Professional Documents
Culture Documents
MUMPS ( GONDONGAN )
B. Penyebab
Penyakit Mumps atau gondongan merupakan salah satu penyakit
menular dengan cara kontak langsung,dopler/percikan air liur, muntah ataupun
air urine enderita sebelumnya yang di sebabkan oleh virus Paramyxovirus.
Adapun orang – orang yang rentang atau beresiko terserang maupun
tertular penyakit ini adalah adalah mereka yang menggunakan atau
mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormone kelejar tiroid
dan pada orang-orang yang kekurangan zat iodium dalam tubuh.
D. Klasifikasi
Penyakit Mumps dapat klasifikasi sebagai berikut :
a. Mumps kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada
usia antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak. Kambuhan dapat
diartikan dengan penderita sebelumnya telah terinfeksi virus kemudian
kambuh lagi.
b. Mumps akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak,
kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai
akibat pasca-vedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan
penderita usia lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama
dan adanya gangguan dehidrasi.
E. Epidemiologi
Mumps merupakan penyakit endemic pada populasi penduduk urban.
Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur
dengan saliva, dan urin. Penyakit ini dapat terjadi di semua usia tetapi 85%
kasus terjadi pada masa anak berusia kurang dari 15 tahun dengan proporsi
tertinggi pada usia 5-9 tahun. Dilaporkan juga hampir di seluruh
dunia,demikian juga di Indonesia resiko anak terkena gondong mungkin masih
tinggi. Gondong masih endemik di banyak Negara di seluruh dunia, sedangkan
vaksin MMR digunakan hanya 57% dari Negara-negara yang menjadi anggota
Organisasi Kesehatan Dunia, terutama di Negara-negara maju. Dalam Inggris
dan Wales, sebuah epidemiologi gondok yang dimulai pada 2005 telah
dilaporkan 56.390 kasus kematian
F. Patofisiologi
Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Kemudian Virus
bereplikasi pada mukosa saluran napas atas dan menyebar ke kelenjar limfa
local serta diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang
berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah
kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.
Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan
adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga
terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi
viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di
jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid.
Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi
pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui
dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.
Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari
sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24
jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan
menghilang (Sumarmo,2008).
Akibat dari terinfeksi pada kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari
penderita akan mengalami demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot
(Mansjoer, 2000). Selanjutnya dalam 3 hari berikutnya akan terjadi
pembengkakan pada kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian
bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan.
G. Pencegahan
Pencegahan pada penyakit Mumps dapat dilakukan dengan cara
vaksinasi pada masa anak-anak. Vaksinasi Mumps atau gondongan biasanya
terdalam bentuk kombinasi dengan campak dan rubella (MMR) yang
disuntikan lewat otot paha atau lengan atas.
I. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan laboratorium selain leucopenia dengan limfosis relative,
didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai
puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam
satu minggu. Jika penderita tidak menampakan pembengkakan kelenjar
dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit mumps
biasanya dokter akan mengintruksikan pemeriksaan lebih lanjut seperti serum
darah, sekurang-kurangnya uji serum ( serologic) untuk membuktikan spesifik
mumps antibodies : complememt fixation (HI), Virus Neutralizing antibodies
(NT).
J. Penatalaksanaan.
Mumps atau Parotitis merupakan salah satu penyakit yang bersifat
sembuh atau hilang sendiri (self-limited) yang berlangsung kurang lebih dalam
1 (satu) minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus “Mumps” Sehingga
pengobatan Mumps atau parotitis seluruhnya bersifat pengobatan simptomatis
dan suportif.
Pasien dengan Mumps atau parotitis harus ditangani dengan kompres
hangat, sialagog seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan
intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya
asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami
dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai. Berikut
penatalaksanaan yang sesuai dengan kasus yang diderita :
1) Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan
umum cukup baik).
a) Istirahat yang cukup, di berikan kompres
b) Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c) Medikamentosa : Analgetik-antipiretik
2). Penderita rawat inap
a) Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi.
b) Diet lunak, cair dan tidak kering
c) Analgetik-antipiretik
d) Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
K. Pathway Mumps/Parotitis
Virus Pamyxovirus
Orkitis
Ovoritus
Hipertermia Kontak langsung
Ensefalitis
Potensial Pankreatitis
Virus menumpuk dalam tubuh Komplikasi
Demam nefritis, artritis
Poliferasi
Panas Di kelenjar
Viremia (virus ikut aliran darah) Tiroiditis
tiroid
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan patofisiologi dan gejala klinis yang ditimbulkan, maka beberapa
diagnosa keperawatan yang ada pada penderita penyakit Mumps antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2. Hipertermia berhubungan dengan Penyakit
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan.
C. Rencana Intervensi Keperawatan
Pemberian Makan
1. Identifikasi diet yang disarankan.
2. Sediakan Pereda nyeri yang adekuat sebelum waktu makan dengan tepat.
3. Identifikasi adanya refleks menelan, jika diperlukan.
4. Sediakan air minum pada saat makan, jika diperlukan.
5. Hindari mengalihkan perhatian pasien saat menelan.
DAFTAR PUSTAKA