You are on page 1of 12

PENYAKIT TROPIS

MUMPS ( GONDONGAN )

I. KONSEP TEORI MEDIS


A. Pengertian
Penyakit Mumps/Gondongan atau parotitis adalah penyakit menular
yang menyerang kelenjar luda atau kelenjar parotis yang berada diantara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian
atas pipi bagian bawah (Andareto, 2015).

Gambar 1. Anak dengan penyakit Mumps

B. Penyebab
Penyakit Mumps atau gondongan merupakan salah satu penyakit
menular dengan cara kontak langsung,dopler/percikan air liur, muntah ataupun
air urine enderita sebelumnya yang di sebabkan oleh virus Paramyxovirus.
Adapun orang – orang yang rentang atau beresiko terserang maupun
tertular penyakit ini adalah adalah mereka yang menggunakan atau
mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormone kelejar tiroid
dan pada orang-orang yang kekurangan zat iodium dalam tubuh.

Gambar 2. Virus Paramyxoviridae (Mumps Virus)


C. Tanda Dan Gejala
Sekitar 30 – 40 % penderita Mumps tidak menunjukan keluhan atau
tanda-tanda sakit ( Subclinical ), namun pada sebagian penderita biasanya akan
muncul tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Pada tahap awal ( 1-2 hari ) penderita Mumps mengalami gejala seperti
demam, sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri kepala,
nyeri tenggorokan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunya dan
kadang sertai kaku rahang.
2. Kemudian terjadi pembengkakan kelenjar dibawah telinga yang diawali
dengan pembengkakan salah sati sisi kelenjar kemudian menjalar
kekelenjar parotis lainnya.
3. Umumnya pembengkakan akan berlangsung selama 3 hari yang kemudian
berangsur menyusut atau berkurang bengkaknya.

D. Klasifikasi
Penyakit Mumps dapat klasifikasi sebagai berikut :
a. Mumps kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada
usia antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak. Kambuhan dapat
diartikan dengan penderita sebelumnya telah terinfeksi virus kemudian
kambuh lagi.
b. Mumps akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak,
kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai
akibat pasca-vedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan
penderita usia lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama
dan adanya gangguan dehidrasi.

E. Epidemiologi
Mumps merupakan penyakit endemic pada populasi penduduk urban.
Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur
dengan saliva, dan urin. Penyakit ini dapat terjadi di semua usia tetapi 85%
kasus terjadi pada masa anak berusia kurang dari 15 tahun dengan proporsi
tertinggi pada usia 5-9 tahun. Dilaporkan juga hampir di seluruh
dunia,demikian juga di Indonesia resiko anak terkena gondong mungkin masih
tinggi. Gondong masih endemik di banyak Negara di seluruh dunia, sedangkan
vaksin MMR digunakan hanya 57% dari Negara-negara yang menjadi anggota
Organisasi Kesehatan Dunia, terutama di Negara-negara maju. Dalam Inggris
dan Wales, sebuah epidemiologi gondok yang dimulai pada 2005 telah
dilaporkan 56.390 kasus kematian

F. Patofisiologi
Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Kemudian Virus
bereplikasi pada mukosa saluran napas atas dan menyebar ke kelenjar limfa
local serta diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang
berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah
kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.
Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan
adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga
terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi
viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di
jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid.
Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi
pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui
dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.
Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari
sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24
jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan
menghilang (Sumarmo,2008).
Akibat dari terinfeksi pada kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari
penderita akan mengalami demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot
(Mansjoer, 2000). Selanjutnya dalam 3 hari berikutnya akan terjadi
pembengkakan pada kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian
bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan.
G. Pencegahan
Pencegahan pada penyakit Mumps dapat dilakukan dengan cara
vaksinasi pada masa anak-anak. Vaksinasi Mumps atau gondongan biasanya
terdalam bentuk kombinasi dengan campak dan rubella (MMR) yang
disuntikan lewat otot paha atau lengan atas.

H. Komplikasi Penyakit Mumps


Pada umumnya orang menderita mumps akan pulih todal tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali mmeburuk setelah sekitar 2 (dua)
minggu dan keadaan seperti ini beresiko mengalami komplikasi, dimana virus
dapat menyerang organ selain kelenjar air liur. Hal tersebut mungkin terjadi
jika infeksi terjadi setelah masa pubertas,
Komplikasi yang dapat terjadi pada parotitis jika lambat mendapatkan
penanganan antara lain :
1. Orkitis
2. Ovoritus
3. Ensefalitis
4. Pankreatitis
5. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih
yang kental dalam jumlah banyak.
6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.

I. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan laboratorium selain leucopenia dengan limfosis relative,
didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai
puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam
satu minggu. Jika penderita tidak menampakan pembengkakan kelenjar
dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit mumps
biasanya dokter akan mengintruksikan pemeriksaan lebih lanjut seperti serum
darah, sekurang-kurangnya uji serum ( serologic) untuk membuktikan spesifik
mumps antibodies : complememt fixation (HI), Virus Neutralizing antibodies
(NT).
J. Penatalaksanaan.
Mumps atau Parotitis merupakan salah satu penyakit yang bersifat
sembuh atau hilang sendiri (self-limited) yang berlangsung kurang lebih dalam
1 (satu) minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus “Mumps” Sehingga
pengobatan Mumps atau parotitis seluruhnya bersifat pengobatan simptomatis
dan suportif.
Pasien dengan Mumps atau parotitis harus ditangani dengan kompres
hangat, sialagog seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan
intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya
asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami
dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai. Berikut
penatalaksanaan yang sesuai dengan kasus yang diderita :
1) Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan
umum cukup baik).
a) Istirahat yang cukup, di berikan kompres
b) Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c) Medikamentosa : Analgetik-antipiretik
2). Penderita rawat inap
a) Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi.
b) Diet lunak, cair dan tidak kering
c) Analgetik-antipiretik
d) Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
K. Pathway Mumps/Parotitis

Virus Pamyxovirus
Orkitis
Ovoritus
Hipertermia Kontak langsung
Ensefalitis
Potensial Pankreatitis
Virus menumpuk dalam tubuh Komplikasi
Demam nefritis, artritis
Poliferasi

Panas Di kelenjar
Viremia (virus ikut aliran darah) Tiroiditis
tiroid

Aliran Virus menetap di kelenjar parotis


darah Sakit Anoreksi
meningkat a
menelan
Mumps Kaku
Vasodilatasi sistem otot
Nyeri Akut
mikrosirkulasi area
yang terinfeksi Respon inflamasi
lokal Ketidak
Kelenjar parotid
seimbangan
Kelenjar parotid membesar
nutrisi kurang
membesar dari kebutuhan
Permeabilitas kapiler &
Difusi protein & filtrasi venul yang terinfeksi tubuh
Bengkak
Bengkak air ke interstisiel terhadap protein meningkat
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit Mumps
antara lain meliputi :
1. Identitas diri
Pengkajian pasien meliputi nama, umur, suku, bangsa, agama, Pendidikan, dan
alamat.
2. Keluhan Utama
Umumnya pasien yang menderita parotitis atau mumps akan
mengeluhkan ada bengkak pada pipi kiri atau kanan, demam ,
nyeri di bawah telinga, nafsu makan berkurang, sakit kepala,
muntah, nyeri otot dan sulit menelan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengeluhkan rasa demam, merasakan
nyeri pada belakang telinga dan pipi. beberapa hari kemudian timbul
bengkak d a n k e m e r a h a n k e m u d i a n m e n j a d i s u l i t m e n e l a n
s e r t a n a f s u m a k a n berkurang, terdapat rasa nyeri dan bengkak
menyebar ke daerah pipi.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a) Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit
dengan gejala yang sama.
b) Tanyakan pasien apakan mempunyai riwayat penyakit menular dan
riwayat penyakit alergi atau tidak
c) Tanyakan apakah pasien apakah sebelumnya pernah di
imunisasi mumps, measles dan Rubela atau belum.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya terdapat anggota keluarga yang pernah mengalami
gejala atau penyakit yang sama dan kemungkinan bisa tertular.
6. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breathing) : Terdapat takipnea
b. B2 (blood) : Kelemahan Fisik, takikardi
c. B3 (brain) : Komposmentis, mengalami kecemasan, dan
terus menerus gelisah akibat manifestasi klinis
dari Mumps/parotitis, sakit kepala dan kaku
leher.
d. B4 (bladder) : Normal
e. B5 (bowel) : Sulit menelan sehingga menyebabkan selera
makan menurun dan berat badan menurun
f. B6 (bone) : Kelemahan Otot, Malaise
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah didapatkan leukopenia ringan dengan
limfositosis relative
b. Kadar leukosit < 4 x 10 / L⁹ darah
c. Pada pemeriksaan kadar amilase serum darah naik > 137 U/L darah.

B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan patofisiologi dan gejala klinis yang ditimbulkan, maka beberapa
diagnosa keperawatan yang ada pada penderita penyakit Mumps antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2. Hipertermia berhubungan dengan Penyakit
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan.
C. Rencana Intervensi Keperawatan

No Diagnose Tujuan/kriteria Hasil Intervensi keperawatan


keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut Tingkat nyeri berkurang/hilang Manajemen Nyeri :
berhubungan dengan dengan kriteria hasil 1.Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi local, karakteristik, onset/durasi,
agen Cidera biologis 1. Tidak mengerang dan frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus.
menangis. 2.Observasi adanya pentunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada
2. Tidak ada Ekspresi wajah mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
nyeri. 3.Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat.
3. Tidak ada agitasi 4.Gunakan strategi komunikasi yang terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri.
5.Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien ( misalnya, tidur,
nafsu makan, pengertian, perasaan, hubungan, performa kerja dan tanggung jawab peran).
6.Pilih dan impelementasikan tindakan yang beragam ( misalnya farmaologi,
nonfarmakologi, interpersonal) untuk memfasiloitasi penurunan nyeri.
7.Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurunan nyeri.
8.Dorong pasien untuk menggunakan obat penurun nyeri yang adekuat.
9.Dukung istrahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.
10. Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil jika keluhan pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.
11. Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri, jika memungkinkan.
2 Hipertermia Keparahan Infeksi terkontrol: Perawatan demam :
berhubungan dengan Dengan kriteria Hasil : 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya.
penyakit. 1. Tidak ada kemerahan 2. Monitor warna kulit dan suhu.
2. Demam ringan atau tidak 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tidak dirasakan.
ada demam 4. Beri obat atau cairan IV ( misalnya anti piretik, agen anti bakteri)
3. Tidak ada peningkatan sel 5. Jangan beri aspirin pada anak-anak
darah putih 6. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan tergantung pada fase demam.
4. Limfadenopati tidak ada 7. Dorong konsumsi cairan.
5. Mempertahankan 8. Pantau komplikasi – komplikasi yang berhubungan dengan demam serta tanda dan
termoregulasi dengan gejala kondisi penyebab demam.
kriteria hasil : 9. Pastikan tanda lain dari infeksi yang terpantau dari orang tua, karena hanya menunjukan
 Denyut Nadi tidak demam ringan atau tidak demam sama sekali selama proses infeksi.
terganggu
 Pernafasan tidak
terganggu
 Tidak ada hipertermia
3 Ketidakseimbangan Status Nutrisi Bayi seimbang Terapi Nutrisi :
nutrisi kurang dari dengan kriteria hasil : 1. Lengkapi pengkajian nutrisi , sesuai kebutuhan.
kebutuhan tubuh 1. Intake Nutrisi sepenuhnya 2. Monitor intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari sesuai kebutuhan.
berhubungan dengan adekuat 3. Monitor intruksi diet yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien perhari
kurang asupan 2. Intake makanan lewat oral sesuai kebutuhan.
makanan sepenuhnya adekuat 4. Sediakan bagi pasien makanan dan minuman yang bernutrisi yang tinggi protein, tinggi
3. Perbandingan berat tinggi kalori dan mudah dikonsumsi, sesuai kebutuhan.
adekuat. 5. Ciptakan lingkungan yang membuat suasana yang menyenangkan dan menenangkan.
6. Sajikan makanan dengan menarik, cara yang menyenangkan dengan mempertimbangkan
warna, tekstur dan keragaman.
7. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan berkolaborasi Bersama ahli gizi, sesuai kebutuhan.
8. Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan.

Pemberian Makan
1. Identifikasi diet yang disarankan.
2. Sediakan Pereda nyeri yang adekuat sebelum waktu makan dengan tepat.
3. Identifikasi adanya refleks menelan, jika diperlukan.
4. Sediakan air minum pada saat makan, jika diperlukan.
5. Hindari mengalihkan perhatian pasien saat menelan.
DAFTAR PUSTAKA

Andareto, O. (2015). Penyakit Menular Disekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu


Semesta.
Wratsongko , M., & Sulistyo, d. B. (2016). 205 resep Pencegahan dan
penyembuhan Penyakit dengan Gerakan shalat. Depok:
QultumMedia.
Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi
2.Jakarta:Penerbit IDAI.
Isselbacher, K. J., Hartono, A., & Asdie, A. H. (2000). Prinsip Ilmu penyakit
Dalam . Jakarta: EGC.
Pudjiadi, M. (2009). Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika laporan kasus.
Ilmu Kesehatan
Herdman,T.Heather.2015.Nanda International Inc.diagnosis keperawatan :
definisi & klasifikasi 2015-2017.ed.10.Jakarta:EGC.
Bulechek G.M.,Butcher H.K.,Dochterman J.M.,Wagner C.2013.Nursing
Interventions Classifications ( NIC ) .6th edition.Mosby:Elsevier Inc.
Moorhead,S.,Johnson.M.,Maas.M.L., Awanson.E.,2013. Nursing Outcomes
Classifications ( NOC ).6th edition.Mosby:Elsevier Inc.
Mansjoer A, dkk. Tenggorok dalam kapita selekta kedokteran, Jilid I, Edisi
ketiga, Media Aeskulapius FKUI ; 2000
Tamtam, t. Askep Parotitis. Diambil kembali dari www.academia.edu:
https://www.academia.edu/27326098/ASKEP_Parotitis

You might also like