Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduandari unsur
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Sebagai makhluk biologis manusia tersusun atas sistem organ
tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya,mulai dari lahir, tumbuh kembang,
hinggameninggal(Aziz 2009). Penyakit yang mungkin dikarenakan pola hidupn yang tidak sehat
seperti halnya penyakit yang bisa timbul disaluran cerna yaitu difertikulapada ususbesar, radang usus
besar, neoplasma usus besar, dan gangguan anorektal. Gangguan anorektal meliputi hemoroid, abses
anorektal, dan fistula ani/fistula perianal.
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) fistula perianal adalah saluran tipis, tubuler, fibrosa yang
meluas dalam saluran anal dari lubang yang terletak disamping anus. Fistula perianal sering terjadi
pada laki-laki ber umur 20-40 tahun sedangkan pada perempuanberusia dari 20-35 tahun, berkisar 1-3
kasus setiap10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses
menjadi fistula) sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula. Insiden dan epidemiologi
fistula perianal dipelajari antara penduduk kota hellsinki selama periode 10 tahun,1969-1978.
B.Tujuan
Tujuan Umum
Memberikan pelayanan paripurna yang berkualitas danmemuaskan kepada pasien atau pelayanan
berdasarkan keilmuan dengan landasan moral dan etika.
Tujuan khusus
1. Melakukan kerja sama dengan lembaga institusi pendidikan,terutama di bidang pendidikan,
terutama di bidang kesehatan.
2. Mengembangkan pelayanana Rumah Sakit seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknolog
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Abses
1. Pengertian
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru,
atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk
mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi
kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang
melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan
nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim
autolitik.
Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian pecah,
rongga abses, rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan
jaringan parut yang kecil.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah terbentuknya kantong
berisi nanah pada jaringan kulit dan subkutis akibat infeksi kulit yang disebabkan oleh
bakteri/parasit atau karena adanya benda asing.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang
raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
3. Etiologi
Menurut Sirega (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara :
a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
b) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang berkurang
c) Terdapat gangguan sistem kekebalan
Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus
5. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium : Peningkatanjumlah sel darah darah putih.
2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT
Scan. Atau MRI.
6. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran asbes ke jaringan sekitar atau
jaringan yang jauh dan kematian jaringat setempat yang ekstensi (gangren). Pada
sebagian besar bian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses.
Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang apabila abses
tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan
trakea.
7. Penatalaksanaan
Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan
menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan
intervensi bedah debridement dan kuretase.
Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya,
terutama apabila disebabkan oleh benda asing karena benda asing tersebut harus diambil.
Apabila tidak disebabkan oleh benda asing biasanya hanya perlu dipotong dan diambil
absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan pembedahan diindikasikan apabila
abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang
lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa
diproduksi bakteri.
Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan
pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu
dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat
dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.
8. Pencegahan
Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-bakteri
merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan.
B. Abses Perianal
1. Pengertian
Abses perianal infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan akan
mengakibatkan fistula (Smeltzer dan Bare, 2001).
2. Etiologi
Menurut ahli penyakit infeksi, penyebab abses antara lain :
a) Infeksi Mikrobial
Merupakan penyebab paling sering terjadinya abses. Virus menyebabkan kematian sel
dengan cara multiplikasi. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu
sintesis kimiawi yang merupakan awal radang atau melepaskan endetoksin yang ada
hubungannya dengan dinding sel
b) Reaksi hipersensitivitas.
Terjadi bila ada perubahan respon Imunologi yang menyebabkan jaringan rusak.
c) Agen Fisik
Melaluii Trauma fisik, ultraviolet, atau radiasi, terbakar, atau dinding berlebih
(frostbite).
d) Bahan kimia iritan dan korosif
Bahan oksidan asma basa dan merusak jaringan dengan cara memprovokasi
terjadinya proses radang selain itu agen infeksi dapatmelepaskan bahan kimiawi
spesipik yang mengiritasi dan langsung menyebabkan radang
e) Nekrosis jaringan
Aliran darah yang berkurang akan menyebabkan hipoksia dan berkurangnya makanan
pada daerah yang bersangkutan. Menyebabkan kematian jaringan yang merupakan
stimulus kuat penyebab infeksi pada daerah tepi infeksi sering memperlihatkan suatu
respon radang akut.
Penyebab abses perianal antara lain :
Abses perianal merupakan gangguan sekitar anus dan rectum, dimana sebagian besar
timbul dari obstruksi kripta anal. Infeksi dan stasis dari kelenjar dan sekresi kelenjar
menghasilkan supurasi dan pembentukan abses dalam kelnjar anal. Biasanya, abses
terbentuk awal-awal dalam ruang intersfingterik dan kemudian keruang potensial yang
berdekatan. Umumnya bakteri seperti stafilokokus dan Escherichia coli adalah penyebab
paling umum. Infeksi jamur kadang-kadang menyebabkan abses. Masuknya bakteri ke
daerah sekitar anus dan rektum (Gunawan, 2010)
3. Faktor Risiko
Faktor predisposisi dari abses yaitu :
a. Penurunan daya tahan tubuh
b. Kurang gizi
c. Anemia
d. Diabetes
e. Keganasan (kanker)
f. Penyakit lainnya
g. Hygienis jelek
h. Kegemukan
4. Patofisiologi
Abses perianal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit daerah
sekitar anus. Nanah terbentuk akibat infeksi kuman/bakteri karena kelenjar didaerah
tersebut tersumbat. Bakteri yang biasanya menjadi penyebab adalah Escherichia coli dan
spesies Entrococcus. Kuman/bakteri yang berkembang biak dikelenjar yang tersumbat
lama kelamaan akan memakan jaringan sehat disekitarnya sehingga membentuk nanah.
Nanah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga akan terasa bengkak dan
nyeri, inilah yang disebut abses perianal. Pada beberapa orang dengan penurunan daya
tubuh misalnya penderita diabetes militus, HIV/AIDS, dan penggunaan steroid (obat anti
radang) dalam jangka waktu lama, ataupun dalam kemoterapi akibat kanker biasanya
abses akan lebih mudah terjadi. Kebanyakan abses perianal sekunder terhadap proses
supuratif yang dimulai pada kelenjar anal. Teori ini menunjukan bahwa obstruksi dari
saluran kelenjar tersebut oleh tinja, corpus alienum atau trauma akan menghasilkan stasis
dan infeksi sekunder yang terletak di ruang intersfingterik. Dari sini proses infeksi dapat
menyebar secara distal sepanjang otot longitudinal dan kemudian muncul di subkutis
sebagai abses perianal, atau dapat menyebar secara lateral melewati otot longitudinaltin
dan sfingter eksternal ssehingga menjadi abses ischiorektal, tetapi ruang lain dapat
terinfeksi. Pergerakan infeksi ke atas dapat menyebabkan abses intersfingterik tinggi dan
kemudian dapat menerobos ke otot longitudinal lalu ruang supralevator sehingga
menyebabkan sebuah abses supralevator. Setelah abses terdrainase,secara spontan
maupun secara bedah, komplikasi abnormal antara lubang anus dan kulit perianal disebut
fistula ani.
5. Manifestasi Klinis
Awalnya, pasien bisa merasakan nyeri yang tumpul, berdenyut yang memburuk
sesaat sebelum defekasi yang membaik setelah defekasi tetapi pasien tetap tidak merasa
nyaman. Rasa nyeri diperburuk oleh pergerakan dan pada saat menunduk. Abses dapat
terjadi pada berbagai ruang di dalam dam sekitar rektum. Seringkali mengandung
sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabilla abses terletak superficial, maka akan
tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Nyeri memburuk dengan mengedan,batuk
atau bersin, terutama pada abses intersfingter.
Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau
duduk. Abses yang terletak lebih dalam mengakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri
abdomen bawah, serta demam. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan fistula.
Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang
terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa
menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah.
Abses dapat terjadi pada berbagai ruang didalam dan sekitar rektum. Seringkali
mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak
superficial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Abses yang terletak
lebih dalam mengakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri abdomen bawah, serta
demam. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan fistula.
Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang
terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa
menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah.
Manifestasi klinis dari abses secara umum yaitu :
a. Karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan, maka manifestasi lain
yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, yakni
kemerahan (rubor), panas (color), pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor) dan
hilangnya fungsi.
b. Timbulnya atau teraba benjolan tahap awal berupa benjolan kecil, pada stadium lanjut
benjolan bertambah besar, demam, benjoln meningkat, malaise, nyeri, bengkak, berisi
nanah (pus).
c. Gambaran klinis
Nyeri tekan
Nyeri lokal
Bengkak
Kenaikan suhu
Leukositosis
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dari abses antara lain :
a. Kultur : Mengidentifikasi organisme penyebab abses sensitivitas menentukan obat
yang paling efektif.
b. Darah Lengkap : hematokrit mungkin meningkat, leukopenia, leukositosis (15.000-
30.000) mengidentifikasi produksi sel darah putih tak matur dalam jumlah besar.
c. Elektrolit serum : berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
acidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
d. Pemeriksaan pembekuan : Trombositopenia dapat terjadi karena agregasi trombosit,
PT/PTT mungkin memanjang menunjukan koagulapati yang diasosiasikan dengan
iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.
e. Glukosa serum, hiperglikemian menunjukan glukogenesis dan glikogenesis di dalam
hati sebagai respon dari puasa/perubahan seluler dalam metabolism.
f. BUN/Kr : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan/kegagalan hati.
g. GDA : Alkalosis respiratori hipoksemia asidosis respiratorik dan metabolic terjadi
karena kegagalan mekanisme kompensasi.
h. Urinalis : adanya sel darah putih/bakteri penyebab infeksi sering muncul protein dan
sel darah merah.
i. Sinar X : Film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindikasikan udara bebas
di dalam abdomen/organ pelvis.
Tn.s usia 38 th dengan diagnosa abses perianal post op debridemen pada saat pengkajian
pasien mengeluh nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah hingga bokong dengan skala
nyeri8 (1-10) wajah pasien meringis keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan
dan merasa mual pasien tampak lemah hasil ttv: TD: 145/47 S: 37 N:115 RR : 24
A. PENGKAJIAN
Nama pasien : Tn. S
Umur :38 Tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wirausaha
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Kampung Pagedangan, Tegal, Keronjo
Tanggal,jam masuk RS : 06 Desember 2018
No. Register : 00.17.05.49
Dignosa medis,tanggal : Abses Perianal Post Op Debridement 10 Desember
2018
Sumber informasi : Keluarga dan Pasien
Tanggal pengkajian,jam :10 Desember 2018
F. PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN HASIL
Tingkat kesadaran Compos Metis
GCS E =4 M =6 V =5 =15
Keadaan umum Lemah, tampak nyeri berat (skala 8) nyeri hebat
KULIT Warna kulit pasien sawo matang, turgo kulit pasien jelek
dan kulit pasien tampak kering (dehidras), terdapat lesi
dibagian anus.
TANDA-TANDA VITAL TD: 145/47 S: 37 N:115 RR : 24
KEPALA,WAJAH : Pasien mengatakan ada keluhan pada kepala, kepala terasa
pusing dan berat karna terlalu lama berbaring di tempat
tidur,rambut pasien lurus. Warna rambut pasien hitam,
tidak rontok, tampak kotor, tercium bau tidak sedap, tidak
terdapat lesi, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
MULUT & GIGI : pasien mengatakan tidak ada keluhan pada mulut, mulut
pasien tampak kering (karna puasa 2 hari)
Gigi: bentuk gigi pasien rata, berwarna kuning, tercium
bau tidak sedap, terdapat gigi palsu 3 di bagian depan,
depan kanan ompong, pasien kehilangan 3 gigi karna
kecelakaan motor.
Lidah :warna lidah merah muda fungsi lidah normal
Uvulna : menggantung dan tidak ada pembengkakan pada
amandel. Tidak ada nyeri tekan
LEHER : pasien mengatakan tidak ada keluhan pada leher, bentuk
leher pasien normal, tidak ada benjolan, warna kulit klien
sawo matang, pembesaran kelenjart iroid, dibuktikan
dengan pemeriksaan dan kondisi leher normal dengan
tergerakan keatas, kebawah, kekanan dan kekiri , tidak ada
nyeri tekan pada leher.
DADA : Bentuk dada Simetris, dada berwarna sawo matang, tidak
ada lesi, tidak ada benjolan pengembangan dada simetris.
Pasien mengatakan sakit pada dadanya. Auskultasi nafas
vesikuler.
H. RIWAYAT PSIKO-SOSIAL
1) Pola peran berhubungan
Istri pasien mengatakan pasien suka bertetangga, istri pasien juga mengatakan
berhubungan baik dengan tetangga dan keluarganya.
2) Pola kognisi dan persepsi sensori
Istri pasien mengatakan jika pasien masuk RS karena alat kelaminnya sakit
3) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Istri pasien mengatakan RSU Balaraja pelayanannya cukup baik dan cepat
4) Pola konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri,
identitas diri)
Pasien jikasakit tampak murung dan sedih. Istri pasien juga mengatakan
pasien senang menjadi ayah dari anak-anaknya dan menjadi suami yang
amanah dan bertanggung jawab
5) Pola mekanisme koping
Istri pasien mengatakan pasien jika ada masalah lebih suka memendamnya
sendiri
6) Pola nilai dan kepercayaan
Istri pasien mengatakan bahwa pasien selalu mengajarkan tentang agama dan
nilai-nilai kebaikan lainnya kepada istri dan anak-anaknya.
I. DATA LABORATORIUM (tanggal,hasil pemeriksaan,nilai normal)
NO PARAMETER HASIL SATUAN NILAI METODE
RUJUKAN
1. HEMATOLOGI
Hematologi rutin
- hemoglobin 14,2 g/dl 13,0-16,0
- hematocrit 45 % 37-43
- eritrosit 4,71 10ˆ6/Ỻ 4,5-5,5
- lekosit 18,94 10ˆ3/Ỻ 5,00-10,00
- trombosit 117 10ˆ3/Ỻ 150-450
2. MIKROSKOPIS
- eritrosit 30-35 / LPB 0-5
- lekosit 7-10 /LPB 0-12
- bakteri 1+ - NEGATIF
- evitel 1+ - NEGATIF/POSITIF
- Kristal NEGATIF - NEGATIF
- silinder NEGATIF - NEGATIF
- lain-lain NEGATIF - NEGATIF
HASIL PEMERIKSAAN
Instalasi Radiologi
- Tampak lesi hipoekoik berbatas kurang tegas di region scrotum interior kanan.
- Cutis dan sub cutis menebal.
- Tak tampak kalsifikasi.
Kesan: Cenderung suatu cellulitis dengan abses di region scrotum interior kanan.
ANALISA DATA
DO:
Pasien tampak gelisah
Pasien bedrest total
Tampak luka berupa jahitan di
bagian bokong
DS: Hilangnya nafsu Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan mual tidak makan nutrisi:kurang dari
sampai muntah kebutuhan tubuh
Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
Pasien mengatakan sudah puasa 4
hari
DO:
Pasien tampak lemah
Pasien tampak pucat
Bibir pasien tampak kering
Konjungtiva anemis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI