You are on page 1of 35

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Macam Macam Komponen Elektronik Pada Self Diagnosis

Macam-macam rangkaian elektronik

1. Rangaian tes sirkuit

Gambar 2.1: Rangkaian tes sirkuit


Keterangan :
a. baterai (sebagai sumber arus listrik)
b. ignition switch (sebagai pembagi/pengarah arus)
c. EFI main relai (untuk mengurangi kebocoran arus)
d. fuse (sebagai pengaman rangkaian kelistrikan)
e. Ecu (sebagai pusat pengontrol semua rangkaian)

2. Rangaian baterai
Fungsi baterai pada mobil berfungsi untuk menyimpan dalam bentuk
energi kimia, yang akan digunakan untuk mensuplai listrik ke system stater,
system pengapian, lampu-lampu dan komponen-komponen kelitrikan lainya.

6
Gambar 2.2 : Rangkain elektronik baterai

3. Rangkaian throttle position sensor

Gambar 2.3 : Rangkaian elektronik TPS

Throttle adalah bagian dari mesin injeksi yang mengatur masuknya udara
ke mesin pembakaran. Fungsi Throttle Position Sensor (TPS) atau Sensor Posisi
Throttle adalah sensor yang digunakan untuk memantau posisi throttle apakah
terbuka sebagian, terbukap penuh atau tertutup. Sensor ini biasanya terletak pada
poros kupu-kupu sehingga dapat langsung memantau posisi throttle. ECU (Engine
Control Unit) dapat mengontrol posisi throttle.

Keterangan:
a. E2 adalah untuk ground
b. VC adalah kabel voltase input
c. VTA adalah kabel voltase output
d. E1 adalah untuk ground ECU
e. B adalah untuk positif ECU

7
4. Rangkaian manifold sensor
MAP Sensor berfungsi mengukur jumlah udara yang masuk ke dalam
silinder berdasarkan tekanan udara pada intake manifold. MAP Sensor digunakan
pada EFI-D. Sensor ini sering disebut Pressure Intake Manifold sensor (PIM) atau
Vacuum sensor. Data dari MAP Sensor sebagai dasar untuk menentukan jumlah
injeksi dan saat pengapian. Kelebihan utama MAP Sensor dibandingkan air flow
meter dalam mengukur jumlah udara adalah komponen mekanis lebih sedikit,
tidak terpengaruh terhadap kebocoran pada manifold dan perubahan tekanan udara
luar.

5. Rangkaian intake air temperature sensor

Gambar 2.4 : Rangkaian elektronik Sensor IATS

Sistem intake air tempertur adalah rangkaian yang berfungsi untuk


mendeteksi suhu yang melewati inteke agar suhu nya sesuia dengan yang di
inginkan engine dalam proses pembakaran secara sempurna. Ada dua terminal
dalam mendeteksi suhu daitanya adalah E1 dan THA tegangan yang melewati ini
standart nya 0.5 sampai 3.4 volt.

8
6. Rangkaian sensor pendingin

Gambar 2.5 : Rangkaian elektronik sensor pendingin

Rangkaian ini adalah rangkaian sensor yang mendeteksi kondisi suhu pada
air pendingin. Tujuan dari sensor ini mengirim data tentang suhu ke ECM untuk
memerintahkan actuator pada sistem pendingin apabila sudah waktunya bekerja.
Pada rangkaian ini ada dua kode terminal yaitu THW dan E2 cara memeriksanya
dengan menhubungkan terminal THW dan E2 lalu tegangan standartnya 0.2
sampai 1.0 volt

7. Sensor vakum udara pada filter udara

Gambar 2.6 : Rangkaian elektronik vakum sensor

Pada rangkaian sensor vacum ini ada tiga kabel penghubung dengan kode
E2, PIM dan VC. Sensor ini berfungsi untuk memeriksa kevakuman udara yang
melewati fiter pada manufoid agar udara yang masuk sesuai dengan tekakan yang

9
di anjurkan agar kinerja mesin bisa maksimal. Dalam pemeriksaan ada dua
pembacaan diantaranya E1 dengan PIM tegangan yang masuk harus diantara 3.3
sampai 3.9 Volt. Sedangkan yang VC dengan E2 tegangan standart nya 4.5
sampai 5.5 Volt

2.2 Komponen Utama Pendukung Sistem Self Diagnosis

ECM (elektronik control modul) merupakan unit computer yang terdapat


pada kendaraan yang dapat mengontrol kerja dari setiap system seperti system
pengapian, system bahan bakar , system pendingin, ECM (elektronik control
modul) mengolah data dari sebuah sensor dimana sesnsor tersebut bertugas
mengambil data input dari suatu teknologi untuk di olah lalu diteruskan di
actuator (output) yang dikehendaki .

System elektronik ada yang mengatur jalan kerjanya adalah ECM


(elektronik control modul ) system ini mengkoordinir tugas diantaranya
rangakaian sensor yang membaca data sedangkan actuator adalah system yang
bekerja untuk meneruskan tugas dari sensor yang diolah datanya oleh ECM.
Setelah ECM mendapat data dari sensor lalu diolah untuk mengselaraskan dengan
data yang akan diterima oleh actuator selanjutya actuator meneruskan data
tersebut.

System elektronik tersebut ada kemudahan dan kerugian dalam


pengaplikasiannya Self ignition adalah cara manual untuk memeriksa apakah ada
kerusakan atau troubel pada mesin efi (electronic fuel injection ) dengan
membaca kedipan lampu indicator yang teratur dengan jarak dan durasi yang
sudah ada di petunjuk buku pedoman sehingga kita bisa menentukan tanpa
mengguanakn scantools

Dalam perkembangannya ECM mengatur berbagai system system pada


mesin, bahkan seluruh system pada kendaran telah dikontrol oleh ECM. Adapun
system yang dikontrol oleh ECU adalah system EFI (elektronik fuel injector),
ABS (anti lock brake sistem), EPS (elektronik stabilizer sistem) dll. Salah satu

10
kelebihan dari ECM adalah dapat menerima dan mengolah data yang sedemikian
banyak secara cepat dan akurat sehingga membuat ECM dapat mengontrol banyak
fungsi dan kerja, termasuk mengontrol banyak system yang terdapat pada
kendaraan.

2.3 Komponen Pendukung pada sistem Self Diagnosis

A. CPU
CPU (Central Possesing Unit). CPU bekerja dengan ratusan operasi
sedehana dengan kecepatan yang luar biasa. Untuk menjaga agar semua operasi
kerja CPU tidak kacau, CPU menjalankan kerja operasi sesuai perintah yang
dijalankan oleh clock.

CPU (Central Prossesing Unit) unit dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ;
control section, arithmetic and logic section, dan regrister section.

Control section bertugas mengontrol dasar operasi kerja dalam computer.


Dasar kerja operasi computer dipogram dengan perintah dari memori untuk
menangani operasi:
1. pengiriman data dari part computer ke part yang lain.
2. data input dan data output dari arithmetic kalkulation computer.
3. penghentian operasi computer.
4. perpindahan keperintah yang lain selama program berjalan.

Arichmatic and logic section mengeluarkan data actual yang telah diproses
dan yang berisi operasi arichmatic dan bilangan logika. Sementara regristasi
section menyimpan data sementara samapai data diterkirim kebagian aritmatik
dan logika ataupun kebagian control.

11
B. Memori Computer

Memori computer adalah sebuah sirkuit internal dimana program program


dan data disimpan. Computer memiliki beberapa memori yang berbeda dan yang
kesemuanya bekerja secara bersama-sama untuk memungkinkan computer bekerja
untuk menghasilkan fungsi spesifi, mulai dari memori yang deprogram secara
permanen dan dapat berubah tergantung dari berbagai kondisi yang berbeda.

C. Bused Electrical Center (Bec)/ Juntion Box (J/B)

Kebanyakan kendaraan sekarang ini dilengkapi dengan BEC atau J/B


untuk distributor power dan grounding. BEC atau J/B terdiri dari rumah sekring,
circuit breaker dan relay. BEC dan J/B terdiri dari rumah sekring, cirkuit breaker
dan relay. BEC atau J/B juga terdiri atas terminal dan rangkaian kelistrikan dalam
lapisan yang di insulasi, dan lapisan ini direkatkan secara permanen antara rumah
bagian atas dan bawah. Dengan demikian keunitan dan banyaknya wire herness
bisa di kurangi.

D. Paratic Load

Paractik load adalah besarnya arus yang mengalir ke komponen kelistrikan


saat kunci kontak dalam posisi OFF. Salah satu contoh misalkan dibutuhkan
sedikit arus untuk menjaga agar memori komputer tetap hidup untuk tetap bekerja.
Hal ini mengakibatkan berkurangnya arus pada baterai.
Umumnya spesifikasi arus yang diperbolehkan mengalir adalah 300 mA
semakin banyak kebutuhan arus listrik saat kunci kontak OFF, berarti paracitic
load akan semakin besar dan dapat menyebabkan berkurangnya arus baterai atau
mungkin akan habis sama sekali.

E. Data Link Conector (Dlc)

Data link connector disediakan pada kendaraan untuk memungkinkan ECM


berhubungan dengan scan tool. Hal ini untuk memudahkan teknisi untuk melihat

12
Diagnosis Throuble Code (DTC) dan mengecek status sistem berbagi komponen
yang digunakan pada sistem kontrol elektronik.

F. ECM power distribution

ECM bekerja untuk mengontrol kerja sistem pada kendaraan. ECM


membutuhkan power supply untuk memproses dan mengontrol kerja sistem. Saat
kunci kontak pada posisi ON, listrik akan disuply ke ECM. Tegangan regulasi
yang umumnya digunakan adalah 5 atau 12 volt untuk berbagai macam fungsi di
dalam dan di luar ECM. Jika tegangan dari kunci kontak jatuh sampai di bawah 6
volt, ECM tidak akan bekerja.

ECM juga membutuhkan tegangan meskipun kunci kontak dalam posisi OFF,
untuk menahan memori tentang parameter kendaraan yang tepat dan kode
diagnosis. Dengan demikian tegangan baterai terus menerus akan dialirkan.
Memutuskan aliran ini akan menyebabkan terhapusnya memori pada ECM
tentang pembacaan idle kontrol parameter,

2.4 Spesifikasi Komponen Elektronik Pada Self Diagnosis

1. Spesifikasi Power Supply

Ada dua jenispower supply yang digunakan untuk menstabilkan tegangan


keluaran, berikut ini spesifikasinya.
 Pencatu daya jenis linier biasanya dapat menghasilkan tegangan DC yang
antara 0 - 60 Volt dengan arus antara 0 - 10 Ampere.
 Pada pencatu daya jenis saklar biasanya diberikan rangkaian umpan balik
agar tegangan dan arus yang keluar dari rangkaian ini dapat dikontrol
dengan baik. Jadi tegangan yang dihasilkan bervariasi
Dalam perancangan ini menggunakan power supply jenis linier karena tegangan
yang dihasilkan stabil antara 0-60 Volt

13
2. Spesifikasi Trottel Position Sensor

TPS model Variabel Resistor


TPS model variabel resistor ini menggunakan resistor sebagai perubah
besarnya sinyal tegangan output sensor, sensor ini menggunakan tiga kabel
yaitu kabel voltase input (VC), kabel voltase output (VTA) dan kabel massa
(E2). Tegangan yang digunakan pada sensor TPS model variabel resistor ini
menggunakan tegangan dari ECU sebesar 5 voltage.

Perbandingan antara bukaan throttle gas dengan besarnya voltase yang


dikeluarkan oleh sensor TPS ini adalah berbanding lurus, dan perbandingan
antara bukaan throttle gas dengan resistansi atau tahanannya berbanding
terbalik. Ketika posisi idle tegangan yang dikeluarkan sensor TPS ini adalah
antara 0,6 - 0,9 volt, sedangkan ketika throttle valve terbuka penuh maka
tegangan yang dikeluarkan sensor TPS ini adalah antara 3,5 – 4,7 volt. Untuk
memperjelasnya, maka dapat dilihat pada gambar di bawah tentang diagram
kelistrikan TPS model variabel resistor.

Gambar 2.7 : Rangkaian elektronik TPS tipe Variabel resistor

2) TPS model Kontak Point


Sensor TPS model kontak point ini berfungsi untuk mendeteksi
perubahan dari bukaan throttle gas dan terminal yang digunakan pada sensor
TPS tipe kontak point juga sama dengan dengan sensor TPS tipe variabel
resistor yaitu dengan menggunakan tiga kabel antara lain terminal IDL, PSW
serta E1. Pendeteksian sensor TPS tipe kontak point ini hanya dilakukan pada

14
saat throttle valve pada posisi 0 o – 5o sebagai posisi idle dan terminal kabel
pada sensor TPS yang terhubung adalah terminal IDL dengan terminal E1
sebagai posisi putaran idle dan saat kendaraan melakukan deselerasi. Ketika
posisi throttle valve antara 6 o – 49o , maka kontak point pada sensor TPS ini
tidak terhubung, sehingga ECU akan mendeteksi posisi ini sebagai putaran
menengah. Sedangkan ketika throttle valve membuka dari 50 o sampai throttle
valve terbuka penuh, maka terminal pada sensor TPS yang terhubung adalah
terminal PSW dan terminal E1. Pada posisi ini ECU akan mendeteksi posisi
dari TPS ini sebagai putaran tinggi atau full load. Dibawah ini ditunjukkan
diagram kelistrikan sensor TPS tipe kontak point.

3. Spesifikasi Rangkaian Manifold Sensor

MAP Sensor mengukur perubahan tekanan udara yang terjadi pada saluran
masuk disebabkan oleh putaran dan beban motor. Perubahan tekanan udara masuk
yang terjadi akan menyebabkan perubahan tegangan antara 0 – 5 Volt tegangan
ini berasal dari tegangan referensi ECU/Unit Kontrol Elektronis.

Kontrol Unit Elektronis/ECU memanfaatkan perubahan tegangan sinyal


ini untuk menghitung perubahan tekanan udara pada saluran masuk atau untuk
menentukan/ menyesuaikan penyemprotan bensin oleh injector.

Terdapat 3 terminal pada MAP sensor yaitu terminal :

a. Terminal C MAP/terminal 44 ECU = Power suplai dari ECU untuk


mengaktifkan MAP sensor

b. Terminal B MAP/terminal 16 ECU = Rangkaian sinyal dari MAP sensor

c. Terminal A MAP/terminal 45 ECU = Rangkaian masa dari MAP sensor

Dapat disimpulkan bahwa MAP sensor bekerja berdasarkan kevakuman


intake manifold. Semakin besar kevakuman (semakin rendah tekanan) pada intake
manifold maka tahanan pada MAP sensor lebih tinggi, sehingga tegangan yang
keluar dari MAP sensor semakin kecil. Dapat diartikan bahwa nilai tegangan yang

15
dikirim oleh MAP sensor berbanding lurus dengan tekanan pada intake manifold,
dan berbanding terbalik dengan kevakuman pada intake manifold.

MAP Sensor mengukur perubahan tekanan udara yang terjadi pada saluran
masuk disebabkan oleh putaran dan beban motor. Perubahan tekanan udara masuk
yang terjadi akan menyebabkan perubahan tegangan antara 0 – 5 Volt tegangan
ini berasal dari tegangan referensi ECU/Unit Kontrol Elektronis. Kontrol Unit
Elektronis/ECU memanfaatkan perubahan tegangan sinyal ini untuk menghitung
perubahan tekanan udara pada saluran masuk atau untuk
menentukan/menyesuaikan penyemprotan bensin oleh injector.

Terdapat 3 terminal pada MAP sensor yaitu terminal :

1. Terminal C MAP/terminal 44 ECU = Power suplai dari ECU untuk


mengaktifkan MAP sensor
2. Terminal B MAP/terminal 16 ECU = Rangkaian sinyal dari MAP sensor
3. Terminal A MAP/terminal 45 ECU = Rangkaian masa dari MAP sensor

Dapat disimpulkan bahwa MAP sensor bekerja berdasarkan kevakuman


intake manifold. Semakin besar kevakuman (semakin rendah tekanan) pada intake
manifold maka tahanan pada MAP sensor lebih tinggi, sehingga tegangan yang
keluar dari MAP sensor semakin kecil. Dapat diartikan bahwa nilai tegangan yang
dikirim oleh MAP sensor berbanding lurus dengan tekanan pada intake manifold,
dan berbanding terbalik dengan kevakuman pada intake manifold

4. Spesifikasi Intake Air Temperature Sensor

Pada sensor IATS ini menggunakan komponen elektronika yaitu


komponen thermistor sebagai pendeteksi temperatur atau suhu udara. Besar
kecilnya tahanan pada komponen thermistor ini berubah-ubah sesuai dengan
tingginya temperatur udara yang masuk. Hubungan antara temperatur dan
tahanan (resistensi) pada sensor IATS ini adalah berbanding terbalik karena
thermistor yang digunakan pada sensor IATS ini adalah hermistor tipe NTC
(Negative Temperature Coefisien). Semakin tinggi temperatur atau suhu udara

16
yang masuk ke dalam intake manifold maka tahanan pada thermistornya akan
semakin rendah pula, dan sebaliknya jika temperatur atau suhu udara yang
masuk ke dalam intake manifold semakin rendah maka tahanan pada
thermistornya akan semakin tinggi.

ECU memberikan sinyal tegangan sebesar 5 voltage ke sensor IATS ini


melalui internal resistor. Nilai tegangan tersebut nantinya akan berubah sesuai
dengan kondisi temperatur atau suhu udara yang masuk ke dalam intake
manifold. Fluktuasi tegangan yang ditimbulkan oleh sensor IATS akan
dideteksi oleh ECU sebagai perubahan temperatur udara yang masuk ke dalam
intake manifold dan selanjutnya sinyal ini akan menjadi sinyal input ECU.

5. Spesifikasi Rangkaian Sensor Pendingin

Gambar 2.8 : Rangkaian elektronik sensor pendingin

Secara garis besar elektrik fan akan bekerja saat suhu mesin mulai diatas
suhu kerja. Tapi kipas ini juga berfungsi untuk mendinginkan refrigerant AC.
Artinya ada dua input yang mempengaruhi cara kerja kipas pendingin elektrik.
a . Saat AC belum dinyalakan
Saat AC masih dalam keadaan OFF maka input engine fan cooling hanya
diberikan satu arah, yaitu sensor ECT. Saat kunci kontak berada pada posisi ON,
sensor ECT akan mengirimkan data berupa tegangan dengan nilai tertentu yang
menyatakan suhu air pendingin. Tegangan ini akan diterjemahkan oleh ECU
untuk mengetahui berapa suhu air pendingin.

17
Ketika mesin hidup, suhu air pendingin berangsung naik. Kenaikan suhu
air pendingin dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya waktu penyalaan
mesin. Jika mesin dinyalakan pada pagi hari tanpa AC perlu 15 hingga 20 menit
untuk membuat suhu kerja mesin tercapai.

Saat suhu mesin telah tercapai, kipas masih belum menyala. Suhu kerja
mesin tiap mobil berbeda. Umumnya 80 hingga 100° celcius. Saat suhu mesin
melebihi 100° C maka ECM akan mengaktifkan relay pertama yang memiliki
kecepatan rendah. Jika suhu mesin terus bertambah, maka ECM akan
mengaktifkan relay kedua yang memiliki kecepatan lebih tinggi. Intinya semakin
tinggi suhu mesin, semakin kencang pula kipas berputar.

Kipas ini akan berhenti berputar ketika suhu mesin turun ke angka 80
hingga 90° C. Dan akan kembali berputar bila suhu mesin telah melebihi suhu
kerja.

b. Saat AC dinyalakan

Ketika AC dihidupkan, maka ada dua input yang akan mempengaruhi cara
kerja elektrik fan ini. Prosesnya, ketika mesin hidup baik sensor ECT dan
refrigerant pressure akan mengirimkan data masing ke ECU.

Ketika AC dinyalakan, otomatis tekanan refrigerant pada selang


bertekanan tinggi akan meningkat. Selain dari refrigerant pressure sensor, ECU
juga menerina sinyak dari blower temperature sensor. ECU akan menghidupkan
kipas pendingin saat tekanan refrigerant tinggi dengan kecepatan sesuai suhu
kabin yang diatur.

ECU akan tetap menghidupkan kipas listrik ini walaupun suhu air
pendingin masih dibawah 50°C. Artinya kipas akan tetap menyala saat kedua
input menunjukan posisi ON. ECU akan menghentikan putaran fan saat tekanan
refrigerant turun dan kembali menyala saat tekanan refrigerant bangkit.

18
2.5 Cara mendiagnosis jika terdapat problem pada Mesin EFI

Diagnostic on Board sangat dibutuhkan ketika mobil kita tiba-tiba mati


total padahal sebelumnya masih baik-baik saja (hal ini sangat sering
terjadi).Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan Diagnostic on Board cukup
simple yaitu hanya kabel pendek yang nantinya akan dihubungkan dengan
terminal.

Mendiagnosis Code Output Dalam Mode Normal

Langkah-langkah mendiagnosis code output dalam mode normal.

1. Kondisi Awal
a) Tegangan baterai harus 11 volt atau lebih
b) Throttle valve harus tertutup penuh
c) Transmission pada posisi netral
d) Aksesoris pada posisi OFF
e) Mesin telah mencapai temperature kerja normal
2. Putar ignition switch ke posisi ON tetapi tidak menyalakan mesin
3. Menggunakan SST, hubungkan terminal TE1 dan E1 pada check
connector.

Gambar 2.9 :Terminal TE1 dan E1 dihubungkan

19
4. Bacalah diagnostic code,sebagaimana yang ditunjukan oleh jumlah
kedipan dari lampu peringatan “CHECK” engine.

Gambar 2.10 : lampu peringatan jika terdapat trouble

a) Operasi system normal (tidak terdapat malafungsi)


 Lampu akan berketip secara bergantian ON dan OFF dengan interval
waktu 0,26 detik.

Gambar 2.11 : operasi system normal

b) Penunjukan kode malafungsi


 Jika sebuah mesin terdapat malafungsi, maka lampu akan berketip setiap
0.52 detik. Jumlah kedipan yang pertama adalah sama dengan angka
pertama dari 2 angka diagnostic code dan setelah jeda selama 1,5 detik,
jumlah kedipan yang berikutnya adalah angka kedua, bila ada dua atau
lebih diagnostic code, maka diantara setiap diagnostic code akan terdapat
jeda selama 2,5 detik. Dalam hal penunjukan diagnostic code, maka
penunjukan akan dimulai dari angka terkecil lalu dilanjutkan ke yang
nilainya lebih besar.
 Setelah semua diagnostic code ditampilkan akan terjeda selama 4,5 detik,
dan selanjutnya berulang kembali selama terminal TE1 dan E1 pada check
connector dihubungkan.

20
Gambar 2.12 : Operasi system yang terdapat trouble

5. Setelah melakukan pengecekan diagnostic code,lepaskan SST

2.13 : Gambar melepas SST

Mendiagnosis Code Output Dalam Mode Test


Dibandingkan dengan normal mode, test mode memiliki kemampuan
(sensing ability) yang lebih besar untuk mendeteksi malafungsi. Test mode dapat
pula mendeteksi malafungsi didalam sirkuit starter signal A/C signal dan neutral
start switch signal. Berikut langkah-langkah mendiagnosis code output pada
mode test.

1. Kondisi Awal
a) Tegangan baterai harus 11 volt atau lebih.
b) Transmission pada posisi netral.
c) Aksesoris pada posisi OFF.
d) Mesin telah mencapai temperature kerja normal.

21
2. Menggunakan SST, hubungkan terminal TE2 dan E1 pada check
connector

Gambar 2.14 terminal TE2 dan E1 dihubungkan

3. Putar ignition switch ke posisi ON untuk memulai diagnosis didalam test


mode. Untuk memastikan bahwa test mode telah bekerja, cek bahwa
lampu peringatan “CHECK” engine berketip bila ignition switch diputar
ke posisi ON.
4. Start mesin dan jalankan kendaraan pada kecepatan 10 km/jam (6 mil/jam)
atau lebih. Starter signal dan speed signal akan di diagnostic oleh ECU
sebahai malafungsi, dan sebagai output nya adalah code No. 42 dan 43,
bila langkah kerja pada tahap ini tidak dilakukan.
5. Menggunakan SST, hubungkan terminal TE1 dan E1, pada check
connector. Test mode tidak akan bekerja, bila terminal TE2 dan E1 masih
dihubungkan setelah ignition switch diputar ke posisi ON.
6. Bacalah diagnostic code sebagaimana yang ditunjukan oleh kedipan lampu
peringatan “CHECK” engine.
7. Setelah melakukan cek diagnostic, lepaskan SST

Penghapusan diagnosis code


Selesai perbaikan dari gangguan yang timbul, diagnostic code yang
tersimpan didalam memori ECU harus dihapus. yaitu dengan melepas EFI Fuse
(15A) selama 10 detik atau lebih, tergantung dari temperatur udara disekitarnya
(semakin rendah temperatur, semakin lama waktu yang diperlukan), dengan
ignition swith pada posisi OFF. Untuk gambar EFI Fuse dapat dilihat dari gambar
dibawah ini

22
Gambar 2.15 : letak EFI Fuse

PETUNJUK

 Penghapusan dapat pula dilakukan dengan melepas terminal negatif


baterai. Tetapi dalam hal ini, sistem memori lainnya (jam, dll) juga akan
terhapus.
 Bila diagnostic code tidak dihapus, maka code tersebut akan tetap
tersimpan oleh ECU dan akan muncul bersarnaan dengan diagnostic code
yang baru, dalam hal terjadi ganguan dimasa yang akan datang.
 Bila diperlukan untuk mengerjakan komponen mesin dengan harus
melepas terminal baterai pertama-tama periksalah apakah ada diagnostic
code yang tercatat.

Selesai penghapusan diagnostic code, lakukan tes jalan kendaraan untuk


mengetahui apakah pada lampu peringatan "CHECK" engine terbaca normal
code. Bila masih nampak diagnostic code yang sama, hal ini menandakan bahwa
gangguan teratasi.

DIAGNOSIS INDICATION

1. Bila ada dua atau lebih code yang ditunjukan, maka code dengan nomor
yang paling kecil akan lebih dalam ditampilkan.
2. Semua diagnostic code yang telah terdeteksi, kecuali code No. 16, 43, 51
dan 42 dari test moda, akan tetap tersimpan oleh memori ECU dari waktu
kewaktu, sejak terdeteksi hingga penghapusan dilakukan.

23
3. Bila malafungsi telah teratasi, lampu peringatan CHECK engine pada
combination meter akan padam. tetapi diagnostic code tetap tersimpan
didalam memori ECU (kecuali code No. 16, 43, 51 dan 42 dari test mode)

2.6 Prosedur pengecekan system EFI (dengan / ECT)

1. Persiapan
a) Lepas konektor dari ECU
b) Lepas pengunci, sehingga tester probe dapat masuk dengan mudah. Dalam
melepas pengunci dianjurkan untuk berhati hati karena komponen mudah
patah.
c) Lakukanlah semua pengukuran tegangan dengan konektor terpasang.
Perhatikan bahwa tegangan baterai adalah 11 volt atau lebih, pada saat
ignition switch pada posisi ON menggunakan sebuah volt meter dengan
impedansi tinggi (minimum 10k Ohm/V), ukurlah tegangan pada setiap
terminal di konektor rangkaian kabel.
d) Hubungkan kembali konektor pada ECU.

Terminal ECU (dengan / ECT)

Simbol Nama Simbol Nama Simbol Nama

Terminal Terminal Terminal

E01 Masa Sumber S1 ECT Selenoid AC1 A/C Amplifier


Tenaga

E02 Masa Sumber S2 ECT Selenoid ACT A/C Amplifier


Tenaga

#10 Injector SL ECT Selenoid SP Speed Sensor

- E1 Masa Mesin OD1 OD Off Switch

#20 Injector VF Check -


Connector

*1 HT Oxygen Sensor E21 Masa Sensor -

24
Heater

RSO ISC Valve TT Check OD2 OD Main Switch


Connector

- TE1 Check -
Connector

RSC ISC Valve *1 OX or Oxygen Sensor *3 KSW Kick Down


Switch
*4 VAF Variable
Resistor

- TE2 Check -
Connector

*2 SEL Masa - W Warning Light

ISC A/C Idle Up Vsv *1 KNK Knock Sensor -

- THW Water Temp. B/K Stop Light


Sensor Switch

IGT Igniter IDL Throttle Position *4 R/P Fuel Control


Sensor
Connector

2 Neutral Start Switch THA Air Temp. *3 ED ED Monitor


Sensor

L Neutral Start Switch VTA Throttle Position FC Circuit Opening


Sensor Relay

G- Distributor PIM Vacum Sensor ELS Tail Light Relay

Deffoger Relay

G1 Distributor - +B EFI Main Relay

NE+ Distributor VC Vacum Sensor BATT Battery

NE- Distributor E2 Masa Sensor +B1 EFI Main Relay

IGF Igniter STA Starter Switch *1 Dengan TWC


*2 Kemudi kanan dengan
SP2 Speed Sensor NSW Neutral Start
TWC

25
Switch *3 Kemudi kiri dengan TWC
*4Tanpa TWC
Gambar 2.16 : Tabel terminal ECU dengan ECT

Tegangan Konektor Rangkaian Kabel Engine dan ECT ECU (dengan ECT)

No. Terminal Kondisi Tegangan

1 +B – E1 IG Switch ON 9 - 14

+B1

2 BATT - E1 - 9 – 14

3 IDL – E1 IG Switch ON Throttle Valve Terbuka 9 - 14

VC – E2 - 4,5 – 5,5

VTA – E2 Throttle Valve Tertutup penuh 0,3 – 0,8

Throttle Valve Terbuka Penuh 3,2 – 4,9

4 PIM – E2 3,3 – 3,9

VC – E2 4,5 – 5,5

5 #10 – E01 IG Switch ON 9 – 14

#20 – E02

6 THA – E2 IG Switch ON Temp. Udara masuk 20° C (68℉) 0,5 – 3,4

7 THW – E2 Temp. Air Pendingin 80° C (176℉) 0,2 – 1,0

8 STA – E1 Selama Start 6 atau lebih

9 IGT – E1 Selama Start atau Iding Pembangkitan


pulsa

10 RSC – E1 IG Switch ON Konektor Engine dan ECT ECU 9 – 14


dilepas
RSO

11 W – E1 Tidak ada gangguan (Lampu peringatan “Check” 9 - 14

26
engine padam) dan Mesin Hidup

Gambar 2.17: Tegangan Kabel Engine dan ECT ECU (dengan ECT)

1. Terminal +B atau B1 dan E1 ( EFI Main Relay) Mengalami gangguan berupa


tidak adanya tegangan pada saat IG Switch ON. Untuk tegangan standart pada
EFI main relay yaitu 9-14 V. Berikut merupakan langkah- langkah untuk
melakukan diagnosis.

Gambar 2.17 : rangkaian elektronik EFI pada EFI Main Relay (dengan ECT)

Cek adanya tegangan diantara terminal +B atau +B1 (EFI


main relay) dan masa body

Tidak Baik
Baik

Cek rangkaian kabel diantara E1 ECU dan masa body

Baik Buruk

Cobalah ECU Lain Perbaiki atau Ganti

Cek Fuse, Fusible link dan Buruk


ignition switch Perbaiki atau Ganti

27
Baik

Cek EFI Main Relay Buruk Ganti

Baik
Buruk
Cek rangkaian kabel diantara Perbaiki atau Ganti
EFI main relay dan baterai

2. Terminal BATT dan E1 ( Baterai) Mengalami gangguan berupa tidak adanya


tegangan pada saat IG Switch ON. Untuk tegangan standart pada Baterai yaitu
9-14 V. Berikut merupakan langkah- langkah untuk melakukan diagnosis.

Gambar 2.18 Rangkaian elektronik EFI pada Baterai dan EFI Main Relay

Cek Adanya tegangan diantara terminal BATT (Baterai)


dan E1 ECU

Tidak Baik
Baik

Cek rangkaian kabel diantara E1 ECU dan masa body

Baik Buruk

Cobalah ECU Lain Perbaiki atau Ganti

Cek Fuse, Fusible link Buruk


Ganti

28
Baik

Cek Rangkaian Kabel diantara Buruk


Perbaiki atau Ganti
Terminal ECU dan Baterai

3. Terminal IDL – E2 ( Throttle position sensor), VC – E2 (Vacum sensor) dan


VTA – E2 (Throttle position sensor) Mengalami gangguan berupa tidak
adanya tegangan pada saat IG Switch ON. Berikut merupakan langkah-
langkah untuk melakukan diagnosis.

Gambar 2.19 : Rangkaian elektronik EFI pada Throttle position sensor

 Langkah – Langkah Diagnosis pada IDL – E2 (Throttle Valve Terbuka)


Untuk tegangan standart yaitu 9-14 V

Tidak adanya tegangan diantara terminal IDL dan E2


ECU (IG SWITCH ON)

Cek adanya tegangan diantara terminal +B (+B1)


(Baterai) ECU dan masa body

Tidak Baik
Baik

Cek rangkaian kabel diantara E1 ECU dan masa body

29
Baik Buruk

Cobalah ECU Lain Perbaiki atau Ganti

Buruk Perbaiki atau Ganti


Baik
Cek Throttle position sensor Buruk
Buruk Baik

Perbaiki atau Ganti Cek rangkaian kabel diantara ECU dan


throttle position sensor
Baik
Coba ECU lain

 Langkah – Langkah Diagnosis pada terminal VC – E2 (vacuum sensor)


Untuk kondisi Throttle Valve Terbuka tegangan standart yaitu 4,5-5,5 V.

Tidak adanya tegangan diantara terminal VC dan E2 ECU


(IG SWITCH ON)

Cek adanya tegangan diantara terminal +B (+B1)


(Baterai) ECU dan masa bodi

Baik Tidak
Baik

30
Cek Throttle position sensor Perbaiki atau Ganti

Buruk Baik
Perbaiki atau Ganti Cek rangkaian kabel diantara ECU dan
Perbaiki atau Ganti
throttle position sensor
Baik Buruk

Coba ECU lain Perbaiki atau Ganti


rangaian kabel

 Langkah – Langkah Diagnosis pada terminal VTA – E2 (Trottle position


sensor)
Tidak adanya tegangan diantara terminal VTA dan E2
ECU (IG SWITCH ON)

Cek adanya tegangan diantara terminal VC dan E2 ECU


(Vacum sensor) Ignition switch ON
Tidak Baik Baik
Lihat bagian
gangguan VC – E2

Baik
Cek throttle position sensor Buruk Perbaiki atau Ganti

31
Baik
Cek rangkaian kabel diantara ECU
Baik dan Buruk Perbaiki atau
throttle position sensor Ganti
Baik
Coba ECU lain

4. Terminal PIM dan E2 ( Vacum sensor) dan terminal VC – E2 (Vacum sensor


throttle position switch) Mengalami gangguan berupa tidak adanya tegangan
pada saat IG Switch ON. Untuk tegangan standartnya yaitu 3,3-3,9V.
Berikut merupakan langkah- langkah untuk melakukan diagnosis.

Gambar 2.20: Rangkaian elektronik EFI pada Vacum sensor

Cek Adanya tegangan diantara terminal PIM (Vacum


sensor) dan E2 ECU pada posisi Ignition switch ON

Cek adanya tegangan diantara terminal + B (+ B1) ECU dan


massa bodi pada posisi ignition switch ON

Baik Tidak Baik

Periksa dan analisa kerusakan


pada terminal batrei

32
Cek rangkaian kabel diantara Terminal E1 ECU dan masa bodi

Baik Buruk

Lakukan pemeriksaan pada Vacuum Perbaiki atau ganti


sensor
Buruk Baik

Ganti Vacuum sensor Cek rangkaian kabel diantara ECU


dan Vacum sensor

Baik Buruk
Cobalah ECU lain Perbaiki atau ganti

5. Terminal THA (Air temperatur Sensor) dan terminal E02 (masa sumber
tenaga) Mengalami gangguan berupa tidak adanya tegangan pada saat IG
Switch ON dan temperature/suhu udara masuk 20°C (68℉). Untuk tegangan
standartnya yaitu 0,5-3,4V. Berikut merupakan langkah- langkah untuk
melakukan diagnosis.

Gambar 2.21 : Rangkaian elektronik EFI pada Air temperatur sensor

Tidak adanya tegangan diantara terminal THA dan E2 ECU pada


kondisi ignition switch on

Cek adanya tegangan diantara terminal +B atau +B1 ECU dan masa
bodi

33
Baik Buruk

Lihat cara mendiagnosis terminal +B atau +B1


ECU dan masa bodi
Lihat pada Hal.

Cek rangkaian kabel diantara terminal E1 ECU dan masa bodi

Baik Buruk

Cek intake air temperature sensor Perbaiki atau ganti

Buruk Baik
Ganti intake air Cek rangkaian kabel diantara ECU
temperature sensor dan air temperatur sensor
Baik Buruk

Cobalah ECU lain Perbaiki atau ganti

6. Terminal THW (Water temperatur Sensor) dan terminal E2 (masa sumber


tenaga) Mengalami gangguan berupa tidak adanya tegangan pada saat IG
Switch ON dan temperatur air pendingin mesin 80°C (176℉). Untuk tegangan
standartnya yaitu 0,2-,1,0V. Berikut merupakan langkah- langkah untuk
melakukan diagnosis.

Gambar 2.22 : Rangkaian elektronik EFI pada water temperatur sensor

34
Tidak adanya tegangan diantara terminal THW dan E2 ECU pada
kondisi ignition switch on

Cek adanya tegangan diantara terminal +B atau +B1 ECU dan masa
bodi

Baik Buruk

Lihat cara mendiagnosis terminal +B atau +B1


ECU dan masa bodi
Lihat pada Hal.

Cek rangkaian kabel diantara terminal E1 ECU dan masa bodi

Baik Buruk

Cek water temperature sensor Perbaiki atau ganti

35
Buruk Baik
Ganti water temperature Cek rangkaian kabel diantara ECU
sensor dan water temperatur sensor
Baik Buruk

Cobalah ECU lain Perbaiki atau ganti

7. Terminal W (Warning light) dan terminal E1 (masa sumber tenaga)


Mengalami gangguan berupa tidak adanya tegangan pada kondisi (lampu
peringatan “CHECK” engine padam) dan mesin hidup. Untuk tegangan
standartnya yaitu 9-14V. Berikut merupakan langkah- langkah untuk
melakukan diagnosis.

Gambar 2.23: Rangkaian elektronik EFI pada Warning light

Tidak adanya tegangan diantara terminal W dan E1 ECU pada kondisi


mesin hidup

Cek adanya tegangan diantara terminal W ECU dan masa bodi pada

Tidak Baik baik


Cek rangkaian kabel diantara terminal E1 ECU
dan masa bodi
36
Baik Buruk
Cobalah ECU lain Perbaiki atau ganti

Cek fuse gauge (10A) dan cek lampu peringatan mesin

Baik Buruk
Perbaiki atau ganti

Fuse putus lagi

Cek fuse gauge (10A) dan cek Buruk


Perbaiki atau ganti
lampu peringatan mesin

8. Terminal VF (Check connector) dan terminal E1 (masa sumber tenaga)


Mengalami gangguan berupa tidak adanya tegangan. Berikut merupakan
langkah- langkah untuk melakukan diagnosis.

Gambar 2.24 : Rangkaian elektronik EFI pada Check connector

Tidak adanya tegangan diantara terminal VF dan E1 ECU

Cek adanya tegangan spesifikasi diantara terminal VF ECU dan masa bodi

Tidak Baik
Baik
Cek rangkaian kabel diantara terminal E1 ECU dan masa bodi

37
Baik Buruk
Cobalah ECU lain Perbaiki atau ganti

Cek adanya hisapan udara kedalam exhaust Buruk Perbaiki hisapan udara
sistem

Baik
Cek adanya kebocoran udara dari sistem masuk Buruk Perbaiki kebocoran
udara udara

Baik
Cek Busi Buruk Perbaiki atau ganti

Baik
Cek sistem Pengapian Buruk Perbaiki atau ganti

Baik

Cek tekanan bahan bakar


Buruk Perbaiki atau ganti

Baik

Cek Injector
Buruk Perbaiki atau ganti

Baik
Buruk
Cek Vacuum sensor Perbaiki atau ganti

Baik
Buruk
Cek kerja dari oxygen sensor Sistem normal

Baik
Buruk
Cek rangkaian kabel diantara konektor oxygen Perbaiki rangkaian kabel
sensor dan ECU

Baik

Perbaiki oxygen sensor

38
BERIKUT INI ADALAH LIST TROUBLE CODE DIAGNOSTIC ON
BOARD (OBD I) UNTUK MOBIL TOYOTA :

 Code 11 Momentary interruption in power supply to ECU (electronic


control unit or computer) up to 1991
 Code 12 Engine revolution signal missing : Masalah di Delco
 Code 13 Rpm signal to ecu missing above 1000 rpm : Masalah di Delco
 Code 14 Igniter signal to ecu missing : Masalah di sirkuit pengapian
 Code 16 A/T control signal missing from ecu : Masalah di sensor Matic
 Code 21 Main oxygen sensor signal fault : Masalah di Sensor Oksigen
 Code 22 Water temperature sensor circuit fault : Masalah di Thermostat
 Code 23 and 24 Intake air temperature signal fault : Masalah di Mass Air
Flow Sensor
 Code 25 Air/fuel ratio LEAN : Masalah di sensor CO
 Code 26 Air/fuel ratio RICH : Masalah di sensor CO
 Code 27 Sub-oxygen sensor signal or heater circuit fault : Masalah di
sensor oksigen
 Code 28 No.2 oxygen sensor/heater signal fault : Masalah di sensor
oksigen
 Code 31 and 32 Air flow meter circuit or Vacuum sensor signal fault :
Masalah di MAP / Vacuum sensor
 Code 34 and 36 Turbo-charging pressure signal fault
 Code 35 Altitude compensation sensor signal fault : Masalah di Throtlle
body
 Code 41 Throttle position circuit fault : Masalah di sensor TPS
 Code 42 Vehicle speed sensor circuit : Masalah di Sensor Speed / Kabel
Speedometer
 Code 43 No starter signal to the ecu : Masalah di Dinamo Stater
 Code 52, 53 and 55 Knock sensor fault : Masalah di Knock Sensor
 Code 71 EGR system malfunction : Masalah di Knalpot / Exhaust
 Code 72 Fuel cut solenoid signal fault : Masalah di selenoid karburator
 Code 78 Fuel pump control signal fault : Masalah di Fuel Pump
 Code 81, 83, 84 and 85 TCM communication fault : Masalah di Transmisi

39
Mobil

40

You might also like