You are on page 1of 38

Definisi evaporator, fakfor yang mempengaruhi

evaporasi, faktor yang mempengaruhi operasi


penguapan, tipe" evaporator, metode operasi
evaporator, metode perhitungan perpindahan massa
dan panas singgl effect evaporator, aliran counter
current dan co current pada evaporator
-sub bab evaporasi bab 2 dari mbak fio.

Rumusan masalah evaporasi :


1.bagaimana menghitung perpindahan massa dan panas
pada proses falling film evaporasi?
2. Bagaimana pengaruh flowrate aliran x L/jam pada
aliran co current dengan konsentrasi akhir pada proses
evaporasi falling film evaporator?
3. Bagaimana pengaruh flowrate aliran x L/jam pada
aliran counter current dengan konsentrasi akhir pada
proses evaporasi falling film evaporasi?.
Tolong kasi tau yg lain ya, makasi

LAPORAN EVAPORASI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan
pelarut. Proses evaporasi akan menurunkan aktivitas air dalam bahan hasil pertanian, penurunan aktifitas
air ini akan membuat bahan lebih awet karena proses pertumbuhan pada mikroba akan terhambat. Bahan
hasil pertanian merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Oleh karena itu butuh
penanganan lebih lanjut seprti evaporasi. Contoh produk hasil evaporasi adalah jam, jelly, gula pasir,
kecap dan susu kental manis.

Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air, evaporasi juga dapat
meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan memperkecil volume larutan
sehingga akan menghemat biaya pengepakan, penyimpanan, dan transportasi.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah yang didapatkan berdasarkan latar belakang diatas adalah:
-Bagaimana cara menghitung luas permukaan daun?

- Bagaimana cara mengetahui kecepatan evaporasi dari lembaran daun?

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung luas permukaan daun dan mengetahui kecepatan
evaporasi dari lembaran daun.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan
pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan
sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air aw (Praptiningsih
1999).

Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk:

 Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagai
contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu sebelum proses
kristalisasi, spray drying, drum drying dan lainnya

 Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan


dan transportasi

 Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga
bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis (Wirakartakusumah,
1989)

Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, alat evaporasi mempunyai
dua fungsi, yaitu merubah panas dan memindahkan uap yang terbentuk dari bahan
cair. Ketentuan-ketentuan penting pada praktek evaporasi adalah :

1. Suhu maksimum yang diperkenankan yaitu sebagian besar dibawah 212


F.
2. Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas, untuk
mempertahankan koefisien pindah panas yang tinggi dan untuk menghindari
setiap pemanasan global yang terlalu tinggi.
3. Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena
meningkatnya jumlah bahan yang tidak terlarut.
4. setiap kecenderungan untuk berbusa yang mempersulit pemisahan
bahan cair dengan uap
(Earle, 1982).

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada proses


evaporasi adalah :

a. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan

b. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan

c. Suhu maksimu yang dapat dicapai


d. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan

e. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.

(Earle, 1969)

Sedangkan menurut Buckle (1987), dalam prakteknya ada beberapa faktor


yang harus diperhatikan selama proses penguapan meliputi :

1. sirkulasi udara sehingga proses penghantaran panas tinggi.


2. terjadinya kenaikan viskositas
3. terbentuknya deposit pada evaporator
4. kehilangan aroma
kelarutan zat padat.

Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah panas, kemudian
panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan sehingga suhu larutan akan naik sampai
mencapai titik didih. Steam masih digunakan atau disuplay sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di
dalam evaporator terdapat 3 bagian, yaitu:

1. Alat pemindah panas

Berfungsi untuk mnsuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan suhu) maupun panas laten pada
proses evaporasi. Sebagai medium pemanas umumnya digunakan uap jenuh.

2. Alat pemisah

Berfungsi untuk memisahkan uap dari cairan yang dikentalkan.

3. Alat pendingin

Berfungsi untuk mengkondnsasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin ini bisa ditiadakan bila
sistem bekerja pada tekanan atmosfer (Gaman, 1994).

Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam proses evaporasi

Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain perubahan
viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi, terjadinya pencokelatan dll.

Pemekatan dapat dilakukan melalui penguapan, proses melalui membrane, dan pemekatan
beku. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan panas ke bahan bermacam-macam bentuk dan
jenisnya. Penggunaan bermacam-macam peralatan ini akan berpengaruh pada kemudahan penguapan
dan retensi zat gizi. Pada waktu air menguap dan larutan menjadi pekat, terjadi beberapa perubahan
penting. Pertama zat terlarut reaktif menjadi lebih pekat dan laju kerusakan kimiawi dapat meningkat.
Kedua terjadikenaikan titik didih. Ketiga viskositas larutan meningkat dengan tajam, jika viskositas
meningkat, maka cairan menjadi sulit dipanaskan. Kesulitan ini menyebabkan penyebaran suhu yang tidak
seragam sehingga dapat terjadi bercak panas dan hangus. Hal ini sangat mempengaruhi retensi zat gizi.
Sebagai contoh adalah susu dan produk olahannya yang merupakan produk umum dengan kadar protein
tinggi yang dipekatkan. Karena adanya gula reduksi kerusakan terjadi pada lisin. Hasil riset tahum 1960
menunjukkan bahwa pada susu kental manis yang diolah dengan retort pada suhu 113° C Selma 15 menit,
retensi lisin yang tersedia adalah 80%. Sedangkan pada susu kental manis yang tidak diolah dengan retort
retensi lisin yang tersedia adalah 97%. Kerusakan vitamin pada proses pemekatan hamper tidak terjadi
selama proses pemekatan itu dilakukan dengan benar. Sari buah yang dikentalkan pada suhu rendah
menunjukkan retensi menunjukkan retensi vitamin C sebesar 92 – 97%. Thiamin adalah perkecualian,
selama pemekatan zat ini dapat mengalami susut sebesar 14 – 27%. Retensi zat gizi juga dipengaruhi oleh
lama waktu pemanasan larutan di dalam evaporator. Semakin lama lama pemanasan maka retensi zat gizi
semakin menurun (Tejasari, 1999)

Besarnya suhu dan tekanan evaporator sangat berpengaruh terhadap proses penguapan cairan.
Semakin tinggi maka semakin cepat proses evaporasi, tetapi dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan
yang dapat menurunkan kualitas bahan (Gaman, 1994).
V. PEMBAHASAN

Evaporasi merupakan proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut.
Dalam proses evaporasi, evaporator memiliki dua fungsi yaitu memindahakan panas dan memisahkan uap
yang terbentuk dari campuran cairannya. Pada dasarnya sistem evaporator terdiri dari alat pemindah
panas yang berfungsi untuk mensuplai panas, baik panan sensibel ( untuk menaikkan suhu) maupun panas
laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas, umumnya digunakan uap jenuh. Alat pemindah
uap berfungsi untuk memisahkan uap air dari cairan yang dikentalkan, sedangkan alat pendingin berfungsi
untuk mengkondensasikan uap dan memisahkannya. Untuk mengkondensasikan uap dapat digunakan
kondensor.
Evaporasi adalah proses pemekatan larutan dan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut
(Praptingsih, Yulia: 1999). Ada beberapa perubahan yang terjadi selama pross evaporasi antara lain,
peningkatan viskositas, kehilangan aroma dan warna, kerusakan beberapa komponen gizi dan
pencoklatan. Adapun faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu, tekanan, viskositas cairan, dan
adanya kerak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaporasi terhadap kecepatan penguapan, perubahan


komponen kimia bahan pangan dan lainnya :

1. Suhu dan Tekanan

Suhu evaporasi berpengaruh pada kecepatan penguapan. Makin tinggi suhu evaporasi maka
penguapan yang terjadi semakin cepat. Namun, penggunaan suhu yang tinggi dapat menyebabkan
beberapa bahan yang sensitive terhadap panas mengalami kerusakan. Untuk memperkecil resiko
kerusakan tersebut maka suhu evaporasi yang digunakan harus rendah. Suhu evaporasi dapat
diturunkan dengan menurunkan tekanan evaporator.

2. Lama Evaporasi

Makin tinggi suhu evaporasi maka penguapan yang terjadi semakin cepat. Semakin lama evaporasi
yang terjadi maka semakin banyak zat gizi yang hilang dari bahan pangan. Suhu evaporasi seharusnya
dilakukan serendah mungkin dan waktu proses juga dilakukan sesingkat mungkin (Wirakartakusumah,
1989)

3. Luas permukaan

Dengan lebih luasnya permukaan bahan maka semakin luas pula permukaan bahan pangan yang
berhubungan langsung dengan medium pemanasan dan lebih banyak air yang dapat keluar dengan
cepat dari bahan makanan sehingga evaporasi semakin cepat. Semakin cepat evaporasi yang terjadi
maka semakin banyak air dan bahan pangan sensitive panas yang hilang dari bahan pangan.

4. Jenis Bahan dan Viskositas Cairan

Jenis bahan juga mempengaruhi teknik evaporasi yang digunakan. Seperti halnya pada pembuatan
sari buah yang sangat pekat yang cepat sekali meningkat viskositasnya ketika dipanaskan, sehingga
diperlukan perlakuan khusus untuk menurunkan kekentalannya misalnya dengan menggunakan
teknik ultrasonic. Sebagian jenis makanan ada yang mengandung komponen yang sangat korosif
terhadap permukaan alat penukar panas, sehingga sebaiknya menggunakan bahan dari stainless steel
dalam pembuatan alat evaporasi (Wirakartakusumah, 1989). Makin tinggi viskositas cairan, tingkat
sirkulasi akan menurun, sehingga menurunkan koefisien transfer panas. Hal ini akan menghambat
proses penguapan. Selama proses evaporasi viskositas larutan akan mengalami kenaikan karena
meningkatnya konsentrasi.

5. Adanya kerak

Selama proses evaporasi adanya padatan yang tersuspensi dalam cairan akan menimbulkan kerak
pada evaporator. Adanya kerak tersebut menyebabkan koefisien transfer panas mengalami
penurunan sehingga proses penguapan terhambat.

Adapun tujuan dari evaporasi pada pengolahan hasil pertanian adalah untuk :

1. Meningkatkan larutan sebelum diproses lebih lanjut, misalnya pada pengolahan gula diperlukan proses
pemgentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi

2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan
transpor

3. Menurunkan aktivitas air (aw)

Suhu evaporasi sangat berpengaruh terhadap warna larutan. Semakin tinggi suhu evaporasi maka
warna akan semakin pudar (Winarno, F.G: 2002). Karoten merupakan campuran dari beberapa senyawa
alfa, beta, dan gama karoten karoten merupakan hidrokarbon atau turunannya yang terdiri dari beberapa
unit isoprena (suatu diena). Karoten peka terhadap panas dan larut dalam air. Apabila dipanaskan karoten
akan rusak sehingga dapat mengubah warna larutan tidak seperti aslinya.

Semakin tinggi tingkat kepekatan larutan maka proses evaporasi juga semakin berjalan lambat.
Hal ini disebabkan karena tingginya viskositas larutan dapat menyebabkan tingkat sirkulasi menjadi turun
sehingga menurunkan koefisien transfer panas. Hal ini yang dapat menghambat proses penguapan. Suhu
evaporasi yang tinggi dapat mempercepat proses evaporasi sebab proses pemanasan dapat
meningkatkan viskositas karena konsentrasi juga semakin meningkat. Namun apabila suhu evaporasi
terus-menerus dinaikan maka kecepatan evaporasi juga tidak dapat dinaikan sebab larutan mempunyai
viskositas yang tinggi dan konsentrasinya juga sudah tinggi sehingga proses penguapan semakin lambat
dan proses evaporasi juga berjalan lambat (Buckle, 1987).

Perubahan yang terjadi pada proses evaporasi, selama proses evaporasi terjadi perubahan yang
di kentalkan perubahan tersebut dapat memberikan efek yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Beberapa perubahan tersebut antara lain:

a) Peningkatan viskositas.

Selama proses evaporasi terjadi penguapan pelarut sehingga konsentrasi larutan meningkat akibatnya
viskositas larutan juga meningkat. Peningkatan konsentrasi larutan menyebabkan terjadi kenaikan titik
didih. Suhu penguapan titik didih larutan lebih tinggi daripada pelarut murni pada tekanan yang sama,
larutan yang makin pekat titik didih makin tinggi.

Larutan yang semakin pekat, maka semakin tinggi titik didihnya. Peningkatan konsentrasi ditandai dengan
kenaikan derajat brix pada larutan. Sebagai contoh pada pengolahan gula merah karena proses evaporasi
terjadi peningkatan derajat brix dari 15-18° brix menjadi 70° brix.

b) Kehilangan aroma atau warna

Komponen aroma dan flavor pada beberapa bahan cairan seperti pada jus buah lebih mudah menguap
daripada air. Jika bahan tersebut dievapoasi akan menyebabkan penurunan kualitas pada konsentrat yang
dihasilkan. Hal ini dapat dicegah dengan cara memisahkan komponen yang mudah menguap dengan cara
destilasi fraksional. . Dari hasil destilasi diperoleh essens. Selanjutnya essens tersebut dicampurkan lagi
pada konsentrat

c) Pencoklatan.

Beberapa bahan yang banyak mengandung gula pada proses evaporasi akan mengalami pencoklatan.
Pencoklatan akan lebih intensif bila proses evaporasi dilakukan pada suhu tinggi atau pada kondisi basa
(pH tinggi). Pencoklatan terjadi karena reaksi maillard atau karena karamelisasi. Pada beberapa
pengolahan terjadinya pencoklatan selama proses evaporasi memang dikehendaki seperti misalnya pada
pengolahan gula kelapa, kecap dan sebagainya. Namun demikian, pencoklatan yang berlebihan dapat
menurunkan kualitas produk yang dihasilkan. Pada beberapa pengolahan seperti pengolahan susu, gula
pasir dan lainnya proses pencoklatan evaporasi tidak diinginkan. Untuk mencegah terjadinya pencoklatan
tersebut proses evaporasi dilakukan pada suhu rendah. Hal ini dapat dicapai dengan menurunkan tekanan
evaporator dan api di bawah tekanan atmosfir (vakum). Proses evaporasi pada pH rendah juga dapat
mengurangi terjadinya pencoklatan namun akan menyebabkan terjadinya inverse sukrosa (Praptiningsih,
1999)

d) Pembentukkan buih.

Pembentukkan buih pada proses evaporasi dapat menghambat transfer panas.

e) Kerusakan bahan.

Pada proses evaporasi yang terjadi pada bahan-bahan yang peka terhadap panas akan mengakibatkan
kerusakan bahan. Beberapa komponen gizi yang sensitif terhadap panas akan mengalami kerusakan pada
proses evaporasi yang dilakukan pada suhu tinggi. Beberapa komponen gizi tersebut antara lain adalah
vitamin C, vitamin A, protein dan sebagainya

f) Pembentukkan kerak.
(Yulia, 2002).

Sebagian besar kandungan dari larutan gula 40% yang digunakan dalam percobaan adalah sukrosa
yang merupakan komponen monosakarida yang pada umumnya memiliki dapat mengalami karamelisasi
jika dipanaskan pada suhu yang melebihi titik didihnya. Warna coklat yang terjadi pada larutan gula yang
dipanaskan akan semakin gelap dan larutan menjadi semakin pekat (karena pemanasan menyebabkan
tingginya viskositas larutan) bila pemanasan dilakukan semakin lama. Hal ini dapat dilihat dari data
pengamatan dimana pada perlakuan pemanasan selama 15 menit warna larutan semakin gelap dan
kepekatan yang diamati dari pengukuran dengan menggunakan refraktometer pada perlakuan setelah
pemanasan 15 menit adalah 34 (memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya)

VI. KESIMPULAN dan SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, yaitu:

1. Evaporasi adalah proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan larutan.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam evaporasi:

(a) Suhu dan tekanan,

(b) Viskositas cairan,

(c) Adanya kerak.

3. Perubahan yang terjadi pada proses evaporasi:

(a) Peningkatan viskositas,

(b) Kehilangan aroma,

(c) Pencoklatan,

(d) Pembentukkan buih.

(e) Kerusakan bahan.

(f) Pembentukkan kerak.

4. Adapun tujuan dari evaporasi pada pengolahan hasil pertanian adalah untuk :

1. Meningkatkan larutan sebelum diproses lebih lanjut, misalnya pada pengolahan gula diperlukan
proses pemgentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi
2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan
transpor

3. Menurunkan aktivitas air (aw)

5. Pada perlakuan pemanasan selama 15 menit warna larutan semakin gelap dan kepekatan yang diamati
dari pengukuran dengan menggunakan refraktometer pada perlakuan setelah pemanasan 15 menit
adalah 34 nilai tersebut merupakan nilai paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A dkk. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gaman, P. M. 1994. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yokyakarta: UGM Press.

Poedjiadi, anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Praptiningsih, Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. FTP UNEJ: Jember.

Winarno, F. G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yulia. 2002. Teknologi Pengolahan Pangan. FTP Unej: Jember.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau


menguapkan pelarut. Proses evaporasi akan menurunkan aktivitas air dalam bahan hasil
pertanian, penurunan aktifitas air ini akan membuat bahan lebih awet karena proses
pertumbuhan pada mikroba akan terhambat. Bahan hasil pertanian merupakan bahan pangan
yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Oleh karena itu butuh penanganan lebih lanjut seprti
evaporasi. Contoh produk hasil evaporasi adalah jam, jelly, gula pasir, kecap dan susu kental
manis.

Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air, evaporasi juga dapat
meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan memperkecil volume
larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan, penyimpanan, dan transportasi.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakan praktikum kali ini yaitu :

1.2.1 Mempelajari kesetimbangan massa pada proses evaporasi.

1.2.2 Mengetahui konstanta laju evaporasi

1.2.3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan
pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan
sebelum proses lebih lanjut, volume larutan, menurunkan aktivitas air aw(Praptiningsih 1999).

Mesin evaporator vakum (vacuum evaporator) adalah mesin yang biasa dipakai oleh untuk
mengurangi kadar air suatu bahan berbentuk cair. Prinsip kerja dari mesin ini adalah tanpa pemanasan
langsung, suhu bisa diatur sesuai dengan keinginan. Penggunaan suhu rendah disertai dengan vakum,
akan menjaga nutrisi / gizi produk tidak hilang atau rusak (Anonim1, 2010).

Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk (Wirakartakusumah,


1989):

1. Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagai contoh pada
pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi, spray drying,
drum drying dan lainnya.
2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan
transportasi.

3. Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga bahan
menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis.

Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, alat evaporasi mempunyai dua fungsi, yaitu
merubah panas dan memindahkan uap yang terbentuk dari bahan cair. Ketentuan-ketentuan penting
pada praktek evaporasi adalah (Earle, 1982) :

1. Suhu maksimum yang diperkenankan yaitu sebagian besar dibawah 212 F.

2. Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas, untuk mempertahankan koefisien
pindah panas yang tinggi dan untuk menghindari setiap pemanasan global yang terlalu tinggi.

3. Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena meningkatnya jumlah bahan yang
tidak terlarut.

4. setiap kecenderungan untuk berbusa yang mempersulit pemisahan bahan cair dengan uap.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada proses evaporasi
adalah (Earle, 1969) :

a. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan

b. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan

c. Suhu maksimu yang dapat dicapai

d. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan

e. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.

Sedangkan menurut Buckle (1987), dalam prakteknya ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan selama proses penguapan meliputi :

1. sirkulasi udara sehingga proses penghantaran panas tinggi.

2. terjadinya kenaikan viskositas

3. terbentuknya deposit pada evaporator

4. kehilangan aroma

Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah panas, kemudian
panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan sehingga suhu larutan akan naik sampai
mencapai titik didih. Steam masih digunakan atau disuplay sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di
dalam evaporator terdapat 3 bagian, yaitu(Gaman, 1994):

1. Alat pemindah panas

Berfungsi untuk Mensuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan suhu) maupun panas laten
pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas umumnya digunakan uap jenuh.

2. Alat pemisah

Berfungsi untuk memisahkan uap dari cairan yang dikentalkan.

3. Alat pendingin

Berfungsi untuk mengkondnsasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin ini bisa ditiadakan bila
sistem bekerja pada tekanan atmosfer

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1.1. Tabel Hasil Pengamatan Tekanan 200 mmHg

m Receiving Flask : 309,91 gram massa larutan awal + sample flask : 352,91 gram

m Sample Flask : 160,57 gram

V Larutan garam : 175 ml

m Larutan garam : 192,34 gram

m garam : 30 gram

t P (mmHg) P (KPa) Tpanas Tdingin ma diuapkan brix (%) ma diuapkan


(Sekon) ( g) +receiving flash (g)

0 200 26,664 72 18 0 17,0 309,91

300 203,9 27,184 70 19 0,01 17,0 309,92

600 219,3 29,238 70 17 0,56 17,1 310,47

900 238,3 31,771 72 17 0,51 17,2 310,42

1200 194,6 25,945 71 18 0,98 17,5 310,89

1500 234,5 31,264 71 16 3,03 17,9 312,94


1800 224 29,864 70 18 3,04 18,2 312,95

2100 194,6 25,945 71 19 3,05 18,1 312,96

2400 204,2 27,224 72 20 3,01 17,9 312,92

Tabel 4.1.2. Tabel Hasil Pengamatan Tekanan 100 mmHg

m Receiving Flask : 310,16 gram massa larutan awal + sample flask : 352,68 gram

m Sample Flask : 161,45 gram

V Larutan garam : 175 ml

m Larutan garam : 191,23 gram

m garam : 30 gram

t P P (KPa) Tpanas Tdingin ma Brix(%) ma diuapkan


(sekon) (mmHg) diuapkan (g) +receiving flash (g)

0 100 13,332 71 17 0 17,6 310,16

300 115 15,332 71 17 3,02 17,7 313,18

600 117,5 15,665 70 18 8,4 18,1 318,56

900 120,7 16,092 72 20 14,05 18,8 324,21

1200 196,6 26,211 71 16 20,27 19,6 330,43

1500 106,8 14,239 70 18 28,34 20,7 338,5

1800 103,6 13,812 72 19 35,45 21,8 345,61

2100 120 15,999 70 19 40,01 22,6 350,17

2400 122,2 16,292 72 17 45,41 23,5 355,57

4.2 Analisa Data

Tabel 4.2.1 Tabel Hasil Perbandingan Perubahan Kadar Brix 100 mmHg Tabel 4.2.2 Tabel Hasil
Perbandingan Kadar Brix 200 mmHg
Tekanan 100 mmHg
t (sekon)
B0 (%) Bt (%) B0/Bt

0 17,6 1

300 17,7 0,994

600 18,1 0,97

900 18,8 0,936

1200 17,6 19,6 0,90

1500 20,7 0,85

1800 21,8 0,807

2100 22,6 0,779

2400 23,5 0,749

t Tekanan 200 mmHg


(sekon) B0 (%) Bt (%) B0/Bt

0 17,0 1

300 17,0 1

600 17,1 0,9942

900 17,2 0,9884

1200 17,0 17,5 0,9714

1500 17,9 0,9497

1800 18,2 0,934

2100 18,1 0,939

2400 17,9 0,950

Tabel 4.2.3 Tabel Hasil Penguapan Evaporasi 100 mmHg Tabel 4.2.4 Tabel Hasil Penguapan
Evaporasi 200 mmHg
Tekanan 100 mmHg
t (sekon)
M0 (g) Ma diuapkan (g) Mt (g) Mt-M0

0 0 191,23 0

300 3,02 188,21 -3,02

600 8,4 182,83 -8,4

900 14,05 177,18 -14,05

1200 191,23 20,27 170,96 -20,27

1500 28,34 162,89 -28,34

1800 35,45 155,78 -35,45

2100 40,01 151,22 -40,01

2400 45,41 145,82 -45,41

t Tekanan 200 mmHg


(sekon)
M0 (g) Ma diuapkan (g) Mt (g) Mt-M0

0 192,34 0 192,34 0

300 0,01 192,33 -0,01

600 0,56 191,78 -0,56

900 0,51 191,83 -0,51

1200 0,98 191,36 -0,98

1500 3,03 189,31 -3,03

1800 3,04 189,3 -3,04

2100 3,05 189,29 -3,05

2400 3,01 189,33 -3,01


Gambar 1. Grafik perbandingan laju evaporasi

Tabel 4.2.5 Tabel Hasil Laju Perubahan Konsentrasi Larutan 100 mmHg

Tekanan 100 mmHg


t (s) M0 (g) m larutan
mb (g) ma (g) Ct C0 Ct-C0
(g)

0 191,23 161,2 15,688% 0,000%

300 188,21 158,2 15,940% 0,252%

600 182,83 152,8 16,409% 0,721%

900 177,18 147,2 16,932% 1,244%

1200 191,23 30 170,96 141 17,548% 15,7% 1,860%

1500 162,89 132,9 18,417% 2,729%

1800 155,78 125,8 19,258% 3,570%

2100 151,22 121,2 19,839% 4,151%

2400 145,82 115,8 20,573% 4,885%


Tabel 4.2.6 Tabel Hasil Laju Perubahan Konsentrasi Larutan 200 mmHg

M0 Tekanan 200 mmHg


t (s)
(g) Mb (g) Mt (g) Ma (g) Ct C0 Ct-C0

0 192,34 162,34 15,597% 0,000%

300 192,33 162,33 15,598% 0,001%

600 191,78 161,78 15,643% 0,046%

900 191,83 161,83 15,639% 0,041%

1200 192,3 30 191,36 161,36 15,677% 15,597% 0,080%

1500 189,31 159,31 15,847% 0,250%

1800 189,3 159,3 15,848% 0,250%

2100 189,29 159,29 15,849% 0,251%

2400 189,33 159,33 15,845% 0,248%

Gambar 2. Grafik Laju Perubahan Konsentrasi Larutan


Tabel 4.2.7 Tabel Hasil Panas yang dibutuhkan untuk penguapan 100 mmHg

Tekanan 100 mmHg


t T panas
T panas hfg dM/dT Q
rata-rata

0 71

300 71

600 70

900 72

1200 71 71,00 2331,4 -0,018 -41,965

1500 70

1800 72

2100 70

2400 72

Tabel 4.2.8 Tabel Hasil Panas yang dibutuhkan untuk penguapan 200 mmHg

Tekanan 200 mmHg


t T panas
T panas hfg dM/dT Q
rata-rata

0 72

300 70

600 70

900 72

1200 71 71,00 2331,4 -0,001 -2,331

1500 71

1800 70

2100 71

2400 72
Contoh perhitungan

1. Menentukan Perbandingan Perubahan Kadar Brix Evaporasi

Pi : 100 mmHg (menit ke 25)

Bo = 17,6 % Bt = 20,7 %

Bo/Bt = 17,6/20,7 = ,085

Pi : 200 mmHg (menit ke 25)

Bo = 17 % Bt = 17,9 %
Bo/Bt = 17 / 17,9 = 0,95

2. Menentukan Laju Evaporasi

Pi : 100 mmHg (menit ke 25)

Mt = mo – ma = 191,23 – 28,34 = 162,89

Mt-mo = 162,89 - 191,23

= -28,34

Pi : 200 mmHg (menit ke 25)

Mt = mo – ma = 192,34 – 3,03 = 189,31

Mt-mo = 189,31 – 192,34

= -3,03
Berdasarkan gambar 1. Grafik laju penguapan evaporasi diperoleh nilai k pada tekanan 100 mmHg
sebesar 0,0186 dan pada tekanan 200 mmHg sebesar 0,0014.

3. Menentukan Laju perubahan konsentrasi larutan

P = 100 mmHg ( menit ke 25)

Mt = Mo-ma,

= 191,23-28,34 = 162,89

Co = mb/Mo x 100% = 30/191,23 x 100% = 15,7%

mb = Co x Mo / 100%

= 15,7 x 191,23 /100 = 30

Ct = mb/mb+ma x 100 %

= 18,417 %

P = 200 mmHg ( menit ke 25)

Mt = Mo-ma,

= 192,34-3,03 = 189,31

Co = mb/Mo x 100% = 30/192,34 x 100% = 15,597%

mb = Co x Mo / 100%

= 15,597 x 192,34 /100 % = 30

Ct = mb/mb+ma x 100 %

= 15,847 %

Berdasarkan gambar 2. Grafik laju perubahan konsentrasi larutan diperoleh nilai k pada tekanan
100 mmHg sebesar 0,00002 dan pada tekanan 200 mmHg sebesar 0,000001.

4. Menentukan Panas yang Dibutuhkan untuk Penguapan

P = 100 mmHg ( menit ke 25)

Q = hfg x dM/dt

= 2331,4 x (-0,018)
= -41,965

P = 200 mmHg ( menit ke 25)

Q = hfg x dM/dt

= 2331,4 x (-0,001)

= -2,331

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1.1. Tabel Hasil Pengamatan Tekanan 200 mmHg

m Receiving Flask : 309,91 gram massa larutan awal + sample flask : 352,91 gram

m Sample Flask : 160,57 gram

V Larutan garam : 175 ml

m Larutan garam : 192,34 gram

m garam : 30 gram

t P (mmHg) P (KPa) Tpanas Tdingin ma diuapkan brix (%) ma diuapkan


(Sekon) ( g) +receiving flash (g)

0 200 26,664 72 18 0 17,0 309,91

300 203,9 27,184 70 19 0,01 17,0 309,92

600 219,3 29,238 70 17 0,56 17,1 310,47

900 238,3 31,771 72 17 0,51 17,2 310,42

1200 194,6 25,945 71 18 0,98 17,5 310,89

1500 234,5 31,264 71 16 3,03 17,9 312,94

1800 224 29,864 70 18 3,04 18,2 312,95

2100 194,6 25,945 71 19 3,05 18,1 312,96

2400 204,2 27,224 72 20 3,01 17,9 312,92


Tabel 4.1.2. Tabel Hasil Pengamatan Tekanan 100 mmHg

m Receiving Flask : 310,16 gram massa larutan awal + sample flask : 352,68 gram

m Sample Flask : 161,45 gram

V Larutan garam : 175 ml

m Larutan garam : 191,23 gram

m garam : 30 gram

t P P (KPa) Tpanas Tdingin ma Brix(%) ma diuapkan


(sekon) (mmHg) diuapkan (g) +receiving flash (g)

0 100 13,332 71 17 0 17,6 310,16

300 115 15,332 71 17 3,02 17,7 313,18

600 117,5 15,665 70 18 8,4 18,1 318,56

900 120,7 16,092 72 20 14,05 18,8 324,21

1200 196,6 26,211 71 16 20,27 19,6 330,43

1500 106,8 14,239 70 18 28,34 20,7 338,5

1800 103,6 13,812 72 19 35,45 21,8 345,61

2100 120 15,999 70 19 40,01 22,6 350,17

2400 122,2 16,292 72 17 45,41 23,5 355,57

4.2 Analisa Data

Tabel 4.2.1 Tabel Hasil Perbandingan Perubahan Kadar Brix 100 mmHg Tabel 4.2.2 Tabel Hasil
Perbandingan Kadar Brix 200 mmHg

Tekanan 100 mmHg


t (sekon)
B0 (%) Bt (%) B0/Bt

0 17,6 17,6 1
300 17,7 0,994

600 18,1 0,97

900 18,8 0,936

1200 19,6 0,90

1500 20,7 0,85

1800 21,8 0,807

2100 22,6 0,779

2400 23,5 0,749

t Tekanan 200 mmHg


(sekon) B0 (%) Bt (%) B0/Bt

0 17,0 1

300 17,0 1

600 17,1 0,9942

900 17,2 0,9884

1200 17,0 17,5 0,9714

1500 17,9 0,9497

1800 18,2 0,934

2100 18,1 0,939

2400 17,9 0,950

Tabel 4.2.3 Tabel Hasil Penguapan Evaporasi 100 mmHg Tabel 4.2.4 Tabel Hasil Penguapan
Evaporasi 200 mmHg

t (sekon) Tekanan 100 mmHg


M0 (g) Ma diuapkan (g) Mt (g) Mt-M0

0 0 191,23 0

300 3,02 188,21 -3,02

600 8,4 182,83 -8,4

900 14,05 177,18 -14,05

1200 191,23 20,27 170,96 -20,27

1500 28,34 162,89 -28,34

1800 35,45 155,78 -35,45

2100 40,01 151,22 -40,01

2400 45,41 145,82 -45,41

t Tekanan 200 mmHg


(sekon)
M0 (g) Ma diuapkan (g) Mt (g) Mt-M0

0 192,34 0 192,34 0

300 0,01 192,33 -0,01

600 0,56 191,78 -0,56

900 0,51 191,83 -0,51

1200 0,98 191,36 -0,98

1500 3,03 189,31 -3,03

1800 3,04 189,3 -3,04

2100 3,05 189,29 -3,05

2400 3,01 189,33 -3,01


Gambar 1. Grafik perbandingan laju evaporasi

Tabel 4.2.5 Tabel Hasil Laju Perubahan Konsentrasi Larutan 100 mmHg

Tekanan 100 mmHg


t (s) M0 (g) m larutan
mb (g) ma (g) Ct C0 Ct-C0
(g)

0 191,23 161,2 15,688% 0,000%

300 188,21 158,2 15,940% 0,252%

600 182,83 152,8 16,409% 0,721%

900 177,18 147,2 16,932% 1,244%

1200 191,23 30 170,96 141 17,548% 15,7% 1,860%

1500 162,89 132,9 18,417% 2,729%

1800 155,78 125,8 19,258% 3,570%

2100 151,22 121,2 19,839% 4,151%

2400 145,82 115,8 20,573% 4,885%


Tabel 4.2.6 Tabel Hasil Laju Perubahan Konsentrasi Larutan 200 mmHg

M0 Tekanan 200 mmHg


t (s)
(g) Mb (g) Mt (g) Ma (g) Ct C0 Ct-C0

0 192,34 162,34 15,597% 0,000%

300 192,33 162,33 15,598% 0,001%

600 191,78 161,78 15,643% 0,046%

900 191,83 161,83 15,639% 0,041%

1200 192,3 30 191,36 161,36 15,677% 15,597% 0,080%

1500 189,31 159,31 15,847% 0,250%

1800 189,3 159,3 15,848% 0,250%

2100 189,29 159,29 15,849% 0,251%

2400 189,33 159,33 15,845% 0,248%

Gambar 2. Grafik Laju Perubahan Konsentrasi Larutan


Tabel 4.2.7 Tabel Hasil Panas yang dibutuhkan untuk penguapan 100 mmHg

Tekanan 100 mmHg


t T panas
T panas hfg dM/dT Q
rata-rata

0 71

300 71

600 70

900 72

1200 71 71,00 2331,4 -0,018 -41,965

1500 70

1800 72

2100 70

2400 72

Tabel 4.2.8 Tabel Hasil Panas yang dibutuhkan untuk penguapan 200 mmHg

Tekanan 200 mmHg


t T panas
T panas hfg dM/dT Q
rata-rata

0 72

300 70

600 70

900 72

1200 71 71,00 2331,4 -0,001 -2,331

1500 71

1800 70

2100 71

2400 72
Contoh perhitungan

1. Menentukan Perbandingan Perubahan Kadar Brix Evaporasi

Pi : 100 mmHg (menit ke 25)

Bo = 17,6 % Bt = 20,7 %

Bo/Bt = 17,6/20,7 = ,085

Pi : 200 mmHg (menit ke 25)

Bo = 17 % Bt = 17,9 %
Bo/Bt = 17 / 17,9 = 0,95

2. Menentukan Laju Evaporasi

Pi : 100 mmHg (menit ke 25)

Mt = mo – ma = 191,23 – 28,34 = 162,89

Mt-mo = 162,89 - 191,23

= -28,34

Pi : 200 mmHg (menit ke 25)

Mt = mo – ma = 192,34 – 3,03 = 189,31

Mt-mo = 189,31 – 192,34

= -3,03
Berdasarkan gambar 1. Grafik laju penguapan evaporasi diperoleh nilai k pada tekanan 100 mmHg
sebesar 0,0186 dan pada tekanan 200 mmHg sebesar 0,0014.

3. Menentukan Laju perubahan konsentrasi larutan

P = 100 mmHg ( menit ke 25)

Mt = Mo-ma,

= 191,23-28,34 = 162,89

Co = mb/Mo x 100% = 30/191,23 x 100% = 15,7%

mb = Co x Mo / 100%

= 15,7 x 191,23 /100 = 30

Ct = mb/mb+ma x 100 %

= 18,417 %

P = 200 mmHg ( menit ke 25)

Mt = Mo-ma,

= 192,34-3,03 = 189,31

Co = mb/Mo x 100% = 30/192,34 x 100% = 15,597%

mb = Co x Mo / 100%

= 15,597 x 192,34 /100 % = 30

Ct = mb/mb+ma x 100 %

= 15,847 %

Berdasarkan gambar 2. Grafik laju perubahan konsentrasi larutan diperoleh nilai k pada tekanan
100 mmHg sebesar 0,00002 dan pada tekanan 200 mmHg sebesar 0,000001.

4. Menentukan Panas yang Dibutuhkan untuk Penguapan

P = 100 mmHg ( menit ke 25)

Q = hfg x dM/dt

= 2331,4 x (-0,018)
= -41,965

P = 200 mmHg ( menit ke 25)

Q = hfg x dM/dt

= 2331,4 x (-0,001)

= -2,331

BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam proses evaporasi, massa yang masuk dalam sistem (Min) sama dengan jumlah massa yang
dihasilkan (Mout) dan massa air yang diuapkan. Dengan kata lain, proses evaporasi bertujuan
untuk mengurangi kandungan massa air dalam bahan.
2. Laju penguapan evaporasi diperoleh nilai kc pada tekanan 100 mmHg sebesar 0,0186 gr/s dan
pada tekanan 200 mmHg sebesar 0,0014 gr/s.
3. Laju perubahan konsentrasi larutan diperoleh nilai kc pada tekanan 100 mmHg sebesar 0,00002 dan pada
tekanan 200 mmHg sebesar 0,000001.

4. Panas yang dibutuh untuk penguapan larutan garam dengan tekanan 100 mmHg sebesar 41,965
J/s dan pada tekanan 200 mmHg sebesar 2,331 J/s.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010. Mesin Evaporator Vakum (Evaporator
Vacuum). URL:http://www.tokomesin.com/Mesin_Evaporator_Vakum_Untuk_Menguran
gi_Kadar_Air_Bahan_Cair.html. Diakses pada tanggal 24 April 2017 pukul 10.00 WIB.

Buckle, K. A dkk. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.


Earle, R. B. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Budaya. Yogyakarta.
Earle, R.L. 1982. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Budaya. Yogyakarta.

Gaman, P. M. 1994. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: UGM Press.

Praptiningsih, Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. FTP UNEJ: Jember.

Wirakartakusumah. 1989. Prinsip Teknik Pangan. PT Sastra Hudaya. Bogor.


5.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat

1. Evaporator

2. Gelas ukur

3. Cawan

4. Timbangan digital

5. Pipet tetes

6. Refraktometer

7. Pengaduk

8. Stopwatch

Bahan

1. Air (pelarut)

2. Garam

B. Skema Alat
Gambar 1. Skema Percobaan

Bagian – bagian evaporator :

1. Sampel flask

2. Water bath

3. Receiving flask

4. Water cooling

5. Kondensor

6. Vakum kontrol

7. Pipa spiral

8. pompa

C. Cara Kerja

Timbanglah massa gelas ukur. Kemudian, garam ditimbang sebanyak 30 gram, dan air
diukur sebnyak 170 ml. Lalu keduanya dilarutkan hingga rata dalam gelas ukur. Timbang
massa larutan dan diukur volumenya untuk menetukan densitas larutan. Ambil sampel
larutan untuk mengukur nilai brix awal(Bo) (%). Selanjutnya larutan dimasukkan kedalam
sampel flask dan dievaporasi menggunakan rotary vaccum evaporator bertekanan
200mmHg, suhu 70 derajat celsicius. Setelah tekanan awal menunjukan 200 mmHg.
Penguapan mulai dilakukan dan waktu mulai dihitung (gunakan stopwatch). Setiap 5 menit
suhu panas, suhu dingin , dan tekanan yang ditunjukan evaporator dicatat. Kemudian tabung
sampel (sample flask 0 dilepas, ditimbang dan diambil sampel larutannya (1 mL) untuk
diukur nilai brix tiap waktu(Bt) (%) menggunakan refractometer. Receiving flask diukur
beratnya untuk mengetahui massa dari air yang diuapkan. Pengamatan dilakukan selama 40
menit. Setelah selesai, dilakukan lagi pengamatan dengan menggunkan tekanan 100 mmHg
dengan cara yang sama

D. Cara Analisa Data

1. Menentukan Perbandingan Peruahan Kadar Brix Evaporasi

a. P1 = 200mmHg

Bo = a%

Bt = b%

b. P2 = 100mmHg

Bo = a% Bo : Kadar brix awal

Bt = b% Bt : Kadar brix tiap waktu

2. Menentukan Laju Penguapan Evaporasi

Keterangan:

M = Massa larutan
Mt-Mo= - K.t K = Konstanta laju penguapan

Mt-Mo= - K.t Mo = Massa awal larutan+

y a x Mt = Massa larutan saat t detik

P=200mmHg

y1=-a1x

Mt-Mo

P=250mmHg

y2=-a2x

t(detik)

dimana :

-a = slope = = Kp

3. Menentukan Laju Perubahan Konsentrasi Larutan

Mt = M0- ma Keterangan:

Mt=Massa larutan tiap t detik

ma=Massa air tiap t detik


mb=Massa bahan awal yang
dilarutkan Ct=Konsentrasi larutan tiap t detik

Co=Konsentrasi larutan awal (15%)

M0 :massa larutan awal

P1 = 200 mmHg

y1 =
a1.x
Ct-Co= - K.t Ct-Co P2 = 250 mmHg

y a x y2 = a2.x

Dimana :

-a = slope = dC/dt = Kc

4. Menentukan Panas yang Dibutuhkan untuk Penguapan

Q = hfg x dM/dt

Hfg diperoleh dari pembacaan tabel thermal properties dengan suhu dari suhu panas rata-rata.

*Tentukan satuan konstanta laju penguapan (Kp) dan konstanta perubahan konsentrasi (Kc)

You might also like