You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular

yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia, sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

menimbulkan kepanikan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan

dapat menyebabkan kematian. Demam Berdarah Dengue/Dengue

hemorrhagic fever (DHF) disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan

melalui nyamuk Aedes aegypti yang banyak ditemukan di daerah beriklim

tropis dan subtropis (Suhendro, 2006).

Kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia, tercatat masih tinggi

bahkan paling tinggi dibanding negara lain di ASEAN. Di wilayah

pengawasan WHO Asia Tenggara, Indonesia termasuk peringkat kedua

berdasarkan jumlah kasus DBD yang dilaporkan. Sejak tahun 1980 jumlah

kasus yang dilaporkan lebih dari 10.000 setiap tahunnya. Jumlah penderita

cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas menyerang tidak

hanya anak-anak tetapi juga golongan umur yang lebih tua (Suhendro, 2006).

Demam Berdarah Dengue pertamakali dilaporkan pada tahun 1968 melalui

pelabuhan Surabaya. Sejak saat itu penyakit tersebut menyebar keberbagai

daerah sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia telah

terjangkit DBD. Angka kejadian DBD meningkat dan menyebar keseluruh

daerah kabupaten di wilayah Republik Indonesia termasuk kabupaten yang

1
berada di wilayah Propinsi Timor-timur. Pada pengamatan selama kurun

waktu 20-25 tahun sejak awal ditemukan kasus DBD, angka KLB penyakit

DBD diestimasikan setiap lima tahun dengan angka kematian tertinggi pada

tahun 1968 awal ditemukan kasus DBD dan angka kejadian penyakit DBD

tertinggi pada tahun 1988 (Suhendro, 2006).

Berdasarkan data Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI (2012),

menyatakan bahwa tahun 2010 penyakit Demam Berdarah Dengue menempati

urutan kedua dari sepuluh penyakit rawat inap di Rumah Sakit dengan rincian

penderita laki-laki sebanyak 30.232 kasus (proporsi kasus 51,14%),

perempuan sebanyak 28.883 kasus (proporsi kasus 48,86%), 325 kasus

meninggal dan CFR 0,55%. Jumlah penderita DBD yang dilaporkan pada

tahun 2005 sebanyak 91.089 kasus dengan Incidance Rate (IR) tertinggi di

Propinsi DKI Jakarta yaitu 296,87/ 100.000 penduduk dan terendah Propinsi

Maluku Utara yaitu 0,1/ 100.000 penduduk sedangkan angka kematian/Case

Fatality Rate (CFR) tertinggi di Propinsi Riau sebesar 4,82%.

Di puskesmas Antah di Kecamatan Berantah tepatnya di desa Pitutur

terdapat sebuah perusahan vulkanisir ban yang berjarak 2 km dari

perkampungan memiliki angka DBD yang cukup tinggi , di wilayah tersebut

sudah ada 15 orang tenaga kerja dirawat di puskesmas karena DBD. Hal ini

disebabkan karena bahan baku (ban bekas) melebihi kapasitas gudang ,

sampah berserakan,genangan air hujan yang cukup banyak, dan hujan turun

setiap hari sehingga berpotensi menjadi sarang dari nyamuk Aedes aegypti.

2
B. RumusanMasalah

Bagaimana cara menanggulangi kejadian demam berdarah di perusahaan

vulkanisir ban di desaPitutur?

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum :

Menanggulangi kejadian demam berdarah di perusaan vulkanisir bandi

desaPitutur

2. Tujuan khusus :

a. Penatalaksanaan pasien Demam Berdarah di perusahaan vulkanisir ban

di desaPitutur

b. Pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan kerja

c. Melakukan managemen perbaikan dilingkungan kerja

3
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Skenario

Penyakit Umum (Demam Berdarah Dengue) yang Mengenai Tenaga

Kerja

Anda seorang kepala puskesmas itu Puskesmas Antah di Kecamatan

Berantah. Wilayah kerja anda terdapat sebuah perusahaan yaitu perusahaan

vulkanisir ban berlokasi 2 km dari sebuah perkampungan, yang bernama

Desa Pitutur. Perusahaan tersebut memiliki 100 orang karyawan yang

sebagian besar tinggal di kampung tersebut. Saat ini Demam Berdarah

Dengue merebak di wilayah anda dengan kasus terbanyak di Desa Pitutur,

bahkan 15 orang tenaga kerja perusahaan dirawat di puskesmas anda karena

demam berdarah dengue. Sebagai kepala Puskesmas anda melakukan survei

kewilayah tersebut dan menemukan sebagai berikut: bahan baku (band bekas)

melebihi kapasitas gudang, sehingga ditumpuk di luar. Secara keseluruhan

kebersihan kurang diperhatikan, ruang produksi terdapat pakaian kerja yang

bergantungan karena tidak ada ruang ganti pakaian. Sampah berserakan dan

rumput-rumpur liar banyak tumbuh di halaman perusahaan. Perusahaan

membangun tempat pengolahan limbah sehingga limbah tidak langsung

dibuang ke saluran air yang ada. Sementara saluran air yang mengalir ke arah

sungai dan melewati perkampungan. Saluran air tersebut tidak mengalir

dengan lancar. Saat ini musim hujan, hujan turun setiap hari. Akibatnya

genangan air cukup banyak di sekitar perusahaan dan perkampungan. Sebagai

4
kepala Puskesmas, apakah yang harus anda lakukan untuk menanggulangi hal

tersebut?

B. Analisis

Dari data pada skenario diatas dapat di identifikasi terdapat permasalahan

sebagai berikut :

1. Bahan baku ditumpuk diluar

2. Pakaian kerja yang bergantungan

3. Sampah berserakan

4. Genangan air hujan

5. Hujan turun setiap hari

6. Kejadian demam berdarah dengue pada 15 orang tenaga kerja di

perusahaan vulkanisir ban.

Faktor tersebut menjadi faktor resiko penyebab 15 tenaga kerja

perusahaan di rawat di puskesmas karena demam berdarah dengue. Hujan

yang turun setiap hari akan menyebabkan genangan air hujan dimana disekitar

perusahaan vulkanisir ban terdapat bahan baku perusahaan vulkanisir ban

yang ditumpuk diluar beserta sampah yang berserakan dapat menampung air

hujan yang turun sehingga menjadi tempat bersarangnya jentik-jentik nyamuk

Aedes aegypty. Dimana Aedes aegypty sebagai vector penyebab penyakit

demam berdarah dengue. Adapun penanganan perlu di dilakukan program dari

rencana program pemberantasan sarang nyamuk.

Dari permasalahan tersebut yang menjadi perhatian utama adalah

kejadian demam berdarah dengue. Kejadian ini dipengaruhi oleh factor-faktor

yang telah diidentifikasi dalam permasalahan sebagai berikut:

5
1. Penumpukan bahan baku di luar

Pabrik vulkanisir ban merupakan usaha/ bisnis perusahaan jasa

yang melakukan proses perbaikan (daur ulang) ban yang sudah aus

menjadi baru dengan cara memberi telapak / tread pada permukaan ban

(crown) tanpa merubah bentuk ataupun merk pada ban dasar dengan

jaminan kekuatan / daya tahan tingkat keausan 90% jika dibandingkan

dengan ban original, bahan baku pabrik ini merupakan ban yang sudah aus

atau tidak layak pakai. Ketersediaan tempat penampungan bahan baku

merupakan salah satu asset penting bagi suatu perusahaan supaya barang

baku tersebut tidak mengalami kerusakan, atau mengakibatkan hal lain

yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Seperti diketahui

penampang ban mempunyai cekungan yang dapat menjadi tempat

genangan air bila terjadi hujan oleh kren ban yang ditumpuk diluar

gedung. Genangan air tersebut dapat menjadi tempat perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypty yang merupakan vector dari penyakit demam

berdarah dengue.

Penyelesaian :

Dengan pengendalian administrative dilakukan pelebaran gudang

tempat penyimpanan barang baku atau dilakukan manajemen supaya

bahan baku tidak overload dan harus ditempatkan diluar, sehingga

mencegah bahan baku yang berupa ban tersebut tidak menjadi tempat

genangan air.

2. Pakaian kerja yang bergantungan

6
Tempat pakaian yang bergantungan mempunyai sifat lembab,

dimana tempat tersebut merupakan salah satu habitat (resting place) bagi

nyamuk Aedes aegypti, ruangan lembab, tempat yang berwarna gelap dan

lain – lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk berisitirahat.

Penyelesaian

Dengan pengendalian administrative dilakukan dengan

memperluas atau menambah jumlah ruangan ganti serta menyediakan

loker pakaian supaya pakaian tersebut tidak bergantungan.

3. Genangan air

Nyamuk hidup di daerah pemukiman, dan tempat perindukannya

pada genangan air bersih buatan manusia (man made breeding place).

Tempat perindukan Ae aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan

sementara, permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri

dari berbagai macam tempat penampungan air (TPA), termasuk kaleng

bekas, ban mobil bekas, pecahan botol, pecahan gelas, vas bunga, dan

tempat yang dapat menampung genangan air bersih. Tempat perindukan

permanen adalah TPA untuk keperluan rumah tangga seperti bak

penampungan air, reservoar air, bakmandi, gentong air. Tempat

perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon, seperti pohon

pisang, pohon kelapa, pohon aren, potongan pohon bambu, dan lubang

pohon. Secara teoritis nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembang biak

di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Namun

beberapa penelitian menunjukkan adanya perubahan perilaku berkembang

biak nyamuk Aedes aegypti dimana suka bertelur di air tercemar seperti

7
campuran air dengan kotoran sapi, campuran air dengan tanah dan

campuran air dengan kotoran kuda. Hal ini mengindikasikan adanya

perubahan perilaku nyamuk Aedes aegypti dalam beradaptasi dengan

lingkungannya sehingga jumlah hujan yang meningkat dapat

meningkatkan perkembangbiakan nyamuk.

Penyelesaian

Menggunakan metode 3 M plus yaitu menutup menguras dan

mengubur barang atau tempat yang dapat menjadi tempat tergenangnya

air, sehingga tidak menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes

aegypti, dan juga melakukan fogging untuk memberantas nyamuk dewasa

yang ada di lingkungan

4. Hujan yang turun setiap hari

Hujan yang turun setiap hari menyebakan peningkatan jumlah

tempat atau benda yang tergenang oleh air yang merupakan tempat

berkembangbiaknya nyamuk Aedes agypti. Sehingga tempat untuk

meletakan telor nyamuk semakin banyak dan dapat meningkatkan jumlah

dari nyamuk itu sendiri.

Penyelesaian

Menggunakan metode 3 M plus yaitu menutup menguras dan

mengubur barang atau tempat yang dapat menjadi tempat tergenangnya

air, sehingga tidak menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes

aegypti, dan juga melakukan fogging untuk memberantas nyamuk dewasa

yang ada di lingkungan.

5. Sampah yang berserakan

8
Sampah yang berserakan menyebabkan meningkatnya barang yang

dapat menampung air bila terjadi hujan. Seperti yang telah dijelaskan

maka sampahh yang menampung air ini dapat menjadi tempat perindukan

sementara yang terdiri dari berbagai macam tempat penampungan air

(TPA), termasuk kaleng bekas, pecahan botol, pecahan gelas, vas bunga,

dan tempat yang dapat menampung genangan air bersih.

Penyelesaian

Menggunakan metode 3 M plus yaitu menutup menguras dan

mengubur barang atau tempat yang dapat menjadi tempat tergenangnya

air, sehingga tidak menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes

aegypti, dan juga melakukan fogging untuk memberantas nyamuk dewasa

yang ada di lingkungan.

Hasil analisis tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: (lihat diagram fish

bone.
Input

DBD

Pakaian kerja
yang
Bahan baku bergantungan Hujan turun
perusahaan setiap hari
vulkanisir ban Genangan
yang ditumpuk Sampah
air hujan
diluar berserakan

Lingkungan
Proses

9
C. Pembahasan

Untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan penularan

Demam Berdarah Dengue di perlu dilakukan beberapa penyelesaian masalah.

Berdasarkan masalah yang telah dianalisis berikut beberapa penyelesaian

yang dapat dilakukan.

1. Tatalaksana pasien demam berdarah

a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue tanpa syok (WHO,2005)

1) Berikan banyak minuman larutan oralit atau jus buah, ,air tajin, air

sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran

plasma, demam, muntah, diare/diare.

2) Berikan paracetamol bila demam. Jangan berikan acetosal atau

ibuprofen karena obat- obat ini dapat merangsang terjadinya

pendarahan.

3) Berikan infus sesuai dengan dehidras sedang:

a) Berikan banyak larutan isotonic sperti ringer laktat/ asetat

b) Kebutuhan cairan parenteral

Berat badan <15kg : 7 ml/kgBB/jam

Berat badan 15- 40 kg : 5 ml/kgBB/jam

Berat badan >40kg : 3 ml/kgBB/jam

c) Pantau tanda vital dan dieresis setiap jam, serta pemeriksaan

laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit, dan hemogoblin)

tiap 6 jam.

d) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,

turunkan jumlah cairan secara bertahan sampai keadaan stabil.

10
Cairan intravena biasanya memerlukan waktu 24- 48 jam sejak

kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.

4) Apabila terjadi perburukan kilnis berikan tatalaksana sesuai dengan

tatalaksana syok terkompensasi (Compensated syok).

b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok (WHO,2005)

1) Perlakukan sebagai keadaan gawat darurat dengan memeberikan

oksigen 2-4L/menit secara nasal .

2) Berikan 20ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/acetat

secepat- cepatnya

3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian

kristaloid 20 ml/kg secepatnya (maksimal 30 menit) atau

pertimbangkan pemberian koloid 10-20mk/kgBB/jam maksimal

30ml/kgBB/24 jam.

4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin

menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi,

berikan tranfusi darah/komponen.

5) Jika terdapat perbaika klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer

ulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi

hingga 10ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap

diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-

48 jam. Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberin cairan

yang terlalu banyak daripada cairan yang terlalu sedikit.

11
c. Tatalaksana komplikasi perdarahan (WHO, 2005)

Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila

tidak, beri koloid dan segera rujuk.

2. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

a. Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (Depkes RI, 1992)

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah memberantas

nyamuk dengan memberantas jentik - jentiknya di sarang tempat

berkembang biak yaitu tempat penampungan air dan barang - barang

yang memungkinkan air tergenang di rumah dan tempat umum

sekurang - kurangnya seminggu sekali. Kegiatan ini lebih lanjut

berkembang dengan metode menutup, menguras dan mengubur (3M).

PSN dimaksudkan untuk memotong daur hidup nyamuk dengan

menghilangkan telur dan jentik nyamuk sebelum siap beregenerasi

(telur nyamuk siap menetas dalam waktu 1 minggu).

Sasaran PSN adalah di daerah dengan potensi penularan tinggi

(endemis, sporadis dan daerah dengan angka bebas jentik < 95 %)

tempat - tempat yang diduga menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti di

rumah ataupun di kantor - kantor dan tempat - tempat umum yaitu

semua tempat penampungan air, barang bekas, ember, ban, kaleng,

potongan bambu, talang air dan tempat di mana air tertampung yang

tidak berhubungan langsung dengan tanah.

Penyuluhan tentang upaya membatasi jentik nyamuk penularnya

dengan melakukan “3M” yaitu :

12
1) Menguras tempat-tempat penampungan air atau barang-barang

bekas yang dapat menampung air hujan secara teratur sekurang-

kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke

dalamnya.

2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.

3) menimbun barang bekas yang dapat menampung air, dan intensif

saat penularan, pemeriksaan jentik berkala adalah 3 bulan sekali.

Jika kegiatan “3M” yang dikenal dengan istilah Pemberantasan

Sarang Nyamuk. (PSN) ini dapat dilakukan secara teratur oleh

keluarga di rumah dan lingkungan masing-masing maka, penyakit ini

akan dapat diberantas.

b. Abatisasi selektif (Depkes RI, 1992)

Abatisasi adalah penaburan bubuk insektisida pembasmi jentik

berupa bahan kimia larvasida / temephos sebagai salah satu satu cara

untuk menghentikan daur perkembangbiakan nyamuk dalam

penampungan air. Abatisasi dimaksudkan untuk memutus daur hidup

nyamuk / membunuh jentik nyamuk dengan memanfaatkan efek residu

pada larvasida.

Abatisasi dilakukan di daerah rawan I dan II khususnya diberikan

di wilayah yang sulit air bersih dan tidak memungkinkan untuk dikuras

secara berkala. Sedangkan untuk daerah cukup air bersih disarankan

untuk melakukan PSN 3M secara rutin dan berkesinambungan.

Efek residu larvasida selama 3 bulan sehingga dilakukan abatisasi

sebanyak 4 kali setahun. Permintaan masyarakat atas abate dilakukan

13
melalui Puskesmas dan hanya dapat dilayani oleh puskesmas setempat

sesuai seleksi prioritas di puskesmas.

Abatisasi selektif dilakukan berdasarkan hasil pemantauan jentik

berkala oleh kader jumantik atau untuk daerah yang termasuk dalam

kategori endemis. Dengan demikian diharapkan bahwa setiap kegiatan

abatisasi selalu didahului dengan kegiatan pemeriksaan jentik rutin.

Dosis abatisasi dengan perbandingan 1 ml (sendok makan)

terhadap 100 liter air sehingga setiap keluarga sasaran abatisasi

memerlukan minimal 1 ml abate. Dengan demikian alokasi akan

menjadi cukup besar dan mengingat mahalnya abate maka biaya yang

dialokasikan untuk pembelian abate juga besar. Mengingat

keterbatasan anggaran dari pemerintah maka kegiatan abatisasi perlu

dilakukan dengan selektif (seleksi prioritas ). Pertimbangan lain upaya

selektif adalah efek toksisitas bila diberikan terus - menerus dan demi

keamanan pemakaian, pemberian dosis abate harus memperhatikan

petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh produsen.

c. Fogging / Pengasapan (Depkes RI, 1992)

Fogging adalah penyemprotan menggunakan insektisida yang

dilakukan di sebagian atau seluruh wilayah desa rawan I untuk

membunuh nyamuk dewasa. dilaksanakan dalam mendukung

penanggulangan penyakit DBD dengan memutus rantai penularan

secara cepat pada daerah -daerah yang terjangkit penyakit DBD.

Dimaksudkan untuk mencegah penularan lebih lanjut dengan

14
membunuh nyamuk dewasa pembawa virus dengue atau populasi

nyamuk penular ditekan serendah - rendahnya.

Fogging dilakukan di desa rawan I, dengan sasaran di rumah

penderita dan sekitarnya dalam radius 200 meter. 2 siklus dengan

interval kira - kira 1 minggu. Fogging dilakukan sebelum musim

penularan dan dilaksanakan oleh pihak pemerintah dengan puskesmas

sebagai pelaksana teknisnya.

Menurut Kepmenkes 582/1992 penggunaan fogging untuk tujuan

penyemprotan massal sebelum musim penularan hanya dilakukan

dengan pertimbangan - pertimbangan khusus dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya dari analisis Dinas Kesehatan

Kabupaten berdasarkan Penyelidikan Epidemiologis (PE). Fogging

dilaksanakan sebagai cara terakhir, jika cara lain telah diupayakan

tetapi hasilnya belum dapat memperbaiki keadaan dengan

memperhatikan efektivitas, azas kemanfaatan, efisiensi sumber daya,

minimalisasi dampak kesehatan bagi mereka yang terpapar zat kimia,

kemungkinan resistensi nyamuk, dan dampak psikososial masyarakat

dalam menghentikan penularan penyakit DBD.

3. Perbaikan manajemen lingkungan kerja

a. Membuat SOP Pengaturan Kerja

Berikut beberapa pengertian SOP dari beberapa sumber buku:

1) Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang

digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau

perusahaan berjalan dengan lancar (Sailendra, 2015:11).

15
2) Menurut Moekijat (2008), Standar Operasional Prosedur (SOP)

adalah urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan

pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan

dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana

melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang

melakukannya.

3) Menurut Tjipto Atmoko (2011), Standar Operasional Prosedur

(SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan

tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja

instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,

administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan

sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.

4) SOP atau standar operasional prosedur adalah dokumen yang berisi

serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai

proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara

melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan

dan aktor yang berperan dalam kegiatan (Insani, 2010:1).

Salah satu tujuan dari Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP)

menurut Indah tahun 2014 salah satunya adalah untuk menjaga

konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan

keamanan petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu

tugas atau pekerjaan tertentu. Sedangkan salah satu fungsi SOP

adalah memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.

Dari pengertian diatas maka terjadinya kasus Demam Berdarah

16
Dengue yang menyebabkan 15 orang tenaga kerja perusahaan

dirawat di puskesmas dapat merugikan baik perusahaan maupun

pegawai. Berkurangnya tenaga kerja akan menyebabkan

terhambatnya produksi sehingga dapat merugikan perusahaan.

Bahan baku (ban bekas) yang melebihi kapasitas gudang, sehingga

ditumpuk di luar dapat menyebabkan sumber perkembangbiakan

nyamuk, tidak adanya loker penyimpan pakain menyebabkan

banyaknya pakaian kerja yang bergantungan juga merupakan

resting place dari nyamuk. Kebersihan yang kurang diperhatikan

dan sampah yang berserakan di halaman perusahaan juga

merupakan sumber yang potensial sebagai tempat

berkembangbiaknya nyamuk. Oleh karena itu perlu dibuat SOP

pengaturan kerja bagi perusahaan untuk menyusun program dan

penyelenggaraan kegiatan kerumahtanggaan. Berikut adalah

beberapa perbakan manajemen lingkungan kerja:

a) Advokasi terhadap perusahaan agar bahan baku (ban bekas)

tidak melebihi kapasitas gudang dengan memperluas gudang.

b) Mempersiapkan ruang ganti beserta loker untuk menaruh

pakaian agar tidak bergantungan.

c) Melakukan pembersihan secara berkala agar tidak ada sampah

yang berserakan.

17
BAB III

RENCANA PROGRAM

A. Rencana Kejadian

Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada sekenario diatas

dapat menggunakan system scoring. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

penyelesaian masalah berdasarkan skala prioritas yang dari yang tertinggi

sampai yang terendah.

Skala Prioritas Penyelesaian Masalah yang Ditemukan

Tabel III.1 Penentuan Prioritas Penyeselaian Masalah

No Kegiatan M I V C 𝑀×𝐼×𝑉
𝑃=
𝐶
1 Penatalaksanaan DBD 4 3 3 3 12

2 PSN (Pemberantasan Sarang 4 4 3 3 16


Nyamuk)
3 Membuat SOP Pengaturan 4 2 3 1 12
Kerja

Keterangan :

P :Prioritas penyeselaian masalah

M :Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)

I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah

V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

C : Cost, Biaya yang diperlukan

Berdasarkan tabel prioritas masalah yang dilakukan dengan metode

scorring, maka alternatif penyelesaian masalah yang kami lakukan terlebih

18
dahulu adalah melakukan kegiatan penyuluhan tentang Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) untuk meminimalisir penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD).

B. Rencana program

Rencana program yang sesuai dengan prioritas masalah yang dipilih

dengan menggunakan metode Scorring, yaitu dengan melakukan kegiatan

penyuluhan tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk

meminimalisir penyakit demam berdarah dengue (DBD).

No Kegiatan Sasaran target Volu Rincian Lokasi Tenaga jadw Kebutuh


me kegiatan pelaksan pelaksa al an
Kegi aan na pelaksan
atan aan
1 Mengada Semua 100% 1 Pendataan Perusaha Bagian 7 Kertas
kan orang di pekerja kali sasaran an hiperke april dan alat
pendekata perusahaa di vulkanisi s 2017 tulis
n n perusaha sr ban puskes
perusahaa vulkanisir an mas
n ban
2 Inventaris Lingkunga 100% 2 Membuat Perusaha Bagian 8 Check
asi n pekerja kali check list an hiperke april list, Alat
masalah perusahaan di masalah vulkanisi s -9 tulis
vulkanisir perusaha yang sr ban puskes april
ban an terdapat di mas 2017
lingkunga
n
perusahaa
n

3 Penemuan Semua 100% 1 Merumusk Puskesm Bagian 10 Check


Masalah orang di pekerja kali an maslah as hiperke april list, Alat
perusahaa di yang s 2017 tulis
n perusaha ditemukan puskes
vulkanisir an mas
ban

19
4 Penyampa Pemimpin 100% 1 1. Menya Perusaha Bagian 11 Proyekto
ian perusahaa pimpina kali mpaika an hiperke april r, LCD,
permasala n n n vulkanisi s 2017 Laptop
han perusaha masalah sr ban puskes
an inventar mas
paham isasi
dan 2. Penyam
mengerti paian
permasal saran
ahan dan
solusi
5 Evaluasi Semua 100% 1 Menyiapk Perusaha Bagian 11 Instrume
orang di pekerja kali an an hiperke mei nt
perusahaa di checklist, vulkanisi s 2017 evaluasi
n perusaha pemeriksa sr ban puskes Check
vulkanisir an an mas list, alat
ban berdasarka tulis
n check
list

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.

Masyarakat yang kurang peduli kebersihan lingkungan dan ancaman

penyakit berbahaya merupakan lokasi yang sangat baik sebagai

endemik DBD. Deman Berdarah di perusahaan vulkanisir ban desa

pitutur disebabkan oleh 5 faktor :

a. Bahan baku melebihi kapasitas gudang sehingga ditumpuk

diluar

b. Pakaian kerja yang bergantungan

c. Sampah yang berserakan

d. Genangan air hujan yang cukup banyak

e. Hujan terus setiap hari

B. Saran
. Diperlukan kesadaran dan peran aktif dari yang sangat baik

sebagai daerah endemik DBD untuk berpartisipasi dalam kegiatan

penyuluhan tentang pemberantasan sarang nyamuk (PNS) untuk

meminimalisir penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

21

You might also like