Professional Documents
Culture Documents
Ventrikel Ekstrasistol
Disusun Oleh :
dr. Raihan
Pembimbing
dr. Muh. Al Asyhar
Ventrikel Ekstrasistol
Mengetahui :
No Nama Tandatangan
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
Pendamping,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ve n t r i k e l E k s t r a s i s t o l ( V E S ) m a s i h m e n j a d i p e r d e b a t a n
d e w a s a i n i . Lakukan penatalaksanaan atau tidak melakukan penatalaksanaan
menjadi isu yang menarik dibahas. Secara keseluruhan laporan tentang
prevalensi kejadian VES bervariasi, tergantung dari populasi yang dipelajari,
lama observasi, dan metode pendeteksi. Secara keseluruhan prevalensi VES
diseluruh populasi dunia adalah 1% hingga 4%. Pada pasien asimtomatik, VES
jarang terjadi pada 12 EKG single. 1
Fr a m i n g h a r m s t u d y m e n y a t a k a n d e n g a n E K G A m b u l a t o r i ,
V E S l e b i h s e r i n g ditemukan setiap jam, dengan 33% pada laki-laki
tanpa CAD (Coronary artery disease) dan 32% pada wanita tanpa CAD serta
58% pada laki laki yang memiliki CAD dan 49% wanita yang memiliki CAD.
Prevalensi VES pada 2 menit EKG terjadi mendekati 6%, VES lebih sering
terjadi pada pria dibanding wanita, serta prevalensi VES meningkat sejalan dengan
lajut usia dan adanya faktor lain seperti sinus takikardi, hipokalemi,
hipomagnesemia,dan hipertensi.2
2.2 ANAMNESA
Keluhan Utama
Nyeri ulu hati
Riwayat Pengobatan
Riwayat mengkonsumsi obat anti hipertensi (amlodipin 5 mg) namun tidak
rutin.
Pasien sering meminum teh kurang lebih 3 kali sehari, dan jarang
berolahraga
Status Generalis
Kulit : Warna : Kuning langsat
Sianosis : tidak ada
Turgor : cepat kembali
Kelembaban : cukup
Pucat : ada
Warna : kemerahan
Leher :
Vena Jugularis, Pulsasi : 5-2 cmH2O
Pembesaran kelenjar : Pembesaran KGB (-)
Pembesaran Tiroid : (-)
Cor
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V LMCS, kuat angkat, reguler
Perkusi : Batas atas jantung ICS III Linea Midclavicula Sinistra
Batas kiri Jantung ICS V Linea Midclavicula Sinistra
Batas kanan jantung ICS V Linea Parasternal Dextra
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, tidak ada bising jantung
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada pembesaran organ abdomen.
H/L/R tidak teraba, nyeri tekan ulu hati(+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Extremitas
- - - -
- - - -
Edema Pucat
EKG
Interpretasi:
Rhythm : Sinus Rhytm
Rate : 89 x / menit, ireguler
Axis : Normoaxis
P-wave : 0,06 s / 0,2 mV
PR-interval : 0,12 s
QRS-complex : 0,20 s
Hypertrophy : LVH (-), RVH (-)
Q patologis :-
ST-depresi : V1, V2, V3, V4
ST-Elevasi :-
T-inverted : V1, V2, V3, V4
VES : + 3 kali dalam 10 s
Kesimpulan : Sinus Ritme dengan Heart Rate 89 kali/menit dan
Normoaxis serta VES
2.6 PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Inj. Santagesik 1 amp/12 jam
Inj. Ondansetron 1 amp/12 jam
Amiodaron 2x 200 mg
Amlodipin 1x5 mg
2.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Defenisi
Ekstrasistol ventrikel berasal dari fokus ektopik ventrikel. Rekaman EKG
menunjukkan bentuk QRS lebar oleh karena rangsang di ventrikel tidak berjalan
melewati jalur yang normal (sistem His-Purkinje) tetapi melalui miokard yang
merupakan media penghantar listrik yang kurang baik dibandingkan dengan jalur
normal.1 Ekstra sistol ventrikel dikenal pula dengan Premature Ventricular
Complexes (PVC), ventricular premature depolarizations atau premature
ventricular beats.1
PVC merupakan kompleks QRS yang terjadi secara prematur dan memiliki
bentuk abnormal serta memiliki durasi yang biasanya kelebihan dominan
kompleks QRS, yaitu lebih dari 120 ms sedangkan menurut harrison lebih dari 140
ms. Kompleks QRS tidak dihasilkan oleh gelombang P yang prematur tapi
dihasilkan oleh sinus yang tidak dikonduksi pada waktu yang diperkirakan.
Transmisi retrogard ke atrium dari PVC terjadi cukup sering tetapi sering keluar
karena rusaknya kompleks QRS dan gelombang T. Jika impuls retrogard
mengeluarkan atau mengembalikan nodus sinus dengan prematur maka itu akan
menghasilkan penghentian sementara yang tidak sepenuhnya dikompensasi.2,3
Istilah multifokal atau unifokal mungkin tidak tepat lagi oleh karena fokus
ektopik yang sama mungkin akan menimbulkan gambaran EKG yang berbada
karena jalan yang dilewati pun mungkin berbada. Istilah multiform atau uniform
tampaknya tidak tepat. EKG permukaan saja kadang-kadang tidak mampu
menentukan lokasi ekstrasistol ventrikel.4
3.2 Etiologi
Ekstrasistol ventrikel adalah jenis aritmia yang paling banyak dijumpai.
Pada orang dewasa, makin tua umur makin sering frekuensi ekstrasistol ventrikel.
Selain itu adalah stres emosi, olahraga, penggunaa bahan-bahan seperti alkohol,
kafein (kopi), tembakau, atau stimulan. obat-obatan seperti alpa, beta atau agonis
dopamin reseptor serta obat simpatomimetik. Selain itu ada pula penggunaan zat
terlarang seperti kokain, amfetamin, metamfetamin, dan turunannya. Adapula
masalah hipoksia, gangguan elektrolit (hipokalemi, hipomagnesemia), iskemia,
infark mikard akut, kardiomiopati, MVP, gagal jantung, sindrom QT yang
memanjang, prolaps katup mitral, cerebrovaskuler accident, keracunan digitalis,
hipokalemi, miokarditis, keracunan digitalis dan lain sebagainya. 4,5
Penyebab lain VES adalah riwayat turunan keluarga yang masih satu
derajat dengan pasien. 2
Secara ringkas etiologi VES dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.1 Etiologi VES6
3.4 Klasifikasi
Lown membagi ekstrasistol ventrikel sebagai berikut:
0: tidak ada ekstrasistol ventrikel
1: Ekstrasistol ventrikel jarang (<30 kali/ menit)
2: Ekstrasistol ventrikel sering (>30 kali/menit)
3: Ekstrasistol ventrikel multiform
4: Ekstrasistol ventrikel berturutan
5: Ekstrasistol ventrikel yang terjadi dini (R on T)
Bila muncul pada denyutan ketiga dari irama dasar disebut VES trigemini.
Ekstrasistol ventrikel trigemini bila ekstra sistol ventrikel terjadi setelah 2
denyutan sinus
4. VES berkelompok: Bila dua VES muncul berkelompok disebut VES salvo. Bila
tiga atau lebih VES disebut Ventrikular takikardi.
5. VES Multifokal: Bila bentuk PVC dalam satu sadapan bentuknya berlainan. Ini
menandakan fokus ektopik berasal lebih dari satu tempat.
Sedangkan VES yang terjadi pada seseorang yang tidak memiliki masalah
jantung etiologi penyebabnya adalah aliran ventrikel kanan dan kiri, atau jaringan
epicardium yang merangsang valsalva sinus aorta.2
Pengobatan perlu diberikan pada ventrikel ekstrasistol yang dapat
berkembang menjadi aritmia ventrikel yang lebih berbahaya, seperti takikardi
ventrikel.
3.6 Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik sebaiknya mencari fokus struktur jantung yang
mengalami kelainan. Misalnya akan terdengar suara jantung tambahan saat
auskultasi dengan intensitas yang lebih rendah, dapat sharp dan snapping.
Menemukan hal-hal yang mengarah kepada CHF termasuk peningkatan tekanan
vena jugularis, tekanan vena, ada atau tidak di denyut arteri radialis, ronki pulmo,
atau edema periver. Alat pendekteksi VES adalah EKG baik yang 12 lead maupun
yang ambulatory Holter Monitoring selama 24-48 jam, pada EKG akan ditemukan
interval PR yang memanjang dengan adanya denyutan yang terpisah dari
kompleks lainnya.8
Ekokardiografi berguna untuk menyingkirkan sebab patologis katub,
gerakan abnormal dinding, kardiomiopati, atau abnormalitas miokardium.
Ekokardiografi pada kardiomiopati biasanya menunjukkan penurunan LVEF,
peningkatan sistolik dan diastolik preassure, gerakan abnormalitas dinding jantung
dan sebagainya. Selain itu tomografi MRI yang berguna mendeteksi aritmogenik
kardiomiopati dengan keterlibatan LV dan penyakit infiltratif ketika ada
kecurigaan klinis 2,13
3.7 Penatalaksanaan
Secara klinis PVC yang terjadi pada pasien dengan jantung normal tidak
memiliki faktor prognostik yang penting. Bila pasien merasa tidak nyaman dapat
diberikan minor tranzquilizer dan menghindarkan faktor yang memperberat seperti
kopi, rokok dan menghindari obat-obat simpatomimetik seperti adrenalin, efedrin
dan lain-lain.5 Bila gejala tidak dapat berkurang dapat diberikan obat penyekat
beta, nondihydropyridine calcium channel blockers (verapamil, atau diltiazem).11
Beta blocker bekerja dengan menghambat reseptor adrenergik untuk
mengurangi intraselular siklik adenosin monofosfat supaya menurunkan
automatisasi. Beta bloker juga memberikan efek konotrofik negatif sehingga
mengurangi irama jantung dan menurunkan konduksi nodus atrioventrikular.
Kardioselekstif seperti atenolol, betaxolol, metoprolol, dan nadolol efektif
mengurangi VES. Adapun efek sampingnya adalah fatig, nafas dangkal, mood
yang depresi dan kehilangan nafsu seksual.2
Jika penggunaan Beta blocker atau Chalsium channel blocker tidak efektif
maka perlu dipertimbangkan pemberian antiaritmia seperti flecainide. Namun
sangat dipertimbagkan efek sampingnya yang merusak fungsi hati dan ginjal. Pada
dasarnya, pengobatan ditujukan pada penyakit asalnya.13
Obat yang paling sering dipakai pada ekstrasistol ventrikel maligna pada
infark jantung akut ialah xilokain yang diberikan secara intravena dengan dosis
bolus 1-2 mg per kg berat badan, dilanjutkan dengan infus 1-2 mg permenit. Dosis
dapat dinaikkan sampai 4 mg permenit. Obat lain yang dapat dipakai adalah
amiodaron, meksiletin, dilantin.11
Pada keadaan akut seperti infark miokard akut, terutama PVC bigemini
multifokal, atau R on T, dapat diberikan lidokain, prokainamid meskipun
kegunaannya belum begitu terlihat sukses, IV magnesium dilaporkan dapat
digunakan untuk mencegah ventrikular takikardi. Amiodaron disebutkan cukup
efektif mengendalikan PVC.8
Namun, tidak ada penelitian yang telah mendokumentasikan bahwa
penghapusan PVC dengan terapi obat antiarrhythmic mengurangi risiko kematian
arrhythmic pada pasien dengan penyakit jantung struktural yang parah. Bahkan ,
terapi obat konduksi miokard lambat dan / atau meningkatkan dispersi
refractoriness benar-benar dapat meningkatkan risiko aritmia yang mengancam
nyawa (obat-perangsang perpanjangan QT) meskipun efektif dalam
menghilangkan VPCs.9
Penelitian 2013 yang telah menyebutkan bahwa tekhnik ablasi kateter
dengan prosedur yang benar telah sukses lebih dari 90% mengatasi VES. 2 Kateter
ablasi perlu dipertimbangkan ketika pasien VES ada disfungsi LV dengan VES
berjumlah >10000-20000 atau > 10% dari total heart beat selama 24 jam.13
3.8 Prognostik
Bila PVC yang sering (frequent) muncul pada pasien pasca infark dengan
penurunan fungsi LV (fraksi ejeksi <35%) atau kardiomiopati dilatasi, maka nilai
prognostiknya menjadi penting karena kelompok pasien ini sebaiknya dirujuk
untuk pemeriksaan elektrofisiologi untuk menentukan apakah perlu dipasang
implantable cardioveter defibrilator.11
3.9 Edukasi
Pasien dengan VES akan diedukasi tentang perbaikan aktivitas. Aktivitas
dapat meningkatkan frekuensi jantung dan menurunkan kekhawatiran terhadap
prematur sistol tersebut. Olahraga juga mengurangi kompleks prematur pada
beberapa pasien.8
Selain itu, masukan kafein, obat-obat stimulan, rokok, alkohol untuk
dihindari. Faktanya, Penelitian secara random digunakan 81 laki-laki tidak
ditemukan adanya kaitan yang positiv terhadap tubuh tentang penggunaan barang-
barang tersebut.2
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien juga diberikan terapi tambahan untuk gejala simptomatis lainnya berupa inj
ranitidin 1 amp/ 12 jam untuk nyeri perut, inj ondansetron 1 amp/12 jam untuk
mual, inj santagesik 1 amp/12 jam untuk nyeri kepala dan terapi yang mendasari
penyakitnya (hipertensi) dengan amlodipin 1x5 mg.
DAFTAR PUSTAKA