You are on page 1of 6

A.

Mobilitas Sosial
1. Pengertian Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial (gerak sosial) adalah proses perpindahan dari


kedudukan satu ke kedudukan lainnya yang lebih tinggi atau sebaliknya.
Gejala semacam ini sangat umum ditemui dalam dunia sosial. Ada orang
yang dulunya “kere” kemudian berubah jadi orang “terhormat” karena
menjadi kaya dan punya kedudukan yang mendatangkan status dengan hak
istimewa. Ada juga orang yang awalnya berada di puncak lapisan masyarakat
tiba-tiba pada suatu saat jatuh pada lapisan bawah.

Masyarakat modern semakin membuka peluang bagi terjadinya


mobilitas sosial dibandingkan masyarakat zaman dulu. Pada masyarakat yang
kuno dan masih tradisional , mobilitas sosial sangat sulit dilakukan karena
stratifikasi sosialnya tertutup dan kaku. Dalam sistem kasta, misalnya, tak ada
mobilitas sosial. Dalam sistem tersebut, bila seseorang lahir dari kasta yang
paling rendah, untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia
tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi meskipun ia memiliki
kemampuan atau keahlian karena yang menjadi criteria stratifikasi adalah
keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke
strata lain yang lebih tinggi.

2. Bentuk-bentuk dari Mobilitas Social

Menurut P.A.Sorokin (1928), tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil


ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Gerak sosial
horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari
suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Contohnya
adalah seseorang yang beralih kewarganegaraan beralih pekerjaan yang
sederajat atau mungkin juga peralihan, atau gerak objek-objek sosial seperti
misalnya radio, mode pakaian, ideology, dan lain sebagainya. Dengan adanya
gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang ataupun suatu objek sosial. Mobilitas sosial horizontal dibedakan
dua dalam dua bentuk:

a. Mobilitas sosial antar wilayah/geografis. Gerak sosial ini adalah


perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain,
seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
b. Mobilitas antargenerasi. Secara umum, mobilitas antargenerasi berarti
mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi
anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan
perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi.
Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri,
melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi
lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil
mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan
telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.

Mobilitas anatargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau


sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Contoh: Pak Darjo
awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam
bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit
usaha sendiri yang akhirnya semakin besar.
b. Mobilitas intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang
terjadi di antara beberapa generasi. Mobilitas ini dibedakan menjadi dua:
mobilitas intergenerasi naik (contoh: bapaknya seorang kepala sekolah,
anaknya seorang direktur) dan mobilitas intergenerasi turun (contoh:
kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat, dan anaknya sebagai
kepala desa).

Gerak sosial vertikal merupakan perpindahan individu atau objek


sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak
sederajat. Gerak sosial vertikal meliputi, (a)social climbing, dari status yang
rendah ke status yang tinggi, di mana status yang tinggi itu telah ada
sebelumnya dan membentuk kelompok atas status yang baru, karena status
yang lebih atas belum ada (promosi), misalnya kelompok konglomerat,
eksekutif, supereksekutif, dan seterusnya; (b)social sinking dari kelompok
yang tinggi/atas turun ke rendah, dan derajat kelompoknya turun.

Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu:

a. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke


dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah
ada. Misalnya, seorang yang bekerja di kantor A dan diangkat menjadi
pejabat di kantor A.
b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada
derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk
kelompok tersebut. Misalnya, dengan dibentuknya sebuah organisasi,
memberi kesempatan kepada seseorang untuk menjadi ketua umum,
bertanda yang bersangkutan naik status.

Gerak sosial vertikal yang turun mempunyai dua bentu utama, yaitu:

a. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah


derajatnya. Misalnya, seorang pejabat dipecat karena korupsi
b. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi
kelompok sabagai kesatuan
B. Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara

Dasar-dasar Pendidikan barat yang dirasakan oleh Ki Hajar tidak tepat dan
tidak cocok untuk mendidik generasi muda Indonesia Karena Pendidikan barat
bersifatregering,tucht,orde (Perintah,hukuman,dan ketertiban). Menurut beliau
karakter Pendidikan semacam ini merupakan suatu perkosaan atas kehidupan
batin anak-anak. Akibatnya, anak-anak rusak akan budipekertinya Karena selalu
hidup di bawah paksaan dan tekanan. Menurut Ki Hajar Dewantara, cara
mendidik semacam itu tidak akan bisa membentuk seseorang hingga memiliki
kepribadian.

Ki Hajar Dewantara juga menjelaskan tentang dasar jiwa anak dan


kekuasaan Pendidikan. Dalah hal ini, dasar jiwa yaitu keadaan jiwa yang asli
menurut kodratnya sendiri, sebelum ada pengaruh dari luar. Disini, dikemukakan
tiga teori. Yakni. Aliran lama yang mengngkapkan bahwa anak yang lahir
bagaikan sehelai kertas kosong, yang belum ditulis, sehingga pendidik boleh
mengisi kertas yang kosong itu menurut kehendaknya. Teori ini juga dinamakan
teori tabula rasa. Aliran yang kedua adalah aliran negative, yang berpendapat
bahwa anak itu lahir sebagai sekhelai kertas yang ditulisi sepenuhnya. Sehingga
Pendidikan tidak dapat mengubah watak-watak anak. Jadi, Pendidikan menurut
aliran negative dianggap dapa menolak pengaruh-pengaruh jahat dari luar, akan
tetapi mewujudkan budipekerti yang tidak Nampak ada didalam jiwa anak, tak
akan dapat. Aliran yang ketiga adalah aliran yang terkenal dengan “convergentie-
theorie” seperti aliran yangtadi. Seorang anak dilahirkan bagaikan selembar kertas
putih yang sudah tertulis penuh, tatpi dalam aliran ini, dijelaskan bahwa tulisan-
tulisan tadi merupakan tulisan yang suram. Menurut aliran ini ditetapkan bahwa
Pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram
berisi baik. Agar kelak Nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan
jahat hendaknya dibiarkan jangan sampai menebal dan makin.

Citra manusia di Indonesia berdasarkan konsep pendidikan yang


dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara:
Pertama, Manusia Indonesia yang berbudi pekerti adalah yang memiliki
kekuatan batin dan berkarakter. Artinya Pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan manusia Indonesia yang berdiri teguh pada nilai-nilai kebenaran.
Sehingga manusia di Indonesia dapat menyadari tanggungjawabnya untuk
melakukan apa yang diketahuinya sebagai kebenaran. Ekspresi dari kebenaran ini
dapat terlihat dari tutur kata, sikap, dan perbuatannya terhadap lingkungan alam,
baik dirinya sendiri dan sesame manusia Jadi, budi pekerti adalah istilah yang
memayungi perkataan, sikap dan tindakan yang selaras dengan kebenaran ajaran
agama, adat-istiadat, hukum positif, dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan universal.

Kedua, manusia Indonesia yang maju pikirannya adalah yang cerdas


kognisi(tahu banyak dan banyak tau). Sehingga melalui kecerdasannya itu, dapat
membebaskan dirinya dari kebodohan dan pembodohan dalam berbagai jenis dan
bentuk.(pada masa itu, dari penjajahan yang berupa indoktrinasi). Manusia yang
maju adalh manusia yang berani berpikir tentang realitas yang membelenggu
kebebasannya, kemampuan berpikirnya, serta bisa menjadi oposisi dengan hal-hal
yang membodohkannya. yang membelenggu kebebasannya, dan berani beroposisi
berhadapan segala bentuk pembodohan.

Ketiga. Manusia yang maju dalam aspek tubuh adalah manusia yang
mampumengendalikan tubuhnya. Sehingga dengan ubuh yang maju, pemikiran
yang majuserta budipekerti yang maju dapat memperoleh dukungan untuk
mendeklarasikan kemerdekaan. Menjadi manusiayang merdeka, dan memiliki
keterampilan untuk mengisi kemerdekaan itu dengan segala pembangunan yang
humanis.
DAPUS

https://www.academia.edu/36404780/Makalah_Diferensisi_Mobilitas_Sosial

http://mengomentaridunia.blogs.uny.ac.id/wp-
content/uploads/sites/15297/2017/10/PEMIKIRAN-PENDIDIKAN-DAN-
PENGAJARAN-OLEH-KI-HAJAR-DEWANTARA-SEBAGAI-LANDASAN-
KEBIJAKAN-PENDIDIKAN-NASIONAL-YANG-SESUAI-DENGAN-JATI-
DIRI-BANGSA-.pdf

You might also like