You are on page 1of 52

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSJ MELATI

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Derry Mursalin (151100279)
2. Sri Wulandari (151100308)
3. Indah Ayu Permata Sari (151100291)
4. Yuliana Tina (151100)
5. Gerhard Sinaga (151100)
6. Selastinus Ngilawayan (151100)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

Tahun Ajaran 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya kami
dapat menyelesaikan makalah seminar keperawatan jiwa dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa
pada Pasien Tn.M dengan Masalah utama Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di
Ruang Wijaya Kusuma RSJ Menur Melati”. Selebihnya kami mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam melakukan penyusunan
Askep ini.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu kami mohon dengan tulus mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua
dan manfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Yogyakarta, 23 November 2016

Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat
diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan saja keadaan
terhindar dari sakit maupun kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966
adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Teguh, 2009).
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang
lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan
lingkungan (Suliswati, 2005).
Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa setiap
orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau. Disebutkan pula bahwa penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang,
mengancam keselamatan dirinya dan orang lain, mengganggu ketertiban keamanan umum wajib
mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Prevalensi gangguan
jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduk hal ini merupakan kondisi yang sangat
serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan WHO. Prevalensi penderita di Indonesia adalah
0,3-1% dan bisa timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12
tahun sudah menderita gangguan jiwa. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka
diperkirakan sekitar 2 juta mengalami skizofrenia. Tingginya angka gangguan kesehatan jiwa
tersebut penyebabnya multifaktorial bisa diakibatkan masalah sosial, ekonomi, maupun gizi yang
kurang dimana sekitar 99% Pasien di Rumah Sakit Jiwa adalah penderita skizofrenia (Yosep,
2007). Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran,
persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat di
definisikan sebagai penyakit tersendiri melainkan diduga sebagai suatu sindrom gangguan jiwa
(Videbeck, 2008).
Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa Negara
menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang yang disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa
sebesar 8,1 %. Angka ini jauh lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit
tuberculosis(7,2%), kanker(5,8%), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria (2,6%). Namun pada
kenyataannya berdasarkan data Riskesdas 2007, ternyata terdapat sekitar 13.000-24.000 orang
penderita gangguan jiwa di Indonesia yang diabaikan oleh keluarganya. Sedangkan di Jawa
Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota sampai dengan Juni 2011 tercatat 3 tidak kurang
200 orang penderita gangguan jiwa tidak dibawa ke RSJ. Hasil penghitungan data jumlah Pasien
pada tahun 2010 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah diagnosa /
jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien yang mengalami perilaku
kekerasan sebanyak 1534 jiwa atau sekitar 39,2%, Pasien yang mengalami gangguan persepsi
halusinasi sebanyak 1606 jiwa atau sekitar 41%, Pasien yang mengalami isolasi sosial : menarik
diri sebanyak 457 jiwa atau sekitar 11,7%, Pasien yang mengalami waham sebanyak 111 jiwa atau
sekitar 2,8%, Pasien yang mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu sebanyak 82
jiwa atau sekitar 2,1%, kemudian Pasien yang mengalami depresi sebanyak 662 jiwa atau sekitar
16,9%, Pasien yang ingin melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 116 jiwa atau sekitar 2,3%,
Pasien yang sudah pulang dan kambuh lagi ada 4452 jiwa atau sekitar 11,5%, Pasien skizofrenia
sendiri ada 3912 jiwa atau sekitar 99,99%, kemudian jumlah Pasien laki-laki sekitar 2357 jiwa,
sedangkan Pasien yang perempuan sebanyak 1557 jiwa (Arfian, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan dan fenomena diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa keperawatan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Untuk memberikan gambaran nyata tentang pemberian asuhan keperawatan pada Pasien dengan
masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

1.3.2 Tujuan khusus :


1. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran
2. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Persepsi
Sensori:Halusinasi Pendengaran
3. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Tn.M.
4. Mendiskripsikan implementasi pada Pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
5. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan
6. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Tn.M dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

BAB II
LANDASAN TEORI
I. Kasus (Masalah Utama)
Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan pencerapan (persepsi) panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat meliputi sistem penginderaan pada seorang
dalam keadaan sadar penuh (baik).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar
(Maramis, 2005).Halusinasi adalah pesan, respon, dan pengalaman sensori yang salah (Stuart
Sudden, 2007).
B. Jenis – Jenis Halusinasi
Menurut Stuart Sudden, 2007, Halusinasi dibagi dalam:
1. Halusinasi Pendengaran / Auditorik
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang. Biasanya klien
mendengarkan suara orang yang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal.
2. Halusinasi Penglihatan / Visual
Karakteristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya,
gambaran, geometrik, gambar kartun dan panorama yang kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau menjijikkan seperti darah,
urin, faces. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensia.

4. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
stimulus yang jelas. Contohnya rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
5. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin, faces.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran darah vena atau
arteri, pencernaan makanan, pembentukan urin.
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. Penyebab
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi sosial. Isolasi Sosial
adalah percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain.
Tanda dan gejala Isolasi sosial antara lain:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang atau tidak ada
4. Tidak ada kontak mata
5. Tidak melakukan aktifitas sehari – hari
6. Berdiam diri di kamar
7. Mobilitas kurang

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala seseorang yang mengalami halusinasi adalah:
1. Tahap 1 ( Comforting )
- Tertawa tidak sesuai dengan situasi
- Menggerakkan bibir tanpa bicara
- Bicara lambat
- Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
2. Tahap 2 ( Condeming )
- Cemas
- Konsentrasi menurun
- Ketidakmampuan membedakan realita
3. Tahap 3
- Pasien cenderung mengikuti halusinasi
- Kesulitan berhubungan dengan orang lain
- Perhatian dan konsentrasi menurun
- Afek labil
- Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk )
4. Tahap 4 ( Controlling )
- Pasien mengikuti halusinasi
- Pasien tidak mampu mengendalikan diri
- Beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

E. Akibat
Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan adalah suatu perilaku mal adaftive dalam memanifestasikan perasaan
marah yang dialami seseorang. Perilaku tersebut dapat berupa mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Perasaan
marah sendiri merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada
pada rentang adaptif
Rentang Respon

III. A. Pohon Masalah

B. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
c. Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. Data Yang Perlu Dikaji
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Data Subjektif :
- Klien mengatakan kesal atau benci terhadap seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah
- Riwayat prilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai, berteriak, menjerit, memukul diri sendiri
/ orang lain
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
- Merusak dan melempar barang – barang

b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi


Data Subjektif :
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasakan makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara / gambar / bunyi yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul / melempar barang – barang
Data Objektif :
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar / melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah – tengah kalimat untuk mendengar sesuatu
- DisOrientasi
3. Isolasi Sosial : Menarik Diri
Data Subjektif:
- Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa – apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Objektif :
- Klien terlihat lebih suka sendiri, binggung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup, apatis, ekspresi sedih, komunikasi verbal
kurang, aktivitas menurun, menolak berhubungan, kurang memperhatikan kebersihan.

IV. Diagnosa Keperawatan


“ Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi “

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
INTERVENSI :
1. Bina hubungan saling percaya dengan :
- Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan klien
RASIONAL : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan
interaksi selanjutnya

b. Klien dapat mengenal halusinasi.


Kriteria Evaluasi:
- Klien dapat menyebutkan, waktu, isi dan frequensi timbulnya halusinasi
- Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya
INTERVENSI :
1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
Rasional : Kontak dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat
memutuskan halusinasinya.
2. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya, berbicara dan tertawa tanpa stimulus
memandang ke kiri dan ke kanan seolah ada teman bicara
Rasional: Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam
melakukan intervensi
3. Bantu klien mengenal halusinasi dengan cara :
- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang di dengar
- Jika klien menjawab “ada“ lanjutkan apa yang dikatakan halusinasinya
- Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu. Namun perawat sendiri tidak
mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh)
- Katakan pada klien bahwa ada klien yang seperti dia
- Katakan bahwa perawat akan membantu klien
Rasional : Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor timbulnya
halusinasi
4. Diskusikan kepada klien tentang :
- Situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore, malam, atau jika sendiri,
jengkel, sedih )
Rasional: Dengan mengetahui waktu, isi, dan frekuensi munculnya halusinasinya
mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat
5. Diskusikan pada klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih,
senang). Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria Evaluasi :
- Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya
- Klien dapat menyebutkan cara baru
- Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya seperti yang telah di diskusikan
- Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya
- Klien dapat mengikuti aktifitas kelompok
INTERVENSI :
1. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah,
menyibukkan diri, dll )
Rasional: Upaya untuk memutus siklus halusinasinya sehingga tidak berlanjut
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri pujian
Rasional: Reinforcement dapat meningkatkan harga diri klien
3. Diskusikan cara baru untuk memutuskan timbulnya halusinasinya :
- Katakan “ saya tidak mau dengar kau “ pada saat halusinasi muncul
- Menemui orang lain atau perawat, teman untuk bercakap – cakap atau mengetahui
halusinasinya didengar
- Membuat jadwal kegiatan sehari – hari agar halusinasi tidak muncul
- Meminta teman, keluarga, perawat menyapa jika klien tampak sendiri
Rasional : memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi
4. Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutuskan halusinasinya secara bertahap
misalnya dengan :
- Mengambil air wudhu dan sholat atau baca Al-Qur’an
- Membersihkan rumah atau peralatan rumah
- Mengikuti kegiatan sosial di masyarakat ( pengajian, gotong royong )
- Mengikuti kegiatan olahraga di kampung ( jika masih muda )
- Mencari teman merngobrol
Rasional: Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih cara
mengendalikan halusinasinya
5. Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yang telah dipilih
Rasional: Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba cara yang dipilih
6. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok orientasi realita dan stimulasi
Persepsi
Rasional: Stimulasi persepsi dapat mempengaruhi perubahan intepretasi realitas akibat
halusinasi
d. Klien dapat dukungan keluarga untuk mengontrol halusinya
Kriteria Hasil :
- Keluarga dapat saling percaya dengan perawat
- Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dari tindakan untuk mengendalikan
halusinasinya
INTERVENSI :
1. BHSP dengan menyebutkan nama, tujuan dengan sopan dan ramah
Rasional: Sebagai dasar untuk memperlancar interaksi selanjutnya
2. Anjurkan klien untuk menceritakan halusinasinya kepada keluarga
Rasional: Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
3. Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung :
- Pengertian halusinasi
- Gejala halusinasi yang mendalam
- Cara yang dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasinya
- Cara merawat klien halusinasi dirumah, misalnya diberi kegiatan jangan di biarkan sendiri
- Beri informasi kapan mendapat bantuan :
Halusinasi tidak terkontrol dapat mencederai orang lain
Rasional: Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang informasi halusinasi

e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.


Kriteria Evaluasi :
- Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat
- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
- Klien dapat informasi tentang efek samping obat
- Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa berkonsultasi
- Klien dapat tahu prinsip penggunaan 5 tepat
INTERVENSI :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang dosis, frequensi, dan manfaat obat
Rasional: Dapat menyebutkan dosis, frequensi, dan manfaat obat
2. Anjurkan klien meminta obat ke perawat
Rasional: Menilai kemampuan klien dapat pengobatan sendiri
3. Anjurkan klien bicara kepada dokter tentang manfaat dan efek samping yang dirasakan
Rasional: Dengan mengetahui efek samping, klien tahu apa yang harus dilakukan setelah
minum obat
4. Diskusikan untuk berhenti minum obat tanpa diskuksi konsultasi dengan dokter
Rasional: Program pengobatan berjalan lancar
5. Bantu klien untuk menggunakan prinsip obat 5 tepat
Rasional: Dapat mengetahui prinsip penggunaan obat
DAFTAR PUSTAKA

http://apd273.blogspot.co.id/2014/04/asuhan-keperawatan-jiwa-halusinasi_6.html
BAB 3
TINJAUAN KASUS

RUANGAN RAWAT : Wijaya Kusuma TANGGAL DIRAWAT : 23-11-2016

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 November 2016 di ruangan Wijaya Kusuma RS Jiwa
Melati. Adapun data yang didapat bahwa klien masuk rumah sakit diruangan dengan nomor
register dengan diagnosa medis F20.3 (Skizophrenia ).

a. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.M Tanggal Pengkajian : 23 November 2016
Umur : 25 Tahun RM No. : 03-xx-xx
Informan : Pasien, Keluarga Dan Rekam Medic

b. ALASAN MASUK
Pasien berbicara melantur dan marah marah. Pasien mengatakan mendengar ada yang berbisik
bisik dan menyuruhnya untuk berbuat hal yang tidak baik ( contoh : disuruh memukul,disuruh
mensholati ibunya )

3. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? Ya
2. Pengobatan sebelumnya ? Kurang berhasil
3. Pengalaman
Aniaya fisik : klien pernah mengalami anaiaya fisik
Aniaya Seksual : klien tidak pernah mengalami aniaya seksual
Penolakan : klien tidak pernah mengalami penolakan
Kekerasan dalam Keluarga : klien pernah mengalami kekerasan
Tindakan kriminal : klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal
Jelaskan No 1,2,3 : Pasien marah-marah kepada ibunya.
Kakak Pasien mengatakan bahwa Pasien pernah dirawat di rumah sakit jiwa lain pada tahun
2014 dengan keluhan yang sama, sebelumnya Pasien berobat ke kyai untuk sembuh akan tetapi
pengobatan kurang berhasil. Selama selang 3 tahun setelah sembuh Pasien tidak pernah kontrol
dengan tidak teratur minum obatnya karena merasa sudah sembuh. Selama dirumah Pasien marah-
marah dan memukul ibunya.
Masalah Keperawatan :
- Regimen terapi inefektif
- Resiko Perilaku kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan putus cinta dan di tinggal pacarnya menikah
Masalah Keperawatan : Respon Pasca Trauma

4. FISIK
1. Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg Nadi : 84x/menit Suhu : C P : 19x/menit
2. Ukur : TB : 174cm BB : 59kg
3. Keluhan fisik : Tidak
Jelaskan : Selama di rumah sakit jiwa Pasien tidak pernah mengalami sakit
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : Pasien anak ke 5 dari 6 bersaudara.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya, penampilanya kurang rapi,
tampak lesu ketika berjalan, Pasien mondar mandir di ruangan
b. Identitas diri : Pasien seorang laki laki berusia 25 tahun, belum menikah, berpendidikan
terakhir hanya SD.
c. Peran : Pasien bekerja sebagai kuli bangunan, setiap harinya Pasien bekerja
dengan tepat waktu.
d. Ideal diri : Pasien ingin berkumpul dengan keluarganya terutama dengan ibunya, dan
Pasien ingin menikah
e. Harga diri : Pasien merasa malu karena Pasien seorang tamatan SD dan Pasien
ditinggal pacarnya untuk menikah.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Pasien mengatakan paling dekat dengan ibunya karena merupakan
seseorang yang paling berharga.
b. Peran serta dalam kegiatan/ masyarakat : Pasien mengatakan hubungannya dengan
tetangganya tidak baik karena hanya berprofesi sebagai tukang kuli bangunan. Saat di RS,
Pasien suka menyendiri tidak meu bergaul dengan Pasien lainya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien kurang bisa bergabung atau
berinteraksi dengan orang lain baik di rumah maupun di lingkungan rumah sakit.
Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial : Menarik Diri

4. Spiritual
a. Nilai dari keyakinan : Pasien mengatakan bahwa agamanya islam.
b. Kegiatan ibadah : sudah tidak sholat sejak 3 bulan yang lalu selama dirumah, Pasien
mengatakan tidak pernah sholat selama di RS
Masalah Keperawatan : Distrees Spiritual

GENOGRAM
Keterangan :
: laki - laki
: perempuan
: Pasien

6. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi
Jelaskan: Pasien berpenampilan rambut tidak pernah disisir, memakai sarung berantakan
untuk lipatannya
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Lambat dan tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Pasien menjawab seperlunya saja dengan nada berbicara lambat
Masalah Keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal
3. Aktivitas Motorik:
Lesu
Jelaskan : Pasien sering menyendiri diruangan, ADL diarahkan oleh petugas
Masalah Keperawatan : Penurunan Aktifitas Motorik
4. Alam Perasaan
Khawatir
Jelaskan : Pasien mengatakan khawatir jika mendengar bisikan bisikan itu datang.
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek
Jelaskan : Pasien bisa tersenyum dan sedih ketika diberi stimulus
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang
Jelaskan : Pasien lebih banyak diam diri, pandangan mata melihat ke arah lain ketika di
ajak bicara.
Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial : Menarik Diri
7. Persepsi
Pendengaran
Jelaskan : Pasien mengatakan sering mendengar bisikan bisikan yang menyuruhnya untuk
berbuat sesuatu ( misalnya disuruh memukul, disuruh untuk mensholati ibunya), saat di kaji
Pasien mondar mandir, saat ditanya bahwa ada yang membisiki untuk pulang dan mensholati
ibunya. Respon Pasien saat mendengar suara itu. Respon Pasien saat mendengar suara suara
itu Pasien mengikuti perintah sura tersebut. Juga mondar mandir, selalu bicara sendiri.
Masalah Keperawatan :
- gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
- resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
8. Proses Pikir
Jelaskan : Pasien bicara seperlunya saja
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
9. Isi Pikir
Jelaskan : Pasien mengatakan semua apa yang dialaminya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
10. Tingkat Kesadaran
Jelaskan : Pasien mengatakan bisa menyebutkan waktu, tempat, orang secara benar
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
11. Memori
Jelaskan : Pasien ingat pernah dibawa ke kyai dan menceritakan hal hal yang pernah di
alaminya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : Pasien mampu berhitung dalam bentuk sederhana ( menghitung angka )
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
13. Kemampuan Penilaian
Gangguan bermakna
Jelaskan : Pasien mengatakan suara yang di dengar itu benar benar ada sehingga Pasien
melakukan isi suara tersebut
Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Jelaskan : Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit
Masalah Keperawatan :
- Gangguan Proses Pikir
- Resiko Regimen Terapi Inefekktif

7. KEBUTUHAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan
Makanan : ya Pakaian : ya Uang :tidak
Keamanan : tidak Transportasi : tidak
Perawatan Kes : tidak Tempat tinggal : tidak
Jelaskan : segala kebutuhan dipenuhi oleh keluarga dan rumah sakit
Masalah Keperawatan : gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri :
Mandi : minimal BAB/BAK : minimal
Kebersihan : minimal Ganti pakaian : minimal
Makan : minimal
Jelaskan : Pasien melakukan perawatan diri dengan di arahkan dan di bantu oleh petugas
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
b. Nutrisi
- Apakah anda puas dengan pola makan anda ? Ya
- Apakah anda makan memisahkan diri ? Tidak
- Frekuensi makan sehari : 3x sehari
- Frekuensi kudapan sehari : 1x sehari
- Nafsu makan : Meningkat
- Diet khusus :-
Jelaskan : Pasien makan 3 kali sehari kudapan 1 kali dihabiskan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
- apakah ada masalah : Tidak
- apakah anda merasa segar setelah bangun tidur : Ya
- apakah anda kebiasaan tidur siang : Ya lamanya : 5 jam
- apa yang menolong anda tidur :-
- waktu tidur malam : 19.30 Waktu bangun jam : 05.00
- sulit untuk tidur : tidak Terbangun saat tidur : tidak
- bangun terlalu pagi : tidak Gelisah saat tidur : tidak
- Semnabolisme : tidak Berbicara dalam tidur : tidak
Jelaskan: Pasien mengatakan bahwa lamanya Pasien tidur selama 5 jam. Pasien tidak
mengalami masalah dalam tidur. Saat malam hari biasanya Pasien tidur sekitar pukul 19.30
sampai dengan pukul 05.00.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Kemampuan klien dalam
- Mengantisipasi kebutuhan sendiri : ya
- Membuat keputusan berdasarkan keputusan sendiri : ya
Mengatur penggunaan obat : tidak
- Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) : ya
Jelaskan : Pasien tidak mampu mengatur penggunaan obat secara mandiri
Masalah Keperawatan : inefektifitas penetalaksanaan regimen medik
4. Klien memiliki system pendukung
Keluarga : ya Teman sejawat : ya
Profesional/terapis : tidak Kelompok social : tidak
Jelaskan : Pasien dapat dukungan dari keluarganya
Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi
5. Apakah klien menikmati saat bekerja yang menghasilkan atau hobi:
Ya
Jelaskan : Pasien menikmati pekerjaan sebagai kuli bangunan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. MEKANISME KOPING
Adaptif : Tidak ada
Maladaptif :
 Reaksi lambat
 Menghindar
 Mencederai diri
 menyendiri
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif
9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Pasien lebih banyak menyendiri
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Pasien tidak mau berinteraksi dan
berkomunikasi dengan Pasien lain. Pasien berinteraksi dengan di arahkan oleh petugas.
 Masalah dengan pendidikan, spesifik : Pasien tamat SD
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Pasien bekerja sebagai kuli bangunan
 Masalah dengan perumahan, spesifik : Pasien tinggal bersama keluarganya. Di keluarga
Pasien bisa berinteraksi dengan semua anggota keluarga.
 Masalah ekonomi, spesifik : Pasien belum bisa mencukupi ekonominya yang hanya sebagai
kuli bangunan untuk dirinya dan keluarganya, selama di RS Pasien menggunakan jamkesmas
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Pasien pernah MRS di RSJ Melati pada tahun
2013 dengan keluhan yang sama.
 Masalah lainya, spesifik : Pasien merasa bosan di RSJ dan ingin pulang
Masalah keperawatan :
- Gangguan Konsep Diri : HDR
- Gangguan Interaksi Sosial : Menarik Diri
- Resiko Mencederai Diri Sendiri

10. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


- Penyakit jiwa
- Faktor presipitasi
- koping
Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan ketidak patuhan
minum obat

11. DATA LAIN-LAIN


WBC (LEOKOSIT) 10.7 103/ul
RBC (ERITROSIT) 4,48 106/ul
HGB (HEMOGLOBIN) 13,3 g/dl
HCT (HEMATOKRIT) 38,8 %
MCV 86,6 fL
MCH 29,7 pg
MCHC 34,3 g/dl
PLT (TROMBOSIT) 205 103/ul
RDW 12,6 %
PDW 10,7 fL
MPV 9,0 fL
P-LCR 17,3 %
Hasil lab diambil pada tanggal 23 November 2016

12. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : F20.3 ( skizofrenia undifferent)
Terapi Medik : Clhorpomazin (CPZ) 2x100mg
Trihezipenidyl (THD) 2x2mg
Risperidol 2x2mg
13. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
a. Regiment terapi inefektif
b. Gangguan konsep diri
c. Koping individu inefektif
d. Respon pasca trauma
e. Resiko mencederai diri dan orang lain
f. Gangguan interaksi sosial : menarik diri
g. Distrees spiritual
h. Defisit perawatan diri
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Penurunan aktifitas motorik
k. Ansietas
l. Ganggaun persepsi sensori : halusinasi pendengaran
m. Gangguan proses pikir
n. Gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan
o. Inefektifitas penatalaksanaan regimen medik
p. Koping mekanisme inefektifitas
q. Kurang pengetahuan tentang kesehatan mental

14. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Gangguan interaksi sosial : Menarik diri
ANALISA DATA

NAMA : Tn. “M” NIRM : 039915 RUANGAN : WIJAYA KUSUMA


Tanggal Data Masalah Ttd
Keperawatan
23/11/2016 DS : Halusinasi
- Pasien sering mendengarkan bisikan- pendengaran
bisikan yng menuruhnya untuk berbuat
sesuatu (disuruh memukul, dll)
- Respon Pasien mengikuti perintah
bisikan tersebut
- Pasien saat dikaji mendengar bisikan
untuk pulang dan mensholati ibunya
- Pasien mengatakan bahwa suara itu
benar-benar ada
DO :
- Pasien mondar-mandir
- Pasien selalu menyendiri kurang bisa
berinteraksi dengan Pasien lainnya
- Pasien selalu berbicara “disuruh pulang”
- Pasien berbicara melantur
23/11/2016 Ds: Gangguan interaksi
- Pasien kurang bisa bergabung atau sosial : Menarik diri
berinteraksi dengan orang lain baik di
rumah maupun di lingkungan rumah
sakit
- Pasien mengatakan selama dirumah
sakit, tidak ada satupun yang pasien
kenal.
- Pasien suka menyendiri tidak mau
bergaul dengan Pasien lainya
DO:
- Pasien tampak sering menyendiri dari
teman-temannya.
- Pasien tampak tidak berinteraksi dengan
orang lain.
- Pasien lebih banyak diam diri,
pandangan mata melihat ke arah lain
ketika di ajak bicara.

23/11/2016 DS: Resiko Mencederai


Diri Sendiri, Orang
- Pasien mengatakan mendengar ada yang
Lain dan
berbisik bisik dan menyuruhnya untuk
Lingkungan
berbuat hal yang tidak baik ( contoh :
disuruh memukul)
- Keluarga pasien mengatakan Selama
dirumah Pasien marah-marah dan
memukul ibunya.
DO:
- Berdasarkan rekam medis klien pernah
mengalami anaiaya fisik dan klien
pernah mengalami kekerasan.

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

Gangguan interaksi sosial : Menarik diri


INTERVENSI KEPERAWATAN
(RENCANA KEPERAWATAN)

No. Tanggal Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Intervensi


Umum
1. 23/11/2016 Resiko Kliendapat TUK 1: 1. beri salam panggil nama
mencederai melanjutkan Klien dapat membina 2. sebutkan nama perawat
diri sendiri, peran sesuai hubungan saling sambil jabat tangan
orang lain dengan percaya. 3. jelaskan maksud
dan tanggung hubungan interaksi
lingkungan jawab. 4. jelaskan kontrak yang
akan dibahas
5. beri rasa aman dan
simpati
6. lakukan kontak mata
singkat tapi sering

1. beri kesempatan untuk


TUK 2: mengungkapkan
Klien dapat perasaan
mengidentifikasi 2. bantu klien untuk
kemampuan mengungkapkan
penyebab kekerasan penyebab perasaan
jengkel/kesal

TUK 3 : 1. Anjurkan klien


Klien dapat mengungkapkan apa
mengidentifikasi yang dialami dan
tanda-tanda perilaku dirasakan saat marah
kekerasan 2. Observasi tanda-tanda
perilaku kekerasan pada
klien
3. Simpulkan bersama
klien tanda dan gejala
kesal yang di alami

TUK 4; 1. Anjurkan klien untuk


Klien dapat mengungkapkan
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
perilaku kekerasan biasa dilakukan klien .
yang biasa dilakukan 2. Bantu klien bermain
peran sesuai dengan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
3. Bicarakan dengan klien
apakah dengan cara
yang dilakukan klien
masalahnya selesai
TUK 5;
Klien dapat 1. bicarakan akibat dan
mengidentikasi cara yang dilakukan
akibat perilaku klien
kekerasan 2. bersama klien
menyimpulkan akibat
cara yang digunakan
oleh klien
3. Tanya pada klien apakah
ia ingin mempelajari
cara yang baru dan yang
sehat.

TUK 6 : 1. Bantu klien memilih cara


Klien dapat yang paling tepat untuk
mendemonstrasikan klien
cara mengontrol 2. Bantu klien
perilaku kekerasan mengidentifikasi
manfaat carayang telah
dipilih
3. Bantu klien untuk
menstimulasikan cara
tersebut atau dengan
role play

1. Jelaskan jenis-jenis obat


yang di minum pada
TUK 7 : klien dan keluarga.
Klien dapat 2. Diskusikan manfaat
menggunakan obat minum obat dan
dengan benar ( sesuai kerugian berhenti
dengan program ) minum obat tanpa seijin
dokter
3. Jelaskan prinsip benar
minum obat(baca nama
yg tertera pd botol
obat,dosis obat ,waktu
dan cara minum)
4. Anjurkan klien minum
obat tepat waktu
5. Anjurkan klien
melaporkan pada
perawat atau dokter jika
merasakan efek yang
tidak menyenang kan
6. Beri pujian jika klien
minum obat dengan
benar.
2. Perubahan Klien dapat TUK 1 1. Beri salam
persepsi mengontrol Klien dapat membina dan panggil
sensori : halusinasinya. hubungan saling nama pasien
Halusinasi percaya. 2. Sebutkan nama perawat
pendengaran sambil berjabat tangan.
3. Jelaskan maksud
hubungan interaksi.
4. Jelaskan tentang kontrak
yang akan dibuat
5. Beri rasa aman dan sikap
empati
6. Lakukan kontak singkat
tapi sering
TUK 2 1.Lakukan kontak sering dan
Klien dapat mengenal singkat secara bertahap.
halusinasinya (jenis, 2.Observasi tingkah laku
waktu, isi, situasi, klien terkait dengan
frekuensi, dan respon halusinasinya : bicara dan
saat timbulnya tertawa tanpa stimulus,
halusinasi). mengarahkan telinga
kekiri, kekanan, kedepan
seolah olah klien
mendengar suara-suara.
3.Bantu klien mengenal
halusinasinya:
- Tanyakan apakah ada
suara yang didengar.
- Tanyakan apa yang
dikatakan halusinasinya.
- Katakan perawat percaya
klien mendengar suara
itu, namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya.
- Katakan bahwa perawat
akan membantu klien
4.Diskusikan dengan klien :
- Situasi yang
menimbulkan/ tidak
menimbulkan halusinasi.
- Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi.
5. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih dan senang).
6.Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya.

TUK 3 1. Identifikasi bersama


Klien dapat klien cara tindakan yang
mengontrol dilakukan jika terjadi
halusinasinya. halusinasi.
2. Diskusikan manfaat cara
yang digunakan klien,
jika bermanfaat beri
Pujian.
3. Diskusikan cara baru
untuk memutus/
mengontrol timbulnya
halusinasi dengan cara :
a. Menghardik.
b. Menemui orang lain
untuk bercakap-
cakap.
c. Melakukan kegiatan
yang biasa
dilakukan.
4. Bantu klien memilih dan
melatih cara mengontrol
halusinasinya secara
bertahap.
5. Beri kesempatan kepada
klien untuk melakukan
cara yang telah dilatih,
evaluasi hasilnya, dan
beri pujian jika berhasil.

1. Buat kontrak waktu, te


TUK 4 : mpat, dan topik
Klien dapat dengan keluarga saat
dukungan dari keluarga berkunjung.
keluarga dalam 2. Diskusikan pada keluar
mengontrol ga tentang pengertianh
halusinasinya. alusinasi,tanda dan gej
ala halusinasi, prose
terjadinya halusinasi,
serta cara yang dapat
dilakukan klien dan kel
uarga untuk memutus h
alusinasi.
3. Jelaskan tentang obat-
obatan halusinasi.
4. Anjurakan keluarga
untuk memantau obat-
obatan dan cara pembe
riannya untuk mengata
si halusinasi.
5. Beri informasi
waktu kontrol kerumah
sakit dan bagaimana
cara mencari bantuan j
ika
halusinasi tidak bisa di
atasi dirumah.

1. Diskusikan dengan klien


TUK 5 dan keluarga tentang
Klien dapat dosis, frekuensi dan
memanfaatkan obat manfaat minum obat.
dengan baik 2. Anjurkan klien meminta
sendiri obat pada
perawat dan merasakan
manfaatnya.
3. Anjurkan klien bicara
dengan dokter tentang
manfaat dan efek
samping minum obat
yang dirasakan
4. Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip
3. 23/11/2016 Gangguan 1. Menyadari 1.Membina hubungan SP 1
interaksi penyebab saling percaya 1. Identifikasi penyebab
sosial : isolasi 2.Menyadari a. Siapa yang satu
Menarik diri2. Berinteraksi penyebab isolasi rumah dengan pasien?
dengan orang social, keuntungan b. Siapa yang dekat
lain. dan kerugian dengan pasien? apa
sebabnya?
berinteraksi dengan c. Siapa yang tidak
orang lain. dekat dengan pasien
3.Melakukan dan apa sebabnya?
interaksi dengan 2. Tanyakan keuntungan
orang lain secara dan kerugian
bertahap. berinteraksi dengan
orang lain.
a. Tanyakan pendapat
pasien tentang
kebiasaan
berinteraksi dengan
orang lain.
b. Tanyakan apa yang
menyebabkan pasien
tidak ingin
berinteraksi dengan
orang lain.
c. Diskusikan
keuntungan bila
pasien memiliki
banyak teman dan
bergaul akrab dengan
orang lain.
d. Diskusikan kerugian
bila pasien hanya
mengurung diri dan
tidak bergaul dengan
orang lain.
e. Jelaskan pengaruh
isolasi sosial
terhadap kesehatan
fisik pasien
3. Latih berkenalan
a. Jelaskan kepada
Pasien cara
berinteraksi dengan
orang lain.
b. Berikan contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain.
c. Berikan kesempatan
pasien mempraktikan
cara berinteraksi
dengan orang lain
yang dilakukan di
hadapan perawat.
SP 2
1. Evaluasi Sp 1
2. Latih berhubungan
sosial secara bertahap
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien.
SP 3
1. Evaluasi Sp 1 dan 2
2. Latih cara berkenalan
dengan 2 orang atau
lebih
3. Masukkan jadwal
kegiatan pasien.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Tn. “M” NIRM : 03xxxx RUANGAN : WIJAYA KUSUMA


TGL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI T.T.
23/11/2016 Resiko SP 1 S : Klien senang karena
mencederai 1. Membina hubungan disapa oleh perawat
diri sendiri, saling percaya dengan
O:
orang lain mengungkapkan
dan komunikasi terapeutik - Klien mau berjabat

lingkungan 2. Menyapa klien tangan

berhubungan dengan ramah,baik - Klien mau bercerita

dengan verbal maupun non tentang diri nya

perilaku verbal. - Kontak mata cukup

kekerasan 3. Memperkenal diri A : Klien mampu membina


dengan sopan. hubungan saling percaya, SP
4. Menjelaskan tujuan 1 tercapai.
pertemuan dengan
P : Lanjutkan SP 2,klien dapat
lengkap
mengidentifikasi penyebab
5. Menanyakan nama
marah.
klien dengan lengkap.
K : Klien di minta untuk mencari
6. Mengatakan dengan
penyebab marah.
jujur dan menepati janji
7. Menunjukkan rasa
empati dan menerima
klien apa adanya.
8. Memberikan
perhatian kepada klien
dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
SP 2 S : Klien marah Karena
1. Mengkaji pengetahuan mendengar suara aneh yang
klien tentang perilaku menyuruh dia memukul ibunya
kekerasan dan O:
penyebab.  Klien dapat mengungkapkan
2. Memberikan perasaan marah atau jengkel.
kesempatan kepada  Klien tampak tegang
klien untuk tegangan dan tatapan mata
mengungkapkan tajam.
perasaan penyebab A : Klien mampu
perilaku kekerasan mengungkapkan penyebab marah
3. Memberikan pujian atau jengkel,SP 2 tercapai.
terhadap kemampuan P : Lanjutkan SP 3, klien dapat
klien memngungkap mengontrol dan penanganan
kan persaan nya. perilaku kekerasan dengan cara
sholat dan berdoa.

SP 3
S : klien saat marah akan
1. Mendiskusikan
berbicara d engan nada tinggi,
bersama klien tentang
tangan mengepal, matanya
apa yang dirasakan saat
menatap tajam, wajahnya tampak
klien marah
merah.
2. Mendiskusikan
O : pasien menunjukkan tanda-
bersama klien tentang
tanda :
tanda-tanda perilaku
a. Nada suara tinggi
kekerasa
b. Mata menatap tajam
c. Tangan mengepal.
A : klien mampu
mengidentifikasi tanda dan gejala
saat marah atau jengkel. SP 3
tercapai.
SP 4 K : klien diminta untuk
mengidentifikasi perilaku
1.Menganjurkan klien
kekerasan yang sering dilakukan.
untuk mengungkapkan
perilaku kekerasan yang
S : klien akan marah-marah
bias dilakukan.
karena mendengar suara aneh
2.Membantu klien
yang menyuruh untuk memukul
bermain peran sesuai
ibunya
dengan perilaku
O : klien tampak :Tegang, tangan
kekerasan.
mengepal, mata menatap tajam,
3.Membicarakan dengan
wajah memerah.
klien apakah dengan
A : klien mampu mengungkapkan
cara yang dilakukan
perilaku kekerasan yang bisa
oleh klien masalah akan
dilakukan. SP 4 tercapai.
teratasi
P : lanjutkan SP 5, klien dapat
mengungkapkan perilaku yang
sering dilakukan saat marah.
K :klien diminta untuk mengingat
kembali akibat yang akan
ditimbulkan.

SP 5 S : klien sangat menyesal dan


ingin minta maaf setelah dirinya
1.Membicarakan akibat
marah – marah dan memukul
atau kerugian dan cara
ibunya.
yang dilakukan kilen
O : klien tampak : sedih, ingin
pada saat marah
menangis, mata menatap tajam,
2.Menyimpulkan
wajah memerah.
bersama klien akibat
A : klien mampu mengungkapkan
dari cara yang
akibat atau kerugian dari perilaku
digunakan oleh klien
kekerasan yang dilakukannya, SP
3.Menanyakan kepada
5 tercapai.
klien apakah klien mau
mempelajari cara-cara P : lanjutkan SP 6, klien dapat
yang baru dan sehat mengontrol perilaku yang sering
dilakukan saat marah.
K : klien diminta untuk berlatih
mengontrol marah dengan cara
sholat dan berdoa.

SP 6 S : Klien mengatakan jarang


1.Melatih klien sholat dan merasa doa nya tidak
mengontrol perilaku dikabulkan.
kekerasan dan O : Klien tidak melaksanakan
penanganan dengan cara sholat dan berdoa.
sholat dan berdoa A : SP 6 belum tercapai
2.Menganjurkan klien P : Ulangi dan Pertahankan SP 6,
memasukkan dalam K : Klien diminta berlatih untuk
jadwal kegiatan. meminum obat secara teratur

SP 7 S : Klien mengatakan minum obat


secara teratur setelah makan.
1.Melatih klien minum
O : Klien mau minum obat tanpa
obat dengan teratur
paksaan perawat.
2.menganjurkan klien
A : SP 7 tercapai
memasukkan dalam
P : Ulangi SP 6, dan pertahankan
jadwal kegiatan
SP 1 – SP 7.
K : Klien diminta untuk
mempertahankan apa yang telah
dilakukan tadi.
24/11/2016 Perubahan SP I S : Pasien menjawab namanya
persepsi Membina hubungan saling mas Mansyur Saputra
sensori : percaya O:
Halusinasi - Orientasi - Pasien menjawab sesuai
pendengaran “ Selamat sore mas, pertanyaan
perkenalkan nama saya - kontak mata kurang
Derry Mursalin , bisa - Pasien tampak bingung
dipanggil Derry. Saya A : SP I belum tercapai
mahasiswa dariStikes P: Ulang SP I
Yogyakarta. Boleh saya
tau mas namanya siapa ?
- Kerja
“ Bagaimana perasaan mas
hari ini ?”
“Boleh saya tahu
pekerjaan mas?”
“Apakah mas mau
menceritakan kepada saya,
kenapa mas ada disini?”
- Terminasi
“ Baiklah mas, besok kita
berbincang-bincang lagi,
sekarang mas bisa
beristirahat
Perubahan SP 2 S : Pasien mengatakan mau
persepsi Cara mengontrol belajar mengontrol halusinasinya
sensori : halusinasi : menghardik O:
Halusinasi - Orientasi - Pasien mampu mengungkapkan
pendengaran “ Selamat siang mas halusinasinya
Mansyur, bagaimana - Ada kontak mata
keadaan mas hari ini?” - Pasien mampu mengungkapkan
“ Kita bicarakan tentang menghardik halusinasi
bisikan yang mas dengar A : SP 1 tercapai
ya?” P : lanjutkan SP 2
- Kerja
“ Apakah bisikan itu mas
dengar terus menerus/
sewaktu-waktu?
Bagaimana kalau kita
belajar berlatih untuk
menghardik bisikan itu?”
“ Saat bisikan itu terdengar
mas bilang, “saya tidak
mau mendengar” begitu
mas secara berulang. Coba
mas peragakan.”
- Terminasi
“ Dilatih terus ya mas,
besok kita ketemu lagi
untuk mengatasi bisikan
dengan cara kedua,
bagaimana mas ? ya sudah
mas, mas bisa beristirahat
lagi.”
Perubahan SP 3 S : Pasien mengatakan mau
persepsi Pasien dapat mengontrol belajar cara mengontrol halusinasi
sensori : halusinasinya yang ke 2
Halusinasi - Orientasi O:
pendengaran “ Selamat pagi mas - Pasien mampu mengungkapkan
Mansyur, bagaimana kabar halusinasinya
hari ini mas? Apa yang - Ada kontak mata
saya ajarkan kemarin - Pasien tenang
sudah mas lakukan? Apa - Pasien mampu menghardik
sudah mas lakukan secara halusinasi
teratur latihan menghardik A : SP 2 belum tercapai
saat halusinasi muncul?” P : Ulangi SP 2
- Kerja
“Bagaimana kalau kita
ulangi yang saya ajarkan
kemarin mas? Iya bagus
mas, pertahankan seperti
itu. Sekarang saya akan
memberi tahu mas cara
yang kedua yaitu ketika
mas mendengar bisikan,
langsung bisa mengobrol
dengan Pasien lain atau
dengan saya.”
- Terminasi
“Dilatih terus ya mas, apa
yang saya ajarkan. Mas
juga jangan suka
menyendiri. Kalau mas
butuh teman mengobrol
mas bisa panggil saya.
Sekarang mas bisa
istirahat lagi.”
Sp 4 S : Pasien mengatakan mau
Pasien dapat mengontrol mengobrol dengan Pasien lain dan
halusinasinya dengan ingin cepat pulang serta bisikan
melakukan kegiatan bisikan sudah berkurang
- Orientasi O:
“ selamat pagi mas - ada kontak mata
Mansyur, sudah makan - Pasien berinteraksi dengan
pagi mas? “ Pasien lainnya
“ apa mas Mansyur masih - Pasien tampak tenang
mendengar bisikan bisikan - Pasien mampu mengungkapkan
?” perasaannya
“ apa yang saya ajarkan A : SP 2 tercapai
kemrin sudah mas P : lanjut SP 3
Mansyur lakukan ? ”
“ bagaimana rasanya
mengobrol dengan Pasien
lainnya mas? “
- Kerja
“ bagaimana kalau kita
ulangi yang saya ajarkan
kemarin mas ? “
Pertahankan seperti itu ya
mas, baik mas “
bagaimana kalau kita
membuat daftar aktivitas
buat mas besok “
- Terminasi
“ aktivitas yang sudah di
buat tadi dilaksanakan ya
mas “
“ mas kalau bisa jangan
menyendiri mas,
berinteraksi dengan Pasien
lainnya “
“ besok kita bertemu lagi
ya mas di tempat ini “

Sp 5 S : Pasien mengatakan sudah


Pasien mampu melakukan berkurang mendengar bisikan dan
aktivitas yang sudah Pasien sedikit cara mengontrol
dijadwalkan halusinansinya
- Orientasi O:
“ selamat pagi mas - Ada kontak mata
Mansyur, bagaimana - Wajah bersahabat
keadaannya sekarang? “ - Pasien mampu mengungkapkan
“ apa sudah makan ? ” perasaannya
“ bagaimana mas apa - Pasien tampak tenang
aktivitas yang sudah kita A : SP 3 tercapai
buat kemarin sudah mas P : lanjut SP 4
lakukan dengan benar ? ”
“Apa masih ada terdengar
bisikan bisikan mas ? ”
- Kerja
“ bagaiman kalau kita
ulangi yang saya ajarkan
dulu mas? “
“ Iya mas bagus, coba mas
peragakan , nanti kalau
lupa saya ingatkan lagi
mas? “
“ Pertahankan cara cara
tersebut ya mas ? “
- Terminasi
“ dilatih terus mas, yakin
mas bisa untuk mengontrol
halusinasinya yang mas
dengar”
“baik mas, besok kita
ketemu lagi untuk
mengobrol tentang obat
yang mas biasa minum,
sekarang mas iastirahat
lagi”
25/11/2016 Gangguan SP 1 Isolasi Sosial Sp 1 Isolasi Sosial
interaksi
a. Membina hubungan S:
sosial :
saling percaya
Menarik diri - Pasien mengatakan namanya
b. Mengidentifikasi
Mansyur
penyebab isos
- Pasien kurang bisa bergabung
c. Berdiskusi dengan
atau berinteraksi dengan orang
pasien tentang
lain baik di rumah maupun di
keuntungan
lingkungan rumah sakit
berinteraksi dengan
orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi - Pasien mengatakan selama
dengan orang lain. dirumah sakit, tidak ada
2. Mengajarkan cara satupun yang pasien kenal.
berkenalan dengan - Pasien suka menyendiri tidak
orang lain. mau bergaul dengan Pasien
lainya

O:

- Pasien tampak sering


menyendiri dari teman-
temannya.
- Pasien tampak tidak
berinteraksi dengan orang lain.
- Pasien lebih banyak diam diri,
pandangan mata melihat ke
arah lain ketika di ajak bicara.

A: SP1 Isolasi Sosial teratasi

- Pasien mampu menyadari


penyebab Isolasi Sosial
- Pasien mampu menjelaskan
keuntungan dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
- Pasien mampu mempraktikan
cara berkenalan dengan
perawat.

P:

- Evaluasi SP1 Isolasi Sosial,


jika berhasil lanjut SP2 Isolasi
Sosial
- PK : latihan cara berkenalan
dan masukan kedalam jadwal
harian pasien

SP 2 Isolasi Sosial. Sp 2 Isolasi Sosial

1. Mengevaluasi Sp 1 S:
2. Melatih berhubungan
- Pasien mengatakan cara-cara
sosial secara bertahap
berkenalan itu tahap-tahapnya:
3. Memasukkan kedalam
jabatkan tangan, perkenalkan
jadwal kegiatan pasien.
diri, nama lengkap, nama
panggilan, alamt dan hobby.
- Pasien mengatakan nama saya
Mansyur senang dipanggil
Man alamat saya dari
Yogyakarta hobby saya
berolahraga dan memancing
- Pasien mengatakan senang
bisa berkenalan dengan
Perawat Derry
- Pasien mengatakan terasa lega
sudah bisa berkenalan.
- Pasien mengatakan ingin
berkenalan 1X saja pada jam
12 siang.

O:

- Pasien tampak berkenalan


dengan Perawat Derry
- Pasien bersama perawat
menyusun jadwal harian
pasien
- Pasien tampak berkenalan
dengan Tn. I dikamarnya
- Pasien masih ingat dengan SP
1 Isolasi sosial

A: SP2 Isolasi Sosial teratasi

- Pasien mampu menjelaskan


kembali cara berkenalan
dengan orang lain
- Psien mampu berkenalan
dengan orang pertama.

P:

- PP : evaluasi SP 1, SP 2 Isolasi
sosial, jika berhasil lanjut SP 3
- PK: praktikkan cara berkenalan
dengan perawat / pasien lain dan
masukkan kedalam jadwal harian
pasien.

SP 3 Isolasi Sosial. SP 3 Isolasi Sosial,

- Mengevaluasi Sp 1 dan S :
2
- Pasien mengatakan sudah
- Melatih cara
berkenalan dengan 2 orang
berkenalan dengan 2
yaitu Wulan dan Indah
orang atau lebih
- Pasien mengatakan cara
- Memasukkan kedalam
berkenalan itu pertama-tama
jadwal kegiatan pasien.
jabatkan tangan, perkenalkan
diri, alamat dan hobby, setelah
itu baru tanyakan kembali
- Pasien mengatakan kemarin
berkenalan dengan Perawat
Gerhard
- Pasien mengatakan perasaan
hari ini senang sudah banyak
teman
- Pasien mengatakan senang
bisa berkenalan dengan
Selastinus
- Pasien mengatakan ingin
latihan berkenalan 2X jam
09.00 pagi dan jam 12.00
siang.

O:

- Pasien tampak berkenalan


dengan Wulan
- Pasien tampak sedang
berbicara dengan Wulan
didalam kamar
- Pasien bersama perawat
menyusun jadwal harian
pasien
- Pasien tampak ceria setelah
berkenalan dengan Wulan

A : SP 3 Isolasi Sosial teratasi

- Pasien mampu menjelaskan


kembali cara-cara berkenalan
- Pasien mampu berkenalan
dengan orang kedua

P:

- PP : evaluasi SP 1, SP 2, dan SP
3 Isolasi Sosial, jika berhasil
lanjut intervensi selanjutnya
- PK: terus berkenalan dan
berbincang-bincang dengan
pasien / perawat lain diruangan
dan masukan kedalam jadwal
harian pasien.

You might also like