifer karst. Karakteristik orientasi dan hidraulik dari fraktur sangat
penting untuk aliran airtanah. Sesar dan rekahan dapat membatasi akuifer
atau membuat sambungan hidraulik antara akuifer yang berbeda, anticlines
(busur) sering berbentuk / berfungsi sebagai pembagi air, sementara
synclines (palung) cenderung membentuk jalur utama untuk aliran air tanah
dalam sistem akuifer karst. Karakterisasi geologi dan hidrogeologi rinci dari
suatu wilayah memungkinkan untuk mendefinisikan dan menggambarkan
tangkapan mata air dengan lebih baik.
Neraca Air membantu untuk mengukur luasan daerah tangkapan mata air.
Meskipun konsep neraca air sederhana dalam teori, ada banyak komplikasi
ketika datang ke aplikasi praktisnya. Kesulitan yang paling jelas adalah
penentuan (pengukuran) yang tepat dari berbagai elemen keseimbangan air,
yaitu pengendapan, evapotranspirasi, dan berbagai bentuk limpasan serta
regionalisasi data hidrologi yang bermasalah. Selanjutnya, semua elemen
neraca air biasanya bervariasi dalam waktu, terutama dalam kasus sistem
karst, dan ada juga penyimpanan air dan pelepasan air yang tersimpan.
Dalam banyak kasus, mata air yang sedang dipertimbangkan bukanlah satu -
satunya saluran keluar dari akuifer, dimana kemungkinan ada outlet lain, dan
beberapa di antaranya dapat diakses (seperti di mata air lainnya), sementara
yang lain mungkin tersembunyi (seperti debit langsung ke sungai, sungai),
lahan basah, danau, atau laut). Jika lokasi pembuangan yang tidak diketahui
adalah mungkin, keseimbangan air hanya memberikan ukuran minimum
tangkapan mata air. Arus masuk dari akuifer lain atau aliran ke atas dari air
tanah dalam dari sistem aliran regional berskala besar dapat semakin
memperumit atau membatasi penerapan neraca air.
Trase alami dan buatan dapat membantu untuk menggambarkan daerah
tangkapan mata air dan zona perlindungan mata air. Trase alami termasuk
suhu air, kimia air, isotop stabil, dan parameter lainnya. Isotop stabil dari
molekul air (18 O dan D) sering digunakan untuk menentukan ketinggian rata
Gambar 4.3. Peta CAT Zona Konservasi Mata Air Sumber Wendit
49
Laporan Antara
Gambar 4.5. Peta Geologi Zona Konservasi Mata Air Sumber Wendit
51
Laporan Antara
menjadi spesies yang kurang beracun oleh redoks dan proses lainnya,
seperti konversi krom heksavalen yang sangat beracun menjadi kromium
trivalen yang kurang beracun. Beberapa senyawa organik dapat diolah
secara biologis, sementara yang lain bersifat rekalsitran, tergantung pada
struktur kimianya dan kondisi biogeokimia. Ketahanan patogen mikroba
dalam air tanah berkisar dari hampir tidak ada hingga hampir tak terbatas.
Patogen yang ditemukan di mata air umumnya berasal dari kontaminasi
tinja, sering disebabkan oleh kegiatan pertanian di daerah tangkapan air
atau pelepasan air limbah domestik yang tidak diolah. Sebagian besar
patogen tinja tidak dapat tumbuh atau bereproduksi di dalam akuifer dan
bertahan hanya untuk jangka waktu yang terbatas. Oleh karena itu,
sebagian besar peraturan perlindungan air tanah menggunakan waktu
transit sebagai kriteria utama untuk penggambaran “zona perlindungan
sumber di dalam”, misalnya menggunakan garis waktu perjalanan 50 hari,
dengan asumsi bahwa sebagian besar patogen akan disaring atau tidak
aktif saat itu, pendekatan yang telah terbukti layak dalam banyak kasus.
Bakteri indikator feses, seperti E. coli, digunakan untuk mengontrol
keamanan air yang higienis. Namun, beberapa patogen dapat bertahan
lebih lama, seperti Cryptosporidium cysts dan virus tertentu, beberapa di
antaranya juga dapat bertahan meskipun pengolahan air oleh klorinasi.
Oleh karena itu, ketiadaan E. coli tidak memberikan keamanan mutlak.
Tingkat kontaminan di mata air sering sangat bervariasi, terutama dalam
menanggapi curah hujan yang intens. Oleh karena itu, pemantauan
kualitas air yang berkesinambungan adalah penting, melengkapi analisis
rinci dari sampel air yang diambil pada interval waktu yang teratur.
Namun, patogen mikroba dan banyak kontaminan lainnya tidak dapat
dipantau terus menerus, sehingga parameter pengganti perlu dimonitor
sebagai indikator kontaminasi. Sebagai contoh, peningkatan total karbon
organik dan kekeruhan dalam mata air karst secara bersamaan terbukti
berkorelasi kuat dengan tingkat E. coli Oleh karena itu, pemantauan
berkelanjutan dari dua parameter ini dapat digunakan sebagai "sistem
peringatan dini" untuk kontaminasi mikroba, yang dapat lebih ditingkatkan
dengan pengukuran distribusi ukuran partikel.
Tabel 4.5. Perbandingan Tata Guna Lahan Eksisting dengan RTRW Kab. Malang
Zona Kecamatan Desa Tata Guna Tata Guna
Lahan Eksisting Lahan RTRW
Imbuhan Lawang Sidoluhur Permukiman Permukiman
Perkebunan Sawah
Ladang Ladang
Srigading Permukiman Permukiman
Perkebunan Sawah
Ladang Ladang
Singosari Wonorejo Permukiman Permukiman
Perkebunan Sawah
Ladang Ladang
Jabung Argosari Permukiman Permukiman
Sawah Sawah
Perkebunan Ladang
Ladang
Slamparejo Permukiman Permukiman
Sawah Sawah
Perkebunan Ladang
Ladang
Kemiri Permukiman Permukiman
Perkebunan Sawah
Ladang Ladang
Jabung Permukiman Permukiman
Perkebunan Sawah
Ladang Ladang
Lepasan Lawang Sidoluhur Permukiman Permukiman
Perkebunan Sawah
Ladang Ladang
Singosari Banjararum Permukiman Permukiman
Perkebunan Sawah
Ladang Ladang
Industri
59
Badan Sungai
0%
Tanah Ladang
49%
Pemukiman
13%
Sawah Irigasi
7%
Semak Sawah
Belukar Tadah
Gambar 4.8. Grafik Peta Tata Guna Lahan Eksisting Zona Konservasi Mata Air Sumber Wendit
Laporan Antara
60
Rencana Program Konservasi Sumber Mata Air Wendit
Gambar 4.9. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Zona Konservasi Mata Air Sumber Wendit
Laporan Antara
61
Bandara Badan Air
3% 0% Hutan Lindung
2%
Kebun
17%
Tegalan / Ladang
47% Pengembangan
Kawasan Industri
14%
Permukiman
7%
Pengembangan
Pemukiman
Sawah Tadah Sawah Perkotaan
Hujan Irigasi 8%
Gambar 4.10. Grafik Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Zona Konservasi Mata Air Sumber Wendit
Laporan Antara
62
Laporan Antara
Berdasarkan tabel dan gambar diatas diketahui bahwa tata guna lahan
eksisting didominasi oleh ladang, perkebunan dan sawah. Pada rencana
guna lahan yang disebutkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Malang, tampak bahwa terdapat rencana perubahan alih fungsi lahan
ladang dan perkebunan untuk menjadi kawasan industri, terutama di zona
lepasan. Rencana perubahan lahan menjadi kawasan industri ini
merupakan efek samping dari pembangunan jalan tol Malang – Pandaan.
4.4.3. Pola Pengambilan Air Tanah
Pengambilan airtanah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari,
irigasi serta untuk kepentingan industri dan komersil. Sesuai dengan zonasi
konservasi yang telah disusun, pengambilan airtanah hanya dapat
dilakukan di daerah non imbuhan (lepasan) dan tidak dapat dilakukan di
daerah imbuhan (resapan / recharged area). Hal ini bertujuan untuk
melindungi debit airtanah sehingga laju aliran airtanah tidak terganggu
dan tidak mengurangi kuantitas debit airtanah. Sesuai dengan peruntuk -
kan Zonasi Konservasi Mata Air / Sumber Wendit, pola pengambilan
airtanah di wilayah Mata Air / Sumber Wendit dapat dilakukan di Zona
Perlindungan II dan Zona Pemanfaatan.
Pengambilan airtanah dilakukan dengan cara pengeboran. Untuk
melindungi aliran airtanah, pengeboran dilakukan dengan batas
kedalaman tertentu sehingga tidak mengenal aliran airtanah tertekan.
Adapun pengeboran dilakukan secara mandiri oleh penduduk sekitar Mata
Air / Sumber Wendit dan dilakukan oleh pihak komersil untuk kebutuhan
perindustrian. Pola pengambilan airtanah di wilayah Zonasi Mata Air /
Sumber Wendit yang ditunjukkan berdasarkan lokasi titik - titik sumur bor
menunjukkan bahwa pengambilan airtanah dilakukan di Zona
Perlindungan II dan Zona Pemanfaatan, dan 1 sumur di Zona Imbuhan.
Pengambilan air tanah yang masif di daerah non imbuhan yang dilakukan
tanpa perencanaan dapat berakibat pada penurunan debit Mata Air
Wendit.
64
Laporan Antara
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa lahan pada wilayah zona konservasi Sumber Wendit sebagian besar
masih berstatus aman / tidak kritis. Namun bila penanganan lahan dan hutan kritis tidak dilakukan dengan serius, akan
membawa dampak pada keberadaan Mata Air / Sumber Wendit.
66
Laporan Antara
68
Tabel 4.8. Identifikasi Permasalahan pada Zona Lepasan di Wilayah Konservasi Sumber Wendit
Zona Kecamatan Desa Masalah Strategi Perlindungan
Lepasan Lawang Sidoluhur Kontaminasi tanah dari limbah rumah tangga Mengadakan IPAL komunal untuk
Singosari Banjararum Kontaminasi salinitas air dan pencemaran lingkungan permukiman
Watugede tanah dari pupuk kimia Menerapkan budidaya pertanian ramah
Dengkol lingkungan, dengan penggunaan pupuk
Wonorejo yang tidak mencemari tanah
Pemantauan kualitas lepasan air berkala
Jabung Gading Kontaminasi tanah dari limbah rumah tangga Mengadakan IPAL komunal untuk
Kembar Kontaminasi salinitas air dan pencemaran lingkungan permukiman
Kemantren tanah dari pupuk kimia Menerapkan budidaya pertanian ramah
Argosari lingkungan, dengan penggunaan pupuk
Jabung yang tidak mencemari tanah
69
Zona Kecamatan Desa Masalah Strategi Perlindungan
Kontaminasi selama transportasi industri yang tidak mencemari tanah
dari saluran pipa untuk minyak, gas, atau Pemantauan kualitas mata air berkala
cairan lainnya Memberikan persyaratan wajib IPAL bagi
industri, dan pemantauan kualitas air
buangan
Saptorenggo Kontaminasi tanah dari limbah rumah tangga Mengadakan IPAL komunal untuk
Kontaminasi selama transportasi di bandar lingkungan permukiman
udaradari saluran pipa untuk minyak, gas, Memberikan persyaratan wajib IPAL
atau cairan lainnya bandara
Mangliawan Kontaminasi dari kotoran satwa dan Proteksi akses ke titik sumber mata air
aktivitas wisata Menerapkan budidaya pertanian ramah
Kontaminasi tanah dari limbah rumah tangga lingkungan, dengan penggunaan pupuk
Kontaminasi salinitas air dan pencemaran yang tidak mencemari tanah
70
Zona Kecamatan Desa Masalah Strategi Perlindungan
Kontaminasi selama transportasi industri Pemantauan kualitas mata air berkala
dari saluran pipa untuk minyak, gas, atau Memberikan persyaratan wajib IPAL bagi
cairan lainnya industri, dan pemantauan kualitas air
buangan
71
Laporan Antara
BAB V
SURVEI INVESTIGASI
5.1. Umum
Untuk mengetahui kondisi eksisting lokasi pekerjaan, seperti kondisi fisik
sungai maupun kondisi hidrometri di sekitar lokasi pekerjaan, diperlukan
survei investigasi lapangan meliputi survei hidrometri dan pengambilan
sampel air. Hasil survei tersebut akan menjadi salah satu dasar dalam
penentuan kebijakan program konservasi Sumber Wendit.
Penampang BIN-3
Penampang BIN-4
Penampang BIN-5
Gambar 5.1. Sketsa Titik - Titik Pengukuran Arus Pada Penampang Sungai
2. Pengukuran Debit
Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang
basah, kecepatan aliran dan tinggi muka air. Rumus yang biasa
digunakan adalah :
Q ( a v )
dimana :
Q = debit (m3/det)
A = luas penampang basah (m2)
v = kecepatan (m/det)
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
pengukuran debit dengan alat ukur arus agar dapat diperoleh lengkung
debit yang dapat menggambarkan hubungan antara tinggi muka air
dengan debit, mulai dari keadaan debit terkecil sampai dengan debit
terbesar, persyaratan yang di maksud antara lain meliputi :
a. Lokasi Pengukuran Debit
Setiap tenaga pelaksana pengukuran debit dengan alat ukur arus
harus mengetahui kondisi hidrolis dari lokasi pengukuran, baik pada
Pada prinsipnya air yang akan diuji diusahakan mempunyai susunan dengan
air aslinya. Semua tindakan yang merubah susunan kimianya harus
dihindari, baik tempat pengiriman maupun peralatan serta cara
pengambilan sampel air. Untuk mencegah adanya perubahan komposisi
sampel yang bermakna yang mempengaruhi hasil analisa sangat penting
menjamin bahwa sampel diambil dengan tepat dan dikirim secepatnya.
Hasil pengujian laboratorium sampel air dari Sumber Wendit, menurut
standar PERMENKES No. 429/MENKES/PER/IV/2010, disajikan sebagai
berikut.
BAB VI
PENUTUP