You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan
adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu
mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan
distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau
delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat,
tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan waham?
2. Apa saja jenis-jenis waham?
3. Bagaimana terjadinya waham?
4. Bagaimanakah ASKEP pada pasien dengan waham/delusi?

C. Tujuan
Dengan makalah ini, diharapkan mampu untuk:
1. Mengetahui pengertian dari delusi/waham
2. Mengetahui jenis-jenis waham
3. Mengetahui proses terjadinya waham
4. Mengetahui askep pada pasien dengan waham/delusi
BAB II

TIJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
a. Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan segera kukuh di
pertahankan walau pun tidak di yakini oleh orang lain yang bertentangan dengan realita
normal (Stuart dan sundeen,1998)
b. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi di
pertahankan dan tidak dapat di ubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol(Depkes RI,2000)
c. Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intetelektual dan latar
belakang budaya, ketidak mampuan merespon stimulus internal dan eksretnal melalui
proses interaksi atau informasi secara akurat (keliat 1999)
B. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir : waham adalah sebagai berikut :
 Menolak makan
 Tidak ada perhatian pada perawatan diri
 Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan
 Gerakan tidak terkontrol
 Mudah tersinggung
 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
 Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
 Menghindar dari orang lain
 Mendominasi pembicaraan
 Berbicara kasar
 Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
C. Faktor presdisposisi
 Faktor perkembangan
 Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang.
Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan
presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif
 Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya
waham
 Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan
 Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak
atau perubahan pada sel kortikal dan lindik
 Faktor genetik

D. Faktor presipitasi
 Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di
asingkan dari kelompok.
 Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab
waham pada seseorang
 Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi masalah
sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenagkan.
E. Macam – macam waham
 Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan,
contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap hari
“, atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan
mahkluk nya
 Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan
yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh : “ saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........”
“ saya punya tambang emas !”
 Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai
diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.
 Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang
penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan .
Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di lakukan
pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya.
 Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai denga kenyataan
Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.

F. Status metal
Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat eksentrik dan aneh.tidak
jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain.klien biasa cerdik ketika di lakukan
pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data selain itu perasaan hati nya konsisten dengan isi
waham.

G. Sensori dan kognisi


Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang, tempat,
dan waktu. Daya ingat atau kognisi lain biasa nya akurat. Pengendaliaan implus pada klien
waham perlu di perhatikan bila terlihat ada nya rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau
mealuka kekerasan pada orang lain.
Gangguan proses pikir : waham biasa nya di awali dengan ada nya riwayat penyakit berupa
kerusakan pada bagian kortkes dan lindik otak. Bisa di karena kan terjatuh atau di dapat ketika
lahir. Hal ini mendukung terjadi nya perubuhan emosional seseoramg yang tidak stabil. Bila
berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang
lain dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai manivestasi ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan nya. Bila respon lingkungan kurang mendukung terhadap
prilaku nya di mungkinkan aka timbul resiko prilaku kekerasan pada orang lain.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi perilaku kekerasan
2. Perubahan proses pikir : Waham
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah

K. Data Yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Perubahan proses pikir : waham Subjectif :
· Klien mengatakan bahwa dirinya adalah
orang yang paling hebat
· Klien mengatakan bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus

Objectif :
· Klien terus berbicara tentang kemampuan
yang dimilikinya
· Pembicaraan klien cenderung berulang –
ulang
· Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan

L. Diagnosis Keperawatan
Perubahan proses pikir : waham kebesaran

M. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tindakan keperawatan pada klien
a. Tujuan
· Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap
· Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
· Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar
b. Tindakan
· Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara harus membina hubungan
saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan
yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah sebagai
berikut :
 Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan berinteraksi
 Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
 Tindakan mendukung atau membantah waham klien
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
 Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi karena dapat
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
 Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan
dukungan, atau menyangkal sampai klien berhenti membicarakannya.
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
 Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat lalu dan saat ini
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya
 Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut, dan marah
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien
 Berbicara dalam konteks realita
 Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya, berikan pujian yang sesuai
 Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaa, dosis, obat, jenis, dan efek
samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
 Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat tanpa konsultasi

2. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga Klien


a. Tujuan
1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
2. Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang belum
terpenuhi oleh wahamnya
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara optimal

b. Tindakan keperawatan
1. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah, follow up,
dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk klien
3. Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


· Masalah : perubahan proses pikir : waham kebesaran
· Pertemuan : Ke – 1 (Pertama)
A. Proses keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan ia memiliki Toserba, sibuk bisnis, dan ingin mendirikan partai. Klien selalu
mengulang-ulang kemampuan yang dimilikinya. Klien terlihat mondar – mandir dan tidak peduli
dengan lingkungan sekitarnya.
2. Disagnosis keperawatan
Perubahan proses pikir : waham kebesaran
3. Tujuaan Khusus / SP 1
· Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut :
 Ekspresi wajah bersahabat
 Menunjukkan rasa senang
 Bersedia berjabat tangan
 Bersedia menyebutkan nama
 Ada kontak mata
 Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
 Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
· Klien mampu berorientasi kepada realitas secara bertahap

4. Tindakan keperawatan
· Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
 Sapa klien dengan rama baik verbal maupun nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Berikan perhatian kepada klien khususnya pada kebutuhan dasar klien
 Masukkan dalam jadwal harian klien
· Identifikasi kebutuhan klien
· Bicara pada konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham klien)
· Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya
· Masukkan dalam jadwal harian klien

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan


1. Orientasi
· Salam terapeutik
“assalamualaikum pak....bertemu lagi dengan saya, masih kenal tidak dengan saya ? nama
saya....bisa dianggil....saja. bapak ingat ?seperti kemarin, hari ini saya bertugas disini dari
07.00 – 12.00 siang nanti”

· Evaluasi / Validasi
“ bagaimana perasaan bapak hari ini ? tidurnya semalam nyenyak tidak ? sekarang bapak ada
keluhan tidak ? bagaimana giginya ? sudah sembuh ?”
· Kontrak
“ baiklah, sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol yah pak ? bagaimana kalau hari ini
kita bercakap – cakap tentang bidang yang bapak sukai ? dimana kita duduk ? berapa lama ?
bagaimana kalau 10 menit ?”

2. Kerja
“ bidang apakah yang bapak sukai ? kemarin bapak sempat mengatakan memiliki toserba,
apakah bapak suka dengan bisnis ? mengapa bapak menyukainya ? bagaimana dengan politik ?
apakah bapak juga menyukainya ? karena beberapa hari yang lalu bapak juga mengatakan
kepada saya ingin membuat partai politik biru, benar pak ? mana yang lebih bapak sukai bisnis
atau politik ? mengapa bapak lebih menyukai itu ? karena sekaarang bapak sedang berada
disini, apakah menurut bapak, bapak bisa menjalankan bidang yang bapak nikmati tersebut ?
bagaimana caranya ? apakah bisa kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari – hari ?”

3. Terminasi
· Evaluasi subjectif
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap ?“
· Evaluasi Objectif
“ jadi bidang apa yang bapak sukai ?”
· Rencana tindak lanjut
“ setelah kita tahu bidang yang bapak sukai, bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang
potensi atau kemampuan lain yang bapak miliki ?”
· Kontrak yang akan datang
ü Topik : “ bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan yang bapak
miliki. Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, bapak setuju ?”
ü Waktu : “ kira – kira kita besok bertemu jam berapa ? bagaimana kalau jam 10 saja ? sampai
ketemu besok ya.”
ü Tempat : “ bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrol ?”
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

I. IDENTITAS PASIEN
Inisial Px : Tn. A
Ruang Rawat : Ruang Kemuning
Umur : 48 Tahun
Informan : Pasien dan Status pasien
Tgl MRS : 23 Januari 2018
Tgl pengkajian : 25 Februari 2018
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : STM
RM no. : 08-02-25
Alamat : Jl. Kapten muslim

II. ALASAN MASUK


- Pasien mengatakan bahwa dirinya terus memecahkan kaca dan mondar-mandir dan harus
dirawat di Rumah Sakit untuk menyembuhkan penyakitnya.
- Status : Pasien adalah pasien lama yang sering dirawat di Rumah sakit jiwa ini dan sudah
sebanyak 9 kali. Pasien merupakan kiriman dari Dinsos Pasuruan, pasien tampak bingung,
mondar-mandir, banyak bicara ngelantur, dan tertawa sendiri.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Riwayat penyakit lalu
Px mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sejak bertahun-tahun yang lalu. Menurut status
pasien, pasien ini pertama kali dibawa berobat oleh Dinsos Pasuruan sejak tanggal 03 Maret
2010, dan pasien sudah 9 kali dibawa di Rumah sakit ini. Pasien mengatakan penyebab sakitnya
adalah Karena trauma sering dipukuli oleh kakaknya pada waktu remaja (sekitar 15 tahun),
kemudian pasien dibawa ke RSJ Lawang dengan alasan pasien sering mondar-mandir, bicara
sendiri, tidak bisa tidur, dan gelisah.
2. Riwayat trauma
Pasien mengatakan pernah mengalami trauma saat remaja (kurang lebih usia 15 Tahun), pasien
mengaku sering dipukul oleh kakaknya.
Diagnosa keperawatan : - Penatalaksanaan regimen terapeutik in-efektif
- Respon Pasca Trauma
3.Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan ada keluarganya (nenek) yang mengalami gangguan seperti dirinya, dengan
gejala suka ngelantur dan mondar-mandir, dan tidak pernah menjalani program pengobatan.
Diagnosa keperawatan : - Koping keluarga in-efektif : ke-tidak mampuan
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan sejak kecil sampai remaja (sekitar umur 15 tahun) sering dipukul oleh
kakaknya, dan pasien juga mengaku pernah pergi meninggalkan rumah dan tidak kembali.
Diagnosa keperawatan : - Koping keluarga tidak efektif

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan tanggal 25 Februari 2013
1. Keadaan umum : Pasien dalam keadaan cukup, namun terlihat kurus, pasien masuk ruang
Kemuning dangan riwayat TBC, dan sedang menjalani program pengobatan OAT (Obat Anti
Tb).
2. Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg N : 88 x/menit
S : 36 0C RR : 20 x/menit
3. Ukuran : Berat badan (BB) : 48 kg Tinggi badan (TB) : 165 cm
4. Keluhan fisik : Pasien mengatakan sering mengalami batuk-batuk.
Diagnosa keperawatan : - Resiko tinggi terhadap penyebaran Infeksi.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Px menyukai semua anggota tubuhnya karena anugerah dari Tuhan. Px mengatakan
bahwa dirinya sudah tua dan terlambat mendekati wanita untuk diajak menikah. Px
terlihat minder saat bergaul dengan pasien lainya.
b. Identitas diri
Px mengaku bernama A S, berumur 48 tahun, pernah bekerja sebagai petani, agama
Islam, jenis kelamin laki-laki, alamat Blitar, px mengaku pernah sekolah sampai lulus
STM, dan px mengaku dirinya adalah seorang artis.
c. Peran
Rumah : Px mengatakan bahwa selama di Rumah, dirinya adalah sebagai anak dari
kedua orangtuanya, sebagai adik dari keempat kakaknya, pasien mengaku pernah bekerja
sebagai petani dan perangkat desa.
RS : Pasien mengatakan sebagai pasien, tugasnya mencuci baju, dan
mencuci piring saat disuruh kalau tidak disuruh px cenderung mondar-mandir dan bicara
sendiri.
d. Ideal diri
Px mengatakan sudah bisa hidup saja sudah bersyukur.
Menurut status, px tidak bekerja.
e. Harga diri
Px mengatakan merasa malu untuk mendekati wanita, karena px merasa sudah tua dan
sudah tidak pantas lagi, pasien juga merasa tidak dihiraukan dan dijauhi oleh teman-
temanya.
Diagnosa keperawatan : harga diri rendah

3. Hubungan social
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan tidak ada orang yang berarti, karena selama sakit pasien merasa tidak
dihiraukan oleh keluarga dan teman-temanya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
b. Rumah : Px mengatakan sebagai seorang petani dan perangkat desa.
c. RS : Px mengatakan suka membantu untuk mencuci piring dan baju, dan kadang-
kadang pasien ikut membantu membersihkan ruangan. Dan kalau ada waktu senggang
pasien sering mondar-mandir dan menyanyi.
Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Px mengatakan ingin berkumpul dengan teman-temanya, namun Px merasa tidak
diharaukan.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
 Nilai keyakinan
 Px mengatakan agamanya islam. Dan menurut px masalah penyakit ini karena
takdir dari tuhan.
 Kegiatan ibadah
o Px mengatakan hanya menjalankan sholat ashar, karena sholat 5 waktu
hanya untuk anak-anak, px juga suka mengaji dan berdzikir.
o Diagnosa keperawatan : - Distress spiritual.
o
VI. STATUS MENTAL
 Penampilan
Px berpenampilan kurang rapi, rambut cepak, pakaian kusut, mandi dan gosok gigi
mandiri, memakai sandal.
Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan Diri
 Pembicaraan
Px berbicara cepat memakai bahasa indonesia, kalau ditanya jawabannya cepat,
terkadang jawaban berhenti dan tidak diteruskan atau malah menggumam sendiri, saat
diajak berbicara tatapan mata sering kebawah, sering menunduk. Terkadang jawaban satu
dengan yang lain tidak sama, terkadang ngelantur dan bergumam.
Diagnosa keperawatan : - Gangguan proses pikir
- Kerusakan komunikasi Verbal
 Aktifitas motorik
Px mengatakan tubuhnya masih kuat, pergerakan kaku, px melakukan tugasnya apabila
disuruh, kalau tidak px cenderung mondar-mandir.
Diagnosa keperawatan : Defisit aktivitas deversional

4. Suasana perasaan (emosi afek)


 Afek labil. Saat dilakukan pengkajian px menjawab pertanyaan dengan seadanya
saja dan kalau px merasa tidak suka dengan pertanyaan perawat, px pergi dari lokasi
wawancara namun kemudian kembali lagi, tau pasien ngelantur dan tersenyum sendiri.
Px sering menunduk ke bawah, tidak suka menatap muka lawan bicara, suka mondar-
mandir, dan menggumam.
 Alam perasaan (emosi)
Px mengatakan senang berada disini karena bisa main film sepuasnya.
Diagnosa keperawatan : -

5. Interaksi selama wawancara


Kontak mata kurang, px saat ditanya hanya menundukkan kepala dan jarang melakukan kontak
mata dengan lawan bicara. Kalau ditanya jawabannya terkadang tidak sesuai dengan pertanyaan,
px kooperatif tetapi sering meninggalkan lokasi wawancara dan mondar-mandir, sesekali pasien
kembali mengajak wawancara lagi.
Diagnosa keperwatan : Kerusakan komunikasi Verbal
6. Persepsi - sensorik
Px mengatakan tidak mengalami halusinasi, ilusi, depersonalisasi, dan derealisasi, pasien mampu
menyadari bahwa dirinya harus berinteraksi.
Diagnosa keperawatan : -
7. Proses berpikir
a. Arus pikir
Blocking : saat ditanya px sering berhenti dalam menjelaskan sesuatu tetapi saat di tanya kembali
beberapa saat kemudian px menjawab pertanyaan dengan singkat, terkadang juga px tidak
meneruskan jawaban sebelumnya.
Diagnosa keperawatan : perubahan arus pikir
b. Isi pikir
Pasien sering berualng-ulang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang artis dan seluruh
waktunya dibuat untuk menjalani pembuatan film. Dan kalau tidak menjalani pembuatan film
maka pasien akan merasa mati.
Diagnosa keperawatan : - Perubahan isi pikir : Waham

8. Tingkat kesadaran
 Kwantitatif : Compos mentis, GCS :456
 Kwalitatif : Kesadaran berubah, px sering mondar-mandir, disaat sendiri mulut
komat-kamit, dan sering menyanyi dengan keras, terkadang pasien sering berperilaku
seperti memgang pistol/senapan.
 Disorientasi
Px tidak mampu mengenali pagi, siang, dan malam, px mampu menyebutkan jam, px
tidak mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun.
Px mampu menyebutkan bahwa dirinya sekarang berada di ruang kemuning RSJ Lawang.
Px mampu menyebutkan nama pasien lainya dan perawat.
Diagnosa keperawatan : Gangguan proses pikir

9. Memori
 Jangka panjang
Saat ditanya kapan dirinya lahir, pasien mampu menjawab bahwa dirinya lahir tanggal 29 Juni
1965.
 Jangka pendek
Saat ditanya tadi kegiatan di pagi hari, pasien mampu menyebutkan kegiatanya, yaitu bangun
tidur, mandi, cuci baju, sarapan, dan minum obat.
Diagnosa keperawatan : -

10. Konsentrasi dan berhitung


Px tidak mepunyai masalah berhitung dan kosentrasi, terbukti dengan px mampu menurutkan
angka dan ketika ditanya 15 + 3, px menjawab 18
Diagnosa keperawatan : -
11. Kemampuan menilai (judgement)
Ketika ditanya makan dulu atau cuci tangan dulu, px menjawab cuci tangan dulu.
Diagnosa keperawatan : -

12. Daya tilik diri


Px menyadari bahwa dia mengalami gangguan jiwa. Px mengatakan dibawa kesini kareka suka
memecahkan kaca rumah, ngelantur, dan mondar-mandir, dan saat ini dia menganggap dirinya
belum sembuh.
Diagnosa keperawatan : -

VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan memenuhi kebutuhan
Px memenuhi kebutuhan makanan, keamanan, perawatan kesehatan, pakaian, tempat tinggal
dengan dibantu baik oleh perawat maupun teman sekamarnya.
Diagnosa keperawatan : -
2. ADL
 Px melakukan ADL (makan, mandi, pergi ke kamar mandi, BAB/BAK, sikat gigi,
berpakaian) dengan mandiri.
 Diagnosa keperawatan : -
Nutrisi
 Px makan 3x sehari dengan porsi selalu habis dan sesuai jadwal, px merasa puas
dengan makanannya.
Diagnosa keperawatan : -

Tidur
 Px mengatakan dapat tidur di malam hari, namun tidak bisa tidur siang hari
karena tidak mengantuk dan lebih suka jalan-jalan.
Diagnosa keperawatan : gangguan pola tidur

3. Kemampuan klien melakukan hal-hal berikut


Px dapat mengambil keputusan sendiri, mandi, makan, minum obat, tidur tanpa disuruh.
Diagnosa keperawatan : -
4. Klien memiliki system pendukung
Px tidak memiliki teman dan merasa tidak diperhatikan oleh keluarganya.
Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?
Px mengatakan mampu menikmati semua kegiatan yang dilakukanya.
Diagnosa keperawatan : -

VIII. MEKANISME KOPING


Px mengatakan jika menghadapi masalah px akan menghindar dari masalah tersebut.
Diagnosa keperawatan : Koping individu in-efektif.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Px mengatakan jika mengalami masalah,px tidak menceritakan pada siapa-siapa, dan
disimpan sendiri.
 Px mengatakan dirinya mampu berinteraksi dengan orang sekitarnya, namun terkadang
px merasa tidak diperhatikan.
 Px mengatakan pendidikan terakhirnya adalah STK/SMK.
 Px mengatakan selama dirumah pekerjaanya adalah sebagi petani dan perangkat desa,
dan dirumah sakit membantu mencuci pakaian, kain pel, dan main film.
 Px mengatakan bahwa dirinya bertempat tinggal di blitar.
 Px mengatakan dirinya adalah orang miskin dan tidak punya harta.
Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG PENYAKITNYA


Px mengatakan bahwa dirinya sedang mengalami sakit jiwa dan harus dirawat di RSJ ini.
Diagnosa keperawatan : -
XII. ANALISA DATA

No. DATA DIAGNOSA


KEPERAWATAN
1. DS Perubahan isi pikir : waham
· Px berulangkali mengatakan bahwa dirinya
adalah seorang artis dan seluruh waktunya dibuat
untuk menjalani pembuatan film. Dan kalau tidak
menjalani pembuatan film maka pasien akan
merasa mati.
· Px mengatakan di RS ini px bisa main film
sepuasnya.
· Px tidak mampu mengenali pagi, siang, dan
malam, px mampu menyebutkan jam, px tidak
mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun.
DO
· Px mondar-mandir, menggumam, dan
seeingkali berperilaku seperti memegang
pistol/senapan.
2. DS Koping keluarga tidak
· Px mengatakan ada keluarganya (nenek) yang efektif : ketidakmampuan
mengalami gangguan seperti dirinya, dengan gejala
suka ngelantur dan mondar-mandir, dan tidak
pernah menjalani program pengobatan.
· Px mengatakan sejak kecil sampai remaja
(sekitar umur 15 tahun) sering dipukul oleh
kakaknya, dan pasien juga mengaku pernah pergi
meninggalkan rumah dan tidak kembali.
DO
· Px merupakan pasien kiriman dari Dinsos
Pasuruan
3. DS Penatalaksanaan regiment
· Px mengatakan sering menjalani perawatan di terapeutik In-efektif
Rumah sakit ini dan sudah sejak bertahun-tahun
yang lalu.
DO
· Status : Pasien adalah pasien lama yang sering
dirawat di Rumah sakit jiwa ini dan sudah sebanyak
9 kali.
· Px merupakan kiriman dari Dinsos Pasuruan.
4. DS Harga diri rendah
· Px mengatakan merasa malu untuk mendekati
wanita, karena px merasa sudah tua dan sudah tidak
pantas lagi, pasien juga merasa tidak dihiraukan dan
dijauhi oleh teman-temanya.
· Px mengatakan sudah bisa hidup saja sudah
bersyukur.
DO
· Px terlihat minder saat bergaul dengan pasien
lainya.
5. DS Kerusakan Komunikasi
· Px mengatakan merasa minder untuk berbicara Verbal
dengan temanya.
DO
· Px berbicara cepat, memakai bahasa indonesia,
kalau ditanya jawabannya cepat, terkadang jawaban
berhenti dan tidak diteruskan atau malah
menggumam sendiri, saat diajak berbicara tatapan
mata sering kebawah, sering menunduk. Terkadang
jawaban satu dengan yang lain tidak sama,
terkadang ngelantur dan bergumam.
· Afek labil. Saat dilakukan pengkajian px
menjawab pertanyaan dengan seadanya saja dan
kalau px merasa tidak suka dengan pertanyaan
perawat, px pergi dari lokasi wawancara namun
kemudian kembali lagi, tau pasien ngelantur dan
tersenyum sendiri.
· Px sering menunduk kebawah, tidak suka
menatap muka lawan bicara, suka mondar-mandir,
dan menggumam.
· Kontak mata kurang saat wawancara.
6. DS Isolasi Sosial
· Px mengatakan tidak ada orang yang berarti,
karena selama sakit pasien merasa tidak dihiraukan
oleh keluarga dan teman-temanya
· Px mengatakan jika mengalami masalah,px
tidak menceritakan pada siapa-siapa, dan disimpan
sendiri
DO
· Px terlihat mondar-mandir sendiri

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan isi pikir : waham
2. Kerusakan komunikasi verbal
3. Harga diri rendah
4. Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
5. Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
6. Isolasi sosial
RENCANA KEPERAWATAN JIWA

Dx Perencanaan
No
Kepera Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx
watan
1 Peruba TUM : Setelah dilakukan 1. Bina hubungan. saling
han isi Setelah dilakukan interaksi selama 1 x percaya: salam terapeutik,
pikir : tindakan Pertemuan klien perkenalkan diri, jelaskan tujuan
waham keperawatan, Klien dapat : interaksi, ciptakan lingkungan yang
tidak terjadi1. Menunjukkan tenang, buat kontrak yang jelas
perubahan isi pikir, ekspresi wajah (topik, waktu, tempat).
waham. bersahabat 2. Jangan membantah dan
2. Menunjukkan mendukung waham klien: katakan
TUK 1 : rasa senang perawat menerima keyakinan klien
Klien dapat 3. Ada kontak "saya menerima keyakinan anda"
membina hubungan mata, mau berjabat disertai ekspresi menerima, katakan
saling percaya tangan perawat tidak mendukung disertai
dengan perawat 4. Mau ekspresi ragu dan empati, tidak
menyebutkan nama membicarakan isi waham klien.
5. Mau menjawab 3. Yakinkan klien berada
salam dalam keadaan aman dan terlindungi:
6. Klien mau duduk katakan perawat akan menemani
berdampingan klien dan klien berada di tempat yang
dengan perawat aman, gunakan keterbukaan dan
7. Mau kejujuran jangan tinggalkan klien
mengutarakan sendirian.
masalah yang 4. Observasi apakah
dihadapi wahamnya mengganggu aktivitas
harian dan perawatan diri
TUK 2 : Setelah dilakukan 1. Beri pujian pada
mampu interaksi selama 1 x penampilan dan kemampuan klien
Klien
Pertemuan klien yang realistis.
mengidentifikasi
dapat : 2. Diskusikan bersama klien
kemampuan yang
1. Menunjukkan kemampuan yang dimiliki pada
dimiliki
rasa senag ketika waktu lalu dan saat ini yang realistis.
diberi pujian 3. Tanyakan apa yang biasa
2. Klien mampu dilakukan kemudian anjurkan untuk
mengungkapkan melakukannya saat ini (kaitkan
kemampuan yang dengan aktivitas sehari - hari dan
dimiliki perawatan diri).
3. Klien 4. Jika klien selalu bicara
mengungkapkan tentang wahamnya, dengarkan
aktifitasnya sehari- sampai kebutuhan waham tidak ada.
hari Perlihatkan kepada klien bahwa klien
4. Klien sangat penting
mengungkapkan isi
wahamnya

TUK 3 : Setelah dilakukan 1. Observasi kebutuhan klien


interaksi selama 2 x sehari-hari.
Klien mampu
Pertemuan klien 2. Diskusikan kebutuhan klien
mengidentifikasi
dapat : yang tidak terpenuhi baik selama di
kebutuhan yang
1. Klien rumah maupun di rumah sakit (rasa
tidak terpenuhi.
mengungkapkan sakit, cemas, marah).
kebutuhan selama di 3. Hubungkan kebutuhan yang
rumah tidak terpenuhi dan timbulnya
2. Klien mampu waham.
mengungkapkan 4. Tingkatkan aktivitas yang
kebutuhan selama di dapat memenuhi kebutuhan klien dan
rumah sakit memerlukan waktu dan tenaga (buat
3. Aktifitas jadwal jika mungkin).
(pemenuhan ADL) 5. Atur situasi agar klien tidak
klien mengalami mempunyai waktu untuk
peningkatan menggunakan wahamnya.
4. Klien dapat
mengintrepretasikan
bahasa non verbal
5. Klien mampu
mengalokasikan
waktu uuntuk
wahamnya
TUK 4 : Setelah dilakukan 1. Berbicara dengan klien
interaksi selama 2 x dalam konteks realitas (diri, orang
Klien mampu
Pertemuan klien lain, tempat dan waktu).
berhubungan dengan
dapat : 2. Sertakan klien dalam terapi
realitas.
1. Klien mampu aktivitas kelompok : orientasi
mengungkapkan realitas.
tentang realitas diri. 3. Berikan pujian pada tiap
2. Klien mampu kegiatan positif yang dilakukan klien
mengungkapkan
realitas orang lain
3. Klien mampu
mengungkapkan
realitas tempat dan
waktu
4. Klien mampu
kooperatif mengikuti
kegiatan TAK
5. Klien merasa
senang dengan
pujian pada tiap
kegiatan positif.
TUK 5 : Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan kiten
Klien mampu interaksi selama 1 x tentang nama obat, dosis, frekuensi,
menggunakan Pertemuan klien efek dan efek samping minum obat.
obatnya dengan dapat : 2. Bantu klien menggunakan
benar 1. Klien mampu obat dengan priinsip 5 benar (nama
meneyebutkan nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
obat dan kapan saja 3. Anjurkan klien
klien harus minum membicarakan efek dan efek samping
obat. obat yang dirasakan.
2. Klien mampu 4. Beri reinforcement bila
menerapkan 5 benar klien minum obat yang benar.
dalam pengobatan
3. Klien mampu
mengungkapkan
efek setelah minum
obat

TUK 6 : Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan keluarga


Klien dapat interaksi selama 1 x melalui pertemuan keluarga tentang:
dukungan dari Pertemuan klien gejala waham, cara merawat klien,
keluarga dapat : lingkungan keluarga dan follow up
1. Keluarga klien obat.
dapat menyebutkan 2. Beri reinforcement atas
gejala waham, cara keterlibatan keluarga
merawat, lingkungan
keluarga
2. Keluarga
mengungkapkan siap
menjadi pengawas
pengobatan klien
2. Harga TUM : Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling percaya
diri interaksi selama 1 x dengan mengungkapkan prinsip
Klien mampu
rendah memiliki konsep diri Pertemuan klien komunikasi terapeutik :
dapat : Ø Sapa klien dengan ramah baik
yang positif
1. Ekpresi wajah verbal maupun non verbal
TUK 1 : bersahabat, Ø Perkenalkan diri dengan sopan
Klien dapat menunjukkan rasa Ø Tanyakan nama lengkap dan nama
membina hubungan senang, ada kontak panggilan yang disukai klien
saling percaya mata, mau berjabat Ø Jelaskan tujuan pertemuan
dengan perawat tangan, mau Ø Jujur dan menepati janji
menyebutkan nama, Ø Tunjukan sikap empati dan
mau menjawab menerima klien apa adanya
salam, klien mau Ø Beri perhatian kepada dan
duduk berdampingan perhatikan kebutuhan dasar klien
dengan perawat,
mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi.

TUK 2 : Setelah dilakukan 2.1. Diskusikan kemampuan dan


Klien dapatinteraksi selama 1 x aspek positif yang dimiliki klien dan
mengidentifikasi Pertemuan klien buat daftarnya jika klien tidak
kemampuan dandapat : mampu mengidentifikasi maka
aspek positif yang 1. Klien dimulai oleh perawat untuk memberi
dimiliki mengidentifikasi pujian pada aspek positif yang
kemampuan dan dimiliki klien
aspek positif yang 2.2. Setiap bertemu klien hindarkan
dimiliki memberi penilaian negative
o Kemampuan 2.3. Utamakan memberi pujian yang
yang dimiliki klien realistis
o Aspek positif
keluarga
o Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki klien
TUK 3 : Setelah dilakukan 3.1. Diskusikan dengan klien
Klien dapat menilai interaksi selama 1 x kemampuan yang masih dapat
kemampuan yang Pertemuan klien dilaksanakan selama sakit.
dimiliki untuk dapat : 3.2. Diskusikan kemampuan yang
dilaksanakan 1. Klien menilai dapat dilanjutkan pelaksanaannya
kemampuan yang
dimiliki untuk
dilaksanakan

TUK 4 : Setelah dilakukan


4.1. Rencanakan bersama klien
Klien dapat interaksi selama 1 xaktivitas yang dapat dilakukan setiap
(menetapkakan) Pertemuan klien
hari sesuai kemampuang.
merencanakan dapat : Ø kegiatan mandiri
kegiatan sesuai 1. Klien membuat Ø kegiatan dengan bantuan sebagian
dengan kemampuan rencana kegiatan
Ø kegiatan yang membutuhkan
yang dimiliki harian bantuan total.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien lakukan.
TUK 5 : Setelah dilakukan 5.1. Beri kesempatan pada klien
Klien dapat interaksi selama 1 x untuk mencoba kegiatan yang telah
melakukan kegiatan Pertemuan klien direncanakan.
sesuai kondisi dan dapat : 5.2. Beri pujian atas keberhasilan
kemampuannya 1. Klien klien.
melakukan kegiatan 5.3. Diskusikan kemungkinan
sesuai kondisi dan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
kemampuannya.

TUK 6 : Setelah dilakukan 6.1. Beri pendidikan kesehatan pada


Klien dapat interaksi selama 1 x keluarga tentang cara merawat klien
memanfaatkan Pertemuan klien dengan harga diri rendah.
system pendukung dapat : 6.2. Bantu keluarga memberikan
yang ada 1. Klien dukungan selama klien di rawat.
memanfaatkan 6.3. Bantu keluarga menyiapkan
system pendukung lingkungan di rumah.
yang ada di
keluarga.

You might also like