You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR OTAK

A. KONSEP PENYAKIT
1. Anatomi dan Fisiologi
Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus
menerus menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan
bersama sistim hormon, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses
fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ dan sistim organ manusia.
Susunan saraf dibagi menjadi dua yaitu susunan saraf pusat dan susunan
saraf otonom. (Evelyn C. Pearce :2009)
1) Susunan Saraf Pusat
Susunan saraf ini terdiri dari :
a. Otak
Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian
yaitu :
a) Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan
serebrum terdiri dari medula oblongata, pons varoli dan
diensefalon (otak tengah).
 Medula oblongata mengandung nucleus atau badan sel
dari berbagai saraf otak yang penting. Selain itu medula
mengandung pusat-pusat vital yang berfungsi
mengendalikan pernafasan dan system kardiovaskuler.
Medulla oblongata terletak dalam fosa krnialis posterior
dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat
dibawah foramen magnum tulang oksipital
 Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dank
arena itu memiliki jalur lintas naik dan turun seperti pada
otak tengah. Selain itu juga terdapat banyak serabut yang
berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua
lobus serebelum dan menghubungkan serebelum dengan
korteks serebri.
 Diensefalon (Otak tengah) mengandung pusat-pusat yang
mengendalikan keseimbangan dan gerakan-gerakan mata.
(Evelyn C. Pearce :2009 hal 346)
b) Otak kecil (cerebelum)

1
Cerebelum menempati fosa kranialis posterior dan diatapi
tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan durameter yang
memisahkan lobus oksipitalis serebri. Fungsi cerebellum adalah
mengatur sikap dan aktivitas sikap badan. Cerebellum berperan
penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan.
(Evelyn C. Pearce :2009 hal 348)
c) Otak besar (cerebrum)
Cerebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak,
yang masing-masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa
kranialis tengah. Cerebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri
dan kanan, empat lobus yaitu :
 Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu,
membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
 Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi
menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur individu
mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
 Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi
kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.
 Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan
penglihatan. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 341)
b. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang atau medulla spinalis bermula pada
medulla oblongata menjulur kea rah kaudal melalui foramen
magnum, dan berakhir diantara vertebra lumbalis pertama dan
kedua. Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengadakan
kounikasi antara otak dan semua bagaian tubuh dan gerak reflkeks.
(Evelyn C. Pearce :2009 hal 352)
c. Saraf cranial
Ada 12 pasang saraf cranial yaitu :
a) Nervus olfaktorius (sensorik), saraf penghidu
b) Nervus optikus (sensorik), saraf penglihatan
c) Nervus okulo-motorius, otot eksterna mata
d) Nervus troklearis (motorik), otot mata
e) Nervus trigeminus, tergiri dari saraf oftalmikus, maksilaris dan
mandibularis
f) Nervus abdusens (motorik), otot mata
g) Nervus fasialis, saraf untuk wajah

2
h) Nervus akustikus, saraf pendengaran
i) Nervus glosofaringeus, saraf faring
j) Nervus vagus
k) Nervus aksesorius
l) Nervus hippoglosus, saraf otot lidah. (Evelyn C. Pearce :2009
hal 349)
2) Susunan Saraf Otonom
Sistem saraf otonom bergantung pada system saraf pusat dan antara
keduanya dihubungkan urat-urat saraf aferen dan eferen. Menurut
fungsinya, susunan saraf otonom dibagi dalam dua bagian :
a. System saraf simpatis
Terletak didepan kolumna vertebra dan berhubungan serta
bersambungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut
saraf. Fungsinya adalah mensarafi otot jantung, otot-otot tidak sadar
semua pembuluh darah, serta semua alat dalam seperti lambung,
pangkreas dan usus. Melayani serabut motorik sekretorik pada
kelenjar keringat, serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit-
arektores pilorum serta mempertahankan tonus semua otot,
termasuk tonus otot sadar. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 371)
b. System saraf parasimpatis
Dibagi menjadi dua yaitu saraf otonom cranial dan saraf otonom
sacral. Saraf otonom cranial adalah saraf cranial ketiga, ketujuh,
kesembilan, dan kesepuluh. Saraf otonom sacral keluar dari
sumsum tulang belakang melalui daerah sacral membentuk urat-urat
saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf simpatis
membentuk pleksus yang melayani kolom, rectum, dan kandung
kemih. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 372)
3) Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
a) Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini
dapat kita raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah
mandibula, sepasang pambuluh darah ini setelah masuk ke rongga
tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
 Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
 Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
 Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang
disebut arteri komunikan posterior.

3
b) Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini
tidak dapat diraba oleh karena kedua pembuluh darah ini menyusup
ke bagian samping tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi
batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah teersebut
akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah
yang disebut anastomosis.
2. Definisi Penyakit
Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis
tumor yang berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker
(jinak) dan beberapa tumor otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak
dapat berasal dari otak (tumor otak primer) atau kanker yang berasal dari
bagian tubuh lain dan merambat ke otak (tumor otak sekunder / metastatik).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada
desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan
tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla
spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor
primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak
itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain
(metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain
disebut tumor otak sekunder.
3. Etiologi
Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor
otak primer. Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali
dapat diidentifikasi, mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal
tetap belum diketahui. Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan faktor-
faktor lingkungan sedang diteliti. Waktu puncak untuk kejadian tumor otak
adalah decade kelima dan ketujuh. Selain itu, pria terkena lebih sering dari
pada wanita.
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma
dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Dibawah 5%
penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita brain

4
tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan
faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak
ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor
hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi
virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga
mendesak massa otak akhirnya terjadi tumor otak.
4. Tanda dan Gejala
1) Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan
oleh edema dan peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh
lokasi anatomi tertentu.
a. Perubahan Status Mental

5
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf,
perubahan tingkat kesadaran atau sensoris dapat ditemukan.
Perubahan status emosional dan mental, seperti letargi dan
mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta perubahan kepribadian
dapat ditemukan.
b. Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor
otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan
intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan
posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah
ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala
ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama
pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri
alih ke oksiput dan leher.
Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya
intermiten dengan durasi meningkat dan dapat diperparah dengan
perubahan posisi atau mengejan. Sakit kepala parah dan berulang
pada klien yang sebelumnya bebas sakit kepala atau sakit kepala
berulang di pagi hari yang frekuensi dan keparahannya meningkat
dapat menandakan suatu tumor intrakranial dan membutuhkan
pengkajian lebih lanjut.
c. Mual dan Muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena
tekanan pada medula, yang terletak pusat muntah. Klien sering
mengeluhkan sakit kepala parah setelah berbaring di ranjang. Saat
sakit kepala makin nyeri, klien juga dapat mengalami mual atau
muntah yang spontan. Selama episode muntah biasanya nyeri kepala
akan berkurang.
d. Papiledema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat
menyebabkan papiledema. Mekanisme patofisiologis yang mendasari
hal ini masih belum diapahami. Peningkatan tekanan intrakranial
mengganggu aliran balik vena dari mata dan menumpuk darah di
vena retina sentralis. Juga dikenal sebagai “Choked disc”,
papiledema umum pada klien dengan tumor intrakranial dan
mungkin merupakan manifestasi awal dari peningkatan tekanan
intrakranial. Papiledema awal tidak menyebabkan perubahan

6
ketajaman penglihatan dan hanya dapat dideteksi dengan
pemeriksaan oftalmologis. Papiledema parah dapat bermanifestasi
sebagai penurunan tajam penglihatan.
e. Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan
tumor intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat
parsial atau menyeluruh. Kejang parsial biasanya membantu
membatasi lokasi tumor.
2) Manifestasi Lokal
Manifestasi klinis lokal disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau
kompresi dari sebagian otak tempat tumor terletak.
a. Kelemahan Fokal ( misal, hemiparesis)
b. Gangguan sensoris, antara lain tidak dapat merasakan (anestesia),
atau sensasi abnormal (Parestesia)
c. Gangguan bahasa
d. Gangguan koordinasi (misal, jalan sempoyongan)
e. Gangguan penglihatan seperti diplopia (pandangan ganda) atau
gangguan lapang pandang (monopia)
Karena fungsi-fungsi otak berbeda-beda di setiap bagiannya maka
untuk mengindentifikasi lokasi tumor dapat ditentukan dari perubahan yang
terjadi, seperti :
1) Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut
kejang Jacksonian.
2) Tumor lobus oksipital menimbulkan manisfestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
3) Tumor serebellum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan
jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus
(gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan
horisontal.
4) Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku
mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.

7
5) Tumor sudut serebopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik
dan memberi rangkaian gejal yang timbul dengan semua karakteristik
gejala pada tumor otak.
 Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan
saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf cranial ke-
8).
 Berikutnya, kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (b.d
saraf cranial ke-5).
 Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf
cranial ke-7).
 Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin
ada abnormalitas pada fungsi motorik.
6) Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada
pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma,
glioblastoma dan metastase serebral dari bagian lain.
5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan
tekanan intracranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan
fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular
primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron
akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang
diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intracranial dan
meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan

8
untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan
intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah
intrakranial, volum CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel
parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan
herniasi untuk serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke
inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum
tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan
intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan
gangguan pernapasan.

You might also like