Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
NI KADEK DIAN INLAM SARI
P07120214018
D-IV KEPERAWATAN TK.3, SEMESTER V
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu permasalahan yang sangat sulit untuk dipecahkan di
dalam suatu negara. Terutama gangguan jiwa di masyarakat , banyak stigma mengatakan
bahawa ganggua jiwa merupakan suatu penyakit yang merupakan aib atau masalah bagi
orang maupun keluarga yang mengalami hal tersebut. ODGJ (orang dengan gangguan jiwa)
di dalam masyarakat cenderung mengalami pengucilan serta tidak dianggap di dalam sebuah
masyarakat maupun di sebuah keluarga.
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa
bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) dalam Yosep (2013) ,
ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan
setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental, dan masalah
gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat
serius.
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup banyak
diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis/ skizofrenia di Indonesia pada
tahun 2013 adalah 1. 728 orang. Adapun proposi rumah tangga yang pernah memasung ART
gangguan jiwa berat sebesar 1.655 rumah tangga dari 14, 3% terbanyak tinggal di pedasaan,
sedangkan yang tinggal diperkotaan sebanyak 10,7%. Selain itu prevalensi gangguan mental
emosional pada penduduk umur lebih dari 15 tahun di Indonesia secara nasional adalah
6.0% (37. 728 orang dari subjek yang dianalisis). Provinsi dengan prevalensi gangguan
mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11, 6%), Sedangkan yang terendah
dilampung (1,2 %) (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Dari sekian banyak provinsi di Indonesia Bali menepati rangking ke 5 dari jumlah
kasus gangguan jiwa di indonesia. Dari survei yang dilakukan melalui Layanan Hidup
Bahagia (LHB) pada 2008 di Karangasem, Buleleng dan Kecamatan Denpasar Timur,
diperkirakan sebanyak 7.000 orang mengalami gangguan jiwa berat dan 300 orang dari
mereka terpasung. Pada 2010, gangguan jiwa mengalami lonjakan drastis menjadi 9.000
orang dari 2,3 per seribu penduduk di Bali. Diperkirakan angka tersebut terus meningkat
hingga saat ini. (POS BALI, 2016).
Berdasarkan data tersebut, yang perlu dilakukan untuk mengurangi angka penderita
gangguan jiwa, khususnya di Bali adalah upaya yang fokus pada aspek preventif dan
peningkatan kinerja program-program pelayanan kesehatan jiwa dalam komunitas yang
dapat ditujukan untuk keluarga, kelompok maupun masyarakat luas. Keluarga sebagai orang
terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung utama dalam memberikan pelayanan
langsung pada saat klien berada di rumah. Upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa
dalam keluarga yaitu: Mengenal adanya gangguan kesehatan sedini mungkin, mengambil
keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan kesehatan, memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit, cacat maupun yang tidak sakit tapi memerlukan
bantuan, menanggulangi keadaan darurat kesehatan, menciptakan lingkungan keluarga yang
sehat, memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat.
Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting di dalam upaya pencegahan
kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu
mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan
penyuluhan guna memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pendidikan tentang peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
a. Pengertian kesehatan jiwa
b. Pengertian gangguan jiwa
c. Pengertian kekambuhan
d. Tanda - tanda kekambuhan klien gangguan jiwa
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
f. Fungsi dan tugas keluarga dalam kesehatan jiwa
g. Upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di rumah
h. Upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di RS
i. Upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di masyarakat
C. Pelaksanaan
1. Hari / Tgl : Rabu, 21 September 2016
2. Waktu : 30 Menit
3. Sasaran : Pasien dan Keluarga
4. Tempat : Rumah Tn. “KM” di Sembung,Bebalang,Bangli
5. Metode : Ceramah, Diskusi
6. Media : Leaflet, Lembar balik
7. Materi :
a. Pengertian kesehatan jiwa
b. Pengertian gangguan jiwa
c. Pengertian kekambuhan
d. Tanda - tanda kekambuhan klien gangguan jiwa
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
f. Fungsi dan tugas keluarga dalam kesehatan jiwa
g. Upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di rumah
h. Upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di RS
i. Upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di masyarakat
8. Sumber :
Keliat budi, ana. 1995. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa : EGC
Keliat budi, ana dkk. 1987. Proses keperawatan jiwa : EGC
Stuart and Sunden. 1998. Pocket guide to psychiatric nursing : EGC
9. Setting Tempat
Keterangan :
: Penyuluh
: pasien
: Pembimbing
10. Rencana Kegiatan
Kegiatan Waktu Respon Keluarga
1. PEMBUKAAN
a. Memberi salam
5 Menit Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan Mendengarkan
d. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Mendengarkan
Bertanya
2. KEGIATAN INTI
a. Melakukan apersepsi
20 menit Menjawab
b. Pengertian kesehatan jiwa
c. Pengertian gangguan jiwa Mendengarkan
d. Pengertian kekambuhan
Mendengarkan
e. Tanda - tanda kekambuhan klien gangguan
Mendengarkan
jiwa
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mendengarkan
kekambuhan klien
g. Fungsi dan tugas keluarga dalam
Mendengarkan
kesehatan jiwa
h. Upaya perawatan klien dengan gangguan
Mendengarkan
jiwa di rumah
i. Upaya perawatan klien dengan gangguan
jiwa di RS Mendengarkan
j. Upaya perawatan klien dengan gangguan
jiwa di masyarakat
Mendengarkan
k. Memberikan kesempatan klien atau
keluarga untuk bertanya
Mendengarkan
Bertanya
3. PENUTUP
a. Melakukan evaluasi
5 Menit Menjawab
b. Memberikan reinforcement
c. Menimpulkan kegiatan Mendengarkan
Menyimpulkan bersama.
d. Salam penutup Menjawab salam
D. Rencana Evaluasi
1. Struktur Penyuluhan
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap
digunakan dalam penyuluhan yaitu leaflet dan lembar balik.
b. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dalam bentuk
makalah, lembar balik serta akan disebarluaskan dalam bentuk leaflet yang berisi
gambar, tulisan dan stimulasi dengan ringkas, menarik, lengkap dan mudah
dipahami oleh sasaran.
c. Undangan
Sasaran di Rumah Tn. “KM” di Sembung, Bebalang, Bangli. Undangan telah
diinformasikan 1 hari sebelum penyuluhan dilaksanakan.
2. Proses Penyuluhan
a. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan lancar dan sasaran
memahami tentang penyuluhan yang diberikan.
b. Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan sasaran
yang akan diharapkan penyuluhan.
c. Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan.
d. Sasaran diharapkan kehadirannya 100 % dan tidak meninggalkan tempat saat
penyuluhan berlangsung.
3. Hasil Penyuluhan
a. Sasaran paham seluruh materi yang diberikan.
b. Sasaran paham dan mampu melakukan perannya dalam merawat anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa.
4. Hasil Penyuluhan
a. Jangka Pendek
Selama diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran :
1) 80% mampu menjelaskan pengertian kesehatan jiwa dengan benar
2) 80% mampu menjelaskan pengertian kekambuhan dengan benar
3) 80% mampu menyebutkan 4 dari 6 tanda - tanda kekambuhan klien gangguan
jiwa dengan benar
4) 80% mampu menyebutkan 3 dari 4 faktor-faktor yang mempengaruhi
kekambuhan klien dengan benar
5) 80% mampu menyebutkan 5 dari 8 fungsi dan tugas keluarga dalam kesehatan
jiwa dengan benar
6) 80% mampu menyebutkan 8 dari 10 upaya perawatan klien dengan gangguan
jiwa di rumah dengan benar
7) 80% mampu menyebutkan 3 dari 4 upaya perawatan klien dengan gangguan
jiwa di rs dengan benar
8) 80% mampu menyebutkan 3 dari 5 upaya perawatan klien dengan gangguan
jiwa di masyarakat dengan benar
b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran sehingga dapat menurunkan angka
kekambuhan pada klien dengan gangguan jiwa.
Lampiran I : Materi
C. Pengertian Kekambuhan
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya mereda (Dorland,
2002). Kekambuhan yaitu kembalinya gejala – gejala penyakit sehingga cukup parah dan
mengganggu aktivitas sehari – hari dan memerlukan rawat inap dan rawat jalan yang tidak
terjadwal (Boyd dan Nihart, 1998).
E. Penyebab Kekambuhan
Faktor – faktor yang menyebabkan kekambuhan :
1. Tidak teratur minum obat, pemakaian obar neuroleptik yang lama dapat menyebabkan
efek samping “tardive dyskinesia” (gerakan tidak terkontrol)
2. Lingkungan dengan stressor tinggi
3. Kurangnya aktivitas dan latihan serta suplai nutrisi.
Lampiran I : Evaluasi
Pertanyaan :
1. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan jiwa ?
2. Apakah yang dimaksud dengan gangguan jiwa ?
3. Apakah yang dimaksud dengan kekambuhan ?
4. Apakah tanda - tanda kekambuhan klien gangguan jiwa ?
5. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien ?
6. Apakah fungsi dan tugas keluarga dalam kesehatan jiwa ?
7. Apakah upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di rumah ?
8. Apakah upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di RS ?
9. Apakah upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di masyarakat ?
Jawaban :
1. Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual
dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
orang lain.
2. Gangguan Jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal,
berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan individu tsb atau orang lain terganggu.
3. Kekambuhan yaitu kembalinya gejala – gejala penyakit sehingga cukup parah dan
mengganggu aktivitas sehari – hari.
4. Tanda-Tanda Kekambuhan :
a. Tahap I : Ketegangan yang berlebihan, cemas, hambatan beraktivitas.
b. Tahap II : Keterbatasan tingkat kesadaran, depresi, mudah bosan, apatis, obsesional
dan fobia, mengeluh sakit di seluruh tubuh,.
c. Tahap III : Menunjukan penampilan psikotik, gangguan persepsi dan isi pikir.
d. Tahap IV : Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham
secara terus menerus
e. Tahap V : Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan mengamuk.
f. Tahap VI : Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah.
4. Penyebab Kekambuhan :
a. Tidak teratur minum obat
b. Lingkungan dengan stressor tinggi
c. Keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi
d. Kurangnya aktivitas dan suplai nutrisi.
5. Fungsi dan Tugas Keluarga
a. Fungsi Keluarga : pendewasaan kepribadian, pelindung, dan fungsi sosialisasi.
b. Tugas keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan :
1) Mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin
2) Mengambil keputusan dalam mencari bantuan kesehatan
3) Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit, cacat, atau memerlukan
bantuan
4) Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat
5) Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat.
6. Upaya Perawatan di Rumah
a. Memberikan kegiatan sehari – hari
b. Selalu menemani dan menyapa klien
c. Mengajak ikut aktif dalam kegiatan masyarakat
d. Berikan pujian, umpan balik atau dukungan
e. Mengontrol kepatuhan minum obat
f. Hindari tindakan paksa
g. Kontrol suasana lingkungan
h. Mengenali tanda – tanda kekambuhan
i. Segera kontrol ke dokter/RS jika muncul perilaku menyimpang atau obat habis.
7. Upaya Perawatan di RS
Metode pendidikan kesehatan jiwa yaitu ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, serta
bermain peran.
8. Upaya perawatan di masyarakat :
a. Pasien jangan dipasung dan jangan diasingkan
b. Jika terlihat gangguan segera bawa ke puskesmas terdekat
c. Bekali dengan berbagai keterampilan
d. Membawa penderita untuk kontrol rutin ke pelayanan kesehatan.
SIMPULAN
Peran keluarga sangat penting terhadap pasien gangguan jiwa karena pasien gangguan
jiwa sangat memerlukan perhatian dari keluarganya. Keluarga merupakan sistem pendukung
utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat maupun sakit pasien.
Salah satu faktor yang menyebabkan kekambuhan klien dengan gangguan jiwa diantaranya
adalah keluarga. Eksresi emosi yang tinggi dalam keluarga dapat menimbulkan kekambuhan pda
klien tersebut, bukan mendukung bagi perbaikan atau peningkatan kesehatan jiwa klien,
melainkan menjadi stressor bagi klien. Apabila keluarga memahami kebutuhan anggota
keluarganya yang sakit maka keluarga akan memberikan dukungan untuk melakukan
pengobatan. Sebaliknya apabila keluarga tidak memahami kebutuhan anggota keluarganya yang
sakit, maka akan memperburuk perjalanan gangguan jiwa karena pasien tidak mendapatkan
perhatian dan dukungan yang semestinya diberikan oleh keluarganya. Upaya yang dapat
dilakukan agar pasien gangguan jiwa melanjutkan pengobatannya yaitu dengan memprioritaskan
fasilitas pengobatan gangguan jiwa, meningkatkan mutu dan fokus dalam mengembangkan
kegiatan pelayanan kesehatan jiwa yang bersifat preventif di keluarga, rumah sakit dan
lingkungan masyarakat.
Mengetahui
Mahasiswa
Clinical Instructure
Mengetahui
Clinical Teacher
( )
NIP.