You are on page 1of 9

ANALISA INTENSITAS CURAH HUJAN MAKSIMUM TERHADAP

KEMAMPUAN DRAINASE PERKOTAAN


(Studi Kasus Drainase Jalan Sisingamangaraja Kota Sibolga)
Avril hilda lubis, Ir.Terunajaya, MS.c
Air hujan yang jatuh di suatu daerah harus dapat segera dibuang. Untuk keperluan itu
harus dibuatkan saluran - saluran guna menampung air hujan yang mengalir di permukaan
tanah dan mengalirkannya ke dalam saluran pembuangan.Saluran pembuangan ini
mengalirkan air tadi lebih lanjut ke sungai atau tempat pembuangan air lainnya. Besarnya
saluran - saluran penampung dan saluran pembuangan harus cukup untuk mengalirkan debit
air berasal dari daerah alirannya masing - masing. Demikian juga bangunan - bangunan yang
harus dibuat pada saluran itu, seperti gorong - gorong, jembatan, dan lain sebagainya harus
cukup besar untuk mengalirkan debit saluran. Untuk suatu daerah yang penting, misalnya
daerah perkantoran, daerah industri di dalam kota, lapangan terbang, umumnya dikehendaki
pembuangan air hujan secepat - cepatnya agar jangan ada gengangan air yang berarti di daerah
itu. Untuk memenuhi tujuan itu, saluran - saluran harus dibuat cukup besar sesuai dengan
banjir rencana. Berhubungan dengan itu, ukuran saluran dan bangunan - bangunan menjadi
besar dan mahal, tetapi sering hal ini merupakan suatu keharusan. Sering keadaan tanah di
daerah perkotaan tidak memungkinkan untuk membuat saluran - saluran besar. Sehubungan
dengan itu, kita terpaksa membuat ukuran saluran (beserta bangunan -bangunannya) lebih
kecil daripada ukuran menurut hujan rencana. Dalam hal ini, kalau terdapat curah hujan yang
menyamai atau melebihi hujan rencana, saluran - saluran akan meluap dan air bah
menggenangi halaman - halaman di daerah rendah disekitarnya.
Analisa Frekuensi Curah Hujan

Sistem hidrologi kadang - kadang dipengaruhi oleh


peristiwa - peristiwa yang luas biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan.
Besaran peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang
luar biasa ekstrim kejadiannya sangat langka.Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi
adalah berkaitan dengan besaran peristiwa - peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan
frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Data hidrologi yang
dianalisis tidak tergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan bersifat
statisstik.Parameter penting dalam Log Pearson Type III yaitu harga rata - rata, simpangan baku
dan koefisien kemencengan. Jika koefisien kemencengan samadengan nol maka distribusi
kembali ke distribusi Log Normal

dengan
K =variabel standar (standardized variable) yang besarnya tergantung koefisien
kemencengan G
s = standar deviasi.
Analisa Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai ketinggian curah hujan yang terjadi pada
kurun waktu dimana air hujan berkonsentrasi. Analisa intensitas curah hujan ini dapat diproses
berdasarkan data curah hujan yang telah terjadi pada tahun - tahun sebelumnya. Perhitungan
besarnya intensitas curah hujan dapat dipergunakan beberapa rumus empiris dalam
hidrologi.Rumus Mononobe dipakai apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada
hanya data hujan harian.
Dengan

I = intensitas curah hujan (mm/jam)


t = lamanya curah hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
Debit Rencana

Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh


saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan
raya, sebagai debit rencana ditetapkan debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun.
Pemikiran secara rasional ini dapat dinyatakan secara aljabar dengan:
Q = 0,278 C. I. A

Rumus Modifikasi :
Q =0,278 C.Cs.I.A
Dengan
A = luas daerah pengaliran
I = intensitas hujan,
Cs = Koefisien Penampungan,
C = angka pengaliran.

Dimensi Saluran
Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain debit
yang dialirkan oleh saluran (Qs) sama atau lebih besar dari debit debit rencana (Qp). Hubungan
ini ditunjukkan sebagai berikut:
(Qs Qp)
Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti di
bawah ini:
Qs = As. V
dengan
As = luas penampang,
V = kecepatan aliran (m/det)
Qs = debit saluran drainase (m3/det)
Qp = debit puncak/ rencana (m3/det)
Kecepatan rata - rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan Rumus
Manning sebagai berikut:

dengan v = kecepatan aliran m/det)


n = koefisien kekasaran manning,
R = jari - jari hidrolis (m)
S = kemiringan dasar saluran
A = luas penampang,
P = keliling basah saluran (m)

Kesimpulan :
Berdasarkan kajian pada Bab-Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab
banjir pada daerah sekitar Jalan Sisingamangaraja antara lain, adalah :
1. Debit Banjir Rencana (Q5 ) lima tahunan penulis jadikan acuan sebagai debit
pembanding untuk mengetahuhi fungsi saluran
2. Berdasarkan perhitungan di dapat debit aliran saluran drainase eksisting (Q) daerah
Sisingamangraja Jalan 1.034m³/det, sedangkan besaran aliran banjir puncak(Qp) daerah Jalan
Sisingamangraja 2.829m³/det. Dengan demikian bahwa sistem drainase eksisting yang ada
tidak dapat menampung debit banjir puncak.
3. Perlu dilakukan sistem jaringan drainase yang baru agar dapat menangulangi banjir di
daerah Jalan Sisingamangaraja. Berdasarkan perhitungan yang didapat bahwa dengan
mengubah dimensi saluran drainase rencana dengan mengacu pada dimensi saluran eksisting
Menghasilkan besaran debit rencana sebesar 3.276m³/det, sedangkan besaran aliran puncak
(Qp) daerah Sisingamangraja Jalan adalah 2.829m³/det, sehingga dapat dikatakan bahwa
dengan memperbesar dimensi saluran drainase rencana maka genangan air/banjir di Jalan
Sisingamangraja dapat diatasi.
4. penampang saluran eksisting daerah Jalan Sisingamangaraja lebar 1.4m, mengacu pada
dimensi saluran eksisting maka dimensi saluran rencana menjadi 2.2m.

Menghitung Intensitas Hujan Rencana dengan Rumus Mononobe

Untuk menghitung hujan rencana dengan rumus mononobe harus tersedia data hujan

harian. Bentuk umum dari rumus mononobe adalah :


Sebagai contoh kita pakai data pada pembahasan yang lalu tapi kita tambah dengan menghitung

periode hujan dengan periode ulanghujan (PUH) untuk periode 2 tahun, 5, 25, 50, dan 100

tahun lalu kita hitung curah hujannya dengan metode mononobe.

Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan tinggal ganti nilai t dengan nilai durasi waktu,

misalnya 5 menit atau sama dengan 0,08 jam dan ganti nilai R24 pada masing-masing nilai

periode ulang hujan (PUH) tahun. Hitung durasi lainnya, maka hasilnya akan seperti yang ada

dalam tabel.
Berdasarkan persamaan tersebut selanjutnya dapat dihitung intensitas hujan untuk berbagai

durasi hujan seperti yang diperlihatkan dalam tabel :

Tabel Metode Mononobe curah hujan 24 jam

Durasi 2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 25 50 100 Tahun


(Jam) Tahun Tahun
157,67 222,79 265,86 320,39 360,81 400,92
0,08 294,40 416,00 496,42 598,24 673,72 748,61
0,17 178,12 251,68 300,34 361,94 407,60 452,91
0,25 134,18 189,60 226,25 272,66 307,06 341,19
0,34 112,20 158,55 189,20 228,01 256,77 285,32
0,5 76,83 108,57 129,56 156,13 175,83 195,38
1 54,66 77,23 92,16 111,07 125,08 138,99
2 34,43 48,65 58,06 69,97 78,79 87,55
4 21,69 30,65 36,57 44,07 49,64 55,15
5 18,69 26,41 31,52 37,98 42,77 47,53

Berdasarkan data dalam tabel baru kemudian digambarkan grafik hubungan antara durasi
hujan dan intensitas.
METODE INTENSITAS CURAH HUJAN
 143 Comments

Bagi anda yang saat ini sedang mencari suatu perumusan bagaimana cara mendapatkan data intensitas curah hujan
dari curah hujan harian baik maksimum maupun yang “biasa-biasa aja”, anda dapat menemukan solusinya dengan membaca
post ini (mudah2an !!!!). Perhitungan intensitas curah hujan biasanya diperlukan sebagai bagian perumusan dalam
perhitungan debit rencana menggunakan Metode Rasional.

Naon sih eta Metode Rasional teh !, check this out :

Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran puncak (debit banjir atau debit rencana) yaitu
Metode Rasional USSCS (1973). Metode ini digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha
(Goldman et.al., 1986, dalam Suripin, 2004). Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan
yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan
waktu konsentrasi (tc). Persamaan matematik Metode Rasional adalah sebagai berikut :

Q=0,278.C.I.A

dimana :

Q : Debit (m3/detik)

0,278 : Konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km2

C : Koefisien aliran

I : Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

A : Luas daerah aliran (km2)

Di wilayah perkotaan, luas daerah pengaliran pada umumnya terdiri dari beberapa daerah yang mempunyai karakteristik
permukaan tanah yang berbeda (subarea), sehingga koefisien pengaliran untuk masing-masing subarea nilainya berbeda,
dan untuk menentukan koefisien pengaliran pada wilayah tersebut dilakukan penggabungan dari masing-masing
subarea. Variabel luas subarea dinyatakan dengan Aj dan koefisien pengaliran dari tiap subarea dinyatakan dengan C j,
maka untuk menentukan debit digunakan rumus sebagai berikut :

dimana :

Q : Debit (m3/detik)

Cj : Koefisien aliran subarea


I : Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

Aj : Luas daerah subarea (km2)

Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit rencana sangat diperlukan untuk mengetahui
kapasitas yang seharusnya dapat ditampung oleh sebuah drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan teralirkan.
Oke kita masuk ke intinya, metode yang biasa digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah sebagai berikut:

Metode Mononobe

dimana :

I : Intensitas curah hujan (mm/jam)

t : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)

R24 : Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan sebelumnya (tahapan
analisis frekuensi)

Keterangan :

R24 , dapat diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari)

Contoh kasusnya seperti ini, jika anda ingin mengetahui intensitas curah hujan dari data curah hujan harian selama 5 menit,
pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika diketahui curah hujan selama satu hari bernilai 56 mm/hari) :

Ket :

Ubah satuan waktu dari menit menjadi jam. Contoh durasi selama 5 menit menjadi durasi selama 5/60 atau selama 0,833
jam.

Gampang kan bagaimana cara mendapatkan intensitas curah hujan dari curah hujan harian. Sekarang kita masuk ke metode
kedua, yaitu :

Metode Van Breen

Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, curah hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan
jumlah curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007).
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Van Breen adalah sebagai berikut :

dimana :

IT : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)

RT : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)

Oke, dengan nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Metode Mononobe, maka perhitungan intensitas curah
hujan dengan Metode Van Breen, menghasilkan nilai sebagai berikut :

Udah liat kan, ternyata nilai intensitas curah hujan selama 5 menit dengan nilai curah hujan harian mencapai 56 mm/hari
dengan menggunakan Metode Van Breen, nilainya lebih besar dibandingkan dengan perhitungan intensitas curah hujan
menggunakan Metode Mononobe.

Oke, metode ketiga adalah sebagai berikut :

Metode Haspers dan Der Weduwen

Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa curah hujan
memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1
sampai 24 jam ( Melinda, 2007 )

Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der Weduwen adalah sebagai berikut :

dimana :

I : Intensitas curah hujan (mm/jam)

R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen

t : Durasi curah hujan (jam)

Xt : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)


Dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi dengan ditambah dengan durasi 60 menit :

Yups, yang terakhir ini agak ribet dikarenakan metode ini mempunyai dua persamaan yang berbeda tergantung durasi yang
akan dicari.

Oh, iya intensitas curah hujan sendiri dapat diartikan sebagai berikut :

Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan
waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besarnya intensitas curah hujan
berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada
umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang
sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan
yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan
ditumpahkan dari langit. (Suroso, 2006)

Oke degh …, segitu dulu post mengenai intensitas curah hujan, post berikutnya saya akan memberikan suatu cara memilih
metode perhitungan intensitas curah hujan yang cocok terhadap sebaran data curah hujan di wilayah tersebut. See You …….

You might also like