You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakikatnya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Peningkatan
kesadaran, kemauan dankemampuan hidup sehat itu sebenarmya harus diupayakan, dibina dan
dipelihara agar benar-benar tumbuh partisipasi semua pihak dalam peran serta mewujudkan sumber
daya manusia indonesia yang sehat dan sejahtera sesuai dengan apa yang tercantum dalam undang-
undang no.36 tentang kesehatan pada pasal 1 yang berbunyi “kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis” (undang-undang RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, 2010).

Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduandari unsur
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Sebagai makhluk biologis manusia tersusun atas sistem organ
tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya,mulai dari lahir, tumbuh kembang,
hinggameninggal(Aziz 2009). Penyakit yang mungkin dikarenakan pola hidupn yang tidak sehat
seperti halnya penyakit yang bisa timbul disaluran cerna yaitu difertikulapada ususbesar, radang usus
besar, neoplasma usus besar, dan gangguan anorektal. Gangguan anorektal meliputi hemoroid, abses
anorektal, dan fistula ani/fistula perianal.

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) fistula perianal adalah saluran tipis, tubuler, fibrosa yang
meluas dalam saluran anal dari lubang yang terletak disamping anus. Fistula perianal sering terjadi
pada laki-laki ber umur 20-40 tahun sedangkan pada perempuanberusia dari 20-35 tahun, berkisar 1-3
kasus setiap10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses
menjadi fistula) sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula. Insiden dan epidemiologi
fistula perianal dipelajari antara penduduk kota hellsinki selama periode 10 tahun,1969-1978.

B.Tujuan
Tujuan Umum
Memberikan pelayanan paripurna yang berkualitas danmemuaskan kepada pasien atau pelayanan
berdasarkan keilmuan dengan landasan moral dan etika.
Tujuan khusus
1. Melakukan kerja sama dengan lembaga institusi pendidikan,terutama di bidang pendidikan,
terutama di bidang kesehatan.
2. Mengembangkan pelayanana Rumah Sakit seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknolog
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Abses
1. Pengertian
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru,
atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk
mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi
kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang
melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan
nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim
autolitik.
Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian pecah,
rongga abses, rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan
jaringan parut yang kecil.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah terbentuknya kantong
berisi nanah pada jaringan kulit dan subkutis akibat infeksi kulit yang disebabkan oleh
bakteri/parasit atau karena adanya benda asing.

2. Anatomi dan Fisiologi


Kuit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan tersebar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5- 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5-6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.
Kulit tipis seperti : kelopak mata,penis,labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal seperti pada telapak tangan, telapak kaki, panggung, bahu dan
bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, yaitu :
 Lapisan luar : adalah epidermis yang merupakan Lapisan epitel berasal dari
ectodem
 Lapisan dalam : yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dan elektronik, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.

Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang
raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.

Kulit berperan pada pengaturan suhu & keseimbangan cairan elektrolit.


Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perier mengalami proses
keseimbangn melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal.
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila
temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

3. Etiologi
Menurut Sirega (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara :
a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
b) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang berkurang
c) Terdapat gangguan sistem kekebalan
Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

4. Tanda dan Gejala


Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan
otot. Abses yang sering ditemukan di dalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika
timbul diwajah.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
a) Nyeri
b) Nyeri tekan
c) Teraba hangat
d) Pembengkakan
e) Kemerahan
f) Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai bejolan.
Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan
pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh
lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang
berwarna merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut.

5. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium : Peningkatanjumlah sel darah darah putih.
2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT
Scan. Atau MRI.

6. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran asbes ke jaringan sekitar atau
jaringan yang jauh dan kematian jaringat setempat yang ekstensi (gangren). Pada
sebagian besar bian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses.
Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang apabila abses
tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan
trakea.

7. Penatalaksanaan
Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan
menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan
intervensi bedah debridement dan kuretase.
Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya,
terutama apabila disebabkan oleh benda asing karena benda asing tersebut harus diambil.
Apabila tidak disebabkan oleh benda asing biasanya hanya perlu dipotong dan diambil
absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan pembedahan diindikasikan apabila
abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang
lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa
diproduksi bakteri.
Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan
pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu
dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat
dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.

8. Pencegahan
Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-bakteri
merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan.

B. Abses Perianal
1. Pengertian
Abses perianal infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan akan
mengakibatkan fistula (Smeltzer dan Bare, 2001).
2. Etiologi
Menurut ahli penyakit infeksi, penyebab abses antara lain :
a) Infeksi Mikrobial
Merupakan penyebab paling sering terjadinya abses. Virus menyebabkan kematian sel
dengan cara multiplikasi. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu
sintesis kimiawi yang merupakan awal radang atau melepaskan endetoksin yang ada
hubungannya dengan dinding sel
b) Reaksi hipersensitivitas.
Terjadi bila ada perubahan respon Imunologi yang menyebabkan jaringan rusak.
c) Agen Fisik
Melaluii Trauma fisik, ultraviolet, atau radiasi, terbakar, atau dinding berlebih
(frostbite).
d) Bahan kimia iritan dan korosif
Bahan oksidan asma basa dan merusak jaringan dengan cara memprovokasi
terjadinya proses radang selain itu agen infeksi dapatmelepaskan bahan kimiawi
spesipik yang mengiritasi dan langsung menyebabkan radang
e) Nekrosis jaringan
Aliran darah yang berkurang akan menyebabkan hipoksia dan berkurangnya makanan
pada daerah yang bersangkutan. Menyebabkan kematian jaringan yang merupakan
stimulus kuat penyebab infeksi pada daerah tepi infeksi sering memperlihatkan suatu
respon radang akut.
 Penyebab abses perianal antara lain :
Abses perianal merupakan gangguan sekitar anus dan rectum, dimana sebagian besar
timbul dari obstruksi kripta anal. Infeksi dan stasis dari kelenjar dan sekresi kelenjar
menghasilkan supurasi dan pembentukan abses dalam kelnjar anal. Biasanya, abses
terbentuk awal-awal dalam ruang intersfingterik dan kemudian keruang potensial yang
berdekatan. Umumnya bakteri seperti stafilokokus dan Escherichia coli adalah penyebab
paling umum. Infeksi jamur kadang-kadang menyebabkan abses. Masuknya bakteri ke
daerah sekitar anus dan rektum (Gunawan, 2010)
3. Faktor Risiko
Faktor predisposisi dari abses yaitu :
a. Penurunan daya tahan tubuh
b. Kurang gizi
c. Anemia
d. Diabetes
e. Keganasan (kanker)
f. Penyakit lainnya
g. Hygienis jelek
h. Kegemukan
4. Patofisiologi
Abses perianal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit daerah
sekitar anus. Nanah terbentuk akibat infeksi kuman/bakteri karena kelenjar didaerah
tersebut tersumbat. Bakteri yang biasanya menjadi penyebab adalah Escherichia coli dan
spesies Entrococcus. Kuman/bakteri yang berkembang biak dikelenjar yang tersumbat
lama kelamaan akan memakan jaringan sehat disekitarnya sehingga membentuk nanah.
Nanah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga akan terasa bengkak dan
nyeri, inilah yang disebut abses perianal. Pada beberapa orang dengan penurunan daya
tubuh misalnya penderita diabetes militus, HIV/AIDS, dan penggunaan steroid (obat anti
radang) dalam jangka waktu lama, ataupun dalam kemoterapi akibat kanker biasanya
abses akan lebih mudah terjadi. Kebanyakan abses perianal sekunder terhadap proses
supuratif yang dimulai pada kelenjar anal. Teori ini menunjukan bahwa obstruksi dari
saluran kelenjar tersebut oleh tinja, corpus alienum atau trauma akan menghasilkan stasis
dan infeksi sekunder yang terletak di ruang intersfingterik. Dari sini proses infeksi dapat
menyebar secara distal sepanjang otot longitudinal dan kemudian muncul di subkutis
sebagai abses perianal, atau dapat menyebar secara lateral melewati otot longitudinaltin
dan sfingter eksternal ssehingga menjadi abses ischiorektal, tetapi ruang lain dapat
terinfeksi. Pergerakan infeksi ke atas dapat menyebabkan abses intersfingterik tinggi dan
kemudian dapat menerobos ke otot longitudinal lalu ruang supralevator sehingga
menyebabkan sebuah abses supralevator. Setelah abses terdrainase,secara spontan
maupun secara bedah, komplikasi abnormal antara lubang anus dan kulit perianal disebut
fistula ani.
5. Manifestasi Klinis
Awalnya, pasien bisa merasakan nyeri yang tumpul, berdenyut yang memburuk
sesaat sebelum defekasi yang membaik setelah defekasi tetapi pasien tetap tidak merasa
nyaman. Rasa nyeri diperburuk oleh pergerakan dan pada saat menunduk. Abses dapat
terjadi pada berbagai ruang di dalam dam sekitar rektum. Seringkali mengandung
sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabilla abses terletak superficial, maka akan
tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Nyeri memburuk dengan mengedan,batuk
atau bersin, terutama pada abses intersfingter.
Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau
duduk. Abses yang terletak lebih dalam mengakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri
abdomen bawah, serta demam. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan fistula.
Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang
terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa
menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah.
Abses dapat terjadi pada berbagai ruang didalam dan sekitar rektum. Seringkali
mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak
superficial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Abses yang terletak
lebih dalam mengakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri abdomen bawah, serta
demam. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan fistula.
Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang
terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa
menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah.
Manifestasi klinis dari abses secara umum yaitu :
a. Karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan, maka manifestasi lain
yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, yakni
kemerahan (rubor), panas (color), pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor) dan
hilangnya fungsi.
b. Timbulnya atau teraba benjolan tahap awal berupa benjolan kecil, pada stadium lanjut
benjolan bertambah besar, demam, benjoln meningkat, malaise, nyeri, bengkak, berisi
nanah (pus).
c. Gambaran klinis
Nyeri tekan
Nyeri lokal
Bengkak
Kenaikan suhu
Leukositosis
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dari abses antara lain :
a. Kultur : Mengidentifikasi organisme penyebab abses sensitivitas menentukan obat
yang paling efektif.
b. Darah Lengkap : hematokrit mungkin meningkat, leukopenia, leukositosis (15.000-
30.000) mengidentifikasi produksi sel darah putih tak matur dalam jumlah besar.
c. Elektrolit serum : berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
acidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
d. Pemeriksaan pembekuan : Trombositopenia dapat terjadi karena agregasi trombosit,
PT/PTT mungkin memanjang menunjukan koagulapati yang diasosiasikan dengan
iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.
e. Glukosa serum, hiperglikemian menunjukan glukogenesis dan glikogenesis di dalam
hati sebagai respon dari puasa/perubahan seluler dalam metabolism.
f. BUN/Kr : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan/kegagalan hati.
g. GDA : Alkalosis respiratori hipoksemia asidosis respiratorik dan metabolic terjadi
karena kegagalan mekanisme kompensasi.
h. Urinalis : adanya sel darah putih/bakteri penyebab infeksi sering muncul protein dan
sel darah merah.
i. Sinar X : Film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindikasikan udara bebas
di dalam abdomen/organ pelvis.

 Pemeriksaan Diagnostik pada abses perianal


a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Radiologi jarang diperlukan pada evaluasi pasien dengan abses
perianal, namun pada pasien dengan gejala klinis abses intersfinger atau
supralevator mungkin memerlukan pemeriksaan konfirmasi dengan CT Scan, MRI,
atau ultrasonografi dubur. Namun pemeriksaan radiologi adalah modalitas terakhir
yang harus dilakukan karena terbatasnya kegunaannya. USG juga dapat digunakan
secara intraoperatif untuk membantu mengidentifikasi abses atau fistula dengan
lokasi yang sulit.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Belum ada pemeriksaan laboratorium khusus yang dapat dilakukan untuk
mengevaluasi pasien dengan abses perianal atau anorektal, kecuali pada pasien
tertentu, seperti individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh yang
rendah karena memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia yang
dapat disebabkan dari abses anorektal.
7. Penatalaksanaan Medis
Pada kebanyakan pasien dengan abses anorektal atau perianal, terapi medikamentosa
dengan antibiotik biasanya tidak diperlukan. Namun, pada pasien dengan peradangan
sistemik, diabetes, atau imunitas rendah, antibiotik wajib diberikan. Abses perirektal harus
diobati dengan drainase sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Jika diagnosis masih
diragukan, pemeriksaan di bawah anastesi sering merupakan cara yang paling tepat baik untuk
mengkonfirmasi diagnosis serta mengobati. Pengobatan yang tertunda atau tidak memadai
terkadang dapat menyebabkan perluasan abses dan dapat mengancam nyawa apabila terjadi
nekrosis jaringan yang besar, atau bahkan septikemia. Antibiotik hanya diindikasikan jika
terjadi selulitis luat atau apabila pasien immunocompromised, menderita diabetes mellitus,
atau memiliki penyakit katub jantung.namun pemberian antibiotik secara tunggal bukan
merupakan pengobatan yang efektif untuk mengobati abses perianal atau perirektal.
Kebanyakan abses perianal dapat didrainase dibawah anastesi lokal dikantor, klinik, atau unit
gawat darurat. Pada kasus abses yang besar maupun pada lokasinya yang sulit mungkin
memerlukan drainase di dalam ruang operasi. Insisi dilakukan sampai ke bagian subkutan
pada bagian yang paling menonjol dari abses. “Dog ear” yang timbul setelah insisi dipotong
untuk mencegah penutupan dini. Luka dibiarkan terbuka dan sitz bath dapat memulai pada
hari berikutnya.
8. Komplikasi
Jika tidak diobati, fisula anus hampir pasti akan terbentuk, menghubungkan ektum untuk
kulit. Hal ini memerlukan operasi lebih intensif. Selanjutnya, setiap abses diobati dapat (dan
kemungkinan besar akan) terus berkembang, akhirnya menjadi infeksi sistemik yang serius.
Hal yang paling ditakutkan pada abses perianal adalah terjadinya fistel perianal. Fitel perianal
adalah saluran abnormal antara lubang anus/rektum dengan lubang bekas abses yang
bermuara pada kulit sekitar anus. Muara pada kulit sekitar anus tampak sebagai luka bekas
bisul yang tidak pernah menutup/sembuh dan tidak sakit. Fistula anorektal terjadi pada30-
60% pasien dengan abses anorektal. Kelenjar intersfingterik terletak antara sfingter internal
dan eksternal anus dan sering kali dikaitkan dengan pembentukan abse. Fistulaa anorektal
timbul oleh karena obstruksi dari kelenjar dan/atau kripta anal, dimana ia dapat diidentifikasi
dengan adanya sekresi purulen dan kanalis anal atau dari kulit perianal sekitarnya. Etiologi
lain dari fistula anorektal adalah multifaktoral dan termasuk penyakit divertikular,IBD,
keganasan, dan infeksi yang terkomplikasi seperti tuberkulosis.
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Abses bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun
yang yang paling sering diserang adalah bayi dan anak-anak.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Abses dikulit atau dibawah kulit sangatmudah dikenali, sedangkan abses
dalam seringkali sulit ditemukan.
b) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau terkena peluru,
dll.
c) Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara cepat menunjukan rasa
sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa dikeluarkan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan Diabetes Melitus.

Asuhan Keperawatan pada Tn.S Dengan Abses Perianal Post Op Debridemen

Tn.s usia 38 th dengan diagnosa abses perianal post op debridemen pada saat pengkajian
pasien mengeluh nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah hingga bokong dengan skala
nyeri8 (1-10) wajah pasien meringis keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan
dan merasa mual pasien tampak lemah hasil ttv: TD: 145/47 S: 37 N:115 RR : 24

A. PENGKAJIAN
Nama pasien : Tn. S
Umur :38 Tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wirausaha
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Kampung Pagedangan, Tegal, Keronjo
Tanggal,jam masuk RS : 06 Desember 2018
No. Register : 00.17.05.49
Dignosa medis,tanggal : Abses Perianal Post Op Debridement 10 Desember
2018
Sumber informasi : Keluarga dan Pasien
Tanggal pengkajian,jam :10 Desember 2018

Penanggung jawab pasien


Nama : Ny. S
Umur : 33 Tahun
Hubungan dengan pasien : Istri
Perkerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kampung pagedangan, Tegal, Keronjo

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Alasan masuk RS :
Istri pasien mengatakan pasien dirumah mengeluh keram kaki sampai ke bokong,
Keluhan Utama :
pasien mengatakan pasien mengalami nyeri di bagian abdomen kuadran kanan bawah
sampai ke bokong, pasien juga mengatakan pasien tidak bisa tidur karena nyeri di
perutnya.
C. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Penyakit yang pernah diderita :
Istri pasien mengatakan pasien pernah menderita thypus
Pernah dilakukan tindakan operasi :
Istri pasien mengatakan pasien pernah operasi usus buntu
Pernah mengalami kecelakaan :
Istri pasien mengatakan pasien pernah jatuh dari motor beberapa tahun yang lalu
Pernah dirawat di RS :
Istri pasien mengatakan pasien pernah dirawat di RSCM karena sakit usus buntu
Pemakaian obat-obatan :
Istri pasien mengatakan pasien biasa meminum Bodrex jika kepalanya pusing
Riwayat imunisasi :
Istri pasien mengatakan pasien tidak pernah diimunisasi
Riwayat alergi (obat/makanan)
Istri pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


GENOGRAM 3 GENERASI

TN.S (38 Thn)

Penyakit yang pernah diderita (orangtua/saudara kandung/anggota keluarga


lain)
Istri pasien mengatakan keluarganya memiliki riwayat penyakit Hipertensi
Penyakit yang sedang diderita (orangtua/saudara kandung/anggota keluarga
lain)
Istri pasien mengatakan keluarganya saat ini tidak mengidap penyakit apapun
Riwayat penyakit genetik/herediter/keturunan
Istri pasien mengatakan keluarganya memiliki riwayat penyakit Hipertensi

E. KEBIASAAN DAN KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI


TIMBULNYA PENYAKIT
Istri pasien mengatakan pasien sering mengangkat barang-barang yang berat. Karena
pasien mau mengerjakan apapun yang penting halal dan bisa menghidupi istri dan
anak-anaknya.

F. PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN HASIL
Tingkat kesadaran Compos Metis
GCS E =4 M =6 V =5 =15
Keadaan umum Lemah, tampak nyeri berat (skala 8) nyeri hebat
KULIT Warna kulit pasien sawo matang, turgo kulit pasien jelek
dan kulit pasien tampak kering (dehidras), terdapat lesi
dibagian anus.
TANDA-TANDA VITAL TD: 145/47 S: 37 N:115 RR : 24
KEPALA,WAJAH : Pasien mengatakan ada keluhan pada kepala, kepala terasa
pusing dan berat karna terlalu lama berbaring di tempat
tidur,rambut pasien lurus. Warna rambut pasien hitam,
tidak rontok, tampak kotor, tercium bau tidak sedap, tidak
terdapat lesi, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

Tidak ada keluhan pada wajah, bentuk wajah simetris,


warna kulit wajah sawo matang, bibir pasien tampak
kering, tidak terdapat lesi dibagian wajah, tidak ada
benjolan,tidak ada nyeri saat dipalpasi pada bagian wajah .
MATA : Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada mata, bentuk
alis mata simetris, asli, tidak mudah rontok, hitam dan
tebal, mata pasien tampak bersih, bentuk mata simetris,
pupil mengecil saat terkena cahaya, klien reflex saat
terkena mata, fungsi penglihatan normal dibuktikan dengan
penglihatan 6 meter dengan kartu sneillen chart, 6/6 pasien
dapat melihat 6 lapang pandang tidak ada nyeri tekan pada
kelenjar mata.
TELINGA : Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada telinga, bentuk
telinga caplang, tidak ada kotoran, tidak ada cairan yang
keluar, tidak ada kotoran pada telinga dalam dan telinga
luar, pemeriksaan telinga dengan weber untuk lateralisasi
fungsi pendengaran normal dibuktikan dengan
perbandingan fungsi pendengaran perawat dan pasien sama
tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat di
palpasi.
HIDUNG : Pasien mengatakan ada keluhan pada hidung terkadang
sesak karena terpasang selang NGT, warna kulit hidung
sawo matang, bentuk hidung simetris, bentuk lubang
hidung pasien simetris, septum pasien lurus, warna kontra
nasal merah muda, lembab, tampak kotor, fungsi hidung
normal di buktikan dengan tes penciuman dengan mata
tertutup, ada nyeri tekan pada seluruh bagian yang
terdapat selang pada hidung.

MULUT & GIGI : pasien mengatakan tidak ada keluhan pada mulut, mulut
pasien tampak kering (karna puasa 2 hari)
Gigi: bentuk gigi pasien rata, berwarna kuning, tercium
bau tidak sedap, terdapat gigi palsu 3 di bagian depan,
depan kanan ompong, pasien kehilangan 3 gigi karna
kecelakaan motor.
Lidah :warna lidah merah muda fungsi lidah normal
Uvulna : menggantung dan tidak ada pembengkakan pada
amandel. Tidak ada nyeri tekan
LEHER : pasien mengatakan tidak ada keluhan pada leher, bentuk
leher pasien normal, tidak ada benjolan, warna kulit klien
sawo matang, pembesaran kelenjart iroid, dibuktikan
dengan pemeriksaan dan kondisi leher normal dengan
tergerakan keatas, kebawah, kekanan dan kekiri , tidak ada
nyeri tekan pada leher.
DADA : Bentuk dada Simetris, dada berwarna sawo matang, tidak
ada lesi, tidak ada benjolan pengembangan dada simetris.
Pasien mengatakan sakit pada dadanya. Auskultasi nafas
vesikuler.

ABDOMEN : Pasien mengatakan perutnya sakit (skala nyeri 8)


Saat dipalpasi bising usus 3x /menit, ginjal tidak teraba,
hepar tidak teraba, limfe tidak teraba, abdomen simetris,
perkusi tympani tidak teraba.
GENITALIA,REKTUM,ANUS Pasien mengeluh nyeri pada kemaluan sejak 2 hari yang
: lalu,dan terdapat luka post debridemen luka tampak
berdarah karena pasien tidak mau diam terdapat 5 jahitan,
dengan ukuran 5cm tidak ada pus
EKSTREMITAS ATAS & Pasien mengatakan tangan kanan sulit bergerak karna
EKSTREMITAS BAWAH : terpasang infus, dan pasien mengeluh nyeri pada bagian
kaki sampai bokong,
BERAT BADAN : 65 kg
TINGGI BADAN : 168 cm
G. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
KEBUTUHAN DIRUMAH DI RUMAH SAKIT
NUTRISI Istri pasien mengatakan Istri pasien mengatakan selama di
pasien biasa makan 3x sehari Rs pasien makan 1x sehari. Dan
yaitu pada pagi, siang dan pasien tidak nafsu makan
malam hari. Pasien tidak
mempunyai makanan
kesukaan.

CAIRAN Istri pasien mengatakan Istri pasien mengatakan selama di


pasien biasa minum1,5liter RS minum sedikit. Selama di RS
pasien mendapat cairan RL
500cc/8 jam
ELIMINASI BAB Istri pasien mengatakan Istri pasien mengatakan selama di
dirumah pasien biasa BAB RS pasien BAB 1x dengan
1x sehari, dengan konsistensi keras
konsistensi padat. Istri
pasien mengatakan pasien
tidak pernah menggukan
pencahar untuk BAB

ELIMINASI BAK Istri pasien mengatakan Pasien terpasang kateter. Warna


dirumah pasien biasa BAK urine tampak kekuningan,
lebih dari 5x dengan tercium bau pesing.Dengan
frekuensi 7-8 kali. frekuensi 500cc. Dan tidak ada
hematuria

ISTIRAHAT – TIDUR Istri pasien mengatakan Istri pasien mengatakan selama di


pasien biasa tidur jam 11 RS pasien tidak bisa tidur karena
malam dan bangun jam 6 menahan nyeri
pagi

PERSONAL HIGIENE Istri pasienmengatakan Istri pasien


pasien mandi 2x sehari, mengatakan
gosok gigi 2xsehari, cuci selama di RS
rambut 2-3x/ minggu pasien hanya di
lap 1x sehari dan
sikat gigi 1x sehari

POLA AKTIFITAS – Istri pasien mengatakan Istri pasien mengatakan pasien


dibantu oleh keluarga dan
LATIHAN mobilitas rutin pasien adalah
perawat untuk makan, minum,
menggunakan pakaian, dan
bekerja sebagai seorang toileting menggunakan kateter.
wirausaha. Istri pasien
mengatakan di rumah pasien
mampu melakukan aktivitas
nya secara mandiri tanpa ada
keluhan
SEKSUALITAS Pasien mengatakan tidak ada Tidak ada
keluhan
SPIRITUALITAS Istri pasien mengatakan Istri pasien mengatakan di RS
dirumah pasien ibadahnya pasien mencukupi kebutuhan
tercukupi. Pasien biasa ibadahnya dengan lebih banyak
mengikuti pengajian setiap berdoa.
malam jumat di Masjid

H. RIWAYAT PSIKO-SOSIAL
1) Pola peran berhubungan
Istri pasien mengatakan pasien suka bertetangga, istri pasien juga mengatakan
berhubungan baik dengan tetangga dan keluarganya.
2) Pola kognisi dan persepsi sensori
Istri pasien mengatakan jika pasien masuk RS karena alat kelaminnya sakit
3) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Istri pasien mengatakan RSU Balaraja pelayanannya cukup baik dan cepat
4) Pola konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri,
identitas diri)
Pasien jikasakit tampak murung dan sedih. Istri pasien juga mengatakan
pasien senang menjadi ayah dari anak-anaknya dan menjadi suami yang
amanah dan bertanggung jawab
5) Pola mekanisme koping
Istri pasien mengatakan pasien jika ada masalah lebih suka memendamnya
sendiri
6) Pola nilai dan kepercayaan
Istri pasien mengatakan bahwa pasien selalu mengajarkan tentang agama dan
nilai-nilai kebaikan lainnya kepada istri dan anak-anaknya.
I. DATA LABORATORIUM (tanggal,hasil pemeriksaan,nilai normal)
NO PARAMETER HASIL SATUAN NILAI METODE
RUJUKAN
1. HEMATOLOGI
Hematologi rutin
- hemoglobin 14,2 g/dl 13,0-16,0
- hematocrit 45 % 37-43
- eritrosit 4,71 10ˆ6/Ỻ 4,5-5,5
- lekosit 18,94 10ˆ3/Ỻ 5,00-10,00
- trombosit 117 10ˆ3/Ỻ 150-450

NO PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN METODE


1. LIRINALISA
MAKROSKOPIS
- warna KUNING - KUNING
- kekeruhan AGAK - JERNIH
KERUH
- PH 7,0 - 5,0/8,5
- berat jenis 1.010 - 1,001-1,030
- protein NEGATIF - NEGATIF
- glukosa NEGATIF - NEGATIF
- bilirubin NEGATIF - NRGATIF
- urobilinogen POSITIF - NEGATIF
- keton 1+ - NEGATIF
- blood 3+ - NEGATIF
- nitrit NEGATIF - NEGATIF
- lukosit 1+ - NEGATIF
esterase

2. MIKROSKOPIS
- eritrosit 30-35 / LPB 0-5
- lekosit 7-10 /LPB 0-12
- bakteri 1+ - NEGATIF
- evitel 1+ - NEGATIF/POSITIF
- Kristal NEGATIF - NEGATIF
- silinder NEGATIF - NEGATIF
- lain-lain NEGATIF - NEGATIF

HASIL PEMERIKSAAN
Instalasi Radiologi

1. USG Musculoskeletal 1 Sisi


PEMERIKSAAN USG SUPERFICIAL

- Tampak lesi hipoekoik berbatas kurang tegas di region scrotum interior kanan.
- Cutis dan sub cutis menebal.
- Tak tampak kalsifikasi.

Kesan: Cenderung suatu cellulitis dengan abses di region scrotum interior kanan.

ANALISA DATA

TGL ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
DS: Tindakan invansif Nyeri akut
 pasien mengatakan nyeri pada
abdomen dengan skala nyeri 8(1-
10)
 pasien mengeluh nyeri pada
bagian bokong
DO:
 ekspresi wajah pasien meringis
 pasien tampak lemah
 TD: 83/47 mmhg N:88x/mnt
RR:22x/mnt S:37c
DS: Tindakan invansif Kerusakan
 Pasien mengatakan tidak mampu integritas kulit
beraktivitas
 Pasien mengatakan masih nyeri
pada bokong

DO:
 Pasien tampak gelisah
 Pasien bedrest total
 Tampak luka berupa jahitan di
bagian bokong
DS: Hilangnya nafsu Ketidakseimbangan
 Pasien mengatakan mual tidak makan nutrisi:kurang dari
sampai muntah kebutuhan tubuh
 Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
 Pasien mengatakan sudah puasa 4
hari
DO:
 Pasien tampak lemah
 Pasien tampak pucat
 Bibir pasien tampak kering
 Konjungtiva anemis
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL DIOGNOSA KEPERAWATAN PARAF


1 10 Nyeri akut b/d tindakan invasif
Desember
2018
2 10 Integritas kulit b/d tindakan invasif
Desember
2018
3 10 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Desember b/d hilangnya nafsu makan
2018

INTERVENSI

NO DATA PENUNJANG NOC NIC


DX
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi ttv
tindakan invasif keperawatan selama 3x24 2) Minta pasien untuk
jam pasien menilai nyeri
memperlihatkan 3) ajarkan teknik relaksasi
pengendalian nyeri, yang 4) berikan terapi analgesik
dibuktikan oleh indikator : Ranitidin
1. Nyeri berkurang 5) instruksikan pasien untuk
2. Ekspresi wajah pasien menginformasikan
tidak meringis kepada perawat jika
3. Pasien mampu peredaan nyeri tidak
melakukan teknik dapat dicapai
relaksasi secara mandiri

2 Integritas kulit b/d Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi tanda-tanda


tindakan invasif keperawatan 3x24 jam infeksi
menunjukkan integritas 2) Inspeksi luka pada setiap
jaringan : kulit dan mengganti balutan
membran mukosa, yang 3) Kaji karakteristik luka,
dibuktikan oleh indikator : meliputi drainase, warna,
1. pasien mampu ukuran dan bau
beraktivitas 4) Perawatan luka
2. Pasien dan
keluarga
menunjukkan
rutinitas
perawatan kulit
atau perawatan
luka yang optimal
3. Pasien tidak
tampak gelisah

3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1) Tentukan kemampuan


nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3x24 pasien untuk memenuhi
kebutuhan tubuh b/d jam pasien kebutuhan nutrisi
hilang nafsu makan memperlihatkan status 2) Anjurkan pasien makan
nutrisi : makanan sesuai jenis diit
1. Pasien tidak nya
merasa mual 3) Instruksikan keluarga
2. Nafsu makan pasien untuk memberikan
pasien meningkat dorongan agar nafsu
3.Pasien tidak makan pasien meningkat
tampak lemah dan
tidak pucat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


1. Senin 10 1. Memantau ttv S: Pasien mengatakan
desember Hasil: TD: 83/47 S: 37 N: 88 nyeri nya berada di skala
2018 RR: 24 8 dari 1-10
08.00 Wib 2. Mengkaji skala nyeri O: TD: 145/47 S: 37
pasien N:115 RR : 24
08.30 Respon: Pasien mengatakan A: Tujuan belum tercapai
nyeri nya berada di skala 8 dari P: Intervensi dilanjutkan
1-10
09.00 3. Mengajarkan teknik
relaksasi
Hasil: Pasien kooperatif
09.30 4. Memberikan terapi
analgesik
Hasil: Pemberian obat
Tramadol 2x1 amp
10.00 5. Menginstruksikan
pasien dan keluarga
untuk melaporkan
kepada perawat jika
peredaan nyeri belum
tercapai
Respon: Pasien mengatakan
nyeri mulai berkurang skala 7
2. 10.30 1) Mengobservasi tanda- S: Pasien mengatakan
tanda infeksi lukanya berdarah karena
Hasil: Tidak ada lubor, dolor, pasien tidak mau diam
kalor, tumor O: Luka tampak berdarah
11.00 2) Menginspeksi luka pada A: Tujuan belum tercapai
setiap mengganti balutan P: Intervensi dilanjutkan
Hasil: Terjadi pendarahan pada
luka karena pasien tidak mau
diam
12.30 3) Melakukan perawatan
luka
Hasil : Pasien kooperatif

3. 15.00 1.Mengkaji kemampuan S: Pasien mengatakan


pasien untuk memenuhi tidak mau makan
kebutuhan nutrisi makanan yang disediakan
Hasil: Pasien tidak mau makan RS
makanan yang disediakan RS O: Pasien tampak lemah
15.30 2. Menganjurkan pasien dan gelisah
makan makanan yang sesuai A: Tujuan tidak tercapai
jenis diit nya P: Intervensi dilanjutkan
Hasil: Pasien mengatakan
makanan yang disediakan RS
membuat pasien mual
17.00 3. Menginstruksikan
keluarga pasien untuk
memberikan dorongan semangat
agar nafsu makan pasien
meningkat
Hasil : Keluarga pasien
mengatakan pasien terus
menolak untuk makan

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


1. Selasa 11 S: Pasien
desember 1. Memantau ttv mengatakan
2018 Hasil: TD:120//47 S: 37 N: 88 RR: 22 nyerinya berada di
08.00 2. Mengkaji skalanyeri pasien skala 6 dari 1-10
Respon: Pasien mengatakan nyeri nya O: Wajah tampak
08.30 berada di skala 6 dari 1-10 sudah mulai tidak
3. Mengajarkan teknik relaksasi meringis
09.00 Hasil: Pasien kooperatif A: Tujuan tercapai
4. Memberikan terapi analgesik sebagian
10.00 Hasil: Pemberian obat P: Intervensi
Tramadol 2x1 dilanjutkan
11.30 5. Menginstruksikan pasien dan
keluarga untuk melaporkan
kepada perawat jika peredaan
nyeri belum tercapai
Respon: Pasien mengatakan nyeri
mulai berkurang skala 6

2. 13.00 1) Mengobservasi tanda-tanda S: Pasien


infeksi mengatakan masih
Hasil: TD: 110/80 N:89 RR: 21 belum bisa bergerak
S:36,8 O: Pasien tampak
15.00 2) Melakukan perawatan luka cemas saat
Hasil : Pasien kooperatif melakukan aktifitas
15.30 3) Menginstruksikan pada A: Tujuan teratasi
keluarga pasien agar pasien direndam sebagian
dengan PK 2x/hari P: Intervensi
Hasil: Keluarga pasien kooperatif dilanjutkan
16.00 4) Menganjurkan pada keluarga
pasien dan pasien Bleder training
Hasil : Pasien sudah bisa BAK sendiri
dan kateter dilepaskan
16.30 5) Membantu pasien untuk
miring kanan miring kiri dan duduk
Hasil : Pasien tampak masih takut
untuk bergerak

3. 17.00 1.Mengkaji kemampuan S: Keluarga pasien


pasien untuk memenuhi mengatakan pasien
kebutuhan nutrisi sudah mau makan
Hasil: Pasien mulai memakan walau hanya
makanan RS dengan porsi ¼ yang menghabiskan ¼
dihabiskan porsi dan buah
18.00 2. Menganjurkan pasien O: Pasien sudah
makan makanan yang sesuai jenis diit tidak mual
nya A: Tujuan teratasi
Hasil: Pasien mulai memakan buah- sebagian
buahan P: Intervensi
18.30 3. Menginstruksikan dilanjutkan
keluarga pasien untuk memberikan
dorongan semangat agar nafsu makan
pasien meningkat
Hasil : Pasien sudah mulai mau
makan

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


1. Rabu,12 S: Pasien mengatakan
desember 1. Memantau ttv skala nyeri 3
2018 Hasil: TD: 120/40 S: 36,5 N: 85 O: Wajah pasien sudah
08.00 RR: 22 tidak meringis
2. Meminta pasien untuk A: Tujuan tercapai
menilai nyeri P: Intervensi
08.30 Respon: Pasien mengatakan nyeri dihentikan(pasien
nya berada di skala 3 dari 1-10 pulang)
09.00 3. Mengajarkan teknik
relaksasi
Hasil: Pasien menunjukkan teknik
relaksasi secara mandiri
09.30 4. Memberikan terapi
analgesik
Hasil: Pemberian obat
Ranitidin 2x1 amp

2. 11.00 1) Mengobservasi tanda-tanda S: Keluarga pasien


infeksi mengatakan
Hasil: Tidak ada lubor, dolor, O: TD: 120/40 S: 36,5
kalor, tumor N: 85 RR: 22
11.30 2) Melakukan perawatan luka A: Tujuan tercapai
Hasil : Pasien kooperatif P: Intervensi
dihentikan(pasien
pulang )
3. 13.00 1.Mengkaji kemampuan pasien S: Keluarga pasien
untuk memenuhi kebutuhan mengatakan nafsu
nutrisi makan pasien
Hasil: Pasien makan makanan RS meningkat
dan menghabiskan ½ porsi O: Pasien tampak
14.00 2. Menganjurkan pasien makan menghabiskan ½ porsi
makanan yang sesuai jenis diit A: Tujuan tercapai
nya P: Intervensi
Hasil: Pasien tidak mual lagi dihentikan (Pasien
15.00 3. Menginstruksikan keluarga pulang)
pasien untuk memberikan
dorongan semangat agar nafsu
makan pasien meningkat
Hasil : Nafsu makan pasien
meningkat

You might also like