You are on page 1of 13

TREND DAN ISSUE SISTEM REPRODUKSI

“Perawatan Berteknologi Tinggi”

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Merlyn Rapikasari (S16165)
2. Minarti Panjukang (S16166)
3. Mita Puspitaningrum (S16167)
4. Muhammad Alfauzi P (S16168)
5. Nanda Yusril Rizal M (S16169)
6. Niluh Putu Erikawati (S16170)
7. Novita Juniati (S16172)
8. Okta Fiyanti (S16173)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap wanita menginginkan proses persalinan berjalan secara normal


dan melahirkan bayi yang sempurna. Proses persalinan dipengaruhi oleh
tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power)
yang meliputi kekuatan uterus (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi
diaphragma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin
(passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila his normal, tidak ada
gangguan karena kelainan dalam letak atau bentuk janin dan tidak ada
kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir maka proses persalinan akan
berlangsung secara normal. Namun apabila salah satu ketiga faktor ini
mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his
tidak adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan jalan lahir maka persalinan
tidak dapat berjalan normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan
dengan tindakan seperti dengan ektraksi vacum dan forsep untuk
menyelamatkan jiwa ibu & bayi dalam kandungannya. Hal ini sesuai dengan
Rencana Strategis Nasional yang terdapat dalam pesan kunci Making
Pregnancy Safer (MPS) yaitu : setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan
pelayanan yang adekuat.
Persalinan tindakan pervaginam dengan ektraksi vakum atau forsep
dilakukan apabila syarat persalinan dipenuhi dan ada indikasi. Ekstraksi
vakum merupakan salah satu dari dua instrumen tindakan obstetrik operatif
yang bertujuan untuk menolong persalinan melalui jalan lahir atau
pervaginam. Alat ekstraksi vakum terdiri dari mangkok penghisap, botol
vakum dan pompa untuk membentuk tekanan negatif. Tindakan ini
dilakukan untuk semua keadaan yang mengancam ibu dan janin yang
memiliki indikasi untuk menjalani persalinan pervaginam dengan bantuan
alat.
Penelitian lainnya yang dilakukan di klinik Obstetri Gynekology
Kosovo didapatkan persalinan yang menggunakan ektraksi vakum sebesar
158 atau (1,74%) dari 10742 persalinan, dimana 121 (76,5%) dari 158 kasus
ektraksi vakum tanpa memiliki riwayat aborsi, sebanyak 101 (64%) wanita
dengan melakukan persalinan dengan ektraksi vakum berusia 21-30 tahun.
Pada penelitian tersebut menggambarkan indikasi utama dari tindakan
ektraksi vakum karena kelelahan seorang ibu pada kala II yang ditemukan
pada 115 kasus (72%).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, 80% karena komplikasi
obstetri dan 20% oleh sebab lainnya, sedangkan penyebab tidak langsung
adalah “3 Terlambat” dan “4 Terlalu”. Tiga faktor terlambat yang dimaksud
adalah terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat sampai ke tempat
rujukan, dan terlambat dalam mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan.
Adapun 4 terlalu yang dimaksud adalah terlalu muda saat melahirkan,
terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak
melahirkan.
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung
kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah
pesalinan, yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),
komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetrik
5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% .
Namun disisi lain, pertolongan persalinan dengan tindakan
memberikan dampak kesakitan pada ibu dan bayi. Persalinan tindakan
pervaginam dengan ektraksi vakum dan forsep, dapat meningkatkan bahaya
robekan jalan lahir dan perdarahan pasca persalinan yang merupakan faktor
penyebab kematian ibu.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari ekstraksi vakum
2. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari ekstraksi vakum
3. Untuk mengetahui komplikasi dari ekstraksi vakum
4. Untuk mengetahui definisi forceps
5. Untuk mengetahui fungsi forceps
6. Untuk mengathui pembagian pemakaian forceps
7. Untuk Indikasi dan Kontraindikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Vakum Ekstraksi dan Forceps


1. Vakum Ekstraksi
Vakum Ekstraksi Adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan
dengan ekstraksi tekanan negatif dengan menggunakan ekstraktor vakum dari
Malstrom.Persalinan dengan ekstraksi vakum dilakukan apabila ada indikasi
persalinan dan syarat persalinan terpenuhi. Ekstraksi vakum merupakan
tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstrasi pada bayi, (Sarwono,
2002).Ekstraksi vakum, seperti juga ekstraksi forsepmerupakan suatu alat
yang dipakai untuk memegang kepala janin yang maih berada dalam jalan
lahir. Tekanan vakum yang dianggap tidak berbahayauntuk bayi berkisar
antara 0,4 – 0,6 kg /cm, (Mochtar, 1998)
2. Forceps/Ekstraksi Cunam
Pada praktek obstetrik modern, dimana sudah dikenal tranfusi
darah dan berbagai jenis antibiotika serta semakin langkanya ahli obstetri
yang memiliki keterampilan melakukan ekstraksi cunam/forceps maka
ekstraksi cunam sebagai alternatif persalinan pervaginam nampaknya
semakin jarang digunakan dan digantikan dengan tindakan seksio sesar.
Pada tahun 1980, beberapa penelitian menunjukkan bahwa persalinan
cunam/forceps tengah (“mid forceps delivery”) seringkali menimbulkan
adanya efek samping jangka panjang terhadap anak. Faktor-faktor ini
menyebabkan banyak ahli obstetri yang semakin enggan menggunakan
persalinan ekstraksi cunam/forceps.
Ekstraksi cunam/forceps adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada
kepalanya. Ekstraksi cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang
bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik
bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam. Tindakan ini dilakukan
karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin.
Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi
porceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan.

B. Indikasi dan Kontra Indikasi Vakum Ekstraksi dan Forceps


1. Vakum Ekstraksi
a. Indikasi :
1) Indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum adalah:
2) Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai
kekuatan untuk mengejan
3) Partus macet pada kala II
4) Gawat janin
5) Toksemia gravidarum
6) Ruptur uteri mengancam.
b. Kontra Indikasi
1) Ruptur uteri membakat, ibu tidak boleh mengejan, panggul sempit.
2) Bukan presentasi belakang kepala, presentasi muka atau dahi.
3) Panggul sempit (disproporsi kepala panggul)
4) Kepala belum masuk pintu atas panggul.
- Pembukaan serviks tidak lengkap.
- Bukti klinis adanya CPD.
- Penurunan kepala di panggul tengah.
- Tidak kooperatif
2. Indikasi dan Kontraindikasi Forceps
a. Indikasi
1) Indikasi Relatif
Ekstraksi cunam/forceps yang bila dikerjakan akan
menguntungkan ibu ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan,
tidak akan merugikan, sebab bila dibiarkan, diharapkan janin akan
lahir dalam 15 menit berikutnya. Pada indikasi relatif,
cunam/forceps dilakukan secara elektif (direncanakan), ada dua:
a) Indikasi menurut De Lee
Ekstraksi cunam/forceps dengan syarat kepala sudah di pintu
bawah panggul, putaran paksi sudah sempurna, m.levator ani sudah
teregang, dan syarat-syarat ekstraksi cunam/forceps lainnya sudah
terpenuhi.
b) Indikasi menurut Pinard
Ekstraksi cunam/forceps yang mempunyai syarat sama dengan
menurut De Lee, namun ibu harus sudah mengejan selama 2 jam.
Keuntungan indikasi profilaktik, adalah:
a) Mengurangi keregangan perineum yang berlebihan
b) Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir
c) Kala II diperpendek
d) Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala
2. Indikasi Absolut
a) Indikasi ibu: pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu dengan
penyakit jantung, paru, partus kasep
b) Indikasi janin: gawat janin
c) Indikasi waktu: kala dua lama
b. Kontraindikasi

1) Dilatasi servik belum lengkap.


2) Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau
lebih.
3) Adanya disproporsi cepalo pelvik.
4) Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel.
5) Kepala masih tinggi.
6) Presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan
jelas.
7) Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi
sehingga kepala sulit dipegang oleh cunam/forceps.
8) Anensefalus
9) Kegagalan ekstraksi vakum.
10) Fasilitas pemberian analgesia yang memadai tidak ada.
11) Fasilitas peralatan dan tenaga pendukung yang tidak memadai.
12) Operator tidak kompeten.
13) Pasien menolak tindakan ekstraksi cunam/forceps obstetrik.

C. Keuntungan dan Kerugian Vakum Ekstraksi dibandingkan Forceps


Keuntungan :
Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forseps antaralain
adalah :
1) Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III
atau kurang dengan demikian mengurangi frekuensi seksio sesare
2) Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat
dipasang pada belakang kepala, samping kepala ataupun dahi
3) Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap,
misalnya pada pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat pembukaan.
Untuk itu dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala
menekan pada serviks. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk
menghindari robekan serviks. Disamping itu mangkuk tidak boleh
terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan
timbulnya perdarahan otak.

Kerugian :
a) Memerlukan waktu lebih lama untuk pemasangan mangkuk sampai dapat
ditarik relatif lebih lama daripada forseps (+ 10 menit) cara ini tidak
dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat
seperti misalnya pada fetal distres (gawat janin).
b) Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologis).
c) Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.

D. Komplikasi
1. Vakum Ekstraksi
a. Pada Ibu :
 Perdarahan akibat atonia uteri / trauma.
 Trauma jalan lahir
 Infeksi
b. Pada Janin :
 Aberasi dan laserasi kulit kepala.
 Sefalhematoma, akan hilang dalam 3 – 4 minggu.
 Nekrosis kulit kepala
 Perdarahan intrakranial sangat jarang
 Jaundice.
 Fraktur klavikula
 Kerusakan N.VI dan VII.
2.Forceps
Komplikasi langsung akibat aplikasi cunam/forceps dibagi menjadi:
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
1) Perdarahan. Dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta
sertatrauma jalan lahir yang meliputi ruptura uteri, ruptura cervix,
robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas,
robekan perineum.
2) Infeksi. Terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang
dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta
saat melakukan pemeriksaan dalam.
3) Trauma jalan lahir, yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya
fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.
b. Komplikasi segera pada bayi, antara lain:
1) Asfiksia. Karena terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi
rangsangan pernapasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban.
Dan jepitan langsung cunam/forceps dapat menimbulkan perdarahan
intra kranial, edema intrakranial, kerusakan pusat vital di medula
oblongata atau trauma langsung jaringan otak.
2) Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi.
3) Traumalangsung cunam/forceps yaitu fraktur tulang kepala dislokasi
sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata;
trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung
pada persendian tulang leher; gangguan pleksus brachialis atau
paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis, serta
hematoma pada daerah yang tertekan.
c. Komplikasi kemudian atau terlambat
Komplikasi lambat pada ibu, antara lain:
1) Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri
sekunder sertajahitan robekan jalan lahir yang terlepas
2) Penyebaran infeksi makin luas
3) Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, fistula
rekto vaginal dan fistula utero vaginal.
Komplikasi lambat pada janin berupa:
1) Traumaekstraksi cunam/forceps dapat menyebabkan cacat karena
aplikasi cunam/forceps.
2) Infeksi berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan
kematian serta ensefalitis sampai meningitis.
3) Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan
intelektual.
4) Gangguan susunan saraf pusat, gangguan pendengaran dan
keseimbangan

BAB III
TELAAH JURNAL

A. Teknologi yang digunakan saat ini


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
2. Ekstraksi Vacum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi tekanan negatif dengan menggunakan ekstraktor vakum dari
Malstrom.
3. Alat-alat ekstraksi vacum terdiri dari mangkok (cup), rantai penghubung,
pipa penghubung, botol dan pompa pengisap.
4. Indikasi pemakaian ekstrasi vakum adalah: Kelelahan ibu, Partus tak
maju, Gawat janin yang ringan, Toksemia gravidarum dan Rupture uteri
iminens
5. Kontra Indikasi antara lain : Ruptur uteri membakat, ibu tidak boleh
mengejan, panggul sempit, bukan presentasi belakang kepala, presentasi
muka atau dahi dan kepala belum masuk pintu atas panggul.
B. Saran
Dalam penatalaksanaan vakum ekstraksi ini sebaiknya sebagai bidan kita
senantiasa bersikap hati-hati agar dapat meminimalisir komplikasi yang
mungkin terjadi.
A. Judul Jurnal
Karakteristik Ibu Yang Bersalin Dengan Cara Ekstraksi Vakum dan
Forsep di RSUP Dr.Kariadi Tahun 2009-2010.
B. Kata Kunci
Ekstraksi vakum, forsep.
C. Penulis Jurnal
1. Miftahul Falah Ahmad
2. Besari Adi Pramono
D. Latar Belakang Masalah
Persalinan dengan tindakan bertujuan untuk membantu proses
persalinan yang mengalami penyulit, sehingga mengurangi risiko kematian
ibu dan bayi. Upaya penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) harus
difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada
saat persalinan dan segera setelah persalinan, yaitu perdarahan (28%),
eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium (8%), artus macet
(5%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli (3%) dan lain-lain 11
%.
Melihat jumlah persalinan dengan tindakan ekstraksi vakum dan
forsep yang cukup besar, sehingga kecenderungan terjadinya resiko pada
ibu maupun janin yaitu berupa kesakitan sampai kematian, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian ini.
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui karakteristik ibu yang bersalin dengan cara ekstraksi
vakum dan fporsep di RSUP Dr. Kariadi
F. Manfaat Penelitian
Sebagai sumber referensi mengenai tindakan persalinan oleh ibu-ibu yang
akan melakukan persalinan agar mengambil keputusan yang tepat dalam
proses bersalin dengan memikirkan komplikasi yang akan terjadi.
G. Metodologi Penelitian
Penelitian deskriptif ini dilakukan pada ibu yang bersalin dengan cara
ekstraksi vakum dan forsep di RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode
Januari 2009-Desember 2010. Pengambilan sampel penelitian ini
dilakukan dengan cara cluster sampling.
H. Hasil Penelitian
Persalinan dengan eskstraksi vakum sebanyak 133 (95,68%) dan forsep
sebanyak 6 (4,31%). Karakteristik ibu yang bersalin dengan ekstraksi
vakum yaitu umur antara 20-35 tahun, ibu merupakan primipara dan
multipara, jarak kehamilan ≤5 tahun, penyulit kehamilan yaitu riwayat
operasi sesar, dan merupakan kasus rujukan. Until ibu bersalin dengan
forsep memiliki karakteristik sebagai berikut usia antara 20-35 tahun, ibu
merupakan primipara dan multipara, jarak kehamilan sebelumnya ≤5
tahun, penyulit kehamilan yaitu penyakit jantung, eklamsia, dan
merupakan kasus rujukan.
I. Kelebihan Penelitian
Dalam penelitian ini disebutkan bebrapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam tindakan persalinan dan beberapa komplikasi yang
akan terjadi, disini juga disebutkan hal-hal yang dapat mempengaruhi
pesalinan secara detail.
J. Kekurangan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak semua data pasien yang
melahirkan dengan ekstraksi vakum dan forsep di RSUP Dr. Kariadi pada
tahun 2009-2010 dapat diambil karena ada beberapa data yang tidak
tercatat dengan baik dalam catatan medik dan beberapa catatan yang tidak
dapat ditemukan.

You might also like