Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS TEKNIK
REKAYASA SUMBER DAYA AIR
Dosen Pengajar : Dr. Eng Ir. Soekarno , M.T
2019
BENGAWAN SOLO
Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan dua hulu sungai
yaitu dari daerah Pegunungan Sewu, Wonogiri dan Ponorogo, selanjutnya bermuara di daerah
Gresik. "Bengawan" dalam bahasa Jawa berarti "sungai yang besar", - (Wikipedia).
Daerah Sungai Bengawan Solo terletak antara 110o18’ dan 112o45’ BT dan antara 6o49’
dan 8o08’ LS. Luas daerah pengaliran sungai (DPS) ± 16.100 km2, terletak di propinsi Jawa
Tengah dan Jawa timur, mulai dari Pegunungan Sewu di sebelah barat-selatan Surakarta,
meliputi luasan 12% dari seluruh wilayah pulau Jawa. Sungai Bengawan Solo merupakan
sungai terbesar di Pulau Jawa, mengalir dari pegunungan Sewu di selatan Surakarta, ke Laut
Jawa di utara Surabaya melalui alur sepanjang ± 600 km.
Sumber Gambar : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2015
- Daerah ini mayoritas meliputi daerah hulu kali Tenggar, hulu kali Muning, hulu
Waduk Gajah Mungkur serta sebagian kabupaten Wonogiri dengan penampang sungai
yang berbentuk V. Vegetasi pada daerah ini didominasi oleh tumbuhan akasia.
Aktivitas yang banyak dilakukan di dareah ini adalah pertanian, seperti padi dan
kacang tanah. Dinding sungai pada daerah ini rata-rata bertebing curam dan tinggi.
Karena banyak digunakan untuk pertanian, daerah sekitar sungai pada bagian ini
banyak mengalami erosi dan sedimentasi yang cukup tinggi.
- Daerah ini mayoritas meliputi daerah hilir Waduk Gajah Mungkur, sebagian kabupaten
Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Solo, Sragen, sebagian kabupaten Ngawi
dan sebagian Tempuran (hilir) kali Madiun (Bengawan Madiun). Selain itu daerah ini
merupakan daerah yang padat penduduk. Pada umumnya kegiatan ekonomi di daerah
bagian sungai ini lebih tinggi daripada bagian hulu dan hilir, dan didominasi oleh
kegiatan industri. Akibatnya, banyak limbah yang masuk ke sungai dan mencemari
vegetasi di daerah ini. Aktivitas masyarakat yang paling menonjol di daerah ini adalah
pertanian, pemanfaatan air sebagai kebutuhan sehari-hari, peternakan dan industri.
- Daerah ini meliputi daerah sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun, sebagian
kabupaten Ngawi, Blora, Bojonegoro, Lamongan, Tuban dan berakhir di Desa
Ujungpangkah, Gresik. Delta sungai Bengawan Solo berada di daerah Sedayu wilayah
kabupaten Gresik. Pada Delta ini sengaja dibuat kanal oleh manusia, tepatnya sejak
zaman Hindia Belanda. Delta Bengawan Solo ini menghasilkan sedimentasi sebanyak
17 juta ton lumpur per tahun. Delta Pangkah merupakan hasil modifikasi sungai
Bengawan Solo di bagian hilir.Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari
Bengawan Solo ini adalah untuk menghindari pendangkalan di selat Madura. Endapan
dibawa oleh aliran Bengawan Solo dari ujung hingga hilir. Delta buatan yang
merupakan hasil rekayasa yang berada di sebelah utara kota Gresik. Delta tersebut
bernama Delta Pangkah karena berada di wilayah administratif Desa Ujung Pangkah.
Dari Seluruh Kabupaten/Kota yang dilewati Wilayah Sngai Bengawan Solo, Kabupaten
Bojonegoro merupakan Kabupaten yang dilewati Wilayah Sungai Bengawan Solo yang
paling luas yakni 12,9% dari keseluruhan Luas Wilayah Sungai Bengawan Solo.
Gambar. Peta wilayah administrasi dan luas wilayah administratif WS Bengawan Solo
D. Kondisi Topografi
DAS Bengawan Solo memiliki kondisi topografi yang relatif datar, sebagian besar
daerahnya berada di dataran rendah terutama sub DAS Bengawan Solo Hilir. Kemiringan
dasar DAS Bengawan Solo juga bervariasi mulai landai sampai curam. DAS Bengawan Solo
yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa, mengalir dari pegunungan Sewu di selatan
Surakarta, ke Laut Jawa di utara Surabaya melalui alur sepanjang ± 600 km.
Anak-anak sungai pada sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun yang
mengalirkan air dari lereng Gunung Merapi, Merbabu dan Lawu, banyak membawa material
sedimen dari hasil erosi pada lereng-lereng tersebut, sehingga mengakibatkan sedimentasi
yang tinggi di Sungai Bengawan Solo.
Sub DAS Bengawan Solo Hilir, dengan panjang alur sungai ± 300 km dan luas ± 6.273
2
km membentuk alur sungai yang lebar dengan kemiringan landai, melalui dataran aluvial
dan menjadi daerah yang sering digenangi banjir. Di dekat muara, wilayahnya berawa dan
luas yang disebut Rawa Jabung dan Bengawan Jero.
Zona Geologi dan Geomorfologi pada DAS Bengawan Solo terbagi atas 6 Zona yang
terletak memanjang dari timur ke barat sejajar dengan garis pantai Jawa. Zona Geologi
dan Geomorfologi disajikan pada tabel dibawah ini.
Sedangkan Stasiun Hujan eksiting yang terdapat pada DAS Bengawan Solo digunakan
sebagai dasar perhitungan analisis hidrologi terdapat di 26 titik yakni :
Gambaran curah hujan di WS Bengawan Solo dibagi menjadi dua, (1) Curah hujan rata-
rata bulanan di DAS Bengawan Solo dan (2) Curah hujan rata-rata bulanan di DAS-DAS
lainnya.
Untuk Curah Hujan Rata-Rata Bulanan DAS Kali Grindulu, DAS Kali Lamong dan DAS
Pantura , didapatkan :
- Daerah Aliran Sungai Kali Grindulu = 178,450 mm/bulan
- Daerah Aliran Sungai Kali Grindulu = 127,008 mm/bulan
- Daerah Aliran Sungai Kali Grindulu = 118,350 mm/bulan
Sehingga secara Keseluruhan Curah Hujan Rata-Rata Bulanan untuk Ketigas DAS diatas
141,269 mm/bulan.
1) Suhu / Temperatur
Suhu rata-rata bulanan di WS Bengawan Solo adalah 26,7oC. Suhu minimum 26,1o C
terjadi pada Bulan Juli, sedangkan suhumaksimum 27,2oC terjadi pada Bulan Oktober.
Tabel. Suhu Rata-Rata Bulanan di WS Bengawan Solo
2) Kelembaban
Kelembaban rata-rata bulanan pada WS Bengawan Solo adalah sekitar 80%, dimana
kelembaban rata-rata bulanan minimum terjadi pada Bulan September sebesar 77,4%
dan kelembaban rata-rata bulanan maksimum terjadi pada Bulan Januari dan Pebruari
sebesar 82,3%.
padaBulan Agustus yaitu 8,1 jam per hari. Data dan grafik lama penyinaranmatahari
di WS Bengawan Solo disajikan pada Tabel 4.4 dan Gambar4.5 di bawah ini.
4) Kecepatan Angin
Kecepatan angin rata-rata bulanan untuk WS Bengawan Solo adalah 1,2 m/detik.
Nilai kecepatan minimum adalah 1,0 m/detik sedangkan nilai kecepatan maksimum
adalah 1,6 m/detik.
Tabel. Kecepatan Angin Rata-Rata Bulanan di WS Bengawan Solo
5) Evaporasi
Evaporasi rata-rata bulanan yang terjadi di WS Bengawan Solo adalah 3,9 mm
dimana nilai evaporasi terjadi pada Bulan Juni – Oktober saat musim kemarau,
sedangkan saat musim hujan antara Bulan Desember – Mei relatif lebih rendah.
Tabel. Evaporasi Rata-Rata Bulanan di WS Bengawan Solo
Kondisi air yang surplus setiap tahun, dapat dipahami secara sederhana bahwa
daerah-daerah rendah DAS Bengawan Solo akan selalu mengalami banjir di setiap
tahunnya. Dengan adanya potensi seperti itu dapat dilakukan beberapa kegiatan yang
dapat dikembang dalam pemanfaatkan air yang dilihat dari beberapa aspek.
Selain itu di DAS Bengawan Solo juga memiliki Ketersediaan Air yang bersumber
dari Mata Air maupun Waduk-Waduk disekitaran DAS.
Sehingga dengan data-data diatas , dapat menjelaskan Bahwa Wilayah Sungai Bengawan
Solo , memiliki banya Potensi Sumber daya air.
1. Waduk
Banyak lokasi yang teridentifikasi untuk dibangun waduk terutama di anak-anak
sungai Bengawan Solo untuk memenuhi kebutuhan air baku dan PLTA.
Contohnya pada tabel diatas.
2. Air permukaan
Total air permukaan di WS Bengawan Solo adalah 31,1 milyar m3per tahun. Potensi
yang besar ini baru dimanfaatkan sebesar 26,8% dan masih 33,7% yang terbuang ke
laut. Potensi tersebut yang masih bisa dimanfaatkan dengan membangun sarana dan
prasarana sumber daya air untuk memenuhi berbagai keperluan.
3. Sumber daya hutan di daerah hulu yang harus dipertahankan.
4. Sarana prasarana sumber daya air yang sudah ada
Sarana dan prasarana yang ada sekarang merupakan aset yang sangat berharga
sehingga perlu dilakukan OP untuk mengembalikan sesuai dengan kapasitas awal.
LIMBOTO
DAS Limboto terletak pada 122° 42’ 0.24” – 123° 03’ 1.17” BT dan 00° 30’ 2.035” –
00° 47’ 0.49” LU. Secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah Kabupaten Gorontalo
dan sebagian kecil Kota Gorontalo. DAS Limboto dikategorikan sebagai salah satu dari 108
DAS Prioritas di Indonesia. Isu utama yang dialami DAS Limboto adalah degradasi lahan
yang sangat kritis yang menyebabkan pendangkalan Danau Limboto.
B. Kondisi Topografi
Daerah Aliran Sungai (DAS) Danau Limboto terletak dibagian tengah Minahasa
Peninsula yang mencakup total luas 2.700 km2, yaitu DAS Limboto – Bolango – Bone
(LBB). Topographi dari area studi didominasi oleh arah orientasi Timur – Barat. Area
studi terdiri dari pegunungan membujur Timur – Barat, dalam belahan Selatan – Utara,
dan merupakan dataran rata diantaranya. DAS Limboto terletak dibagian Barat, Utara dan
sebagian Timur dan Selatan Danau Limboto. Semua sungai mengalir ketengah – tengah
dataran dan akhirnya masuk ke danau dan keluar ke Teluk Tomini.
Sungai Biyonga, Molamahu, Pohu, Marisa, Rintenga, Meluopo bergabung dengan Sungai
Topadu (pengeluaran dari Danau Limboto), pada ujung bawah mengalir ke Sungai Bone.
Sungai Bone mendrainase dari bagian timur, mengalir ke laut setelah bertemu dengan
Sungai Bolango dekat muara. Sungai-sungai terjepit pegunungan dan membawa sedimen
ke dataran rendah. Dataran area dari DAS Limboto sangat sempit, hanya 20 % dari
seluruh DAS. Ketinggian daratan pada pegunungan Utara danau berkisar + 700 – + 1000
dan pegunungan Selatan berkisar + 1000 – + 1500 serta pegunungan di bagian Barat
perbukitan berkisar + 100 – + 500. Pada bagian tengah DAS Limboto, ketinggian berkisar
+ 50 – + 100, sedangkan DAS yang berbatasan dengan Danau Limboto berkisar + 20 – +
50.
C. Kondisi Geologi
Bagian Utara bersama bagian Selatan Sulawesi memisah sepanjang garis Selat
Makasar dari lempengan Asia pada bagian Barat Kalimantan yang menyebabkan proses
tektonik selama pertengahan jaman tersier. Batuan dasar tertua jaman pra tersier dari
metamorphik dan ultrabasic telah muncul di ujung Barat Daya pada Sulawesi Utara.
Berikutnya awal pertengahan jaman tersier batuan volkanic antara dasar dengan batuan
sedimen tersebar menutupi batuan dasar. Granit menyusup terjadi di tengah akhir jaman
tersier dan tersebar secara luas di Sulawesi Utara, mendekati gabungan mineralisasi.
Batuan pasir, volkanic conglomerat dan dasar tipis batuan kapur telah membentuk
pada akhir jaman tersier. Batuan tersebut dapat diobservasi pada bagian Utara dari
Sulawesi Utara. Batuan volkanic dari andesit dan atau komposisi dacific telah masuk
menerobos ke atas nebtuibes strata pada awal jaman kuarter dan batuan tersebut
membentuk pegunungan tinggi diwilayah.
Relatif kurang konsolidasi dan strata endapan ”celebes mollase”, yang terdiri dari
konglomerat, kuarsa batuan pasir, shales, marls, coral batuan kapur menurun menutup
volkanic kuarter awal. Batas porsi dari strata/ (lapisan) dapat diobsevasi pada kondisi
terbuka. Endapan baru pasir, gravel dan coral karang telah menyebar di atas seluruh strata
(lapisan).
Geologi pada area studi terdiri utamanya jenis volkanic dan batuan sedimen pada
pertengahan jaman tersier ke awal jaman kuarter. Volkanic dan batuan sedimen
pembentuk utama ke jenis susupan (intrusi) merupakan metamorphose ringan ke tinggi
dan kondisi asli dari batuan metamorphose tinggi sedikit tidak dapat dibedakan. Sebagian
batuan sedimen adalah ke granitan dan metamorphosean/lapukan.
Strata (lapisan) awal ke tengah jaman tersier tampak membentuk batuan dasar di area
studi. Jenis – jenis batuan granit dan granodiarites mudah dibedakan dari satu dengan
lainnya : awal ke tengah lapisan tersier, kemudian batuan tersebut dapat dipetakan secara
terpisah pada peta geologi dari area studi.
Batuan sedimen dari akhir tersier tidak tampak ke permukaan pada area studi, akan
tetapi terdapat kondisi kristalisasi dari batuan kapur, yang dapat mengindikasikan
penyebaran batuan sedimen tersier mengutamakan ke volkanic terakhir kejadian dari awal
kuarter. Kondisi kristalisasi batuan kapur tampak dibentuk oleh aktifitas hidrothermal saat
itu.
Aktifitas volkanic terakhir dari kuarter telah membentuk kerangka dari topographi
saat ini di dalam area studi. Andestic dan dacific lavas menyebar pada puncak tinggi dari
area. Tuft lepas (tidak terikat) juga dapat diobservasi sepanjang tebing kanan Sungai
Bone.
Endapan tidak terkonsolidasi dari gravel dan pasir tersebar luas pada lahan rendah
pada DAS. Lereng dan teras endapan juga tersebar pada kaki dataran tinggi dan area
pegunungan menutup formasi tua. Peta geologi pada area studi diperlihatkan pada
Gambar 9.
D. Kondisi Geomorfologi
Berdasarkan Peta Land System / Land Suitability Series Repprot 1988 Limboto
didominasi oleh punggung-punggung granit terorientasi yang terjal yang mencapai luas
25.947 ha (28,51 %) dan daratan Lakustrin seluas 10.205 ha (11,22 %), dan punggung-
punggung yang tak teratur diatas batuan vulkanik basa seluas 8.834 (9,71 %). Punggung
bukit dan punggung-punggung bukit karstik yang tidak rata seluas 8.454 (9,29 %).
Keadaan geomorfologi DAS Limboto tertera pada Tabel 2.
Gambar 4. Grafik Curah Hujan Tahunan Stasiun Boidu Tapa DAS Limboto
Distribusi hujan bulanan rata – rata pada stasiun Jalaludin dan stasiun Boidu
diperlihatkan pada Gambar 6. dan Gambar 7. yang merupakan hujan khas dekat
equator.
Gambar 6. Grafik Curah Rata-rata Bulanan Stasiun Boidu Tapa DAS Limboto
Gambar 7. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun Jalaludin DAS Limboto
Hujan bulanan maksimum pada bulan Mei 306 mm dan minimum pada bulan
Agustus/September 0,0 mm untuk stasiun Jalaludin. Pada stasiun Boidu hujan bulanan
maksimum 355 mm, sedang hujan bulanan minimum 0,0 mm jatuh pada bulan
Juli/Agustus tahun 2002. Hujan bulanan rata – rata berkisar 42,2 – 162,2 mm untuk
stasiun Jalaludin, sedangkan untuk stasiun Boidu adalah 65,7 – 169,6 m.
Musim kering dengan hujan kurang 100 mm sebulan, jatuh pada bulan Juli sampai
September. Februari merupakan bulan kering dengan hujan kurang 100 mm di dalam
antara 2 musim penghujan pendek.
F. Temperatur
Pada Gambar 8. menunjukkan temperatur bulanan rata – rata maksimum dan minimum,
humiditas bulanan pada Pos Bandara Jalaludin yang mewakili gambaran iklim di area
studi. Area studi adalah equatorial dan dicirikan temperatur tinggi dengan tidak signifikan
musiman variasi (26,3 – 27)o C.
G. Kualitas Air
Air di Danau Limboto adalah tawar. Air laut tidak mampu masuk (intrusi) ke danau.
Air danau tawar juga merupakan sumber air tanah di kota Gorontalo dan sekitarnya.
Dengan demikian keberadaan air danau sangat strategis sebagai sumber air tawar
permukaan untuk penduduk sekitarnya dan kota Gorontalo.
Pemeriksaan kualitas air menghasilkan sebagai berikut :
a. Kualitas air dari sungai Alo-Pohu dan Bone serta air Danau Limboto, umumnya
masih baik. Tingkat polusi dan kandungan zat yang berbahaya masih di bawah
ambang bahaya. Sedikit ada polusi pada muara Pohu, Tamalate dan Bone, yang
mengandung sedikit tinggi konsentrasi BOD5 (Biological Oxygen Demand), berkisar
antara 5,6-38,7 mg/l dan COD (Carbon Monoxyda Dissolved) berkisar 12-45 mg/l
serta Coliform Bacillus, berkisar kurang 300-2400 MPN/100 ml. Kekeruhan juga
sedikit tinggi khususnya di muara sungai, mencapai 650-1100 mg/l.
b. Keasaman/kebasaan (pH) dan DO (Dissolved Oxygen) memperlihatkan kualitas air
sedikit lingkungan ikan. Hasil pengukuran pH berkisar 7 – 8,2 (sedikit basa/dan DO
berkisar 3,2 – 7,1 mg/l, yang mana semua masih masuk kriteria kualitas air yang
berlaku.
c. Total kandungan nitrogen (T-N) dan phosphor (T-P) menunjukan bahwa Danau
Limboto sedikit tercemar.
d. Logam berat mengindikasikan konsentrasi Codnium (Cd), mercury (T-Hg), Pb, Cr+6
bernilai rendah. Akan tetapi Selenium (Se), Arsenic (As), Zn, Fe dan Mg terdeteksi
agak tinggi, yang mana ada pengaruh dari perubahan dan aktifitas manusia serta
aktifitas industri dan pertambangan.
KESIMPULAN
Dari data Kedua Daerah Aliran Sungai diatas dapat dilihat Potensi Sumber Daya Air
Atmosfer Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dan Limboto berbeda karena
memiliki kondisi-kondisi yang berbeda, salah satunya adalah Iklim yang berbeda, sehingga
kedalaman curah hujan akan berbeda pula.
Dapat dilihat perbandingan kedua DAS pada tabel berikut :
2 2
Luas DAS 15.602 km 910.04 km
Temperatur
26,7o C. 26,3o C – 27o C
(suhu rata-rata bulanan)
Selain data dalam tabel, dapat juga dilihat dari Informasi Potensi Sumber Daya Air dari Tiap
DAS yang berbeda, yang menunjukkan bahwa Potensi Air yang dimiliki oleh DAS
Bengawan Solo jauh lebih besar dibandingkan dengan Potensi Air yang dimiliki oleh DAS
Limbito.
Berdasarkan yang diketahui, dengan adanya Kelimpahan Potensi Air yang dimiliki oleh DAS
Bengawan Solo, dimana berdasarkan Kondisi Topografi berada pada daerah-daerah rendah,
maka DAS Bengawan Solo akan selalu mengalami banjir di setiap tahunnya. Dengan adanya
potensi seperti itu harusnya dapat dilakukan beberapa kegiatan yang dapat dikembang dalam
pemanfaatkan air, sehingga kelebihan air dapat dimanfaatkan untuk berbagai aspek penting
dalam kehidupan.
Karena Sumber daya air adalah aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Pada saat kondisi ketersediaan sumber daya air relatif melimpah baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, dibandingkan dengan kebutuhannya. Namun ketika
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUGAS 1
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
REKAYASA SUMBER DAYA AIR
Dosen Pengajar : Dr. Eng Ir. Soekarno , M.T
2019
ketersediaan sumber daya air mulai langka akan terjadi kompetisi antar berbagai fungsi
pengguna air. Untuk itu diperlukan pemikiran untuk melestarikan ketersediaan sumber daya
air bukan hanya untuk generasi sekarang namun juga untuk generasi yang akan datang.
REFERENSI
“Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo”. 2015.
https://id.wikipedia.org/wiki/Bengawan_Solo
http://www.oktapede.com/2015/09/daerah-aliran-sungaidas-bengawan-solo.html
http://ditatryoktaviyanti.blogspot.co.id/2013/05/makalah-pencemaran-air-di-bengawan-
solo.html
https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/das-dan-pengelolaannya-8/
http://anapangesti.blogspot.co.id/2013/10/analisis-bengawan-solo.html
http://www.academia.edu/20330364/Pengelolaan_Potensi_DAS_Sungai_Bengawan_Solo_ya
ng_Kurang_Maksimal_dalam_Menunjang_Pembangunan_Kota_Surakarta